Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah hukum kesehatan dengan judul perjanjin
terapeutik

Kendari 19 mei 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Filsafat adalah proses berfikir secara radikal, sistematika, dan universal terhadap segala
yang ada dan yang mungkin ada. Dengan kata lain berfilsafat berarti berfikir secara radikal
(mendasar, mendalam, sampai kea rah akar-akarnya), sistematika (teratur, runtut, logis dan tidak
serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak khusus serta
tidak persial). Dan yang di kaji dalam filsafat adalah segala sesuatu yang ada secara keseluruhan
meliputi objek material dan objek formal. Objek material filsafat ialah segala sesuatu yang
menjadi masalah, segala sesuatu yang dimasalahkan oleh filsafat. Objek formal ialah usaha untuk
mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai keakarnya) tentang objek material
filsafat. Sedangkan fungsi filsafat ialah memenuhi harapan-harapan manusia semaksimal
mungkin dengan pemikiran manusia itu sendiri. Untuk manusia yang berfilsafat memiliki cirri
seperti berfikir radikal, mencari asa, memburuh kebenaran, mencari kejelasan dan berfikir
rasional.
Munculnya pemikiran berfilsafat tidak lepas dari peradaban Yunani. Pasalnya dinegeri
itulah filsafat lahir dan berkembang pesat sampai sekarang. Untuk filsuf pertama yang muncul di
Yunani adalah Thales. Sedangkan faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat ialah mitos
bangsa Yunani, kesusastraan Yunani, dan pengaruh ilmu pengetahuan. Untuk membedakan
aliran atau memetakan filsafat maka filsafat membagi masa atau zaman menjadi beberapa masa,
diantaranya:

B. Rumusan Masalah

a. Apa Pengertia zaman yunina?


b. Apa pengertia adap pertengahan?
c. Apa pengeria zaman modern?
BAB II

PEMBAHASAN

A. ZAMAN YUNANI

Pada zaman Yunani ini terbagi menjadi dua periode, yaitu: periode Yunani Kuno dan
Periode Yunani Klasik. Periode Yunani Kuno diisi oleh ahli pikir alam (Thales, Anaximandros,
Pythagoras, Xenophanes, dan Democritos). Sedangkan pada periode Yunani Klasik diisi oleh
ahli pikir seperti Socrates, Platoo, Aristoteles.

1.Yunani kuno
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena
pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian
pemikirannya kepada apa yang diamati disekitarnya. Mereka membuat pernyataan-pernyataan
tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada
mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang bersifat mutlak, yang
berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah. Tokoh filsuf dalam kategori ini meliputi.

a. Thales (625 - 545 SM)


Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat
dasar, dan struktur komposisi dari alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari
air sebagai materi dasar kosmis

b. Anaximandros (640 - 546 SM)


Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta),
ia tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat diamati indera, yaitu to apeiron, sebagai
sesuatu yang tidak terbatas, abad sifatnya, tidak berubah-ubah, ada pada segala-galanya, dan
sesuatu yang paling dalam. Alasannya, apabila tentang arche tersebut ia menunjuk pada salah
satu unsur, maka unsure tersebut akan mempunyai sifat yang dapat bergerak sesuai dengan
sifatnya, sehingga tidak ada tempat bagi unsur yang berlawanan.
c. Pythagoras ( ± 572 - 497 SM)
Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala alam
merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan sistematis. Bilangan
merupakan inti sari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda (number rules the universe = bilangan
memerintahkan jagat raya). Ia juga mengembangkan pokok soal matematik yang termasuk teori
bilangan. Umpamanya, dikembangkannya susunan bilangan-bilangan yang mempunyai bentuk
geometris.
d. Xenpophanes (570 - ? SM)
Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia merubah
adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan sebagai (seakan-akan)
manusia. Karena manusia selalu mempunyai kecenderungan berpikir, maka Tuhan pun seperti
manusia yang bersuara, berpakaian, dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat
kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai
jumlah yang banyak dan menekan atas keesaan Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-
anggapan lama yang berdasar pada mitologi.
e. Democritos (460 – 370 SM)
Pemikiranya, bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari beberapa unsur, dan
jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat kecil,
sehingga indera kita tidak mampu mengamatinya, dan tidak dapat dibagi lagi. Unsur-unsur
tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena tiga hal: bentuknya,
urutannya, dan posisinya. Atom-atom ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak
berubah, dan tidak berkualitas.
Masih banyak lagi filsuf-filsuf pada Zaman ini namun hanya beberapa saja yang kami
paparkan.

2. yunani klasik
Pada periode Yunani Klasik ini perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan, yaitu
ditandainya semakin besar minat orang terhadap filsafat. Aliran yang mengawali periode Yunani
Klasik ini adalah Sofisme. Penamaan aliran Sofisme ini berasal dari kata sophos yang artinya
cerdik pandai. Keberadaan Sofisme ini dengan keahliannya dalam bidang-bidang bahasa, politik,
retorika, dan terutama memaparkan tentang kosmos dan kehidupan manusia di masyarakat
sehingga keberadaan Sofisme ini dapat membawa perubahan budaya dan peradaban Athena.
Kaum Sofis juga memusatkan perhatian pemikirannya kepada manusia. Yang paling
penting dengan munculnya Sofisme ini adalah mempunyai peran yang sangat penting dalam
rangka menyiapkan kelahiran pemikiran filsafat Yunani Klasik yang dipelopori Socrates, Plato,
dan Aristoteles.

a. Socrates (469 – 399)


Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan,
yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah, di mana keduanya tidak dapat
dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.

b. Plato (427 – 347 SM)


Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan lama:
mana yang benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenides). Mana yang
benar antara pengetahuan yang lewat indera dengan pengetahuan yang lewat akal. Pengetahuan
yang diperoleh lewat indera disebutnya pengetahuan indera atau pengetahuan pengalaman.
Sedangkan pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebut pengetahuan akal. Pengetahuan indera
atau pengetahuan pengalaman bersifat tidak tetap atau berubah-ubah sedangkan pengetahuan
akal bersifat tetap atau tidak berubah-ubah.
Sebagai penyelesaian persoalan yang dihadapi Plato tersebut diatas, ia menerangkan
bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua dunia, yaitu dunia pengalaman yang bersifat
tidak tetap, bermacam-macam dan berubah; dan dunia ide yang bersifat tetap, hanya satu macam
dan tidak berubah. Dunia pengalaman merupakan bayang-bayang dari dunia ide. Sedangkan
dunia ide merupakan dunia yang sesungguhnya, yaitu dunia realitas, dan dunia inilah yang
menjadi “model” dunia pengalaman. Dengan demikian dunia yang sesungguhnya atau dunia
realitas itu adalah dunia ide.

c. Aristoteles (384 – 322 SM)


Untuk mengetahui makna hakiki setiap sesuatu, Aristoteles mengembangkan suatu teori
pengetahuan dengan menempuh jalan atau metode abstraksi. Dengan membagi pengetahuan
menjadi dua yaitu pengetahuan indra dan pengetahuan budi. Pengetahuan indra bertujuan
mencapai pengenalan pada hal-hal yang kongkrit, yang bermacam-macam dan serba berubah.
Sedangkan pengetahuan budi bertujuan mencapai pengetahuan abstrak, umum, dan tetap.
Pengetahuan budi inilah yang disebut sebagai ilmu pengettian

B. ADAB PERTENGAHAN

Pada masa ini filsafat lebih bercorak “theosentris”. Artinya para filsuf dalam periode ini
menjadikan filsafat sebagai abdi agama atau filsafat diarahkan pada masalah ketuhanan. Suatu
karya filsafat dinilai benar sejauh tidak menyimpang dari ajaran agama. Oleh karena itu filsafat
barat abad pertengahan ini dapat disebut sebagai “abad gelap”, dengan menerima ajaran gereja
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu: masa Patristik dan masa
Skolastik. Sedangkan Masa Skolastik terbagi menjadi Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan
Skolastik Akhir.
1. Masa patristic
Istilah patristic berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin
gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau golongan ahli pikir. Dari
golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang
menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya. Bagi mereka yang menolak, alasannya
karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tidak
dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi
mereka yang menerimanya sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber
kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya
diambil methodosnya saja (tata cara berfikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran
manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan tuhan. Jadi, mereka menerima filsafat Yunani
diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan dengan agama.
Akibatnya muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitu para apologis (pembela
iman Kristen) dengan kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat Yunan.para
pembela iman Kristen tersebut adalah Justinus Martir, Klemens, Tertullianus, Augustinus, dan
Johanes Scotus Eriugena.

a. Justinus Martir
Menurut pendapatnya, agma Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari
filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup
sebelum Socrates dan Plato. Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat
Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.

b. Klemens ( 150 – 215 M)


Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut: pertama, Memberikan batasan-batasan
terhadap ajaran Kristen untuk mempertahankan diri dari otoriter filsafat Yunani. Kedua,
Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani.

c. Tertullianus ( 160 – 222 M)


Ia berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antara teologi
dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat
filsafat), tidak ada hubungan antara gereja akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan
penemuan baru. Selanjutnya ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya Kristen. Apa yang
dikatan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab
suci. Akan tetapi karena kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dihapuskan.
Akan tetapi lama-kelamaan, ia akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara
berfikir yang rasional.

d. Augustinus (354 – 430 M)


Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh
besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejarti.
Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia dan batasnya, kepastian yang tidak ada batasnya,
yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu
kekayaan yang lebih tinggi. Ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem
sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.
e. Johan Scotus Eriugena (815 – 870 M)
Pemikiran filsafatinya berdasarkan keyakinan Kristiani. Oleh karena itu segala penelitian
dimulai dari iman, sedang wahyu ilahi dipandang sebagai sumber bahan-bahan filsafatnya.
Menurut dia, akal bertugas mengungkapkan arti yang sebenarnya dari bahan-bahan filsafatnya
yang digalinya dari wahyu ilahi itu.
Umpamanya: di dalam Kitab Suci terdapat arti yang bermacam-macam dari suatu
simbul. Hal ini bermaksud sepaya akal didorong mencari arti yang benar.

2. Masa skolastik

Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi,
skolastik adalah aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak
khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat beberapa pengertian dari corak khas
skolastik yaitu sebagai berikut: pertama, adalah sifat yang mempunyai corak semata-mata
agama. Kedua, adalah filsafat yang mengabdi kepada teologi filsafat yang rasional memecahkan
persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, kehormatan, dan baik buruk.
Ketiga, adalah dipengaruhi oleh ajaran gereja.
Faktor skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor diantaranya faktor
religius dan faktor ilmu pengetahuan suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan
alam kodrat. Keempat, adalag filsafat nasrani karena.

a. Skolastik awal (800-1200 M)


Pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan dari Kerajaan Romawi berada dibawah Karel Agung
(742 – 824) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu
pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya
menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecermelangan
abad pertengahan, dimana arah pemikiran berbeda sekali dengan sebelumnya.

1. Anselmus (1033 – 1109 M)


Zastikus pertama dalam arti sebenarnya. Gagasan dari tokoh ini adalah bahwa orang
harus percaya dahulu supaya mendapatkan pengertian yang benar akan kebenaran. Pandangan ini
ternyata menguasai pandangan orang pada abad - abad berikutnya.

2. Peter Abaelardus (1079 – 1180 M)


Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.
Tentunya pendapat ini berbeda dengan Anselmus. Abaelardus membenarkan alasan bahwa
berfikir itu berada diluar iman (diluar kepercayaan). Karena itu berfikir merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri.

b. Skolastik puncak (1200-1300M).


Masa ini merupakan kejayaan skolastik dan masa ini juga disebut masa berbunga.
Ditandai dengan munculnya Universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama
memajukan ilmu pengetahuan. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai
pada puncaknya, yaitu: pertama, adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak
abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
Kedua, Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis, Uniersitas ini merupakan
gabungan daru beberapa sekolah. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan-kehidupan
kerohanian dimana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran dibidang filsafat dan teologi,
seperti Albertus de Grote dan Thomas Aquinas.

1. Albertus Magnus (1203 – 1280 M)


Ia mengantarkan ajaran Aristoteles di Eropa Barat, lalu membuka keterangan yang baru
bagi pemikiran Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat Aristoteles. Lebih dari siapapun
ia telah memperkenalkan Aristoteles kepada dunia Barat. Terakhir ia diangkat sebagai uskup
agung.

2. Thomas Aquinas (1225 – 1274 M)


Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan
dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan diluar jangkauan pemikiran. Ia
menghimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang terungkap
dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman.

c. Skolastik akhir (1300-1450)


Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat
yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Sebab orang-orang
yang setia kepada pemikiran yang membangun menampakkan gejala pembekuan. Timbulah dua
kelompok pemikir yaitu, dari aliran Thomisme.

1. William Ockham (1285 – 1349 M)


Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau
kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam
hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui
hanya lewat intuisi, bukan lewat logika.

2. Nicolas Cusasus (1401 – 1464 M)


Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan
intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang
sifatnya tidak sempurnya. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk penelitian yang
abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra dengan intuisi, kita akan mendapatkan
pengetahuan yang lebih tinggi.
Pemikiran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan
yang dibuat kesuatu sintesis yang lebih luas.

C. ZAMAN MODERN

Bertrand Russell (1979 : 479) menyatakan bahwa dalam sejarah, sebuah masa secara
umum dapat dinyatakan sebagai masa “Modern” dapat dilibat dari berbagai sisi adanya
perubahan mental yang menunjukkan perbedaan bila dibanding dengan masa pertengahan.
Paling tidak pebedaan itu tampak dalam dua hal yang sangat penting, yaitu pertama
berkurangnya cengkraman kekuasaan, dan kedua bertambah kuatnya otoritas ilmu pengetahuan.
Filsafat modern dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :
1. Rasionaalisme, empirisme, dan kritisme

Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan
pengukur pengtahuan, contohnya orang yang memikirkan sesuatu hal dengan berdasarkan fakta
yang ada . Empirisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang
logis dan ada bukti empiris, contohnya orang yang benar-benar mengalami secara nyata suatu
kejadian tertentu, dan Kritisisme adalah menolak paham yang menyangkut penerapan dan
pengetahuan berdasarkan alasan-alasan, contohnya orang yang mengalami sesuatu hal namun
berdasarkan pemikiran juga.

2. Dialetika dan idealism

Dialektika adalah ilmu pengetahuan tentang hukum yang paling umum yang mengatur
perkembangan alam, masyarakat, dan pemikiran, contohnya sebagaimana aturan-aturan
dimasyarakat ataupun norma-norma. Dan Idealisme adalah suatu keyakinan atas suatu hal yang
dianggap benar oleh individu yang bersangkutan dengan bersumber dari pengalaman,
pendidikan, dan kebiasaan, contohnya lebih kepada wahyu ataupun aturan dari tuhan.

3. Fenomenologi dan eksistensialisme

Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia
sebagai sebuah fenomena, contohnya manusia mengalami berbagai fenomena mulai kelahiran
sampai kepada kematian. Dan Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat
pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan
secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar, contohnya orang yang hanya
memikirkan hal-hal sementara saja namun tidak mendalami hal tersebut apakah baik atau buruk.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi, Periodisasi Filsafat mulai dari zaman Yunani Kuno dan Klasik telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat dari pemikiran alam sampai kepada mansia itu sendiri, namun
ketika memasuki Abad pertengahan Filsafat mengalami kesulitan untuk berkembang diakibatkan
terbelenggu oleh Agama di masa Patristik dan Skolastik singkatnya mengalami stagnasi, namun
sekian lama peradaban akhirnya muncul Zaman Modern bahwa dapat dilihat dari berbagai sisi
adanya perubahan mental yang memunjukkan perbedaan bila dibanding dengan masa
pertengahan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2013. Filsafat Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


Hamidah. 2014. Filsafat Umum. Palembang: Noer Fikri Offset.
Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum. Bandung: CV Pustaka
Setia.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Zaman_modern. Tanggal 23 November 2015 Pukul 02:30 WIB
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………..

B. Rumusan Masalah …………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ream medis ………………………………………………

B. Fungsi rekam medis …………………………………………………

C. Definisi perjanjian terapeutik

D. Transaksi terapeutik …………………………………………………….

E. Sifat hubungan dokter pasien ………………………………………..

F. Subyek-subyek kontrak terapeutik …………………………………….

G. Obyek-obyek kontrak terapeutik ……………………………………….

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai