Anda di halaman 1dari 83

TUGAS INDIVIDU

KUMPULAN LAPORAN KASUS


PUSKESMAS ALAK

Oleh:
Azarella Alberthojones Ballo, S. Ked
1308010037

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS ALAK
KUPANG
2018

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
LAPORAN KASUS PROMOSI KESEHATAN .............................................. 1
LAPORAN KASUS SANITASI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN ........ 7
LAPORAN KASUS KESEHATAN IBU DAN ANAK .................................... 16
LAPORAN KASUS GIZI ................................................................................... 26
LAPORAN KASUS PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR ............... 33
LAPORAN KASUS PENGOBATAN DASAR ................................................. 40
LAPORAN PERSALINAN ................................................................................ 51
LAPORAN HOME VISITE POST PARTUM................................................. 56
LAPORAN POSYANDU.................................................................................... 59
LAPORAN BIMBINGAN BERSAMA KAPUS.............................................. 67
LAMPIRAN POSTER ........................................................................................ 79

ii
LAPORAN KASUS
PROMOSI KESEHATAN
PUSKESMAS ALAK

Oleh :
Azarella Alberthojones Ballo, S. Ked
1408010037

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS ALAK
KUPANG
2018
LAPORAN KASUS PROMOSI KESEHATAN
oleh
Azarella Alberthojones Ballo, S.Ked
SMF/Bagian IKM – IKKOM
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
Puskesmas Alak

Imunisasi

I. JUDUL PENYULUHAN
“Imunisasi”

II. LATAR BELAKANG


Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata
imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya
akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Tujuan dari
diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka
penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat
dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri,
tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.

Metode pemberian vaksin dalam imunisasi beragam, ada yang dengan cara
disuntikkan, dimasukkan (ditetesi) ke dalam mulut, atau bahkan disemprotkan ke
dalam mulut atau hidung. Sejumlah vaksin ada yang hanya diberikan sekali
seumur hidup dan ada juga yang perlu diberikan secara berkala agar kekebalan
tubuh terbentuk dengan sempurna.

2
III. TUJUAN
a. Menjelaskan pengertian imunisasi
b. Menjelaskan manfaat diberikan imunisasi
c. Menjelaskan siapa saja yang perlu mendapat imunisasi
d. Menjelaskan efek samping dari vaksinasi
e. Menjelaskan jenis-jenis vaksin yang diberikan saat imunisasi
f. Menjelaskan kegunaan jenis-jenis vaksin
g. Menjelaskan jadwal imunisasi pada bayi dan anak
h. Menjelaskan dimana imunisasi dapat diperoleh

IV. MANFAAT
a. Menjadi media informasi bagi ibu-ibu yang membawa anak di
Posyandu mengenai imunisasi
b. Menjadi sumber informasi bagi ibu-ibu agar membawa anak ke
Posyandu untuk diimunisasi

V. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Pembicara : Azarella Alberthojones Ballo, S.Ked
b. Narasumber : Azarella Alberthojones Ballo, S.Ked
c. Waktu : Kamis, 17 Mei 2018
d. Tempat : Posyandu Tetesan Kasih IV
e. Peserta : Ibu-ibu
f. Isi materi : Terlampir
g. Jumlah : 23 orang
h. Media : Leaflet (30 eksemplar)

VI. PERTANYAAN
a. Apakah imunisasi harus diberikan pada saat anak atau bayi dalam
keadaan sehat?
b. Bagaimana penanganan efek samping dari vaksinasi itu sendiri?

3
VII. DOKUMENTASI

Gambar 1.1 Penyuluhan Imunisasi

4
Gambar 1.2 Materi Penyuluhan Imunisasi

5
DAFTAR PUSTAKA

1. Abednego, H.M, 1997, Strategi dan Pengembangan Program Imunisasi di

Indonesia Menjelang Abad 21, Balai Penerbit FK UI, Jakarta

2. Departemen Kesehatan RI, 2017, Pedoman Operasional Pelayanan

Imunisasi, Jakarta

6
LAPORAN KASUS
SANITASI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PUSKESMAS ALAK

Oleh :
Azarella Alberthojones Ballo, S. Ked
1408010037

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS ALAK
KUPANG
2018

7
LAPORAN KASUS
SANITASI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
oleh
Azarella Alberthojones Ballo, S.Ked
SMF/Bagian IKM – IKKOM
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
Puskesmas Alak

MALARIA

I. PENDAHULUAN
Malaria merupakan infeksi akut hingga kronik yang disebabkan oleh satu
atau lebih spesies plasmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat intermitten,
anemia, dan hepato-splenomegali.Malaria disebabkan oleh protozoa intraselluer
yang masuk dalam genus Plasmodium. Plasmodium ini ditransmisikan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Pada manusia, plasmodium ini
akan hidup dan berkembang dalam sel darah merah.Terdapat 4 jenis plasmodium
penyebab malaria pada manusia antara lain P. falciparum menyebabkan malaria
tropikana, P. vivax menyebabkan malaria tertiana, P. ovale menyebabkan malaria
ovale, P. malariae menyebabkan malaria kuartana. Sekarang ini, ditemukan jenis
plasmodium pada monyet yang dapat menyebabkan malaria pada manusia yaitu P.
Knowlesi.Jenis plasmodium yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah P.
falciparum dan P. vivax sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa
provinsi antara lain : Lampung, NTT dan Papua. P. ovale pernah ditemukan di
NTT dan Papua.
Siklus hidup plasmodium parasit malaria memerlukan dua hospes untuk
siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk anopheles betina.Siklus pada
manusia, dalam tubuh manusia, parasit berkembang secara aseksual (skizogoni).
Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang
berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran darah selama

8
kurang lebih ½ jam. Kemudian, sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan akan
menjadi tropozoit hati yang kemudian akan berkembang menjadi skizon hati yang
terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus ekso-eritrosit
yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.Siklus pada nyamuk anopheles
betina, dalam tubuh nyamuk, parasit berkembang secara seksual
(sporogoni).Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang
mengandung gametosit, didalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina
melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet
kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung
nyamuk, ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menajdi dporozoi.
Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.
Malaria merupakan masalah kesehatan utama di Afrika, Asia, Oceania dan
Amerika utara. Lebih dari 40% penduduk dunia hidup pada daerah populasi tinggi
malaria. Diperkirakan 300-500 juta kasus malaria terjadi tiap tahunnya dan
menyebabkan 1-3 juta orang meninggal. Populasi yang beresiko tinggi meninggal
karena malaria adalah primigravida, turis yang belum mendapat profilaksis, dan
anak dibawah umur 6 bulan sampai 3 tahun yang tinggal pada daerah endemis
malaria. Banyak anak yang meninggal karena plasmodium falciparum di daerah
Sub-Saharan Afrika. Pada Negara endemis anak yang kurang dari usia 5 tahun
biasanya akan mendapatkan malaria berulang dan serangan malaria yang serius.
Di Indonesia, berdasarkan survei kesehatan Indonesia tahun 2011, jumlah
penduduk populasi beresiko malaria adalah sebanyak 146.978.014 jiwa, dan yang
terdiagnosis secara klinis sebesar 1.321.451 jiwa, dengan annual parasite
incidence sebesar 1,7. NTT sendiri memiliki jumlah populasi beresiko sebesar
4.708.982 jiwa, dan yang terdiagnosis secara klinis sebanyak 233.717 jiwa dengan
angka annual parasite incidence sebesar 14,8. Prevalensi malaria di NTT menurut
RISKESDAS tahun 2007 sebesar 14,9% dengan 4 kabupaten dengan prevalensi
tertinggi yaitu Sumba barat, Lembata, Sumba Timur dan Manggarai barat.

9
II. PRESENTASI KASUS
Identitas
Nama : Ny. R. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 Tahun
Alamat : RT 18/RW 06, Kelurahan Alka, Kecamatan Alak
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah

Anamnesis
Keluhan Utama : Demam hilang timbul sejak 5 hari sebelum mendapat
pengobatan dari puskesmas.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien perempuan usia 27 tahun datang dengan keluhan demam hilang
timbul, demam meninggi terutama pada saat malam hari, demam sampai
membuat pasien menggigil namun tidak sampai membuat pasien kejang,
demam sempat menurun ketika pasien mengkonsumsi paracetamol namun
demam kemudian meninggi lagi, pasien jua mengeluhkan merasa mual
namun tidak sampai muntah, makan minum pasien baik, BAB dan BAK
pasien teratur dan lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu :ISPA (-), Diare (-), DBD (-)
Riwayat Kebiasaan : Merokok (-), Alkoholik (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien
Keadaan Lingkungan :
Lingkungan tempat tinggal pasien tampak tidak ditata rapi dan tidak bersih.

10
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Pasien tampak sehat
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Tanda Vital :
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 90x/mnt, reguler, kuat angkat
- Suhu : 36,9oC (aksiller)
- RR : 24x/mnt.
Kepala : Bentuk normal, rambut tidak mudah dicabut,
warna : hitam
Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor 3mm/3mm, refleks cahaya langsung dan
tidak langsung (+/+)
Telinga : Deformitas daun telinga(-/-),nyeri tekan mastoid(-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), perdarahan gusi (-),
plak putih (-), tonsil T1/T1, trismus (-)
Leher : Pembesaran KGB dan tiroid (-), trakea letak
tengah
Thoraks
Bentuk : Nomal, pelebaran vena (-), luka ataupun scar (-)
Paru-Paru Depan
- Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, otot bantu
pernapasan (-)
- Palpasi : Vocal Fremitus D=S normal, Nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+/+)
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)

11
Paru-paru Belakang
- Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, pelebaran sela iga
(-)
- Palpasi : Vocal Fremitus D=S normal, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS 5 midklavikula
sinistra,
thrill (-)
- Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea Parasternal sinistra
Batas bawah: ICS 5 linea midklavikula sinistra
Batas kanan : ICS 2-4 linea Parasternal dextra
Batas kiri : ICS 3-ICS 5 linea midklavikula sinistra
- Auskultasi : S1-S2 reguler, tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Supel, venektasi (-), caput medusa (-)
- Auskultasi : Bising Usus (+)
- Palpasi : Supel, Nyeri Tekan (-), Organomegali (-)
- Perkusi : Timpani pada seluruh lapangan abdomen
Punggung
- Inspeksi : Vertebra nomal, deformitas (-), massa (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
Riwayat Kebiasaan Dan Lingkungan :
Berdasarkan hasil kunjungan rumah tempat pasien tinggal ditemukan bahwa
rumah pasien kurang bersih dan sehat. Rumah pasien memiliki ventilasi
yang cukup serta jendela yang dapat terbuka. Kebiasaaan menggunakan
kelambu saat tidur tidak dilakukan hal ini yang mungkin menjadi faktor
timbulnya Malaria pada pasien. Setelah dilakukan pengamatan di sekitar
lingkungan rumah ditemukan bahwa terdapat banyak sampah kaleng

12
berserakan yang menampung air hujan, hal ini menjadi tempat yang baik
bagi nyamuk anopheles untuk berkembang biak. Selain itu juga kebiasaan
sering menggantung pakaian di belakang pintu juga dapat menjadi tempat
habitat nyamuk untuk hidup.

Penanganan Berbasis Kesahatan Lingkungan Berdasarkan Masalah


yang Diperoleh :
Penanganan berbasis kesling yang harus dilakukan adalah member edukasi
agar rutin membersikan lingkungan rumah serta lingkungan disekitar rumah
dan tetangga pasien , pasien harus menguras bak mandi dan wc paling
kurang 1 kali seminggu dan menyarankan untuk mengambil bubuk abate
yang didapat gratis dari puskesmas. Menggunakan kelambu saat tidur juga
harus dilakukan agar terhindar dari gigitan nyamuk dan pakaian sebaiknya
jangan digantung namun dilipat dan disimpan di dalam lemari.

III. DOKUMENTASI

Gambar 2.1 Lingkungan Samping Rumah Pasien

13
Gambar 2.2 Kamar Pasien

Gambar 2.3 Teras Rumah Pasien

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,


2013. Riset Kesehatan Dasar 2013,
2. Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2012. Profil Kesehatan NTT,
3. Natadisastra, D. & Agoes, R., 2009. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari
Organ Tubuh yang Diserang, Jakarta: EGC.
4. Soedarto, 2011. Malaria Epidemiologi Global-Plasmodium-Anopheles
Penatalaksanaan Penderita Malaria, Jakarta: Sagung Seto.
5. WHO, 2014. World Malaria Report.

15
LAPORAN KASUS
KESEHATAN IBU DAN ANAK
PUSKESMAS ALAK

Oleh :
Azarella Alberthojones Ballo, S. Ked
1408010037

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS ALAK
KUPANG
2018

16
LAPORAN KASUS KESEHATAN IBU DAN ANAK
oleh
Azarella Alberthojones Ballo, S.Ked
SMF/Bagian IKM – IKKOM
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
Puskesmas Alak

ANTENATAL CARE (ANC)

I. PENDAHULUAN
Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2004, angka kematian Ibu
(AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan untuk
NTT adalah 554 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007 Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007), AKI turun menjadi 228 per 100.000 kelahiran
hidup dan di NTT menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup hasil. Walaupun ada
penurunan tapi angka ini masih tinggi dibandingkan angka Nasional. Demikian
pula angka kematian bayi (AKB), pada tahun 2004, Nasional 52 per 1000
kelahiranhidup turun menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup sedangkan untuk NTT
dari 62 per 1000 kelahiran hidup turun menjadi 57 per 1000 kelahiran hidup.
Salah satu program Multiple Development Goals adalah meningkatkan
kesehatan ibu dan anak. Hal ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan Ante Natal
Care (ANC) secara teratur. Menurut Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antenatal
dilakukan denganstandar pelayanan antenatal dimulai dengan : ukur tinggi badan,
timbang berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA), ukur tekanan darah, ukur
Tinggi Fundus Uteri (TFU), imunisasi Tetanus Toxoid (TT), pemberian Tablet
besi (fe), tanya/temu wicara. Setiap ibu hamil menghadapi risiko terjadinya
kematian, sehingga salah satu upaya menurunkan tingkat kematian ibu adalah
meningkatkan status kesehatan ibu hamil sampai bersalin melalui pelayanan ibu
hamil sampai masa nifas.

17
Peningkatan kesehatan Ibu di Indonesia merupakan Tujuan Pembangunan
Milenium (MDG). Tingginya angka kematian ibu ini juga merupakan salah satu
masalah kesehatan terbesar yang mendapat perhatian dunia. Data yang diperoleh
World Health Organization (WHO) menunjukkan sebanyak 800 ibu hamil
meninggal setiap harinya karena penyebab yang berhubungan dengan kehamilan
dan kelahiran yang sebenarnya dapat dicegah. Sebanyak 99% dari seluruh kasus
ini terjadi di negara berkembang. Masalah-masalah yang menyebabkan kematian
ibu adalah berbagai macam komplikasi, seperti perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Penyebab ini sendiri sebenarnya dapat dicegah, jika dilakukan deteksi dini yang
memadai dengan adanya pelayanan antenatal, dan dilakukannya persalinan di
fasilitas kesehatan yang memadai dan dibantu oleh petugas kesehatan yang
terlatih. Pada negara dengan penghasilan yang besar, ibu hamil melakukan
kunjungan antenatal setidaknya 4 kali selama masa kehamilannya dan
persalinannya dibantu oleh petugas kesehatan yang terlatih, sementara di negara
dengan penghasilan yang rendah, hanya sepertiga dari seluruh ibu hamil yang
melakukan hal tersebut. Kemiskinan, jarak yang jauh dari fasilitas kesehatan,
kurangnya informasi, kurangnya pusat pelayanan serta berbagai praktek adat yang
dilakukan yang berhubungan dengan kehamilan adalah penyebab rendahnya
jumlah ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal dan melakukan persalinan
di fasilitas kesehatan dibantu tenaga kesehatan terlatih.

18
Kerangka konsep pelayanan antenatal yang komprehensif dan terpadu.

Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besardapat


dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidaklangsung.
Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yangberhubungan dengan
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas sepertiperdarahan, pre
eklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet danabortus. Penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yangmemperberat keadaan ibu hamil
seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda,terlalu tua, terlalu sering melahirkan
dan terlalu dekat jarak kelahiran)menurut SDKI 2002 sebanyak 22.5%, maupun
yang mempersulit prosespenanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas
seperti TIGATERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya dan
mengambilkeputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat
dalampenanganan kegawatdaruratan). Faktor berpengaruh lainnya adalah
ibuhamil yang menderita penyakit menular seperti Malaria,

19
HIV/AIDS,Tuberkulosis, Sifilis; penyakit tidak menular seperti Hipertensi,
DiabetesMellitus, gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan gizi.
Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat;
b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
c. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi penyulit/komplikasi.
e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan.
f. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan
dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi
penyulit/komplikasi.
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1. Timbang berat badan
2. Ukur lingkar lengan atas (LILA)
3. Ukur tekanan darah
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Hitung denyut jantung janin (DJJ)
6. Tentukan presentasi janin
7. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
8. Beri tablet tambah darah (tablet besi)
9. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
a. Pemeriksaan golongan darah
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
c. Pemeriksaan protein dalam urin
d. Pemeriksaan kadar gula darah
e. Pemeriksaan darah Malaria

20
f. Pemeriksaan tes Sifilis
g. Pemeriksaan HIV
h. Pemeriksaan BTA
10. Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang
tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan

II. PRESENTASI KASUS


Identitas :
Nama : Ny. I
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 26 tahun
Alamat : Alak
Masuk Poli KIA : Kamis, 01 Febuari 2018
Anamnesis :
- Pasien datang ke poliklinik KIA Puskesmas Alak untuk memeriksakan
kehamilannya. Mual (-), muntah (-). Demam (-), nyeri ulu hati (-).
- Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, Diabetes melitus (-)
- Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan
- HPHT : 18-8-2017
- HTP : 24-5-2018
- Umur Kehamilan : 37 minggu
Pemeriksaan Fisik
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 86x/menit
- Lila : 26 cm
- Berat Badan : 58 Kg
- Kulit : kulit sawo matang, pucat (-), jaundice (-)
- Mata :

21
 Konjungtiva : pucat-/-
 Sklera : kuning -/-
 Pupil : isokor, 3mm/3mm
 Refleks cahaya langsung +/+
 Refleks cahaya tdk langsung +/+
- Hidung
 Pernapasan cuping hidung (-)
 Rinorhea (-)
- Jantung : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula
sinistra, thrill (-), S1-S2 tunggal, reguler, gallop (-), murmur (-)
- Paru : ekspirasi inspirasi saat statis dan dinamis sama,
retraksi otot-otot bantu napas (-), vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
- Extremitas : Kaki edema (-/-).
- Status Obstetrik : Pemeriksaan Luar
 Inspeksi :Perut tampak membuncit, linea nigra (+), striae
albican (+), putting susu nampak normal dan baik, retraksi puting (-).
 Palpasi :
Leopold 1 : Ballotement (+), tinggi fundus uteri 3 jari di bawah
proc. xyphoideus (29 cm)
Leopold 2 : punggung kiri
Leopold 3 : Letak kepala
Leopold 4 : Kepala sudah memasuki PAP
 Auskultasi : DJJ (+) 132 x/menit

Diagnosis
G1P0A0 + UK 37 minggu

Penatalaksanaan
Saat ini kehamilan pasien berada pada trimester ketiga. Usia kehamilan
memasuki fase aterm.Konsultasi persiapan kelahiran diberikan kepada pasien.

22
Pasien dijanjikan untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yakni puskesmas,
persiapan biaya maupun asuransi kesehatan, fisik dan jasmani pasien, untuk
obat-obatan diberikan tablet fe, kalk dan vitamin C yang dikonsumsi setiap
hari. Pasien diedukasi mengenai kehamilannya yaitu :
- Saat ini pasien sudah mendekati waktu untuk melahirkan, sehingga segala
persiapan harus segera dilakukan.
- Menjelaskan pada ibu bahwa persalinan wajib ditolong oleh tenaga medis
di fasilitas kesehatan.
- Menjelaskan kepada ibu mengenai pentingnya mengkonsumsi tablet
tambah darah, vitamin C serta kalk, serta mengkonsumsi secara rutin
- Menjelaskan kepada ibu mengenai pola makan dengan gizi seimbang serta
pemilihan menu makanan yang dapat memperbaiki anemia pada pasien.
Seperti mengkonsumsi susu, bayam, daging merah, telur dan lain-lain.
- Menjelaskan pada ibu agar suami dan keluarga siap mengantar ibu
melahirkan di Puskesmas PONED / Rumah Sakit PONEK (dengan
catatan: bila lokasi tempat tinggal jauh dari fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam, menyiapkan diri untuk tinggal di rumah
tunggu).
- Istirahat yang cukup, tidak mengerjakan pekerjaan rumah seperti
mengangkat beban berat.
- Menjaga kebersihan diri dengan mandi 2 kali sehari, menggosok gigi,
mencuci rambut, merawat payudara, vagina/vulva, dan kuku.

23
III. DOKUMENTASI

Gambar 3.1 Pemeriksaan Leopold

Gambar 3.2 Pengukuran tinggi fundus

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Riset Kesehatan Dasar.2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
2. Riset Kesehatan Dasar.2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
3. Dinas Kesehatan Provinsi NTT. Pedoman Revolusi KIA di Provinsi NTT.
2009. [cited 2016 Agustus 29]. Available from:URL:
4. Riset Kesehatan Dasar. Status Gizi. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

5. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pedoman Revolusi KIA


Provinsi NTT : Percepatan Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir. .
Dinas Kesehatan Provinsi NTT. Kupang. 2009

6. Kementerian Kesehatan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.


Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2010. [online] [cited 2016Agustus 29]. Available
from:URL:http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/downloads/201
3/12/Pedoman-ANC-Terpadu.pdf

25
LAPORAN KASUS
GIZI
PUSKESMAS ALAK

Oleh :
Azarella Alberthojones Ballo, S. Ked
1408010037

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS ALAK
KUPANG
2018

26
LAPORAN KASUS GIZI
oleh
Azarella Alberthojones Ballo, S.Ked
SMF/Bagian IKM – IKKOM
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
Puskesmas Alak

GIZI BURUK
(BAWAH GARIS MERAH)

I. PENDAHULUAN
Gizi buruk adalah satu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan
nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-
rata.Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.Pengertian
gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) < -3 SD.Terdapat 3 jenis gizi buruk yang sering dijumpai
yaitu kwashiorkor, marasmus dan gabungan dari keduanya marasmus-
kwashiorkor.(1)Pengertian kwashiorkor sendiri adalah suatu bentuk malnutrisi
protein yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi
dan asupan protein yang inadekuat. Kwashiorkor dapat dibedakan dengan
marasmus yang disebabkan oleh asupan dengan kurang dalam kuantitas tetapi
kualitas yang normal, sedangkan marasmik-kwashiorkor adalah gabungan dari
kwashiorkor dengan marasmus yang disertai dengan oedema.(2)
Menurut WHO, malnutrisi berkontribusi sebagai penyebab kematian dari
sepertiga anak walaupun jarang didapati sebagai penyebab langsung. Berdasarkan
Joint UNICEF – WHO – The World Bank Child Malnutrition Database mengenai
masalah malnutrisi pada anak, secara global tercatat sebanyak 162 balita stunting,
99 juta balita underweight, 51 juta wasting dan 17 juta severly wasting dengan
persebaran di wilayah asia dan afrika.(3) Prevalensibalita yang
mengalamigiziburuk diIndonesia masihtinggi, yaitu 5,4% pada tahun 2007, 4,9%

27
pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Diantara 33 provinsi di Indonesia, 18
provinsi memiliki prevalensi gizi buruk-kurang di atas angka prevalensi nasional
yaitu berkisar antara 21,2% sampai dengan 33,1% dan diantaranya Nusa
Tenggara Timur (NTT) menempati urutan pertama. Di Provinsi NTT
prevalensigizikurangmenurundari 20,4% (SDKI2007) menjadi 13,0% (Riskesdas
2010) dankondisitersebutdiikutidenganpenurunanprevalensigiziburuk 9,0% (SDKI
2007) menjadi 4,9%(Riskesdas 2010).Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang
umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk
adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Anak
balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan (standar)
yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar,
anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang.
Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. (4)
Balita BGM adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada
garismerah atau di bawah garis merah pada KMS. Berat Badan di Bawah Garis
Merah (BGM) bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi
sebagai warning untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya tetapi perlu diingat tidak
berlaku pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah dibawah garis
merah. Naik-Turunya berat badan balita selalu mengikuti pita warna pada KMS.
Balita BGM dapat ditemukan disuatu wilayah kerja pada waktu tertentu.(5)

II. PRESENTASI KASUS


Identitas :
- Nama : An. R.
- Jenis kelamin : Laki-Laki
- Umur : 57 bulan
- Alamat : Nunbaun Sabu
Anamnesis :
Pasien anak laki-laki usia 54 bulan dibawa ibunya ke Posyandu
untukmelakukan konsultasi gizi dengan petugas gizi saat kunjungan

28
posyandu balita. Tindakan ini dilakukan karena berat badan anak yang terus
turun dan pada pengukuran terakhir pasien masuk kategori bawah gari
merah (BGM). Pasien tiak menderita sakit apapun namun kondisi fisik
tampak lesu. Menurut ibu, pasien diberi makan seperti biasa, dengan porsi
yang sama seperti pada usia-usia sebelumnya.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien tidak sedang menderita penyakit apapun,
Riwayat Makan
Pasien tidak mendapat ASI eksklusif karena dicampur dengan susu formula
dan saat usia 6 bulan anak mendapatkan MP-ASI yaitu bubur yang
dicampur dengan sayuran dan kadang berupa nasi.
Riwayat kehamilan
Ibu pasien melakukan ANC secara teratur di fasilitas pelayanan kesehatan
Riwayat persalinan
Pasien lahir normal dirumah dan ditolong bidan. Setelah lahir pasien tidak
langsung menangis. Berat badan lahir 2600 gram.
Riwayat imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi lengkap pada pusat pelayanan
kesehatan yang ada
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : Pasien tampak kurus, pasif, dan perutnya sedikit
membuncit
Berat badan : 10,2 kg
Panjang badan : 73 cm
Status gizi :
 Berdasarkan BB/U : < -3 SD  Gizi buruk
 Berdasarkan PB/U : -3-(-2) SD Pendek
 Berdasarkan BB/PB : < -3 SD Sangat Kurus
Kepala : bentuk kepala normal, rambut warna hitam kecoklatan,
tidak mudah dicabut

29
Mata :Mata cekung, Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-
),
Pupil Isokor
Hidung : Rhinore (-/-), napas cuping hidung (-/-)
Telinga : tidak tampak sekret dari kedua telinga.
Mulut : dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
Paru : Vesikuler +/+, Ronchi -/-, Wheezing -/-
Jantung : S1 dan S2 normal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tampak buncit,
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani semua regio
Auskultasi : BU (+) kesan normal
Ekstremitas : CRT < 2’, akral hangat

III. DOKUMENTASI

Gambar 4.1 Presentasi Pasien

30
Gambar 4.2 KMS Pasien

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Persatuan Ahli Gizi Indonesia. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga.


Jakarta: Kompas Media Nusantara; 2009.
2. WHO. MANAGEMENT OF SEVERE MALNUTRITION : A MANUAL
FOR PHYSICIANS AND OTHER SENIOR HEALTH WORKERS. Geneva;
1999.
3. WHO, UNICEF, World Bank. Joint UNICEF – WHO – The World Bank
Child Malnutrition Database : Estimates for 2012 and Launch of Interactive
Data Dashboards. 2013;2–4.
4. A DN. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita yang Dirawat di
RSUP dr. Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro; 2012.
5. Sari Y. Apakah Berat Badan Balita BGM-KMS adalah Gizi Buruk? [Internet].
Pemda Cilacap. 2011 [cited 2016 September 18]. Available from:
http://posyandu.org/posyandu/posyandu-balita/data-perkembangan/152-
apakah-berat-badan-balita-bgm-kms-adalah-gizi-buruk.html
6. Hasaroh Y. Perubahan Berat Badan Anak Balita Gizi Buruk Yang Di Rawat
DI RSUP. H. Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara; 2010.

32
LAPORAN KASUS
PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR (P2M)
PUSKESMAS ALAK

Oleh :
Azarella Alberthojones Ballo, S. Ked
1308010037

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS ALAK
KUPANG
2018

33
LAPORAN KASUS
PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR (P2M)
oleh
Azarella Alberthojones Ballo, S.Ked
SMF/Bagian IKM – IKKOM
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
Puskesmas Alak

IMUNISASI

I. PENDAHULUAN

Imunisasi adalah memasukkan kuman penyakit yang sudah dilemahkan ke


dalam tubuh dengan cara suntik atau minum dengan maksud agar terjadi kekebalan
terhadap jenis penyakit tertentu di dalam tubuh. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
2013 pasal 21 (3) Pelayanan imunisasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan
Hepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan Campak.
Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak per tahun
di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi (WHO, UNICEF, & World Bank,
2009). Di Indonesia, imunisasi merupakan kebijakan nasional melalui program
imunisasi. Imunisasi masih sangat diperlukan untuk melakukan pengendalian
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti Tuberkulosis (TB),
dipteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio dan hepatitis B.
Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat (population
immunity).
Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990,
Indonesia telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang

34
merupakan suatu tahap dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah
mencapai 80% atau lebih. Saat ini Indonesia masih memiliki tantangan mewujudkan
100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014.
Untuk dapat melakukan pelayanan imunisasi yang baik dan benar diperlukan
pengetahuan dan keterampilan tentang vaksin (vaksinologi), ilmu kekebalan
(imunologi) dan cara atau prosedur pemberian vaksin yang benar. Dengan melakukan
imunisasi terhadap seorang anak, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak
tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas
umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi. Banyak penyakit
menular yang bisa menyebabkan gangguan serius pada perkembangan fisik dan
mental anak. Imunisasi bisa melindungi anak-anak dari penyakit melaui vaksinasi
yang bisa berupa suntikan atau melalui mulut.

Gambar 5.1 Jadwal Imunisasi Anak umur 0-18 tahun

35
II. LAPORAN KEGIATAN
1. Imunisasi DPT/HiB combo
A. Tujuan imunisasi DPT/HiB combo
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan
dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis yang merupakan sub unit
vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
Imunisasi DPT bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap 3 penyakit
penting yaitu difteri, tetanus dan pertusis. Sedangkan imunisasi hepatitis B
bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B.
B. Jadwal imunisasi DPT/HiB combo
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 4 kali. Diberikan pada anak mulai usia lebih
dari 6 minggu dengan interval 1-2 bulan untuk pemberian selanjutnya dan
pemberian DPT keempat adalah selang satu tahun dari DPT ketiga. Pemberian
imunisasi DPT pada anak usia kurang dari 6 minggu tidak dianjurkan karena
respon terhadap pertusis tidak optimal.
C. Pemberian imunisasi DPT/HiB combo
Imunisasi DPT/HiB combo diberikan dengan cara menyuntikkan vaksin ke otot
anak. Biasanya penyuntikan dilakukan di otot paha.
D. Biaya imunisasi DPT/HiB combo
Karena DPT termasuk imunisasi dasar yang diwajibkan maka biaya imunisasi
ini digratiskan pemerintah. Anda dapat melakukan imunisasi DPT/HB combo
anak anda di posyandu atau puskesmas terdekat.
E. Jenis vaksin DPT
Imunisasi DPT merupakan salah satu jenis vaksin combo. Artinya, dalam satu
vaksin mengandung beberapa jenis vaksin untuk beberapa jenis penyakit. Saat
ini terdapat 2 jenis vaksin DPT.Yang pertama dengan kandungan seluruh sel
kuman pertusis (whole cell pertussis) disingkat dengan DTwP. Vaksin kombo
inilah yang tersedia di posyandu dan puskesmas.Yang kedua, yang tidak
mengandung kuman pertusis, tapi berisi komponen spesifik toksin dari kuman

36
pertusin, disebut sebagai aseluler pertusis, disingkat DTaP. Keuntungan vaksin
yang ini, angka kejadian komplikasi yang ditimbulkan lebih sedikit dibanding
vaksin yang whole cell. Artinya, lebih sedikit bikin demam , bengkak,nyeri atau
komplikasi lainnya. Kerugiannya, harganya relatif mahal.
F. Efek samping imunisasi DPT/HiB combo
Efek samping yang terjadi adalah pembengkakan dan kemerahan daerah
suntikan. Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi,iritabilitas,
meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat
ringan danbiasanya hilang dalam 2 hari.
G. Kontra indikasi imunisasi DPT/HiB combo
Kontra indikasi dari imunisasi ini adalah apabila adanya gejala keabnormalan
otak pada bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf yang
merupakan kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap komponen vaksin,
penderia infeksi berat yang disertai kejang.
H. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu : 8 Juni 2018
Tempat : Posyandu Tetesan Kasih II
Pendamping : Bidan Frida Lado
Pasien
Nama : An. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 4 bulan
Alamat : Nunbaun Sabu

37
B. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 5.2 Pemberian Imunisasi DPT

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang


Penyelenggaraan Imunisasi. Diakses dari :
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/92_PMK%20No.%2042%20ttg%20Pen
yelenggaraan%20Imunisasi.pdf
2. Probandari, A.N, Handayani, S, Laksono, N.J.D. Keterampilan Imunisasi.
Diakses dari : http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/Imunisasi.pdf
3. Sari Pediatri Petunjuk Praktis Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI. Diakses dari
: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-1-7.pdf

39
LAPORAN KASUS
PENGOBATAN DASAR
PUSKESMAS ALAK

Oleh :
Azarella Alberthojones Ballo, S. Ked
1308010037

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS ALAK
KUPANG
2018

40
LAPORAN KASUS PENGOBATAN DASAR

oleh
Azarella Alberthojones Ballo, S.Ked
SMF/Bagian IKM – IKKOM
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
Puskesmas Alak

RHINOFARINGITIS AKUT

I. PENDAHULUAN
Anatomi Faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian anterior
kolum vertebra. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke
esophagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui
ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus
laring dan ke bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior
faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding
faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput
lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.
Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-
unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mukosa blanket) dan otot.

41
Gambar 6.1 Anatomi Faring

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40-
60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta
orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis. Anak-anak dan
orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan
atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan
penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah.
Rhinitis akut adalah peradangan pada mukosa hidung yang berlangsung akut
(<12 minggu). Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, ataupun iritan.
Radang sering ditemukan karena manifestasi dari rhinitis simpleks (common cold),
influenza, penyakit eksantem (seperti morbili, variola, varicella, pertusis), penyakit

42
spesifik, serta sekunder dari iritasi lokal atau trauma. Rhinitis akut merupakan
penyebab morbiditas yang signifikan walaupun sering dianggap sepele oleh para
praktisi. Gejala-gejala rhinitis secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien
karena gejala-gejala sistemik yang menyertainya seperti fatigue dan sakit kepala.
Paling banyak didapatkan pada anak-anak dengan gambaran klinis bervariasi
(ringan, sembuh sendiri, meningitis sampai menimbulkan gejala sisa berat demam
rematik, gromerulonefritis akut). Insidens kejadian rinofaringitis meningkat sesuai
dengan bertambahnya umur (puncak usia 4-7 th). Insiden dipengaruhi oleh perubahan
musim. Faringitis berulang diduga karena reinfeksi oleh kuman yang sama (homolog)
atau berbeda (heterolog).
Pentingnya membedakan antara bakterial dan virus untuk dapat melakukan
pencegahan terhadap timbulnya komplikasi, resistensi dan efek samping obat.
Penyebab virus terbanyak ≤3 tahun, Influenzae A dan B, Parainfluenzae, Adenovirus,
Rhinovirus, Jarang: virus coxsackie, echovirus, herpes simplex dan Epstein-Barr.
Penyebab bakteri, terbanyak Streptokokus beta hemolitikus grup A (15-20%),
Streptococcus non group A, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza,
Moraxella catarrhalis, Bacteroides fragilis, Corynebact, Diphtheriae, Neisseria
gonorrhoeae, dan Kuman atipikal (klamidia dan mikoplasma).
Faktor Predisposisi Umum Eksogen musim, cuaca, temperatur, polusi, debu,
pemakaian AC. Endogen anemia, kurang zat besi, avitaminosis A, agranulositosis,
alergi, hipotiroid, imunodefisiensi, sarkoidosis, diabetes. Faktor Predisposisi Lokal
Bahan iritan, pernafasan melalui mulut, refluks esofagus, paparan rokok, voice abuse.

43
II. PRESENTASI KASUS
Identitas :
Nama : An. ST
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 9 tahun
Nama Ayah : Tn. AT
Alamat : Alak
Anamnesis :
Keluhan utama : Batuk pilek
Riwayat penyakit sekarang : keluhan batuk pilek yang dialami sejak 2 hari
yang lalu. Ibu pasien mengakui bahwa selama dua hari terakhir hidung anaknya
terus berair mengeluarkan cairan berwarna putih kental, batuk dan terus menerus
rewel. Pasien tidak demam. Nafsu makan menurun. Pasien belum diberikan
pengobatan dan dalam rumah pasien saat ini kakak pasien (8 tahun) juga
mengalami gejala yang sama.
Riwayat penyakit dahulu : pasien pernah mengalami hal yang sama
sebelumnya, akan tetapi dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Riwayat persalinan : Pasien dilahirkan spontan dan ditolong oleh
tenaga kesehatan dengan berat badan lahir 3100 gram. Menurut pengakuan ibu
pasien, pasien tampak sehat saat dilahirkan.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Pasien tampak sakit ringan
Berat badan : 10 kg
Kepala : bentuk kepala normal, rambut warna pirang dan lurus
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Rhinore (+/+), napas cuping hidung (-/-)
Mulut : eritema faring, tonsil hiperemis (+/+)
Leher : KGB (-/-)
Paru : Vesikuler +/+, Ronchi -/-, Wheezing -/-

44
Jantung : S1 dan S2 normal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Nyeri tekan (-), bising usus (+)
Ekstremitas : CRT < 2’, akral hangat.
Diagnosis : Rhinofaringitis akut ec. viral infection
Terapi : CTM 1/5 tab, Ambroxol 1/5 tab, dexametason 1/5 tab.
dibuat puyer, 3 x 1 sehari.
III. DOKUMENTASI

Gambar 6.2 Pasien dengan Rhinofaringitis akut

IV. PEMBAHASAN
Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan gejala rhinitis dan
beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain demam disertai rinorea dan
mual. Sedangkan, faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. Selain itu faringitis dapat
disebabkan oleh fungal, faringitis kronik hiperplastik, faringitis kronik atrofi dan
faringitis tuberkulosis.

45
Rhinitis Virus
a. Rhinitis simplek (pilek, Selesema, Comman Cold, Coryza)
Rhinitis simplek disebabkan oleh virus. Infeksi biasanya terjadi melalui droplet
di udara. Beberapa jenis virus yang berperan antara lain, adenovirus, picovirus,
dan subgrupnya seperti rhinovirus, coxsakievirus, dan ECHO. Masa inkubasinya
1-4 hari dan berakhir dalam 2-3 minggu.
b. Rhinitis Influenza
Virus influenza A, Batau C berperan dalam penyakit ini. Tanda dan gejalanya
mirip dengan common cold. Komplikasi berhubungan dengan infeksi bakteri
sering terjadi.
c. Rhinitis Eksantematous
Morbili, varisela, variola, dan pertusis, sering berhubungan dengan rhinitis,
dimana didahului dengan eksantema sekitar 2-3 hari. Infeksi sekunder dan
komplikasi lebih sering dijumpai dan lebih berat.

Rhinitis Bakteri
Infeksi non spesifik
a. Rhinitis Bakteri Primer. Infeksi ini tampak pada anak dan biasanya akibat dari
infeksi pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus. Membran putih
keabu-abuan yang lengket dapat terbentuk di rongga hidung, dan apabila
diangkat dapat menyebabkan pendarahan/epistaksis.
b. Rhinitis Bakteri Sekunder merupakan akibat dari infeksi bakteri pada rhinitis
viral akut.
Rhinitis Difteri.
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Rhinitis difteri dapat
berbentuk akut atau kronik dan bersifat primer pada hidung atau sekunder pada
tenggorokan. Dugaan adanya rhinitis difteri harus dipikirkan pada penderita dengan
riwayat imunisasi yang tidak lengkap. Penyakit ini semakin jarang ditemukan karena
cakupan program imunisasi yang semakin meningkat.

46
Rhinitis Iritan
Tipe rhinitis akut ini disebabkan oleh paparan debu, asap atau gas yang bersifat
iritatif seperti ammonia, formalin, gas asam dan lain-lain. Selain itu, dapat juga
disebabkan oleh trauma yang mengenai mukosa hidung selama masa manipulasi
intranasal, contohnya pada pengangkatan corpus alienum. Pada rhinitis iritan terdapat
reaksi yang terjadi segera yang disebut dengan “immediate catarrhal reaction”
bersamaan dengan bersin, rinore, dan hidung tersumbat. Gejalanya dapat sembuh
cepat dengan menghilangkan faktor penyebab atau dapat menetap selama beberapa
hari jika epitel hidung telah rusak. Pemulihan akan bergantung pada kerusakan epitel
dan infeksi yang terjadi.
Faktor risiko dari rhinofaringitis yaitu paparan udara yang dingin, menurunnya
daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi dan iritasi kronik oleh rokok,
minum alkohol, makanan, refluks asam lambung, inhalasi uap yang merangsang
mukosa faring.
Untuk Penatalaksanaannya secara menyeluruh yaitu :
1. Istirahat cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur antiseptik
untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal diberikan Nystatin
100.000-400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis kronik hiperplastik terapi lokal
dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras
argentin 25%.
4. Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus metisoprinol (isoprenosine)
dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari pada orang dewasa dan
pada anak <5 tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari.
5. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus
group A, diberikan antibiotik Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis
tunggal bila pasien tidak alergi penisilin, atau Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis

47
dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari, atau
Eritromisin 4x500mg/hari.
6. Pada faringitis gonorea, dapat diberikan sefalosporin generasi ke-3, seperti
Ceftriakson 2 gr IV/IM single dose.
7. Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan sinus paranasal harus
diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi.
Sedangkan, pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan kaustik 1 x/hari selama
3-5 hari.
8. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.
9. Selain antibiotik, kortikosteroid juga diberikan untuk menekan reaksi inflamasi
sehingga mempercepat perbaikan klinis. Steroid yang diberikan dapat berupa
deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 x/hari selama 3 hari.
Konseling & Edukasi Memberitahu pasien dan keluarga untuk :
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga
teratur.
2. Berhentimerokok bagi anggota keluarga yang merokok.
3. Menghindari makan-makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
4. Selalu menjaga kebersihan mulut
5. Mencuci tangan secara teratur
Pemeriksaan penunjang lanjutan (bila diperlukan) :
1. Kultur resistensi dari swab tenggorok.
2. GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri
streptococcus group A-
Kriteria Rujukan :
1. Faringitis luetika.
2. Timbul komplikasi: epiglotitis,abses peritonsiler, abses retrofaringeal, septikemia,
meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut.

48
Prognosis pada umumnya bonam, namun hal ini bergantung pada jenis dan
komplikasinya. Pada kedua pasien diatas, secara umum prognosisnya baik dan dapat
sembuh dengan pengobatan yang telah diberikan.

V. KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dengan diagnosis
rhinofaringitis akut berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik berupa berupa
pilek, batuk dan juga ditemukan adanya eritema faring dan tonsil, serta eksudat pada
faring dan tonsil. Pasien didiagnosis mengalami rhinofaringitis akut dan diterapi
dengan menggunakan ctm 1/5 tab, ambroxol 1/5 tab, dexametason 1/5 tab dibuat
dalam puyer 3 x sehari.

49
DAFTAR PUSTAKA

1. Atlas Of Human Anatomy. 4th edition. Anatomi faring.


2. Adam, G.L. Boies, L.R. Higler. Boies.Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6.
Jakarta: EGC. 1997.
3. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed. Ke-8. McGraw-
Hill. 2003.
4. Rusmarjono. Soepardi, E.A.Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid dalam
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala&Leher. Ed. ke-
6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.
5. USU Institutional Repository. Chapter II. Faringitis Akut Pada Anak.

50
LAPORAN PERSALINAN

PUSKESMAS ALAK

Oleh :
Azarella Alberthojones Ballo, S. Ked
1408010037

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS ALAK
KUPANG
2018

51
LAPORAN PERSALINAN
oleh
Azarella Alberthojones Ballo, S.Ked
SMF/Bagian IKM – IKKOM
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
Puskesmas Alak
Pasien I

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Yuanita Makoni
Umur : 31 tahun ( 1 November 1987)
Alamat : Kelurahan Nunbaun Delha
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama Suami : Tn. Matias Adu


Umur : 31 tahun ( 14 Juni 1987 )
Pekerjaan : Karyawan Hotel

2. Status Pasien
 G3P2A0
 HPHT : 6 Agustus 2017
 Tafsiran Persalinan : 12 Mei 2018
 Usia Kehamilan : 40 minggu 5 hari
 LILA : 28 cm
 TB : 150 cm
 Riwayat KB : KB suntik 3 bulan
 Umur Anak Terakhir : 3 tahun

52
3. Proses Persalinan

A. Kala I

01.30  Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah menjalar ke
pinggang sejak pukul 19.00 wita, keluar darah dan lendir berwarna hijau
 Hasil Pemeriksaan :

TTV :
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : Kuat angkat, regular, 80 kali/menit
- Suhu : 36,9 oC

Palpasi :
- TFU : 4 jari di bawah proceccus xypoideus (28 cm)
- Letak kepala
- Punggung kanan
- Punggung kanan
- Tafsiran berat badan janin 2500 gram

Auskultasi
- DJJ : (+) 140 kali/menit

VT
- Vulva dan vagina : normal
- Portio tipis
- Pembukaan 10 cm (Fase aktif)
- Kantong ketuban utuh

B. Kala II

01.39 - Partus spontan letak belakang kepala


- Bayi lahir perempuan
- Langsung menangis
- Seluruh tubuh kemerahan
- Bayi terlihat bugar
- Tonus baik ( reaksi melawan dan gerakan aktif)
- Menangis kuat
- Apgar score : 9/10

53
C. Kala III

01.45 - Menyuntikkan oxytocin 10 IU di sepertiga paha atas bagian


distal lateral (melakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oxytocin)
01.55 - Potong tali pusat
- Bayi diletakkan di dada ibu
- Melakukan IMD
- Perdarahan ± 150 cc
02.00 Plasenta lahir lengkap, cotyledon lengkap, selaput lengkap
- Cek laserasi : tidak ada laserasi

D. Kala IV

02.15 - Keadaan umum ibubaik


- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 72 kali/menit
- RR : 19 kali/menit
- Suhu : 37,1oC
- Kontraksi uterus baik
- TFU 2 jari dibawah pusat
- Perdarahan normal dari vagina
02.30 - Kondisi umum bayi baik
- HR bayi : 138 kali/menit
- Suhu : 37 oC
- RR : 19 kali/menit
- Lakukan penimbangan BB bayi. 3000 gram
- Panjang badan : 49 cm
- Lingkar kepala : 31 cm
- Memberikan salap mata
- Memberikan suntikan vitamin K
- Memberikan vaksin HbO
02.45 - TFU 2 jari diatas pusat
- Ibu tidak buang air kecil (BAK)

03.00 - TFU setinggi pusat


- Kontraksi uterus baik
- Perdarahan pervaginam sedikit dan normal

54
Gambar 1.1 Ny. YM setelah melahirkan

55
LAPORAN HOME VISITE POST PARTUM
PUSKESMAS ALAK

Oleh :
Azarella Alberthojones Ballo, S. Ked
1408010037

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS ALAK
KUPANG
2018

56
LAPORAN HOME VISITE POST PARTUM

oleh
Azarella Alberthojones Ballo, S.Ked
SMF/Bagian IKM – IKKOM
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
Puskesmas Alak
Pasien I

4. Identitas Pasien
Nama : Ny. Yuanita Makoni
Umur : 31 tahun ( 1 November 1987)
Alamat : Kelurahan Nunbaun Delha
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama Suami : Tn. Matias Adu


Umur : 31 tahun ( 14 Juni 1987 )
Pekerjaan : Karyawan Hotel

5. Kunjungan Post Partum


Tanggal kunjungan : 3 Juni 2018
Nama bayi : Putri
Keadaan umum bayi : Baik
ASI : Baik, setiap 2 jam diberi ASI.
BB bayi : 3000 gram
Tali pusat sudah mulai kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
BAK : Lancar ( 4-6 kali/hari)
BAB : Lancar, 4-5 kali/hari, berwarna kuning dan berbiji-biji

Kondisi Ibu :

 Keadaan umum ibu : Baik


 Luka jalan lahir : Sembuh, tanda-tanda infeksi (-)
 Rasa sakit : (-)
Lokia serosa : sedikit-sedikit.

57
 Kontraksi : Baik
 Buang air kecil : Pertama BAK segera setelah lahir, sekarang lancar (3-
4 kali/hari)
 BAB : Pertama kali pada hari ketiga pasca persalinan,
sekarang mulai lancar
 Ibu mulai merencanakan untuk mengikuti program KB dengan metode KB
Implan

KIE yang Diberikan kepada Ibu


 ASI diberikan sampai bayi berumur 6 bulan dan bisa diteruskan sampai umur
2 tahun
 Pada 6 bulan pertama bayi hanya memerlukan ASI sebagai makanannya tanpa
memerlukan tambahan makanan apapun.
 Menjelaskan ibu tentang keuntungan yang didapatkan jika memberikan ASI
kepada bayi
 Menjelaskan pada ibu untuk selalu mengikuti posyandu
 Menjelaskan ibu tentang imunisasi dan manfaat dari imunisasi
 Rencana KB yang akan digunakan
 Cuci tangan sebelum menyusui atau menggendong bayi
 Makanan bergizi seimbang untuk ibu agar menghasilkan ASI yang berkualitas

Gambar 1.1 Dokter muda saat melakukan kunjungan post partum

58
LAPORAN KEGIATAN POSYANDU

PUSKESMAS ALAK

Oleh :
Azarella Alberthojones Ballo, S. Ked
1408010037

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS ALAK
KUPANG
2018

59
I. PENDAHULUAN

Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat


yang sudah menjadi milik masyarakat serta menyatu dalam kehidupan dan
budaya masyarakat. Keberadaan Posyandu sangat diperlukan dalam
mendekatkan upaya promotif dan preventif kepada masyarakat, utamanya
terkait dengan upaya peningkatan status gizi masyarakat serta upaya
kesehatan ibu dan anak. Posyandu adalah merupakan suatu wadah komunikasi
alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta
pembinaan teknis dari petugas kesehatan.

1. Pengelola Posyandu
a. Penanggung jawab umum : lurah
b. Penanggung jawab operasional : tokoh masyarakat
c. Ketua pelaksana : ketua tim penggerak PKK
d. Sekretaris : Ketua Pokja IV kelurahan
e. Pelaksana : Kader PKK dibantu oleh
petugas puskesmas
2. Kegiatan posyandu yaitu
Meja1 : Pendaftaran
Meja2 : penimbangan bayi dan balita
Meja3 : pengisian KMS (kartu menuju sehat)
Meja4 : edukasi perorangan
Edukasi kepada perorangan berdasarkan hasil penimbangan berat
badan naik atau tidak naik, tinggi badan, pemberian makanan
tambahan, oralit, obat cacing, dan vitamin A.
Meja5 : pelayanan KIA, KB, Imunisasi, pengobatan dan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan, pemberian vitamin A dosis tinggi berupa obat tetes ke
mulut tiap bulan Februari dan Agustus, konsultasi KB-sederhana. Petugas
pada meja 1 s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V

60
merupakan meja pelayanan paramedis (jurim, bindes, perawat dan petugas
KB jika ada)
3. Manfaat kegiatan posyandu
a. Mendata jumlah bayi dan balita di suatu daerah tertentu
b. Masyarakat dapat mengembangkan kegiatan untuk menunjang
kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat
c. Untuk menurunkan angka kematian bayi, balita, ibu dan angka
kelahiran
4. Peran kader posyandu
a. Kegiatan yang dilakukan oleh kader posyandu
 Melaksanakan pendaftaran
 Melakukan penimbangan
 Mencatat hasil penimbangan
 Memberikan edukasi
 Merujuk
b. Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar kegiatan posyandu
kesehatan
 Mengajak ibu-ibu untuk datang membawa anak ikut posyandu
 Menunjang kegiatan pelayanan KIA, penanggulangan gizi buruk,
diare
 Pemberantasan penyakit menular
 Pembersihan sarang nyamuk
 Pembuangan sampah
 Rumah sehat

61
II. ISI
Laporan Kegiatan Posyandu
Posyandu yang diikuti

Hari/tanggal Nama Posyandu Kelurahan Imunisasi Kegiatan


17 Mei 2018 Tetesan Kasih IV Nunbaun DPT, Polio, - Penyuluhan Imunisasi
Sabu dan BCG - Penimbangan BB
- Pemberianimunisasi DPT,
Polio, dan BCG
23 Mei 2018 Tetesan Kasih II Nunbaun DPT dan Polio -Penyuluhan tentang "Ayo
Sabu Cegah Diare"
-Penimbangan BB
- Pemberian imunisasi DPT,
dan Polio
8 Juni 2018 Tetesan Kasih III Nunbaun DPT, Polio, - Penimbangan BB
Sabu Campak, BCG - Pemberian imunisasi
DPT, polio,campakdan
BCG

Kegiatan yang dilakukan di posyandu meliputi pendaftaran, penimbangan


berat badan, pengukuran tinggi badan, pengisian KMS, edukasi perorangan dan
pelayanan kesehatan KIA dan imunisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Dari data diatas, kegiatan imunisasi yang dilakukan yaitu di posyandu Tetesan
Kasih IV di kelurahan Nunbaun Sabu. Dalam kegiatan posyandu, yang melaksanakan
pendaftaran hingga pencatatan dilakukan oleh kader yang berjumlah 5 orang. Petugas
kesehatan berada di meja 4 dan 5 untuk memberikan pelayanan kesehatan KIA,
imunisasi dan edukasi.Di posyandu Tetesan Kasih IV, saya memulai melakukan
kegiatan dengan perkenalan diri dan kemudian melakukan penyuluhan mengenai ASI
eksklusif. Peserta yang hadir berjumlah 23 orang yaitu orang tua balita, setelah

62
penyuluhan kami membantu melakukan penimbangan balita, setelah itu kami
memberi pelayanan imunisasi BCG, DPT,dan polio terhadap 15 balita. Di posyandu
Tetesan KASIh II, kami juga melakukan penyuluhan tentang "Ayo Cegah Diare",
penyuluhan diikuti oleh 28 ibu. Kemudian kami melakukan penimbangan pada 5
balita. Setelah itu kami membantu melakukan imunisasi DPT, dan polio pada balita.
Di posyandu Tetesan Kasih III, kami melakukan penyuluhan mengenai cacingan yang
diikuti oleh 29 ibu, setelah itu melakukan pengukuran BB pada balita dan melakukan
imunisasi DPT, polio, campak, BCG pada balita.
Imunisasi hampir dilakukan di semua posyandu yaitu posyandu Tetesan Kasih
IV, posyandu Tetesan Kasih II dan posyandu Tetesan Kasih III.
Imunisasi yang dilakukan di posyandu ini adalah imunisasi DPT, Polio, BCG
dan campak. Vaksin DPT adalah vaksin 3 in 1 yang bisa diberikan kepada anak yang
berumur kurang dari 7 tahun, biasanya dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada
otot paha.Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2
bulan (DPT 1), 3 bulan (DPT 2) dan 4 bulan (DPT 2), selang waktu tidak kurang dari
4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT 2 dan pada usia pra
sekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka
sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi
awal, sebaiknya diberikan booster vaksin DPT pada usia 14-16 tahun kemudian setiap
10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10
tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali
suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap
difteri selama 10 tahun. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti
demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping
tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari
1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi seperti berikut: demam tinggi (lebih
dari 40,5°C), kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya), syok (kebiruan,
pucat, lemah, tidak memberikan respon). Jika anak sedang menderita sakit yang lebih

63
serius daripada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak
pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal,
penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa
dikendalikan. Satu hingga dua hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin
akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat
penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan
asetaminofen (atau ibuprofen).Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga
bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun
tungkai yang bersangkutan.
Pemberian Imunisasi Polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin
hepatitis B dan DPT, imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang
DPT, imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu kurang dari
satu bulan, imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5-6
tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun), diberikan dengan cara
meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung ke dalam mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis.
Tujuan : Imunisasi polio digunakan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit polimielitis.
Kontraindikasi : Imunisasi polio tidak boleh diberikan pada anak yang sedang
menderita diare berat.
Efek samping : Efek samping yang mungkin terjadi adalah dapat berupa kejang-
kejang, tetapi kemungkinan tersebut sangat kecil untuk terjadi.

64
Gambar 1.1 Dokter muda memberikan penyuluhan tentang Imunisasi di Posyandu
Tetesan Kasih IV

Gambar 1.2 Dokter muda memberikan penyuluhan tentang Ayo Cegah Diare di
Posyandu Tetesan II

65
Gambar 1.3 Dokter muda melakukan penimbangan BB di Posyandu Tetesan Kasih III

66
TUGAS KELOMPOK

LAPORAN BIMBINGAN DENGAN KEPALA PUSKESMAS

OLEH :

Edwardus T. Adar, S.Ked 1308012050


Natalia S Dethan, S.Ked 1408010011
Imelda M. Mauti, S.Ked 1408010015
Azarella A. Ballo, S.Ked 1408010037

Kepala Puskesmas Alak :


dr. Maria Imakulata Husni

KEPANITERAAN KLINIK STASE IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS ALAK KUPANG
2018

67
LEMBAR BIMBINGAN KOASS PUSKESMAS ALAK

KEPANITERAAN KLINIK IKM-IKKOM

FAKULTAS KEDOKTERAN NUSA CENDANA

PERIODE 23 APRIL-30 JUNI 2018

BIMBINGAN I

Hari/Tanggal :15 Mei 2018

Nama : Edwardus T. Adar 1308012050


Natalia S. Dethan 1408010011
Imelda M. Mauti 1408010015
Azarella A. Ballo 1408010037
Topik : Diare

Uraian bimbingan :

Dalam bimbingan bersama kepala puskesmas Alak, kami mendapatkan materi


tentang Diare. Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1
minggu. Padaumumnya, diareterjadiakibatkonsumsimakananatauminuman yang
terkontaminasibakteri, virus, atauparasit. Semua anak dengan diare, harus diperiksa
apakah menderita dehidrasi dan klasifikasikan status diare sebagai dehidrasi berat,
dehidrasi ringan/sedang atau tanpa dehidrasi dan diberi pengobatan yang sesuai.

Dehidrasi terjadi bila hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak diganti secara
adekuat, sehingga timbulah kekurangan cairan dan elektrolit. Derajat dehidrasi

68
diklasifikasikan sesuai dengan gejala dan tanda yang mencerminkan jumlah cairan
yang hilang.Selama anak diare, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit
(natrium, kalium dan bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak. Anak
dengan dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat dengan
pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak
membaik.

Tanda atau gejala pada dehidrasi berat adalah, terdapat dua atau lebih dari
tanda seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas
minum dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat kurang dari 2 detik. Tanda dan
gejala pada dehidrasi ringan/sedang seperti rewel, gelisah, mata cekung, minum
dengan lahap, haus dan cubitan kulit kembali lambat. Dan tanda atau gejala pada
dehidrasi tanpa dehidrasi yaitu tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan
sebagai dehidrasi ringan atau berat. Rejimen rehidrasi dipilih sesuai dengan derajat
dehidrasi yang ada.

Zinc merupakan mikronutrien penting untuk kesehatan dan perkembangan


anak. Zinc akan hilang dalam jumlah banyak selama diare. Penggantian zinc yang
hilang ini penting untuk membantu kesembuhan anak dan menjaga anak tetap sehat di
bulan-bulan berikutnya. Oleh karena itu semua anak dengan diare harus diberi zinc,
segera setelah anak tidak muntah.

Selama diare, penurunan asupan makanan dan penyerapan nutrisi dan


peningkatan kebutuhan nutrisi, sering secara bersama-sama menyebabkan penurunan
berat badan dan berlanjut ke gagal tumbuh maka nutrisi sangat di perlukan, bagi anak
yang masih mendapatkan ASI tetap dilanjutkan. Diare bukan saja berdampak kepada
diri penderita, tapi juga berpotensi menyebar, terutama kepada anggota keluarga.
Oleh sebab itu, diare sebaiknya dicegah mulai dari kontak pertama hingga
penyebarannya. Menjaga pola hidup bersih dan sehat adalah kunci dari pencegahan
diare

69
LEMBAR BIMBINGAN KOASS PUSKESMAS ALAK

KEPANITERAAN KLINIK IKM-IKKOM

FAKULTAS KEDOKTERAN NUSA CENDANA

PERIODE 23 APRIL-30 JUNI 2018

BIMBINGAN 2

Hari/Tanggal :15 Mei 2018

Nama : Edwardus T. Adar 1308012050


Natalia S. Dethan 1408010011
Imelda M. Mauti 1408010015
Azarella A. Ballo 1408010037

Topik : ISPA (InfeksiSaluranNapasAkut)

Uraian bimbingan :

Dalam bimbingan bersama kepala puskesmas Alak, kami mendapatkan materi


tentang ISPA. Materi yang kami dapatkan, yaitu :

1. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang
berlangsung kurang lebih 14 hari. ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus
dan riketsia. Faktor risiko ISPA adalah sebagai berikut ; status gizi, ventilasi

70
rumah, cahaya, faktor polusi dan kebiasaan merokok dengan orang yang
tinggal serumah.
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing,
malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah),
photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas),
dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada).
Hal penting yang harus diperhatikan dari ISPA adalah membedakan
mana yang pneumonia dan bukan pnemonia, pneumonia berat ditandai dengan
tarikan dinding dada kedalam, berbeda dengan penanganan ISPA pneumonia
memerlukan penanganan yang lebih khusus. Pada penanganan ISPAtanpa
pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung
zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin,
sedangkan untuk Pneumonia diperukan penanganan di rumah sakit dan
diberikan antibiotik.
Kunci utama dari keberhasilan pemberatasan ISPA adalah, dapat
dilakukan dengan ; menjaga keadaan gizi agar tetap baik, immunisasi,
menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

71
LEMBAR BIMBINGAN KOASS PUSKESMAS ALAK

KEPANITERAAN KLINIK IKM-IKKOM

FAKULTAS KEDOKTERAN NUSA CENDANA

PERIODE 23 APRIL-30 JUNI 2018

BIMBINGAN 3

Hari/Tanggal :18 Mei 2018

Nama : Edwardus T. Adar 1308012050


Natalia S. Dethan 1408010011
Imelda M. Mauti 1408010015
Azarella A. Ballo 1408010037
Topik : Malaria

Uraian bimbingan :

Dalam bimbingan bersama kepala Puskesmas Alak, kami mendapatkan


materi tentang Malaria. Malaria merupakan infeksi akut hingga kronik yang
disebabkan oleh satu atau lebih spesies plasmodium, ditandai dengan panas tinggi
bersifat intermitten, anemia, dan hepato-splenomegali.

Malaria disebabkan oleh protozoa intraselluer yang masuk dalam genus Plasmodium.
Plasmodium ini di transmisikan kepada manusia melalui gigitan nyamuk anopheles
betina. Pad amanusia, plasmodium ini akan hidup dan berkembang dalam sel darah
merah.Terdapat 4 jenis plasmodium penyebab malaria pada manusia antara lain P.
falciparum menyebabkan malaria tropikana, P. vivax menyebabkan malaria tertiana,
P. ovale menyebabkan malaria ovale, P. malariae menyebabkan malaria kuartana.

72
Gejala malaria biasanya akan muncul antara satu sampai dua minggu setelah
tubuh terinfeksi. Gejala juga bisa muncul setahun setelah gigitan nyamuk, namun
kasus ini jarang terjadi. Gejala-gejala malaria umumnya terdiri dari demam,
berkeringat, menggigil atau kedinginan, muntah-muntah, sakit kepala, diare, dan
nyeri otot.

Penderita malaria bisa sembuh total jika diobati dan dirawat dengan benar.
Berbagai jenis obat-obatan anti malaria dipakai untuk mengobati sekaligus mencegah
penularan malaria.

Obat-obatan yang diberikan tergantung pada beberapa hal, yaitu tingkat


keparahan gejala-gejalanya, jenis parasit yang menjadi penyebabnya, lokasi
penularan malaria, serta kondisi pasien. Jika pasien sedang hamil, pengobatannya
akan dibedakan dengan penderita yang sedang tidak hamil.

Pada dasarnya, malaria bisa dihindari. Untuk mencegah penularan malaria,


pemerintah Indonesia telah menjalankan berbagai program, misalnya tes darah missal
dan memberikan obat anti malaria secara gratis di daerah endemik malaria seperti di
wilayah perdesaan di Papua dan Nusa Tenggara.Menghindari diri dari gigitan
nyamuk adalah cara yang paling penting untuk mencegah penularan malaria. Anda
bisa memakai kelambu untuk menutupi ranjang saat tidur, menyingkirkangenangan
air di sekitar rumah, memakai losion anti serangga, dan menggunakan pakaian atau
selimut yang menutupi kulit tubuh.

73
LEMBAR BIMBINGAN KOASS PUSKESMAS ALAK

KEPANITERAAN KLINIK IKM-IKKOM

FAKULTAS KEDOKTERAN NUSA CENDANA

PERIODE 23 APRIL-30 JUNI 2018

BIMBINGAN 5

Hari/Tanggal : 22 Juni 2018

Nama Edwardus T. Adar 13080120050


Natalia S. Dethan 1408010011
Imelda M. Mauti 1408010015
Azarella A. Ballo 1408010037
Topik : Tuberkulosis

Uraian bimbingan :

Dalam bimbingan bersama kepala Puskesmas Alak, kami mendapatkan materi


tentang Tuberkulosis, Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC,
adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini ditularkan dari penderita TB aktif yang batuk dan
mengeluarkan titik-titik kecil air liur dan terinhalasi oleh orang sehat yang tidak
memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.
TB termasuk dalam 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian di dunia. Data
WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2015, Indonesia termasuk dalam 6 besar
negara dengan kasus baru TB terbanyak.

TB paling sering menyerang paru-paru dengan gejala klasik berupa batuk, berat
badan turun, tidak nafsu makan, demam, keringat di malam hari, batuk berdarah,
nyeri dada, dan lemah. Jenis batuk juga bisa berdahak yang berlangsung selama lebih

74
dari 21 hari. Klasifikasi TB pasien TB adalah 1. Lokasi anatomi penyakit, 2. Riwayat
pengobatan sebelumnya,3. Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat dan status HIV
pasien.

Diagnosis pasien TB adalah dengan gejala klinis, kemudian di patikan dengan


pemeriksaan dahak SPS ( Sewaktu-Pagi-Sewaktu ) untuk melihat bakteri tahan asam.

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut: OAT


harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi). Pemakaian OATKombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.

• Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung


(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

1. Tahap Awal (Intensif)

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif
tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi)dalam 2 bulan.

2. Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistent
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan .

75
LEMBAR BIMBINGAN KOASS PUSKESMAS ALAK

KEPANITERAAN KLINIK IKM-IKKOM

FAKULTAS KEDOKTERAN NUSA CENDANA

PERIODE 23 APRIL-30 JUNI 2018

BIMBINGAN 5

Hari/Tanggal : 22 Juni 2018

Nama Edwardus T. Adar 13080120050


Natalia S. Dethan 1408010011
Imelda M. Mauti 1408010015
Azarella A. Ballo 1408010037
Topik : Manajemen Puskesmas

Uraian bimbingan :

Dalam bimbingan bersama kepala puskesmas Alak, kami mendapatkan materi


tentang manajemen puskesmas. Penyelenggaraan berbagai pelayanan kesehatan baik
perorangan maupun kesehatan masyarakat perlu ditunjang oleh manajemen yang
baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sistematik untuk menghasilkan keluaran yang efektif dan efisien. Manajemen
Puskemas meliputi 1) perencanaan; 2) pelaksanaan - pengendalian; 3) pengawasan -
pertanggungjawaban, yang harus dilaksanakan secara terkait dan
berkesinambungan.Perencanaan yang dimaksud adalah kegiatan perencanaan tingkat
Puskesmas, pelaksanaan-pengendalian adalah rangkaian kegiatan mulai dari
pengorganisasian, penyelenggaraan, pemantauan (a.l pemantauan wilayah
setempat/PWS dengan data dari SP2TP dalam forum Lokakarya Mini Puskesmas).
Adapun pengawasan-pertanggungjawaban adalah kegiatan pengawasan internal dan
eksternal serta akuntabilitas petugas.

76
Agar Puskesmas dapat mengelola upaya kesehatan dengan baik dan
berkesinambungan dalam mencapai tujuannya, maka Puskesmas harus menyusun
rencana kegiatan untuk periode 5 (lima) tahunan yang selanjutnya akan dirinci lagi ke
dalam rencana tahunan Puskesmas sesuai siklus perencanaan anggaran daerah. Semua
rencana kegiatan baik 5 (lima) tahunan maupun rencana tahunan, selain mengacu
pada kebijakan pembangunan kesehatan kabupaten/kota harus juga disusun
berdasarkan pada hasil analisis situasi saat itu (evidence based) dan prediksi kedepan
yang mungkin terjadi. Proses selanjutnya adalah penggerakan dan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan/program yang disusun, kemudian melakukan
pengawasan dan pengendalian diikuti dengan upaya-upaya perbaikan dan
peningkatan (Corrective Action) dan diakhiri dengan pelaksanaan penilaian hasil
kegiatan melalui penilaian kinerja Puskesmas.

77
Dokumentasi bimbingan bersama Kepala Puskesmas Alak

78
Oleh :

Azarella A. Ballo, S.Ked

Bagian Kepaniteraan IKM-IKKOM

79
80
81

Anda mungkin juga menyukai