Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN POSYANDU

PUSKESMAS ALAK

Oleh :
Azarella Alberthojones Ballo, S. Ked
1408010037

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS ALAK
KUPANG
2018
I. PENDAHULUAN

Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat yang
sudah menjadi milik masyarakat serta menyatu dalam kehidupan dan budaya
masyarakat. Keberadaan Posyandu sangat diperlukan dalam mendekatkan upaya
promotif dan preventif kepada masyarakat, utamanya terkait dengan upaya
peningkatan status gizi masyarakat serta upaya kesehatan ibu dan anak. Posyandu
adalah merupakan suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan
masyarakat dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan
pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan.

1. Pengelola Posyandu
a. Penanggung jawab umum : lurah
b. Penanggung jawab operasional : tokoh masyarakat
c. Ketua pelaksana : ketua tim penggerak PKK
d. Sekretaris : Ketua Pokja IV kelurahan
e. Pelaksana : Kader PKK dibantu oleh petugas puskesmas
2. Kegiatan posyandu yaitu
Meja1 : Pendaftaran
Meja2 : penimbangan bayi dan balita
Meja3 : pengisian KMS (kartu menuju sehat)
Meja4 : edukasi perorangan
Edukasi kepada perorangan berdasarkan hasil penimbangan berat badan
naik atau tidak naik, tinggi badan, pemberian makanan tambahan, oralit,
obat cacing, dan vitamin A.
Meja5 : pelayanan KIA, KB, Imunisasi, pengobatan dan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan, pemberian vitamin A dosis tinggi berupa obat tetes ke mulut tiap bulan
Februari dan Agustus, konsultasi KB-sederhana. Petugas pada meja 1 s/d IV
dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan
paramedis (jurim, bindes, perawat dan petugas KB jika ada)
3. Manfaat kegiatan posyandu
a. Mendata jumlah bayi dan balita di suatu daerah tertentu
b. Masyarakat dapat mengembangkan kegiatan untuk menunjang kesehatan
masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat
c. Untuk menurunkan angka kematian bayi, balita, ibu dan angka kelahiran
4. Peran kader posyandu
a. Kegiatan yang dilakukan oleh kader posyandu
 Melaksanakan pendaftaran
 Melakukan penimbangan
 Mencatat hasil penimbangan
 Memberikan edukasi
 Merujuk
b. Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar kegiatan posyandu kesehatan
 Mengajak ibu-ibu untuk datang membawa anak ikut posyandu
 Menunjang kegiatan pelayanan KIA, penanggulangan gizi buruk, diare
 Pemberantasan penyakit menular
 Pembersihan sarang nyamuk
 Pembuangan sampah
 Rumah sehat
II. ISI
Laporan Kegiatan Posyandu
Posyandu yang diikuti

Hari/tanggal Nama Posyandu Kelurahan Imunisasi Kegiatan


17 Mei 2018 Tetesan Kasih IV Nunbaun DPT, Polio, - Penyuluhan Imunisasi
Sabu dan BCG - Penimbangan BB
- Pemberianimunisasi DPT,
Polio, dan BCG
23 Mei 2018 Tetesan Kasih II Nunbaun DPT dan Polio -Penyuluhan tentang "Ayo
Sabu Cegah Diare"
-Penimbangan BB
- Pemberian imunisasi DPT,
dan Polio
8 Juni 2018 Tetesan Kasih III Nunbaun DPT, Polio, - Penimbangan BB
Sabu Campak, BCG - Pemberian imunisasi
DPT, polio,campakdan
BCG
Kegiatan yang dilakukan di posyandu meliputi pendaftaran, penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan, pengisian KMS, edukasi perorangan dan pelayanan
kesehatan KIA dan imunisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Dari data diatas, kegiatan imunisasi yang dilakukan yaitu di posyandu Tetesan Kasih
IV di kelurahan Nunbaun Sabu. Dalam kegiatan posyandu, yang melaksanakan pendaftaran
hingga pencatatan dilakukan oleh kader yang berjumlah 5 orang. Petugas kesehatan berada di
meja 4 dan 5 untuk memberikan pelayanan kesehatan KIA, imunisasi dan edukasi.Di
posyandu Tetesan Kasih IV, saya memulai melakukan kegiatan dengan perkenalan diri dan
kemudian melakukan penyuluhan mengenai ASI eksklusif. Peserta yang hadir berjumlah 23
orang yaitu orang tua balita, setelah penyuluhan kami membantu melakukan penimbangan
balita, setelah itu kami memberi pelayanan imunisasi BCG, DPT,dan polio terhadap 15 balita.
Di posyandu Tetesan KASIh II, kami juga melakukan penyuluhan tentang "Ayo Cegah
Diare", penyuluhan diikuti oleh 28 ibu. Kemudian kami melakukan penimbangan pada 5
balita. Setelah itu kami membantu melakukan imunisasi DPT, dan polio pada balita. Di
posyandu Tetesan Kasih III, kami melakukan penyuluhan mengenai cacingan yang diikuti
oleh 29 ibu, setelah itu melakukan pengukuran BB pada balita dan melakukan imunisasi
DPT, polio, campak, BCG pada balita.
Imunisasi hampir dilakukan di semua posyandu yaitu posyandu Tetesan Kasih IV,
posyandu Tetesan Kasih II dan posyandu Tetesan Kasih III.
Imunisasi yang dilakukan di posyandu ini adalah imunisasi DPT, Polio, BCG dan
campak. Vaksin DPT adalah vaksin 3 in 1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur
kurang dari 7 tahun, biasanya dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot
paha.Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT
1), 3 bulan (DPT 2) dan 4 bulan (DPT 2), selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi
DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT 2 dan pada usia pra sekolah (5-6 tahun). Jika anak
mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin DPT
pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan
perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak
yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan
memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun. DPT sering menyebakan efek
samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama
beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam
vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi seperti berikut:
demam tinggi (lebih dari 40,5°C), kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang
sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya), syok
(kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon). Jika anak sedang menderita sakit yang
lebih serius daripada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak
pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT
sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. Satu hingga
dua hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri,
kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan
menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen).Untuk mengurangi nyeri
di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-
gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
Pemberian Imunisasi Polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis
B dan DPT, imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT, imunisasi
polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu kurang dari satu bulan, imunisasi
ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan
sekolah dasar (12 tahun), diberikan dengan cara meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes
langsung ke dalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula
manis.
Tujuan : Imunisasi polio digunakan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit
polimielitis.
Kontraindikasi : Imunisasi polio tidak boleh diberikan pada anak yang sedang menderita
diare berat.
Efek samping : Efek samping yang mungkin terjadi adalah dapat berupa kejang-kejang,
tetapi kemungkinan tersebut sangat kecil untuk terjadi.
Gambar 1.1 Dokter muda memberikan penyuluhan tentang Imunisasi di Posyandu Tetesan
Kasih IV

Gambar 1.2 Dokter muda memberikan penyuluhan tentang Ayo Cegah Diare di Posyandu
Tetesan II
Gambar 1.3 Dokter muda melakukan penimbangan BB di Posyandu Tetesan Kasih III

Anda mungkin juga menyukai