Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS GIZI

PUSKESMAS BAKUNASE

PUTRI INTAN ATASOGE, S. Ked


1408010027

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKKOM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PUSKESMAS BAKUNASE KUPANG
2018
LAPORAN KASUS GIZI
GIZI BURUK
Putri Intan Atasoge, S. Ked
1408010027

1. PENDAHULUAN
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari
tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari
pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi
kurang dan gizi lebih.
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient.
Kelompok bayi dan anak balita adalah salah satu kelompok umur yang rentan terhadap
penyakit-penyakit kekurangan gizi, oleh sebab itu indikator yang paling baik untuk mengukur
status gizi masyarakat adalah dengan melalui pengukuran status gizi balita.
Faktor timbulnya gizi kurang pada anak balita lebih kompleks, maka upaya
penanggulangannya memerlukan pendekatan dari berbagai segi kehidupan anak secara
terintegrasi. Artinya tidak hanya memperbaik aspek makanan saja tetapi juga lingkungan
hidup anak seperti pada pegasuhan, pendidikan ibu, air bersih dan kesehatan lingkungan,
mutu layanan kesehatan dan sebagainya.
Data WHO menunjukkan, setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia
berkaitan dengan masalah kurang gizi yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit. Pada tahun 2013, berdasarkan data RISKESDAS di Indonesia terdapat 19,6%
balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus
gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan
tahun 2010 (17,9 %), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat.
Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9%
berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun
2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013 3.
Provinsi NTT sendiri merupakan provinsi yang memiliki prevalensi status gizi buruk-
kurang pada balita diatas prevalensi nasional berdasarkan semua indikator pengukuran status
gizi dan merupakan masalah kesehatan yang serius. Berdasarkan profil kesehatan kota
kupang pada tahun 2013, balita Gizi Buruk di Kota Kupang adalah sebanyak 288 balita atau
2.27% (indikator BB/TB), meningkat bila dibandingkan dengan gizi buruk pada tahun 2012
yang mencapai 282 orang (2.17%)3.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita terbagi menjadi 2 meliputi
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri
anak itu sendiri, yang meliputi status kesehatan, umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu faktor yang datang atau ada dari
luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputi pendidikan, pengetahuan, infeksi dan pendapatan.
Kasus gizi buruk dapat dicegah dan diminimalkan apabila ibu membawa anaknya ke
posyandu setiap sebulan sekali untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita
sebagai awal deteksi dini 1,2.

2. PRESENTASI KASUS
Identitas :
a. Nama : An. Y
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Umur : 49 bulan
d. Alamat : Kel. Bakunase 2 RT. 016/RW 05
Pasien ditemui langsung di rumahnya di Kel. Bakunase 2 RT. 016/RW 05
Anamnesis :
Pasien dibawa ke posyandu balita untuk melakukan pengukuran status gizi, namun hasil
yang didapatkan status gizi anak berada dibawah garis merah.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien tidak memiliki keluhan khusus
Riwayat Makan :
Berdasarkan keterangan ibu, pasien mendapatkan ASI hingga usia 10 bulan. Dan mulai
mengenal MP ASI sejak berusia 5 bulan. Nafsu makan pasien baik, pasien tidak
mengonsumsi susu formula.
Riwayat penyakit dahulu : tidak diketahui
Riwayat Keluarga : Anak ke 2 dari 2 bersaudara
Riwayat kehamilan : selama kehamilan ibu pasien tidak pernah pergi ke
fasilitas kesehatan
Riwayat persalinan : pasien lahir di Puskesmas Bakunase dengan BB: 2,2 Kg, PB :
39 cm.
Riwayat imunisasi : Pasien belum mendapatkan imunisasi lengkap sampai
sekarang
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Pasien tampak kurus
Berat badan : 10 kg
Tinggi badan : 88 cm
Status gizi :
a. Berdasarkan BB/U : < -3 SD Buruk
b. Berdasarkan TB/U : <-3 SD Sangat Pendek
c. Berdasarkan BB/TB : < -3 SD Sangat Kurus
Kepala : bentuk kepala normal, rambut hitam, tipis dan jarang
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Pupil Isokor (+/+),
sclera melanocytosis (+/+)
Hidung : Rhinore (-/-), napas cuping hidung (-/-)
Telinga : dalam batas normal.
Mulut : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Paru : Vesikuler +/+, Ronchi -/-, Wheezing -/-
Jantung : S1 dan S2 normal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
Psikis : Normal

EDUKASI
Pada kedua orangtua dari pasien gizi buruk di atas, edukasi yang dapat diberikan adalah :
a) Memberitahu tentang pola hidup bersih dan sehat
b) Dampak yang dapat ditimbulkan gizi buruk terhadap tumbuh kembang anak
c) Memotivasi orang tua untuk lebih giat lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga.
d) Mengedukasikan ibu balita bahwa tentang pola pemberian makanan baik kuantitas
maupun kualitas yang tepat, serta kebersihan pengolahan makanan
e) Menginfokan tentang jaminan kesehatan sebaiknya segera dibuat sehingga, jika ada
masalah kesehatan yang buruk pada anak dapat segera ditangani masalah
kesehatannya di fasilitas kesehatan yang memadahi tanpa harus mengeluarkan biaya
sendiri.
Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurhayati, soetjiningsih, Suandi IKG. Relationship Between Protein Energy Malnutrition
and Social Maturity in Children Aged 1-2 Years in Paediatrica Indonesiana, 42th volume,
December, 2002 : 261-266
2. Departement of Child and Adolescent Health and Development. Severe Malnutrition in
Management of The Child With a Serious Infection or Severe Malnutrition, World
Health Organization, 2004 : 80-91
3. Riset Kesehatan Dasar NTT tahun 2013
4. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2011
5. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2011

Anda mungkin juga menyukai