PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
mengutamakan soft skill dalam perumusan tujuan pembelajaran, standar kompetensi,
ataupun kompetensi inti yang dikenal dalam kurikulum 2013.
Sebagai contoh dalam kurikulum 2013 untuk mata pelajaran IPA di SMP,
kompetensi inti yang pertama dan kedua untuk kelas VII, VIII dan IX tertulis : 1).
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2). Menghargai dan
menghayati perilaku jujur,disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Kompetensi-kompetensi di atas
yang sering disebut dengan istilah soft skill yang selanjutnya lebih dikenal dengan
istilah karakter.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mewujudkan peserta didik yang
memiliki karakter baik seperti yang diharapkan kurikulum dan undang-undang.
Namun kenyataan di lapangan, manusia-manusia yang telah mengenyam bangku
pendidikan sekolah, nampak belum menunjukkan insan yang berkarakter. Berbagai
penyimpangan masih banyak terjadi yang diasumsikan bahwa semua itu disebabkan
karena belum berhasilnya pendidikan karakter.
B. Rumusan Masalah
Dari beberapa permasalahan di atas, penulis membatasi masalah dalam tulisan ilmiah
ini sebagai berikut :
2
Apakah pendidikan karakter dapat dikembangkan dengan kegiatan pembiasaan dan
penilaian diri secara terpadu?
C. Tujuan Penulisan
3
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Karakter
Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan
norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Dalam
Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Direktorat Pendidikan SMP Kemendiknas
tahun 2011 disebutkan bahwa Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk
menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga
peserta didik berperilaku. Maka harapannya dengan pendidikan karakter diharapkan
terbentuk peserta didik sebagai insan kamil.
Pendidikan karakter di sekolah dimaksudkan untuk memfasilitasi peserta
didik mengembangkan karakter terutama yang tercakup dalam butir-butir Standar
Kompetensi Lulusan (Permen Diknas 23/2006) sehingga mereka menjadi insan yang
berkepribadian mulia (cerdas dan kompetitif).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua
komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana, prasarana,
dan, pembiayaan,dan,ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
B. Kegiatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah rangkaian perilaku yang baik yang harus dilakukan anak
setiap saat secara periodik dan dilaksanakan dengan suka rela terus menerus sehingga
diharapkan akan terus dilakukan sebagai kebiasaan. Kebiasan baik yang rutin
dilakukan diharapkan akan dapat menjelma menjadi karakter yang baik.Pembiasaan
sebagaimana menurut E. Mulyasa, merupakan metode yang paling tua.
Beliau mengartikanpembiasaan adalah sesuatu yang secara sengaja dilakukan
berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Dalam bidang psikologi
4
pendidikan, metode pembiasaan dikenal dengan istilah operant conditioning.
Pembiasaan akan membangkitkan internalisasi nilai dengan cepat. Intenalisasi adalah
upaya menghayati dan mendalami nilai, agar tertanam dalam diri manusia. Karena
pendidikan karakter erorientasi pada pendidikan nilai, perlu adanya proses
internalisasi tersebut.
C. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek
yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status,
proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu atau dalam aktifitas sehari-hari.
Penilaian diri merupakan suatu metode penilaian yang memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengambil tanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri.
Mereka diberi kesempatan untuk menilai pekerjaan dan kemampuan mereka sesuai
dengan pengalaman yang mereka rasakan.
Reys, Suydam, linguist, & Smith (1998) mengatakan bahwa siswa merupakan
penilai yang baik (the best assessor) terhadap perasaan dan pekerjaan mereka sendiri.
Oleh karena itu, guru dapat memulai proses penilaian diri dengan kesempatan siswa
untuk melakukan validasi pemikiran mereka sendiri atau jawaban-jawaban hasil
pekerjaan mereka.
Penilaian diri dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada
diri siswa karena penilai yang tahu persis tentang diri siswa adalah siswa sendiri dan
siswa menjadi penilai yang terbaik atas hasil pekerjaannya sendiri. Penilaian diri
dalam tulisan ini adalah penilaian oleh perserta didik terhadap kegiatan pembiasaan
yang telah dilaksanakan selama satu minggu dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan oleh sekolah melalui musyawarah dengan perwakilan siswa.
Yang dimaksud denganPenilaian diri terpadu dalam tulisan ini adalah kegiatan
penilaian oleh siswa untuk menilai diri sendiri tetang kegiatan pembiasaan yang telah
dilakukan secara bersama dalam rentang waktu tertentu.
5
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN
PEMBIASAAN DAN PENILAIAN DIRI TERPADU
6
B. Kegiatan Pembiasaan
Pembiasaan yang akan diterapkan pada peserta didik untuk dilakukan secara
rutin, sebelumnya harus dirumuskan untuk mewujudkan pengembangan karakter yang
diharapkan. Pembiasaan merupakan kegiatan rutin secara periodik yang dimaksudkan
untuk mendorong peserta didik agar terbiasa melakukan kegiatan tersebut sekaligus
dapat mengambil makna dan manfaat sehingga terbentuk karakter yang diharapkan.
Pembiasaan yang diprogram untuk semester gasal di tahun pertama adalah
sebagai berikut :
Tabel 1.3
7
lingkungan dengan benar. terpisah basah dan kering
b. Rawat tanaman di b. Tiap kelas ada tanaman yang
lingkungan kelas. harus dirawat.
c. Pungut sampah yang c. Terutama di ruang kelasnya
tercecer.
6. Peduli Sosial a. Bayar infaq sosial peduli a. Ada kegiatan infaq sosial
untuk membantu peserta
didik kurang mampu.
b. Suka menolong sesama b. Diukur secara kuantitas.
8
9
KETERANGAN LEMBAR PENILAIAN DIRI TERPADU
10
D. Progres Report hasil Penilaian Terpadu
Untuk dapat mengetahui dan mengukur progres atau perkembangan karakter
dari hasil kegiatan pembiasaan yang diprogramkan, dibuat tabel rekap bulanan dari
tabel penilaian diri mingguan. Dalam hasil rekap ini dapat dilihat prosentase
keterlaksanaan kegiatan pembiasaan yang diprogramkan. Diharapkan prosentase nilai
rata-rata akan semakin tinggi yang menunjukkan bahwa pembiasaan yang
diprogramkan sudah terbiasa dilakukan sehingga membentuk karakter yang
diharapkan minimal sejumlah aspek yang telah dilatihkan dalam pembiasaan. Daftar
rekap nilai selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 pada halaman 12.
11
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pendidikan karakter dapat dilaksanakan dengan kegiatan pembiasaan terstruktur
dengan penilaian diri secara terpadu.
2. Dengan daftar penilaian terpadu mingguan dan rekap bulanan, perkembangan
pendidikan karakter dapat terpantau.
3. Nilai Karakter yang dikembangkan dapat secara bertahap sehingga lebih mudah
dalam pelaksanaan dan pengukuran perkembangannya.
B. Saran
Pendidikan karakter hendaknya dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan
dan metode. Pendekatan dan metode yang diterapkan seyogyanya berupa kegiatan
yang mudah dalam pengukuran hasil dan perkembangannya.
Pendidikan karakter hendaknya menjadi tanggung jawab bersama dengan
pelaksanaan yang terstruktur, bukan hanya tugas mata pelajaran tertentu. Walaupun
pada kurikulum 2013, guru dituntut untuk memberikan penilaian sikap pada semua
mata pelajaran yang juga merupakan pengembangan pendidikan karakter, namun
pendekatan dan metode terpadu seperti penulis kemukakan di atas tetap memiliki
kelebihan sehingga perlu dilaksanakan.
Selain mengajar, seorang guru atau orang tua juga harus mendo’akan anak
atau muridnya supaya menjadi lebih baik. Guru harus memberikan rasa aman dan
keselamatan kepada setiap peserta didik di dalam menjalani masa-masa belajarnya,
karena jika tidak semua pembelajaran yang di jalani anak didik akan sia-sia. Semoga
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca. Amiiin..
13