Anda di halaman 1dari 9

RABU, 02 MARET 2011

http://ediraflisansimelue.blogspot.com/2011/03/teknik-pemijahan-ikan-nila.html?m=1

Teknik Pemijahan Ikan Nila

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) bukan asli perairan Indonesia tetapi jenis ikan pendatang yang
diinteroduksi ke Indonesia dalam beberapa tahap. Meskipun demikian, ikan ini ternyata dengan cepat
berhasil menyebar ke seluruh pelosok Tanah Air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup populer. Ikan
nila merupakan salah satu komuditas perikanan air tawar yang memperoleh perhatian cukup besar dari
pemerintah dan pemerhati masalah perikanan dunia, terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi
masyarakat di Negara-negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu, berbagai upaya yang bertujuan
menyebarluaskan dan memanfaatkan atau mencari jenis-jenis nila baru yang lebih produktif. (Amri,
Khairul, Ir, M.Si, 2003

Oleh karena itu ikan nila merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan
komuditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia. Beberapa hal yang mendukung pentingnya
komuditas nila adalah a ) memiliki resistensi yang relative tinggi terhadap kualitas air dan penyakit, b )
Memiliki resistensi yang luas terhadap kondisi lingkungan, c ) Memiliki kemampuan yang efesien dalam
membentuk protein yang berkualitas tinggi dari bahan organic, limbah domestic, dan pertanian, d )
Memiliki kemampuan tumbuh yang baik, serta, e) Mudah tumbuh dalam sistem budidaya.
(Carman, O dan Sucipto, A, 2009)

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang terut mengembangkan produksi nila. Dengan
potensi sumber daya alam yang relatif besar dibandingkan dengan negara Asia lainnya, Pertumbuhan
produksi tilapia di Indonesia masih tergolong rendah. Bahkan, dengan jumlah penduduk yang
menduduki rangking empat terbesar di dunia, potensi pasar domistik masih sangat terbuka. (Carman, O
dan Sucipto, A 2009)

Ikan ini pertama kali dibawa dari Tiwan ke Bogor yakni di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada
tahun 1965. Setelah diteliti, ikan nila disebarkan ke berbagai daerah perikanan dan diberi nama sesuai
dengan nama latinnya yakni nilotica. Nama ini menunjukan daerah asal ikan ini yakni sungai Nil di Benua
Afrika. Awalnya, ikan ini mendiami luas sungai Nil di dugada. Selama bertahun-tahun, habitatnya
semakin berkembang dan bermikrasi ke arah selatan (ke hilir) sungai melewati danau Raft dan
Tanganyika sampai ke Mesir. Dengan bantuan manusia, ikan nila sekarang sudah tersebar sampai kelima
benua meskipun habitat yang disukainya adalah daerah tropis dan hangat. (Tim Karya Tani
Mandiri, 2009.)
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segalanya (omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka
tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Karena
mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi
bantuan sosial pengembangan usaha kecil perikanan budidaya. Selain itu juga memberikan pembinaan
pada kelompok dan pendampingan dalam usaha untuk memberikan dorongan semangat pada
pembudidaya ikan. (Prihatman, Kemal 2000)

1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemijahan ikan nila secara langsung
yang di lakukan dilapangan yang di pandu oleh petugas Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya.

2. Memperluas wawasan mahasiswa dalam memperoleh ilmu Perikanan dan ilmu Kelautan khususnya
tentang teknik pemijahan Ikan Nila Secara Alami.

3. Mempererat tali silaturrahmi antara mahasiswa dengan para petugas yang ada di Balai Benih Ikan
(BBI) Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.

1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Adapun manfaat dari praktek Kerja lapangan adalah sebagai berikut :

1. Sebagai perbandingan antara Ilmu-ilmu teoritis yang didapatkan di bangku kuliah dengan aplikasi
langsung yang dilakukan oleh petugas Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng di daerah praktek lapangan
yang penulis lakukan.

2. Mengetahui atau melihat secara langsung bagaimana teknik pemijahan ikan nila di Balai Benih Ikan
(BBI) Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.

4.8 Prosedur Kerja

4.8.1 Persiapan Kolam

a. Kolam Pemijahan

persiapan kolam menurut (Tim Karya Tani Mandiri, 2009) untuk kegiatan pemijahan ikan nila adalah
peneplokan/perapihan pematang agar pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam dengan
mengeringkan mengarah ke kemalir, membersikan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan
paralon, memasang saringan di pintu pemasukan, dan mengisi kolam dengan air. Pemasangan saringan
dimaksudkan untuk menghindari ikan-ikan liar sebagai predator atau competitor yang dapat
mempengaruhi kuantitas hasil produksi maupun kualitas benih yang dihasilkan.

Adapun yang penulis lakukan dalam persiapan kolam pemijahan dikeringkan selama tiga hari sampai
dasar kolam tersebut Retak-retak sehinga hama atau organisme patogen yang ada didalam kolam
tersebut musnah, sehingga tidak ada lagi hama dan penyakit yang terdapat di dalam kolam pemijahan.
Dan dasar kolam di ratakan kembali agar kolam tidak terjadi kebocoran, yang paling pentingnya
pengelolaan dasar kolam supaya di saat pemijahan, induk jantan muda dalam membuat sarang/selokan.
Ikan nila jantan pada saat itu akan agresif mengejar induk betina dan akan selalu menjaga areal sarang
tersebut, menutup saluran pengeluaran air dan membuka saluran pemasukan air, memasang saringan di
pintu pemasukan agar ikan-ikan liar tidak masuk kedalam kolam pemijahan.

b. Kolam Pendederan

Menurut (Tim Karya Tani Mandiri, 2009) luas kolam pendederan dibuat antara 100 m2 kolam
pendederan disiapkan dengan cara dikeringkan terlebih dahulu selama kira-kira 3 hari. Selanjutnya
dilakukan pemupukan dengan kapur tembok sebanyak 10 g/m2 (untuk kolam baru100-250 g/m2
kotoran ayam 25 g/m2, orea 2 g/m2, dan TSP 5 g/m2 jika dalam kolam sering tumbuh lumut hijau
(Spirigyra) sebainya jangan di pupuk orea. Setelah pupuk di dasar kolam rata, kolam dapat di aliri air
sampai setinggi 0,5 m selama 5-7 hari. Sebelum air masuk ke kolam pendederan, air tersebut harus di
saring dahulu dalam bak fiter sehingga sehingga air menjadi bersih.

Adapun yang penulis lakukan dalam persiapan kolam pendederan dilakukan pengeringan selama 3 hari
agar hama dan penyakit yang ada dalam kolam bisa musnah sehingga larva ikan yang didederkan
terlepas dari hama dan penyakit, benih yang ditebar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk
mengembalikan tanah atau dasar kolam yang suda retak diperlukan hend traktor untuk membajak agar
dasar kolam kembali rapat, bertujuan untuk menjaga terjadi kebocoran, air yang dimasukkan tidak keluar
ataupun kering. Pemupukan semestinya perlu tetapi di karnakan di Balai Benih Ikan Babah Krueng pada
saat itu kehabisan setok maka pemupukan tidak dilaksanakan dan luas kolam yang di pergunakan untuk
kolam pendederan 25 x 15 m.

4.8.2 Seleksi Induk

Adapun menurut (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Untuk memilih induk yang baik diperlukan
pengalaman. Namun demikian sebagi pedoman praktis, ciri-ciri induk ikan nila yang baik adalah sebagai
berikut:

1. Umur antara 4-5 bulan dan bobot 100-150 g. induk yang paling produktif bobotnya antara 500-600
g.

2. Tanda nila jantan, warna badannya lebih gelap dari betina. Bila waktunya memijah, bagian tepi
sirip berwarna merah cerah. Sifatnya galak terutama tarhadap jantan lainya. Alat kelamin berupa
tonjolan (papilla) di belakang lubang anus. Pada tonjolan itu terdapat satu lubang untuk mengeluarkan
sperma. Tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh. Bila waktu memijah tiba,
sperma yang berwarna putih keluar dengn pengurutan perut ikan ke arah belakang. Sisik nila jantan lebih
besar dari pada nila betina. Sisik di bawah dagu dan perut brwarna gelap. Sirip punggung dan ekor
bergaris yang terputus-putus.

3. Tanda nila betina, alat kelaminnya berupa tonjolan di belakang anus. Namun pada tonjolan itu ada
dua lubang. Lubang yang depan untuk mengeluarkan telur, sedangkan lubang belakang untuk
mengeluarkan air seni warna tubuh lebih cerah dibandingkan dengan jantan dan gerakannya lamban.
Bila telah mengandung telur yang matang (saat hamper mijah), perutnya tampak besar. Namun bilah
perutnya di urut, tidak ada cairan atau telur yang keluar. Sisik di bawah dagu dan perut berwarna
putih/cerah. Sirip punggung dan ekor bergaris-garis tidak terputus-putus.

Adapun yang penulis lakukan untuk melakukan pemijahan ikan nila terlebih dahulu, yang harus di
lakukan adalah memelih induk yang berkualitas tidak cacat, linca, sudah matang alat kelamin. Bertujuan
agar induk yang di pijahkan atau yang mau dikawinkan Bener-benar berkualitas agar memperoleh hasil
yang memuaskan sesuai apa yang diharapkan, mempercepat proses pemijahan mencapai target yang
diinginkan.

a. Induk Jantan

Untuk induk jantan berumur satu (I) tahun dan tidak cacat, agresif, dan yang terpenting sudah matang
kelamin dan siap untuk dipijahkan. Tanda warna badan lebih gelap dari betina, bila waktunya memijah
bagian tepi sirip cerah. Sifatnya galak terutama terhadap jantan lainya. Alat kelamin berupa tonjolan
dibelakang anus. Pada tonjolan itu terdapat satu lubang untuk mengeluarkan sperma.

b. Induk Betina

Berumur 8 bulan dan tidak cacat, yang terpenting matang gonad dan siap untuk di pijahkan. Alat
kelaminnya berupa tonjolan di belakang anus. Namun pada tonjolan itu ada dua lubang. Lubang yang
depan untuk mengeluarkan telur, sedang lubang belakang untuk mengeluarkan air seni. Warna tubuh
lebih cerah dibandingkan dengan jantan dan gerakannya lamban. Bila telah mengandung telur yang
matang, perutnya tampak membesar. Namun bila perutnya diurut, tidak ada cairan atau telur yang
keluar.

4.8.3 Pengukuran Kualitas Air

a. Suhu air

Menurut (Carman, O dan Sucipto, A 2009) ikan mempunyai batas toleransi suhu tinggi dan rendah serta
suhu optimal untuk pertumbuhanya, inkubasi telur, konversi pakan, dan resisitensi penyakit tertentu.
Batas optimum dari suhu berbeda-beda, tergantung dari faktor lain, seperti pH, tekanan ogsigen,
ketinggian, kedalaman air, dan cuaca. Kondisi suhu ini akan sangat berpengaruh bagi kesehatan ikan
pada kondisi normal maupun pada saat pengobatan ikan.

Suhu lethal (mematikan) untuk hampir semua spesies ikan adalah 10-110 C selama beberapa hari. Nafsu
makan ikan akan terganggu ketika suhu di bawah 16-170 C. kemampuan reproduksi akan mengalami
penurunan pada suhu di bawah 21 0 C. Hal ini berkaitan dengan metabolisme dan aktivitas ikan yang
dibudidayakan. Suhu air optimal untuk pertumbuhan ikan nila adalah 28-32 0C. Namun demikian, tidak
menutup kemungkinan ikan yang dibudidayakan juga mampu beradaptasi dengan suhu apabila oksigen
terlarut sesuai dengan kebutuhannya. (Carman, O dan Sucipto, A 2009)

Pengukuran suhu yang dilakukan dengan menggunakan termometer dalam tiga kali pengukuran pagi,
siang dan malam sedangkan suhu yang terdapat adalah sebagai berikut : pada pagi hari 23 0C, siang 27
0C, dan malam hari 26 0C jadi dapat penulis simpulkan suhu air di Balai Benih Ikan (BBI) Babah krueng
normal dan sangat bagus untuk budidaya, jenis ikan apa saja yang habitatnya di air tawar khususnya ikan
nila.

b. pH

Menurut (Carman, O dan Sucipto, A 2009) nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada
lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau netral. Pertumbuhanya mengalami penurunan pada
lingkungan dengan pH yang rendah. Namun demikian, nila masih dapat tumbuh dengan baik pada
kisaran pH 5-10. Batas pH yang mematikan adalah 11 atau lebih. Sebaiknya pH air diperhatikan pada nilai
netral atau pada kisaran 6,5 – 8,0.

Pengukuran pH yang dilakukan di Balai Benih Ikan (BBI) Babah krueng dengan menggunakan kertas
lakmus sedangkan pH yang terdapat dalam tiga kali pengukuran sebagai berikut : pengukuran kolam
pertama 6 ppm, pengukuran kolam kedua 7 ppm, dan pengukuran kolam ketiga 7 ppm. pH di Balai Benih
Ikan (BBI) Babah krueng yang terdapat normal, dan sangat bagus untuk melakukan budidaya untuk
semua jenis ikan air tawar khususnya ikan nila.

Table 1.2. Parameter Kualitas Air

No

Parameter Kualitas Air

Satuan

Hasil

a. Suhu
1. Pagi

2. Siang

3. Malam

oC

oC

oC

23

27

26

b. pH

1. Kolam Pertama

2. Kolam Kedua

3. Kolam Ketiga

Ppm

Ppm

Ppm

4.8.4 Pemijahan dan Penetasan Telur


Setelah permukaan air mencapai ketinggian 50 – 70 cm, Induk-induk terpilih mulai dimasukan satu per
satu kedalam kolam pemijahan ini. Pemasukan induk ikan ini biasanya pada pagi hari atau sore hari. Ini
untuk menjaga agar induk tidak stress karena suhu air yang tinggi. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009)

Perbandingan induk jantan dan betina yang di kawinkan biasanya 1:2 bilah iduk jantan yang dimasukan
ke kolam sebanyak 15 ekor maka induk betina sebanyak 30 ekor. Dengan demikian, setiap induk jantan
diharapkan dapat mampu mengawini 2 ekor induk betina. Hal ini utuk menghindari persaingan iduk
jantan dalam memperebutkan pasangan. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009)

Bukan hanya perbandingan jantan dan betina yang harus diperhatikan, tetapi kepadatan penebaran
induk ini pun mesti juga mendapat sorotan. Untuk tiap pasang induk atau 3 ekor ikan, harus di sediakan
lahan 4 m2. Bilah lahannya luas, persedian induk kurang, masih dibenarkan dan dianggap efektif
menempatkan pasangan induk dalam 20 m2 luas kolam. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009)

Setelah menyesuaikan diri seperlunya, biasanya indukjantan akan mulai menggali sarang pemijahan
berupa lubang pada dasar kolam yang lunak. Tidak lama setelah sarang siap, tampa membuang waktu
lagi induk jantan segera memburu induk betina untuk dibawa ke atas sarang yang telah dibuatnya.
Kemudian induk betina melepaskan telur. Selanjutan dengan cepat membuahi dengan menyemprotkan
spermanya. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009)

Selesai memijah, induk betina mengisap telur yang telah dibuahi untuk dierami dalam mulutnya. Oleh
karena itu, ikan ini mendapat julukan mouth breeder atau pengeram dalam mulut. (Tim Karya Tani
Mandiri, 2009)

adapun pemijahan yang penulis lakukan memasukkan induk jantan dan betina didalam kolam pemijahan
untuk melakukan perkawinan, pemasukan induk yang dilakukan pada soreh hari sedang kan proses
pemijahan induk jantan membuat sarang berupa lubang. setelah lubang siap induk jantan mengejar
induk betina bertujuan mengajak induk betina melakukan pemijahan ketiak induk betina mengeluarkan
telur induk jantan mengemprot sepermanya agar telur yang dikeluarkan betina dapat terbuahi. telur
yang suda terbuahi di erami oleh induk betina dalam mulut sampai telur itu menetas dan menjadih larva,
hinga sampai sampai larva dan mampu berenag bebas diperairan tanpa dijaga induknya. Sedangkan
jumlah induk jantan yang di pijakan 1 ekor dan induk betina 2 ekor dikarenakan iduk yang diseleksi
cumin 2 ekor yang matang gonad menurut penulis. Dan luas kolam 2 x 1 m2. Ketinggian air yang
dimasukan 45-70 cm

4.8.5 Pendederan

Pendederan benih adalah pemeliharaan benih ukuran lepas induk (impukan) yaitu kebul yang berumur 5
– 7 hari sampai ukuran siap tebar untuk pembesaran yang berbobot 100 g/ekor. (Tim Karya Tani Mandiri,
2009)

Benih yang telah berumur tujuh hari dipindakan ke kolam pendederan agar benih mendapatkan
makanan alami didalam kolam pendederan seperti fitopelankton, zooplankton dan lain sebagainya, agar
pertumbuhannya sesuai dengan apa yang kita harapkan. Jumlah larva yang di tebar sebanyak 400 ekor
dari hasi 2 ekor induk yang telah di pijahkan dan penghitungan larva yang penulis lakukan mengunakan
cara penghitungan keseluruhan (satu persatu). Dikarenakan jumlah larva tidak terlalu banyak, maka dari
itu dilakukan perhitungan keseluruhan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

3.2 Kesimpulan

Adapun hasil praktik kerja lapangan yang telah penulis lakukan. Dapat disimpulkan sebagai berikut :

· System teknik pemijahan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang di lakukan di Balai Benih Ikan (BBI)
Babah Kerueng meliputi kegiatan, persiapan kolam, seleksi Induk, pengukuran suhu dan pH, pemijahan
(perkawinan ikan) dan pendederan.

· Didalam pemijahan ikan nila yang perlu diperhatikan yaitu induk jantan dan betina yang sudah
matang kelamin dan tidak cacat, dan kualitas air perlu juga dijaga agar proses pemijahan berjalan dengan
baik.

3.3 Saran

· Diharapkan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Nagan Raya agar, memperhatikan kebutuhan
dilapangan, supaya dimasa yang akan datang tidak terjadi kehabisan pupuk, karena pupuk sangat perlu
dalam melakukan kegiatan budidaya apalagi di bidang pembenihhan.

· Dalam pelaksanaan praktek kerja lapang diharapkan adanya pengawasan dari akademik (fakultas)
sehingga proses pembelajaran dilapangan dapat berjalan dengan baik. Kiranya betul-betul fokus agar
dapat memberikan dampak positif baik bagi mahasiswa yang melakukan praktek lapangan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009, Biologi Ikan Nilah dan Kelafikasi Ikan Nila http://www.scribd.com (diakses pada hari kamis
tanggal 1 juni 2010).

Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2009. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. gromedia Jakarta. 1, 17, 18, 19, 20, dan
21 hal.

Carman, O dan Sucipto, A, 2009. Panen Nila 2,5 Bulan. Penebar Suadaya Jakarta. 5 & 6 hal.

Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. hal.
260.

Kemal, Prihatman, 2000. Budidaya Ikan Nila http://www.ristek.go.id (diakses pada tanggal 27 juli 2010).
Hal 14 dan 15

Murtidjo, A, B, 2001. Beberpa Metode Pembenihan ikan Air Tawar. Jl. Cempaka 9, Yogyakarta. Hal 67.

Susanto, Heru, 2007. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penbar Swadaya Jakarta. hal. 36, 37, dan 38

Tim Karya Tani Mandiri, 2009. Pedoman Budidaya Ikan Nila. Bandung Nuansa Aulia JL. Permai 28 No. 99
hal 2, 3, 4, dan 22.

Anda mungkin juga menyukai