Anda di halaman 1dari 3

Salah satu tugas pokok guru adalah melaksanakan penilaian, hal ini dilakukan untuk

mengetahui hasil belajar yang telah dicapai, juga sebagai upaya perbaikan pembelajaran.
ada beberapa cara melaksanakan penilaian, salah satu diantaranya adalah penilaian
otentik, penilaian otentik dipandang tepat dilaksanakan dalam pembelajaran abad 21,
mengapa demikian, berikan alasan serta dasar teorinya, atau pendapat para ahli.

Assalamualaikum wr. Wb. Selamat siang Bapak/Ibu semuanya, pada kesempatan saya
akan mengemukakan alasan yang melatarbelakangi bahwa penilaian autentik dipandang
tepat dilaksanakan dalam pembelajaran abad 21.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran abad 21, salah satu aspek yang penting
yaitu assessment atau penilaian. Penilaian dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan,
keduanya menyatu (integrated). Kualitas pembelajaran yang baik dapat dilihat dari
kualitas penilaiannya, begitupun sebaliknya kualitas penilaian dapat menunjukkan
bagaimana kualitas pembelajarannya. Pendidik harus mampu merancang sistem
penilaian yang bersifat kontinu artinya penilaian dilakukan sejak peserta didik mulai
melakukan kegiatan, sedang, dan setelah selesai melaksanakan kegiatannya.
Penilaian bisa diberikan di antara peserta didik sebagai feedback, oleh pendidik dengan
rubrik yang telah disiapkan atau berdasarkan kinerja serta produk yang mereka hasilkan.

Salah satu penilaian yang sesuai dengan pembelajaran abad 21 adalah penilian autentik.

Penilaian autentik adalah penilaian yang nyata dan dibuktikan dengan kinerja dan
atau hasil-hasil yang telah dibuat oleh peserta didik. Abidin mengemukakan bahwa
penilaian autentik adalah mengukur memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar
(yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai
hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan
perkembangan aktifitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam
kelas maupun di luar kelas.

Penialaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks


dunia nyata. Dengan kata lain, siswa belajar bagaimana mengaplikasikan pengetahuan
dan ketrampilan kedalam tugas-tugas yang autentik. Melalui penilaian autentik ini,
diharapkan berbagai informasi yang absah / benar dan akurat dapat terjaring berkaitan
dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa
Menurut Johnson (2002) dalam Sudirman (2010:25), penilaian autentik
memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka
pelajari selama proses belajar mengajar. Penilaian otentik merupakan penilaian
yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),
proses,dan keluaran (output) pembelajaran. (Permendikbud No 66/2013)
Dalam Jhon Mueller (2006) penilaian Autentik merupakan suatu bentuk penilaian
yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas. Dalam American Librabry
Association asesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur
kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan
dalam pembelajaran. Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai
penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan
nyata peserta didik. Wiggins mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian
tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan
dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas
artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama
melalui debat, dan sebagainya.

Sistem pembelajaran di abad 21 merupakan sebuah sistem pembelajaran yang


menekankan pada peserta didik sebagai fokus utama kegiatan pembelajaran, sehingga
tidak lagi mengarah pada tenaga pendidik. Dengan menempatkan peserta didik sebagai
fokus utama pembelajaran, para pendidik diajak untuk mendorong tumbuhnya karakter
dan prestasi unggul dalam diri prestasi didik, terutama dari aspek kemampuan
berkomunikasi, kerjasama, pemikiran kritis, hingga pemecahan masalah.

Kemampuan siswa yang diperlukan dalam pembelajaran abad 21 yaitu (disebut


4C): Critical thinking (Berpikir kritis dalam pembelajaran), Communication (siswa
diharapkan dapat memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif),
Collaboration (siswa diharapkan dapat menunjukkan kemampuannya dalam kerja sama
berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggung
jawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya;
menghormati perspektif berbeda), Creativity ( siswa diharapkan memiliki kemampuan
untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru
kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda).

Mengacu pada 4C di atas, maka pembelajaran abad 21 harus betul-betul


diperhatikan standar kualitasnya, baik dari kualitas standar isi, proses, maupun
penilaiannya agar mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang kritis dan
kreatif yang mampu menghadapi segala tantangan dan persoalan abad 21. Penilaian
keterampilan dalam pembelajaran abad 21 sebaiknya memperhatikan beberapa hal
seperti menekankan umpan balik yang berguna tentang kinerja siswa yang tertanam
dalam pembelajaran sehari-hari, dan membutuhkan keseimbangan teknologi yang
disempurnakan, formatif, dan sumatif penilaian yang mengukur penguasaan siswa
keterampilan abad 21.
Berdasarkan penrnyataan-perntaan di atas serta beberapa pendapat dari para
ahli, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah tepat digunakan untuk
mendukung pembelajaran abad 21 ini, dimana pembelajaran abad 21 yang mengintegrasikan
antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK).

Anda mungkin juga menyukai