Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN MAGANG FARMASI PERAPOTEKAN

“APOTEK KASIH”

Dosen Pengampu : Pepy ODM. Msc, Apt, MH

Disusun oleh : Eka Aprilia Ningtyas (1712379)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

AKADEMI FARMASI KUSUMA HUSADA PURWOKERTO

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

Page i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-NYA, sehingga dapat menyelesaikan

tugas pembuatan laporan mata kuliah farmasi perapotekan tentang “Laporan

Magang di Apotek Kasih” tepat pada waktunya.

Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas saya dalam

menempuh pembelajaran di semester ini, kami mengucapkan terimah kasih

kepada :

1. Dosen farmasi perapotekan : Ibu Pepy ODM.Msc,Apt,MH

2. Apoteker Apotek Kasih : Purwati.S.Si.,Apt

3. Karyawan Apotek Kasih dan semua pihak yang ikut serta berpartipasi

dalam pembuatan laporan ini.

Kiranya laporan ini bisa bermanfaat bagi pihak yang membaca. Meski

begitu, saya sadar bahwa laporan ini perlu perbaikan dan penyempurnaan. Untuk

itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan diterima dengan senang

hati. Akhirnya, saya ucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi

semua pihak.

Purbalingga, 30 Mei 2019

Penulis

Page ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Magang dan Dasar Hukum ...................................... 1

B. Tujuan Kegiatan Magang .................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan Laporan Magang .................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Lokasi Apotek Kasih ..................................................... 4

B. Struktur Organisasi Personalia .......................................................... 4

C. Drug Cycle Management Apotik ...................................................... 4

D. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) ..................................... 12

E. Pembahasan Tentang Swamedikasi .................................................. 15

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............... ....................................................................... 44

B. Saran .......................... ....................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA........................................................................ .......... 45

LAMPIRAN...................................................................................... ............ 46

Page iii
DAFTAR ISI LAMPIRAN

A. Apotek Kasih Tampak Depan ........................................................... 46

B. Meja Racik ................ ....................................................................... 46

C. Lemari Narkotika, Psikotropika dan Prekursor ................................. 47

D. Obat Generik ............. ....................................................................... 47

E. Obat Paten ................. ....................................................................... 48

F. Obar Suhu Kulkas ..... ....................................................................... 48

G. Sediaan Susu, Nutrisi dan Lainnya ................................................... 49

H. Sediaan Tetes dan Salep .................................................................... 49

I. Kartu Stok ................. ....................................................................... 50

J. Kwitansi .................... ....................................................................... 50

K. Etiket putih ................ ....................................................................... 51

L. Etiket Biru ................. ....................................................................... 51

M. Surat Pesanan Narkotika ................................................................... 52

N. Surat Pesanan Psikotropika ............................................................... 52

O. Surat Pesanan Prekursor .................................................................... 53

P. Surat Pesanan Umum ....................................................................... 53

Q. Laporan Prekursor ..... ....................................................................... 54

R. Laporan Psikotropika ....................................................................... 54

S. Laporan Narkotika ..... ....................................................................... 55

T. Inform Consent Pemberian Antibiotik.............................. ................ 55

U. Daftar Hadir Magang ....................................................................... 56

Page iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MAGANG DAN DASAR HUKUM

Berdasarkan Undang-Undang RI (UU RI) No. 36 Tahun 2009 Pasal 1 tentang

kesehatan, Kesehatan adalah keadaan sehat,baik secara fisik, mental, spiritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

social dan ekonomis. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana,

tenaga, perbekalan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk

mengelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah

daerah, dan atau masyarakat.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang

dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan

oleh pemerintah dan atau masyarakat (Depkes RI,2009).

Apotek berdasarkan peraturan perundang-undangan maupun yang digariskan

dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan mata rantai terakhir dari

pelayanan kesehatan dibidang obat, alat-alat kesehatan (ALKES), dan

kefarmasian lainnya kepada masyarakat. Usaha Apotek merupakan gabungan

antara usaha social dan usaha dagang, yaitu tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan mencari laba. Tetapi dalam pelaksanaannya, terkadang lebih

menitikberatkan pada keuntungan tanpa memerhatikan fungsi sosialnya.

Page v
Dengan bukti MAGANG siswa dapat melihat, mengetahui, menerima, dan

menyerap informasi, teknologi kesehatan yang ada di masyarakat. Agar

mahasiswa Kusuma Husada lebih memahami aspek administrasi dan peraturan

perundang-undangan, aspek pengelolaan barang, dispense, dan aspek bisnis,

sehingga mampu mengaitkan dengan teori yang di dapat selama masa MAGANG

yang dilaksanakan di Apotek kasih yang bertempat di Jl.MT Haryono No.40

mulai tanggal 15 – 23 April 2019.

B. TUJUAN KEGIATAN MAGANG

Tujuan Magang di Apotek Kasih bagi mahasiswa adalah:

1. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan yang

membentuk kemampuan mahasiswa sebagai bekal sesuai dengan

kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan.

2. Mengenal kegiatan-kegiatan penyelenggaraan program kesehatan

masyarakat serta menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis,

maupun social budaya.

3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan

pengalaman kerja yang nyata dan langsung secara terpadu dalam

melaksanakan kegiatan Pelayanan kesehatan farmasi.

4. Memahami dan mengerti ruang lingkup Apotek yang meliputi manajemen,

pengelolaan obat, dispensing perbekalan farmasi di Apotek, pelayanan

informasi obat.

Page vi
C. TUJUAN PENULISAN LAPORAN MAGANG

Tujuan penulisan laporan magang ini adalah :

1. Mahasiswa mampu memahami, memantapkan dan mengembangangkan

pelajaran yang diperoleh dari perkuliahan dan diterapkan di lapangan

kerja.

2. Mahasiswa mampu mencari alternatif pemecahan masalah kefarmasian

sesuai dengan program pendidikan yang diterapkan secara lebih luas dan

mendalam yang terungkap dari laporan yang tersusun.

3. Menambah perbendaharaan perpustakaan sekolah untuk menunjang

peninggakatan pengetahuan mahasiswa angkatan selanjutnya.

Page vii
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH DAN LOKASI APOTEK KASIH

Apotek Kasih didirikan pada tanggal 2 Januari 2015 yang berlokasi di Jl.MT

Haryono No 40 Purbalingga, Telp (0281) 891066. Apotek Kasih terletak

dikawasan strategis karena terletak dipusat kota dan pemukiman padat penduduk.

Apotek Kasih dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek dan selaku

pemilik Apotek dengan 1 orang Apoteker dan 4 Orang Teknis Pekerja

Kefarmasian. Apotek Kasih mempunyai nomor SIA, yaitu: 33.03.53312/ SIPA/

01/ DKK/ PBG/ 017/ 2016.

B. STRUKTUR ORGANISASI PERSONALIA

Struktur Organisasi Apotek Kasih

Apoteker Pengelola Apotek: Purwanti, S.Si.Apt

Teknis Pekerja Kefarmasian: Tri Indriyani

Reni Rafianti

Sofiati

Nur Laely Indriati

C. DRUG CYCLE MANAGEMENT APOTIK

Drug Cycle Management atau siklus manajemen obat merupakan unsur

penting dalam pengelolan managerial secara keseluruhan, dalam sistem

Page viii
manajemen obat mempunyai fungsi masing-masing yang saling

berkesinambungan satu dengan lainnya yang saling terkait yaitu seleksi dan

perencanaan, pengadaan, distribusi serta penggunanaan (Bogadenta,2012).

1. Perencanaan

Menurut Keputusan Menkes No. 1197 tahun 2004, bahwa perencanaan ialah

suatu proses pemilihan jenis, jumlah dan harga dari perbekalan farmasi yang mana

perencanaan akan pemilihan suatu sediaan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan

anggaran untuk menghindari kekosongan obat. Dalam menentukan perencanaan

akan kebutuhan suatu apotek dalam pemilihan sediaan farmasi yang di inginkan

maka ada tiga metode perencanaan yang bisa digunakan yaitu yang pertama

adalah metode morbiditas atau epidemiologi, perencanaan perbekalan farmasi

dengan metode ini ialah berdasarkan penyakit yang ada yang mana obat yang

disediakan ialah obat yang paling sering diminta untuk suatu jenis penyakit yang

sering muncul pada suatu lingkungan masyarakat, maka suatu apotek akan

memenuhi permintaan atau kebutuhan masyarakat dari suatu sediaan farmasi dari

epidemiologi yang paling sering muncul. Yang kedua ialah metode konsumsi,

metode perencanaan obat ini didasarkan pada kebutuhan obat pada periode

sebelumnya, yaitu dengan melihat pola konsumsi yang umumnya digunakan pada

tahun-tahun sebelumnya, metode ini paling mudah dilakukan namun

membutuhkan waktu yang lebih banyak. Metode konsumsi ini umumnya

digunakan di apotek ataupun dirumah sakit karena tidak memerlukan data

penyakit dan standar pengobatan. Yang ketiga metode kombinasi atau gabungan

antara keduanya , metode ini saling mengisi kelengkapan diantara kedua metode

Page ix
tadi dan meminimalisir kekurangannya. Yang menggunakan metode ini

kombinasi ini umumnya rumah sakit besar yang telah berjalan cukup lama atau

apotek yang telah cukup maju. (Bogadenta,2012)

Perencanaan dan Pengadaan barang di Apotek Kasih dilakukan berdasarkan

metode konsumsi yaitu berdasarkan banyaknya item obat yang sering keluar dan

berdasarkan metode epidemiologi yaitu berdasarkan pola penyakit yang ada

disekitar. Perencanaan dan pengadaan dilakukan setiap hari kecuali hari sabtu dan

minggu.

2. Pengadaan

Pengadaan ialah suatu kegiatan yang merealisasikan apa yang telah

direncanakan, pengadaan yang efektif ialah harus menjamin ketersediaan jenis

dan jumalah yang tepat dengan harga yang ekonomis dan memenuhi persyaratan

mutu, keamanan dan kemanfaatan (cpfb,2011; WHO,2012).

Pengadaan barang dan pemesanan perbekalan farmasi di Apotek Kasih

meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, narkotika, psikotropika, dan alat

kesehatan. Pemesanan perbekalan farmasi dilakukan dengan mengacu buku

defekta, buku defekta adalah buku yang digunakan untuk mencatat perbekalan

farmasi yang sudah mencapai stok minimum atau habis. Pemesanan dilakukan

kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) tergantung Apoteker dengan

Pertimbangan dana yang tersedia dan kecepatan perputaran barang (Slow

movingatau Fast moving).

Sistem pengadaan barang di Apotek Kasih dilakukan dengan beberapa cara,

antara lain :

Page x
1) Pengadaan secara berencana

Apotek Kasih sudah merencanakan pembelian barang atau perbekalan

farmasi. Pembelian berencana dapat mengacu pada buku defekta. Sistem

pembelian ini dilakukan dengan cara pemesanan melalui SP (Surat

Pesanan) yang ditandangani oleh APA kepada PBF.

2) Pengadaan secara spekulasi

Untuk cara ini barang yang di beli terutama adalah barang-barang fast

moving dan dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan. Hal

ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya kenaikan harga

dalam waktu dekat, adanya diskon atau bonus atau mengikuti trend obat di

masyarakat. Cara ini dapat memberikan keuntungan yang besar jika di

lakukan secara tepat namun juga dapat memberikan kerugian jika

perkiraannya tidak tepat karena obat tidak laku,ED atau rusak.

3) Konsiniasi

Konsiniasi adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh Pedagang

Besar Farmasi (PBF) dengan cara menitipkan barang kepada pihak Apotek

untuk menjualkan barang tersebut. Pembayaran dari barang tersebut hanya

berdasarkan jumlah barang yang laku terjual.

Pemesanan barang atau obat kepada PBF yang dilakukan di Apotek Kasih

adalah sebagai berikut :

1) Cek persediaan barang.

2) Kosong atau menipis dicatat di buku defekta.

Page xi
3) Memisahkan jenis barang atau obat yang akan di pesan per PBF yang akan

dituju.

4) Siapkan SP, berikan kepada kepada sales, lakukan negoisasi harga,

diskon/bonus, dan masa pembayaran (kredit/tunai).

5) Jika sales tidak datang/kebutuhan obat mendesak, catat obat yang akan

dipesan di SP dan bisa di lakukan pemesanan melalui telepon ke PBF/

SMS/ WA ke sales.

6) Jika hal diatas terjadi,SP asli disimpan dan di serahkan kepada pihak PBF

ketika barang datang.

7) Pemesanan di lakukan oleh APA / harus sepengetahuan APA.

3. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan yang telah diadakan sesuai dengan aturan

kefarmasian yang menjamin kesesuai jenis, spesifikasi serta mutu dan waktu

penyerahan dan harga tertera dalam kontrak atau pesanan. Dalam melakukan

penerimaan dilakkan verifikasi dokumentasi dengan menggunakan checklist untuk

tiap-tiap produk (cpfb,2011).

Adapun dalam penerimaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu

mencocokkan isi faktur dan sediaan farmasi, diperiksa kondisi fisiknya yang

meliputi wadahnya masih tertutup rapat, kondisi tidak rusak dan tanggal

kadaluarsanya masih jauh (cpfb,2011).

Standar prosedur operasional dari penerimaan menurut pedoman praktikum

apoteker tahun 2013 meliputi , pertama dicocokkan antara sp dan faktur meliputi

nama PBF, jenis sediaan farmasi dan alat kesehatan yag di pesan, kekuatan

Page xii
sediaan dan bentuk sediaan, jumlah yang dipesan dan harga, bila tidak sesuai

segera konfirmasi dengan PBF, yang kedua dicocokkan antara isi faktur dan

sediaan farmasi dan alat kesehatan yang datang meliputi jumlah sediaan, jenis

sediaan dan nomor batch, bila jumlah dan jenis yang di minta tidak sama maka

segera di kembalikan, yang ketiga diperiksa kondisi fisiknya meliputi wadah,

tanggal kadaluarsa dan sediaan yang rusak atau tidak. Bila pemriksaan sudah

selesai, faktur di tanda tangani oleh pihak apotek dan diberti tanda tangan, yang

asli diberikan kepada PBF dan copiannya disimpan sebagai arsip.

Penerimaan barang di Apotek Kasih antara lain :

1) Cek faktur apakah ditujukan untuk Apotek Kasih.

2) Cocokkan fisik barang dengan faktur.

3) Jika fisik barang ada kerusakan atau ED dekat, langsung di retur

harus harus ada bukti retur (pakai tanda terima barang/ditulis di

faktur asli, ditanda tangani pengantar barang).

4) Dicari copy SP, cocokan dengan faktur, jika tidak cocok maka

barang datang yang tidak sesuai SP diretur.

5) Apabila cocok, faktur ditanda tangani penerima, dilengkapi tanggal

terima, nama terang, No SIK, dan stempel Apotek, kemudian ambil

1 lembar copy faktur.

6) Jika bayar tunai faktur asli di tandai lunas oleh pembawa barang,

faktur asli diterima.

7) Barang dihargai lalu disimpan .

Page xiii
4. Penyimpanan

Cara penyimpanan obat di Apotek Kasih dapat digolongkan menjadi

empat,yaitu :

1) Berdasarkan golongan obat, yaitu dipisahkan penyimpanan antara obat

bebas, obat bebas terbatas, obat keras (menggunakan etalase kaca), obat

prekursor, obat narkotika, serta obat psikotropika (disimpan di dalam

lemari khusus lemari kayu dengan dua pintu).

2) Berdasarkan bentuk sediaan obat, yaitu antara sediaan tetes mata, hidung,

dan telinga.Sediaan semisolid seperti krim dan salep, sediaan cair seperti :

sirup dan injeksi, sediaan yang di simpan di dalam lemari pendingin

seperti : suppositoria ,alat kesehatan, kosmetik serta susu masing- masing

sediaan saling dipisahkan.

3) Berdasarkan farmakologi, seperti : obat flu dan batuk, serta multivitamin.

4) Berdasarkan penggolongan obat generik dan paten

5) Setiap kelompok obat disusun secara alfabetis untuk memudahkan

pencarian.Sistem pengeluaran barang menggunakan sistem FIFO (First in

first out) dan FEFO (First expired first out).

Beberapa Ruang Penyimpanan obat di Apotek Kasih,antara lain :

a. Gudang obat

Didalam gudang terdapat bermacam macam obat yang terdiri dari obat

generik, obat paten, syrup, liniment, cream, salep dan sebagainya.

b. Lemari pendingin

Page xiv
Ada beberapa obat yang harus disimpan di lemari pendingin, tetapi di

Apotek kasih hanya ada beberapa obat yang harus disimpan di lemari

pendingin, seperti : suppositoria dan insulin

5. Distribusi

Perbekalan farmasi yang dijual terdiri dari obat bebas, obat generik, OWA,

alat kesehatan,susu dan kosmetika.Pelayanan meliputi pembeliaan secara bebas,

swamedikasi, resep, dan pemesanan barang dari para pembeli.

Untuk obat Narkotika dan Psikotropika tidak dapat dijual tanpa resep dokter.

Semua pengeluaran dan pemasukan Obat prekursor, psikotropik, dan narkotik

langsung dicatat dalam kartu stok .Setiap pemasukan barang,dicatat dalam kartu

stok dan setiap pengeluaran dari gudang dicatat dalam buku pengeluaran gudang

6. Pengendalian Mutu

Demi terjaminnya mutu dan khasiat obat, senantiasa dilakukan pengecekan

tanggal kadaluarsa dan penerapan FIFO (First in first out) yaitu barang yang

diterima lebih dahulu dijual terlebih dahulu. Barang yang sudah rusak, ED, ditarik

dari perusahaan dapat ditukar kepada PBF ataupun dimusnahkan dengan membuat

laporan pemusnahan.

Tiap 1 tahun sekali di Apotek Kasih diadakan " STOCKOPNAME " atau

menghitung kembali kekayaan Apotek dengan tujuan untuk menegetahui batas

obat yang masih memenuhi syarat, yang meliputi obat bebas, bebas terbatas,

OWA, Narkotika, Psikotropika, obat generik alat kesehatan, maupun kosmetika.

Page xv
7. Administrasi dan Pelaporan Apotek

Administrasi dan pelaporan di apotek meliputi pelaporan dalam dan

pelaporan luar.

1) Pelaporan Keluar

a) Laporan tiap 6 bulan sekali meliputi obat generik / generik

berlogo.

b) Sedangkan Obat Narkotika dan Psikotropika dilaporkan tiap 1

bulan sekali dengan format yang berbeda.

c) Laporan setiap tahun adalah laporan Stok Opname.

2) Pelaporan ke dalam

Laporan keuangan.

D. PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

1. Jam Kerja Apotik

Di Apotek Kasih terbagi 2 shift yaitu :

1) Pagi : Dilaksanakan pukul 08.00 - 14.00WIB

2) Siang : Dilaksanakan pukul 14.00 -21.00WIB

Pada hari senin Apotek Kasih buka pukul 08.00 -21.00 WIB.Sedangkan pada

hari minggu Apotek Kasih buka pukul 16.00 -21.00WIB. Masing-masing shift

dibagi sesuai jumlah karyawan. Pagi : 1 Apoteker + 2 Tenaga Teknis

Kefarmasian, dan sore : 1 Apoteker + 2 Tenaga Tekhnis Kefarmasian.

2. Budaya Perusahaan

1) Melayani Pembelian dengan sepenuh hati.

Page xvi
2) Bertanggung jawab.

3. Pelayanan Resep

Ada beberapa langkah prosedur pelayanan resep diantaranya :

1) Penerimaan resep

a. Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep.

1) Nama, alamat, No SIP, tanda tangan, paraf dokter penulis resep.

2) Nama obat, dosis, jumlah, dan aturan pakai.

3) Nama pasien, usia, alamat lengkap,dan nomor telepon (jika

ada).

b. Pemberian nomor resep.

c. Penetapan harga.

d. Pemeriksaan ketersediaan obat.

2) Perjanjian dan Pembayaran.

a. Pengambilan obat semua atau sebagian.

b. Ada atau tidaknya obat atas persetujuan dokter atau pasien.

c. Pembayaran tunai.

d. Validasi dan penyerahan nomor resep.

e. Pembuatan kwitansi dan salinan resep.

3) Peracikan

a. Penyiapan etiket / penandaan obat dan kemasan.

b. Peracikan obat (menghitung dosis, menimbang bahan, menyampur

sediaan, dan mengemas ).

c. Penyajian hasil akhir peracikan.

Page xvii
4) Pemeriksaan Akhir.

a. Kesesuaian hasil peracikan dengan resep.

a) Nomor resep.

b) Nama obat, bentuk obat, dan jenis sediaan obat, dosis obat,

jumlah obat, dan aturan pakai, nama pasien, usia pasien,

alamat lengkap pasien, serta nomor telepon pasien ( jika ada ).

b. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli.

c. Kebenaran kwitansi.

5) Penyerahan Obat dan Pemberian Informasi.

a. Penyerahan obat harus disertai dengan penjelasan informasi

tentang :

a) Nama obat, bentuk obat, jenis sediaan, dosis obat, jumlah obat,

serta aturan pakai.

b) Cara Penyimpanan.

c) Efek samping yang mungkin akan timbul dan cara

mengatasinya.

b. Tanda terima pasien atau penerima obat.

4. Pelayanan Non Resep (Swamedikasi)

Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan bagian dari upaya

masyarakat menjaga kesehatannya sendiri. Pada pelaksanaanya, swamedikasi

/pengobatan sendiri dapat menjadi masalah terkait obat (Drug Related Problem)

akibat terbatasnya pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya (Nur Aini,

2017). Dasar hukum swamedikasi adalah peraturan Menter Kesehatan No. 919

Page xviii
Menkes/Per/X/1993. Menurut Pratiwi, et al (2014) swamedikasi merupakan salah

satu upaya yang sering dilakukan oleh seseorang dalam mengobati gejala sakit

atau penyakit yang sedang dideritanya tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi

kepada dokter. Swamedikasi yang tepat, aman dan rasional terlebih dahulu

mencari informasi umum dengan melakukan konsultasi kepada tenaga kesehatan

seperti dokter atau petugas apoteker. Adapun informasi umum dalam hal ini bisa

berupa etiket atau brosur. Selain itu, informasi tentang obat bisa juga diperoleh

dari apoteker pengelola apotek, utamanya dalam swamedikasi obat keras yang

termasuk dalam daftar obat wajib apotek (Depkes RI., 2006; Zeenot, 2013).

Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan

penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri, pusing,

batuk, influenza, sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain (Depkes

RI, 2010). Kriteria yang dipakai untuk memilih sumber pengobatan adalah

pengetahuan tentang sakit dan pengobatannya, keyakinan terhadap obat/

pengobatan, keparahan sakit, dan keterjangkauan biaya, dan jarak ke sumber

pengobatan. Keparahan sakit merupakan faktor yang dominan diantara keempat

fakt or diatas (Supardi, 2005)

E. PEMBAHASAN TENTANG SWAMEDIKASI

1. Diare

Pengertian Diare

Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar dengan frekuensi

yang tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek atau cair.

Page xix
(Bagian ilmu kesehatan anak FK UI, 1998). Diare merupakan suatu keadaan

pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan

peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada

neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lendir darah. (Aziz, 2006). Diare

dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi perubahan dalam

kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih

perhari. (Ramaiah,2002). Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada

sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. (Ngastiyah,

2003). Jadi diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih dari 3 kali sehari

dengan konsistensi tinja yang encer.

Patofisiologi

Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus

enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia).

Beberapa mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,

memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana merusak sel-sel, atau

melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa

melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa kasus ditemui

penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik

(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam

rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam

rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu

menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air

Page xx
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang

mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri

adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan

asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang,

output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a) Kehilangan air

dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan

asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan sebagainya). (b) Gangguan gizi

sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah). (c)

Hipoglikemia, (d) Gangguan sirkulasi darah.

Etiologi

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor Infeksi

1. Infeksi enteral

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a) Infeksi

bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,

Aeromonas dan sebagainya. (b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO,

Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. (c)

Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),

protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis),

jamur (candida albicans).

2. Infeksi parenteral

Page xxi
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat

pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis,

Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat

pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor Malabsorbsi

1. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada

bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.

2. Malabsorbsi lemak

3. Malabsorbsi protein

4. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

5. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat

menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

c. Faktor Pendidikan

Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status

pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan

rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan

status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat

pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.

d. Faktor pekerjaan

Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata

mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang

Page xxii
bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan

tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan

anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk

terpapar dengan penyakit.

e. Faktor umur balita

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita

yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding

anak umur 25-59 bulan.

f. Faktor lingkungan

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua

faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor

ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor

lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan

perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman,

maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

g. Faktor Gizi

Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh

karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen

utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang

sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan

malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang

= <90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.

h. Faktor sosial ekonomi masyarakat

Page xxiii
Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor

penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga

besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak

mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.

i. Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi

Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air

minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan

berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang

lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan

kemulut dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan

dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan adalah bakteri Etamoeba

colli, salmonella, sigella. Dan virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta

parasite yaitu cacing (Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida albikan).

j. Faktor terhadap Laktosa (susu kaleng)

Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama

kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih

besar daripada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita

dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan

pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI mengandung

antibody yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare

seperti Sigella dan V. Cholerae.

Pengobatan

Penggolongan Obat Antidiare :

Page xxiv
1. Kemoterapeutik

Untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare,

seperti : antibiotik, sulfonamid, dan senyawa kuinolon

2. Obstipansia

Untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan

beberapa cara, yakni :

a. zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak

waktu untuk resorbsi air dan elektrolit oleh mukosa usus, yakni :

candu dan alkaloidnya, derivat petidin (loperamid) dan

antikolinergik (antropin, ekstrak belladonna)

b. Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya :

asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismut dan

aluminium

c. Adsorbsi, misalnya karbo adsorbens yang pada permukaannya

dapat menyerap (adsorbsi) zat-zat beracun yang dihasilkan oleh

bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang,ikan).

termasuk disini adalah juga mucilagines, zat-zat lendir yang

menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu

lapisan pelindung, umpamanya kaolin, pektin (suatu karbohidrat

yang terdapat antara lain dalam buah apel) dan garam-garam

bismut serta aluminium

3. Spasmolitika

Page xxv
Yaitu zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang sering

kali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain : papaverin

Obat lain yang sering digunakan dalam penanganan diare :

1. Cairan rehidrasi oral :oralit

Pemberian cairan rehidrasi oral merupakan lini pertama dalam

pengobatan diare untuk mencegah dan mengatasi kehilangan cairan dan

elektrolit yang berlebihan.

2. Probiotik : Lactobacillus

WHO mendefinisikan probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang

bila dikonsumsi dalam jumlah yang kuat sebagai bagian dari makanan

akan memberikan dampak yang menguntungkan pada kesehatan pejamu.

Mekanisme probiotik adalah berkompetisi untuk berlekatan pada

enterosit usus, sehingga enterosit yang telah jenuh dengan probiotik tidak

dapat lagi berlekatan dengan bakteri lain sehingga menghambat

pertumbuhan kuman patogen serta berkompetisi dengan patogen untuk

mendapatkan tempat dan nutrisi.

Probiotik menghasilkan substansi antimikroba seperti : asam organik

(laktat dan asetat) bakteriosin, reuterin, H2O2 dan enzim saluran cerna.

Probiotik juga meningkatkan sistim imunitas non spesifik dan spesifik.

Probiotik membantu memelihara kesehatan fungsi pencernaan pada

anak-anak dan dewasa. Probiotik juga bermanfaat dalam pencegahan dan

pengobatan beberapa penyakit saluran cerna, seperti : diare. Beberapa

Page xxvi
probiotik dengan jalur spesifik dapat mengurangi frekuensi dan durasi

diare.

3. Suplemen : Zinc Sulfat

Zink merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk

kesehatan dan pertumbuhan anak. selama diare tubuh akan kehilangan

zink. Untuk menggantikan zink yang hilang selama diare anak dapat

diberikan zink yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga

agar anak tetap sehat, penyembuhan diare zink juga meningkatkan sistem

kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah resiko terulangnya diare selama

2-3 bulan setelah anak sembuh dario diare.

Swamedikasi pasien diare

Suatu sore yang cerah datanglah seorang ibu-ibu yang membawa anak laki-

lakinya yang berusia 3th dengan keluhan anaknya telah BAB 5x sehari, diare baru

dialami sehari, konsistensi fesesnya lembek, tidak berdarah atau fesesnya tidak

ada darahnya, anak tersebut tidak mau minum obat jika diberikan obat langsung

dimuntahkan, tidak memakan makanan apa-apa sebelumnya yang bisa

menimbulkan diare, tidak memiliki riwayat alergi obat sebelumnya, tidak sedaang

meminum obat-obatan, tidak memiliki alergi terhadap susu dan laktosa, dan

belum meminum obat apapun sebelumnya. Saya akan memberikan obat Lacto-B.

Lacto-B memiliki komponen utama bakteri yang baik untuk saluran pencernaan,

yaitu Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium longum, dan Streptococcus

thermophilus. Dalam satu sachet Lacto-B mengandung 10 juta bakteri hidup.

Selain mengandung bakteri baik pendukung pencernaan, Lacto-B juga

Page xxvii
mengandung berbagai vitamin. Dengan aturan pakai 3x sehari 1 sachet

dicampurkan dalam makanan atau minuman tetapi tidak boleh dicampur dengan

minuman bersoda. Konsumsi segera setelah sachet dibuka dan dicampurkan. Bila

Lacto-B lupa diberikan, jangan menggandakan dosis di jadwal konsumsi

berikutnya. Interaksi Obat Lain Terhadap Lacto-B adalah hindari konsumsi Lacto-B

dalam rentang waktu 2 jam setelah konsumsi antibiotik. Konsultasikan kepada

dokter bila sedang mengonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan sistem

imun (imunosupresan), seperti obat-obatan pasca transplantasi organ

dan kortikosteroid.

Efek samping yang mungkin bisa terjadi setelah mengonsumsi Lacto-B

adalah perut kembung dan rasa tidak nyaman pada perut. Selain itu, reaksi alergi

terhadap Bifidobacterium dan Lactobacillus juga bisa saja terjadi. Reaksi alergi ini

biasanya ditandai dengan : Pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau

tenggorokan, Kesulitan bernapas, Gatal-gatal dan kemerahan pada kulit. Segera ke

dokter bila anak tersebut mengalami reaksi alergi terhadap Lacto-B. Dan

memberikan saran agar anak tersebut diberi banyak minum air putih karena diare

banyak mengeluarkan cairan supaya anak tidak dehidrasi atau kehilangan banyak

cairan. Air tersebut berfungsi untuk mengembalikan cairan yang hilang atau

disarankan agar pasien membuat oralit sendiri dirumah. Disarankan untuk

menghindari makanan yang dapt memperparah diare seperti : pedes, kecut dll.

Alasan saya memberikan Lacto-B

1. Dapat mempermudah pemberian obatnya kepada anak tersebut karena

bisa dicampur dengan makanan/ minuman

Page xxviii
2. Lacto-B aman digunakan untuk pencegahan dan pengobatan diare untuk

anak 1-12 th

3. Kemungkinan anak tersebut diare adalah karena anak tersebut mengalami

gangguan dalam sistem pencernaannya jadi makanan yangv masuk tidak

dapat diserap dan akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus,

isi rongga usus berlebih sehingga menimbulkan terjadinya diare. sehingga

saya berikan Lacto-B untuk memperbaiki sistem pencernaannya terlebih

dahulu jika penyebabnya yaitu gangguan sistem pencernaannya diperbaiki

maka BAB bisa normal kembali.

Jurnal Pendukung

Agus Fathul Muin Farid dan Ade yonata l Penggunaan Probiotik sebagai Terapi Diare

Penggunaan Probiotik sebagai Terapi Diare

Ade Yonata1, Agus Fathul Muin Farid2

1Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universtas Lampung2Mahasiswa, Fakultas Kedokteran,

Universitas Lampung

Abstrak

Diare adalah sebuah gangguan pada saluran gastrointestinal dengan menempati

posisi kedua setelah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Diare adalah

buang air besar (defekasi) encer lebih dari 3 kali per hari. Diare merupakan

penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di Asia, Afrika, dan

Amerika Latin dengan angka kejadian tidak kurang dari satu milyar pertahun.

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi, antara lain

Page xxix
osmolaritas intraluminal yang meningkat, disebut diare osmotik; sekresi cairan

dan elektrolit meningkat, disebut diare sekretorik; infeksi dinding usus.

Diagnosis diare akut ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan diare akut terdiri dari rehidrasi, diet,

pemberian zink, antibiotik selektif, dan edukasi. Penggunaan probiotik efektif

sebagai pencegahan dan pengobatan diare. Probiotik adalah bakteri hidup yang

diberikan sebagai suplemen makanan yang mampu memperbaiki keseimbangan

mikroflora intestinal pada manusia dan hewan. Beberapa penelitian

menyebutkan bahwa probiotik memiliki efek terhadap sistem imun lokal dan

spesifik, memiliki efektivitas dalam pencegahan diare, dan terbukti dapat

menurunkan intensitas dan durasi diare.

Kata kunci: diare, probiotik, traktus gastrointestinal

Korespondensi: Agus Fathul Muin Farid, alamat Jl. Zaenal Pagar Alam, Perumahan Bumi Puspa Kencana

C17, HP 089620368346, e-mail agusfathulm10@gmail.com

Majoyiti Volume 5 Nomor 2 April 2016 1

2. Gastritis

Pengertian

Gastritis atau sering di kenal dengan maag berasal dari bahasa yunani yaitu

gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa

kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.

Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang

sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu

Page xxx
Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian

secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan

gastritis.

Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer)

dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak

orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera membaik dengan

pengobatan.

Gastritis merupakan gangguan yang sering terjadi dengan karakteristik

adanya anorexia, rasa penuh, dan tidak enak pada epigastrium, nausea, muntah.

Secara umum definisi gastritis ialah inflamasi pada dinding lambung terutama

pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan yang

paling sering ditemui diklinik karena diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis

Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :

1. Gastritis akut

Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat

menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut

dibagi menjadi dua garis besar yaitu :

a. Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor

dari luar, seperti bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok,

kafein lada, steroid , mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti

inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat

menyebabkan erosi mukosa lambung) ).

Page xxxi
b. Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh

kelainan badan).

2. Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus

benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter

pylory (H. Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe

yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu

menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari

kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi

gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa

berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe

ini dikaitkan dengan infeksi Helicobacter pylori yang menimbulkan

ulkus pada dinding lambung.

Etiologi

Secara garis besar penyebab gastritis dibedakan atas zat internal yaitu adanya

kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat

eksternal yang menyebabkan iritasi dan infeksi. Gastritis biasanya terjadi ketika

mekanisme perlindungan dalam lambung mulai berkurang sehingga menimbulkan

peradangan (inflamasi). Kerusakan ini bisa disebabkan oleh gangguan kerja fungsi

lambung, gangguan struktur anatomi yang bisa berupa luka atau tumor, jadwal

makan yang tidak teratur, konsumsi alkohol atau kopi yang berlebih, gangguan

stres, merokok, pemakaian obat penghilang nyeri dalam jangka panjang dan

Page xxxii
secara terus menerus, stres fisik, infeksi bakteri Helicobacter pylori (Suryono,

2016).

Ketidakseimbangan antara faktor-faktor agresif (asam dan pepsin) dan faktor-

faktor defensif (resistensi mukosa) pada mukosa lambung dan duodenum

menyebabkan terjadinya gastritis, duodenitis, ulkus lambung dan ulkus

duodenum. Asam lambung yang bersifat korosif dan pepsin yang bersifat

proteolitik merupakan dua faktor terpenting dalam menimbulkan kerusakan

mukosa lambung-duodenum. Faktor-faktor agresif lainnya adalah garam empedu,

obat-obat ulserogenik (aspirin dan antiinflamasi nonsteroid lainnya, kortikosteroid

dosis tinggi), merokok, etanol, bakteri, leukotrien B4 dan lain-lain (Katzung,

2004).

Pemakaian obat-obatan tertentu dalam jangka panjang beresiko

mengakibatkan penyakit gastritis karena obat-obat tersebut mengiritasi dinding

lambung dan menyebabkan mukosa pelindung lambung menjadi tipis sehingga

lebih mudah terluka. Selain itu, dapat pula disebabkan faktor sosial, yaitu situasi

yang penuh stres psikologis. Suatu pengamatan terhadap seorang pasien yang

menderita fistula pada lambungnya sehingga perubahan-perubahan pada lambung

dapat diamati, ternyata mengalami peningkatan produksi asam lambung saat

dihadapkan pada situasi yang menegangkan yang menimbulkan perasaan cemas.

Timbulnya penyakit gastritis dan tukak lambung dipicu oleh stres yang

berkepanjangan. Stres yang berkepanjangan ini muncul karena gaya hidup saat ini

yang serba cepat akibat tuntutan hidup dan tuntutan kerja, misalnya mobilitas

yang tinggi maupun beban kerja yang dirasakan berat. Gaya hidup tersebut

Page xxxiii
membuat individu selalu berada dalam ketegangan sehingga berakibat pada

munculnya stres. Selain itu pola makan yang tidak teratur dan mengkonsumsi

makanan instan sebagai akibat pola hidup serba cepat juga merupakan salah satu

pencetus penyakit gastritis (Subekti, 2011).

Helicobacter pylori merupakan penyebab utama penyakit gastritis. Menurut

penelitian, gastritis yang dipicu bakteri ini bisa menjadi gastritis menahun karena

Helicobacter pylori dapat hidup dalam waktu yang lama dilambung manusia dan

memiliki kemampuan mengubah kondisi lingkungan yang sesuai dengan

lingkungannya sehingga Helicobacter pylori akan mengiritasi mukosa lambung

serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Komplikasi yang dapat

timbul dari gastritis, yaitu gangguan penyerapan vitamin B12, menyebabkan

anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum

pylorus. Gastritis kronis jika dibiarkan tidak terawat, akan menyebabkan ulkus

peptik dan pendarahan pada lambung. Serta dapat meningkatkan resiko kanker

lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding

lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung. Adapun kasus dengan

penyakit gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh

kalangan masyarakat sehingga harus berupaya untuk mencegah agar tidak terjadi

kekambuhan (Suryono, 2016).

Patofisiologi

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat

jinak dan merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.

Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptik ialah bila terdapat

Page xxxiv
ketidakseimbangan faktor penyerang (ofensif) dan faktor pertahanan (defensif)

pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan faktor ofensif dan atau

penurunan kapasitas defensif mukosa. Faktor ofensif tersebut meliputi asam

lambung, pepsin, asam empedu, enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang

bersifat gram-negatif, OAINS, alkohol dan radikal bebas. Sedangkan sistem

pertahanan atau faktor defensif mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni

elemen preepitelial, epitelial, dan subepitelial (Pangestu, 2003).

Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah berupa lapisan

mucus bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi terhadap berbagai

bahan kimia termasuk ion hidrogen (Kumar, 2005). Lapis pertahanan kedua

adalah sel epitel itu sendiri. Aktifitas pertahanannya meliputi produksi mukus,

bikarbonat, transportasi ion untuk mempertahankan pH, dan membuat ikatan antar

sel (Kumar, 2005).

Lapisan pertahanan ketiga adalah aliran darah dan leukosit. Komponen

terpenting lapis pertahanan ini ialah mikrosirkulasi subepitelial yang adekuat

(Pangestu, 2003).

Endotoksin bakteri setelah menelan makanan terkontaminasi, kafein, alkohol

dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering

dianggap sebagai penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel

lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah

epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat, misalnya OAINS (indomestasin,

ibuprofen, naproksen), sulfonamid, steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim

pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila

Page xxxv
alkohol diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak

dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum secara

terpisah (Price dan Wilson, 2005).

Terapi

1. Obat antasida

meningkatkan dan menetralkan kelebihan asam lambung.

2. Penghambat Reseptor H2

Obat yang termasuk dalam golongan antihistamin ini secara selektif

akan menempati reseptor H2 yang terletak dipermukaan lambung

sehingga mengurangi sekresi asam lambung dan pepsin.

contoh : simetidin, ranitidin, famotidin, nizatidin

3. Penghambat Pompa Proton

Obat ini menghambat enzim H+/K-ATPase yang terdapat pada sel-sel

perietal lambung sehingga akan menghambat sekresi asam lambung.

Contoh : Omeprazol, Lansoprazol, pantoprazol

4. Kelator dan senyawa Kompleks

Obat ini akan membentuk kompleks protein pada permukaan tukak

yang akan berfungsi melindungi lambung dari asam dan pepsin

contoh : Sukralfat

5. Obat Analog Prostaglandin

Obat ini berfungsi secara langsung menghambat sekresi asam

lambung

Contoh : Misoprostol

Page xxxvi
Swamedikasi Pasien gastritis

Suatu sore hari yang cerah datanglah seorang kakek-kakek berusia sekitar

50than datang dengan keluhan perut terasa panas, perih, kembung, mual, muntah,

terasa penuh walau belum makan. Sebelumnya kakek tersebut memang sudah

pernah terkena magh, sebelumnya beliau memakan makanan pedas, merokok dan

sedang banayak pikiran. Sehingga muncullah keluhan tersebut. keluhan tersebut

terjadi sudah 2 hari. Mendengar hal tersebut lalu saya berikan kombinasi obat

magh yaitu Antasida dan ranitidin. Antasida diminum 2 jam sesudah makan 3x

sehari 1 tablet dan dikunyah. dan Ranitidin 2x sehari 1 jam sebelum makan.

Selama menggunakan obat ini, pasien dianjurkan untuk menghindari

konsumsi makanan atau minuman yang dapat memperparah gejala agar

keefektifan obat menjadi maksimal. Makanan atau minuman yang harus dihindari

tersebut di antaranya adalah makanan pedas, cokelat, tomat, minuman keras, atau

minuman panas, khususnya kopi. Selain itu, juga dianjurkan untuk berhenti

merokok, mengurangi beban pikiran karena dapat memicu produksi asam

lambung.

Efek samping yang dapat ditimbulkan adalah diare, muntah-muntah, Sakit

kepala, Insomnia, vertigo, Ruam, Konstipasi/kejang perut, sakit perut, sulit

menelan, urine tampak keruh, bingung dan berhalusinasi. Dan menjelaskan bahwa

setiap orang tidak akan mengalami efek samping tersebut tetapi jika setelah

meminum obat tersebut menimbulkan hal seoerti itu berarti itu efek sampingnya.

Alasan saya memberikan kombinasi Antasida dengan Ranitidin :

Page xxxvii
1. Kakek tersebut sudah sering terkena magh dan sudah mempunyai riwayat

magh sebelumnya, dengan melihat gejalanya saya berfikir jika hanya

diberikan antasida untuk menetralkan asam lambungnya saja

kemungkinan gejala bisa berkurang namun hanya sebagian. Karena

kemungkinan kakek tersebut asam lambungnya sudah meningkat cukup

banyak. Maka saya berikan Ranitidin juga yang bekerja dengan cara

mengurangi sekresi asam lambung dengan cara memblok H2.

2. Aturan pakai ranitidin 1 jam sebelum makan dan antasida 2 jam sesudah

makan ini karena obat-obat magh memang sebaiknya diminum pada saan

keadaan lambung sedang kosong. Ranitidin 1 jam sebelum makan karena

ranitidin ini bekerja dengan cara mengurangi sekresi asam lambung ketika

lambung mencerna makanan. supaya obat ini sudah diserap dalam

lambung untuk mengurangi sekresi asam lambung sehingga dapat

mengurangi gejala. dan saya tambahkan antasida 2 jam sesudah makan

untuk menghindari atau mencegah gejala muncul lagi yaitu dengan cara

menetralisir asam lambung.

3. Antasida diminum dengan cara dikunyah, karena ketika antasida ditelan,

obat ini akan melewati lambung dengan terlalu cepat untuk menetralkan

asam lambung, sedangkan ketika kita mengunyahnya, antasida yang

hancur ini akan memasuki lambung langsung siap bekerja, sehingga

antasida bekerja lebih efektif menyeimbangkan PH lambung.

Page xxxviii
Jurnal Pendukung

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

GAMBARAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DENGAN

SUKRALFAT DAN RANITIDIN DENGAN ANTASIDA DALAM

PENGOBATAN GASTRITIS DI SMF PENYAKIT DALAM RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) AHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

Isna Wardaniati1, Almahdy A2, Azwir Dahlan3

Universitas Abdurrab, Pekanbaru1 Universitas Andalas, Padang2

RSUD Ahmad Mochtar, Bukittinggi 3 isnawardaniati@gmail.com

ABSTRAK

Gastritis merupakan penyakit lambung yang paling banyak di temukan di

masyarakat Setiap hari sering kita temukan penderita yang datang berobat dengan

keluhan di saluran pencernaan bagian atas; misalnya rasa nyeri atau panas di

daerah epigastrium, mual, kadang-kadang disertai muntah, rasa panas di perut,

rasa kembung, perasaan lekas kenyang. Dalam pengobatan gastritis biasanya

digunakan terapi tunggal, namun ada beberapa yang menggunakan terapi

kombinasi 2 jenis obat. Biasanya obat yang digunakan dalam terapi kombinasi

diberikan berdasarkan derajat gastritisnya. Dalam penelitian ini kombinasi obat

yang diamati adalah Ranitidin dengan Sukralfat dan Ranitidin dengan Antasida.

Gambaran penggunaan obat ini dinilai berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan

Endoskopi. Pasien yang positif menderita gastritis dibagi menjadi dua kelompok.

Kemudian Pasien diberikan terapi dengan (Ranitidin, Sukralfat) dan (Ranitidin,

Antasida) selama 2 minggu. Setelah 4 bulan dari terapi diberikan dilakukan

evaluasi terhadap pasien meliputi rasa sakit/nyeri di perut, rasa mual, muntah,

Page xxxix
pedih sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut, lekas kenyang,

kembung. Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada kedua kelompok tersebut

didapatkan hasil pada kelompok I jumlah pasien yang keluhannya menghilang

sebanyak 100% dan pada kelompok II sebanyak 80%.

Kata Kunci : Gastritis, Endoskopi, Antasida, Sukralfat, Ranitidin.

3. Influenza

Pengertian Influenza

Influenza adalah infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus influenza, dan

menyebar dengan mudah dari orang ke orang. Virus ini beredar di seluruh dunia

dan dapat mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin (WHO,

2009). Flu sendiri merupakan suatu penyakit yang self-limiting, dimana bila tidak

terjadi komplikasi dengan penyakit lain, maka setelah 4-7 hari penyakit akan

sembuh sendiri. Daya tahan tubuh seseorang akan sangat berpengaruh terhadap

berat ringannya penyakit tersebut. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh pola hidup

seseorang (BPOM, 2006).

Etiologi

Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C. Di

antara banyak subtipe virus influenza A, saat ini subtipe influenza A (H1N1) dan

A (H3N2) adalah yang banyak beredar di antara manusia. Virus influenza

bersirkulasi di setiap bagian dunia. Kasus flu akibat virus tipe C terjadi lebih

jarang dari A dan B. Itulah sebabnya hanya virus influenza A dan B termasuk

dalam vaksin influenza musiman. Influenza musiman menyebar dengan mudah

Saat seseorang yang terinfeksi batuk, tetesan yang terinfeksi masuk ke udara dan

Page xl
orang lain bisa tertular. Mekanisme ini dikenal sebagai air borne transmission.

Virus juga dapat menyebar oleh tangan yang terinfeksi virus. Untuk mencegah

penularan, orang harus menutup mulut dan hidung mereka dengan tisu ketika

batuk, dan mencuci tangan mereka secara teratur (WHO, 2009).

Virus influenza A inang alamiahnya adalah unggas akuatik. Virus ini dapat

ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar

pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatu wabah influenza

manusia. Virus A merupakan patogen manusia yang paling virulen di antara

ketiga tipe infleuenza dan menimbulkan penyakit paling berat, yang paling

terkenal di Indonesia adalah flu babi (H1N1) dan flu burung (H5N1) (Spickler,

2009).

Virus influenza B hampir secara ekslusif hanya menyerang manusia dan lebih

jarang dibandingkan virus influenza A. karena tidak mengalami keragaman

antigenik, beberapa tingkat kekebalan diperoleh pada usia muda, tapi sistem

kekebalan ini tidak permanen karena adanya kemungkinan mutasi virus. Virus

influenza C menginfeksi manusia, anjing dan babi, kadangkala menyebabkan

penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C jarang terjadi

disbanding jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak

-anak (Spickler, 2009).

Patofisiologi

Patofisiologi influenza dimulai dari inhalasi droplet virus influenza, diikuti

replikasi virus dan kemudian infeksi virus menyebabkan inflamasi pada saluran

pernafasan.

Page xli
Virus influenza masuk melalui inhalasi dari droplet yang infeksius, aerosol

partikel mikro, maupun inokulasi langsung lewat sentuhan tangan dari penderita.

Virus kemudian mengikat reseptor asam sialat yang terdapat pada sel epitel jalan

napas, khususnya di trakea dan bronkus. Kemudian, replikasi virus mencapai

puncaknya dalam 48 jam pasca infeksi dan jumlah virus berhubungan langsung

dengan derajat keparahan penyakit.

Pada kasus yang berat, terdapat perluasan infeksi virus mencapai bagian paru-

paru distal yang sesuai dengan karakteristik pneumonitis interstisial. Kerusakan

pada alveoli yang disertai pembentukan membran hialin menyebabkan perdarahan

dan eksudat keluar dari kapiler alveolar menuju lumen yang kemudian

mengakibatkan gangguan pertukaran gas dan disfungsi napas berat.

Respon imun tubuh terhadap virus influenza mencakup peningkatan sitokin

proinflamasi seperti IL-6 dan IFN-α oleh sel yang terinfeksi. Peningkatan sitokin

memuncak pada 48 hari kedua pascainfeksi dan sesuai dengan berat gejala yang

dialami pasien.

Antibodi serum (IgM, IgG, dan IgA) terhadap hemaglutinin (HA) dan

neuraminidase (NA) baru muncul setelah satu minggu pascainfeksi dan belum

berperan dalam proteksi terhadap penyakit akut, namun dapat memberikan

imunitas dan proteksi terhadap reinfeksi oleh tipe virus yang sama hingga

beberapa tahun. [3-5]

Pengobatan

Orang yang menderita flu disarankan banyak beristirahat, meminum banyak

cairan, dan bila perlu mengkonsumsi obat-obatan untuk meredakan gejala yang

Page xlii
mengganggu. Tindakan yang dianjurkan untuk meringankan gejala flu tanpa

pengobatan meliputi antara lain :

a. Beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan.

b. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang

tinggi akan menambah daya tahan tahan tubuh. Makan buah-buahan

segar yang banyak mengandung vitamin.

c. Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering di

tenggorokan, mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.

d. Sering-sering berkumur dengan air garam untuk mengurangi rasa nyeri di

tenggorokan. (BPOM, 2006)

Beberapa obat yang dapat digunakan adalah penurun panas pada saat terjadi

demam, penghilang sakit untuk meredakan nyeri serta obat batuk jika terjadi

batuk. Karena influenza disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak memiliki

pengaruh terhadap infeksi kecuali diberikan untuk infeksi sekunder seperti

pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat efektif, namun sebagian galur

influenza dapat menunjukan resistensi terhadap obat-obatan antivirus standar

(Abelson, 2009).

Obat flu pada umumnya adalah obat tanpa resep dokter yang dapat diperoleh

di apotek-apotek dan toko obat berizin. Obat flu umumnya merupakan kombinasi

dari beberapa zat aktif, seperti kombinasi-kombinasi dari :

a. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan.

b. Analgesik/antipretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan dan

antihistamin.

Page xliii
c. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan,

antihistamin dan antitusif atau ekspektoran.

Berikut adalah zat aktif yang umumnya terdapat sebagai komponen obat flu :

a. Analgesik dan antipiretik

Secara umum obat golongan ini mempunyai cara kerja obat yang dapat

meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Zat aktif yang memiliki

khasiat analgesik sekaligus antipiretik yang lazim digunakan dalam obat flu

adalah : parasetamol.

b. Antihistamin

Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkompetisi

melawan histamin, yaitu salah satu me diator dalam tubuh yang dilepas

pada saat terjadi reaksi alergi. Zat aktif yang termasuk golongan ini antara

lain klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat.

c. Dekongestan hidung

Dekongestan hidung adalah obat yang mempunyai efek mengurangi

hidung tersumbat. Obat-obat yang dapat digolongkan sebagai dekongestan

hidung antara lain : fenilpropanolamin, fenilefrin, pseudoefedrin dan

efedrin.

d. Ekspektoran dan Mukolitik

Ekspektoran dan mukolitik digunakan untuk batuk berdahak,

dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran dahak. Zat aktif yang

Page xliv
termasuk ke dalam kelompok ini antara lain gliseril guaiakolat, ammonium

klorida, bromheksin.

e. Antitusif

Antitusif yaitu obat yang bekerja pada susunan saraf pusat menekan

pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk. Zat aktif yang termasuk

antitusif antara lain dekstrometorfan HBr dan difenhidramin HCl (dalam

dosis tertentu). (BPOM, 2006)

Swamedikasi Influenza

Suatu Sore ada pasien datang laki-laki berusia sekitar 30 th mengeluhkan

pusing, hidung tersumbat, greges/panas pilek sudah 2 hari, tidak memiliki riwayat

penyakit asma, tidak memiliki alergi terhadap obat tertentu, tidak sedang

mengkonsumsi obat-obatan lain dan gejala sudah berlangsung selama 2 hari. Saya

berikan Demacolin. Demacolin ini mengandung kombinasi obat berupa

Parasetamol, Pseudoefedrin HCL, Chlorampheniramine maleat dan Caffeine.

Obat ini digunakan untuk mengatasi gejala flu seperti demam, sakit kepala,

hidung tersumbat, gatal, berair dan bersin-bersin. obat ini dapat menyebabkan

kantuk, sehingga saya juga memberikan penjelasan sebaiknya jangan

mengendarai kendaraan bermotor dan menjalankan mesin ketika mengkonsumsi

obat ini. Dosis yang saya berikan karena dewasa maka 3 x sehari 1 tablet seudah

makan, karena obat ini memiliki efek samping mengiritasi asam lambung jadi

penggunaannya sebaiknya sesudah makan.

Saran yang diberikan supaya pasien istirahat yang cukup, minum banyak air

putih jika bertemu dengan orang lain maka sebaiknya menggunakan masker

Page xlv
supaya tidak menularkan kepada oraang lain. Jika bersin atau membuang ingus

gunakan tisu dan buang pada tempatnya jangan sembarangan.

Alasan memilih Demacolin

Demacolin ini mengandung Parasetamol, Pseudoefedrin HCL,

Chlorampheniramine maleat dan Caffeine yang merupakan kombinasi antara

analgesik/antipretik dengan nasal dekongestan dan antihistamin. Analgetik/

antipiretik ini secara umum obat mempunyai cara kerja obat yang dapat

meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Zat aktif yang memiliki khasiat

analgesik sekaligus antipiretik yang ada dalam obat ini adalah parasetamol.

Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkompetisi melawan

histamin, yaitu salah satu mediator dalam tubuh yang dilepas pada saat terjadi

reaksi alergi. Zat aktif yang termasuk golongan ini klorfeniramin maleat. Dan

dekongestan hidung adalah obat yang mempunyai efek mengurangi hidung

tersumbat. Kandungan obat yang terdapat dalam obat ini adalah pseudoefedrin

Jurnal Pendukung

Media Litbangkes Vol. 24 No. 1, Mar 2014, 10-18


BAHAN AKTIF DALAM KOMBINASI OBAT FLU DAN BATUK-PILEK,
DAN PEMILIHAN OBAT FLU YANG RASIONAL
ACTIVE INGREDIENTS IN COMMON COLD FIXED-DOSE
COMBINATION PRODUCTS AND ANALYSIS OF ITS RATIONALE
Retno Gitawati

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl.
Percetakan Negara No. 29 Jakarta, Indonesia

Korespondensi Penulis: retnogitawati@gmail.com

Abstrak

Page xlvi
Flu, salesma atau batuk pilek adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

akibat virus, merupakan self-limiting disease dan hanya memerlukan pengobatan

simtomatik. Obat-obat yang digunakan adalah obat bebas, umumnya dalam

bentuk kombinasi tetap, dengan komposisi zat aktif bervariasi. Tulisan ini

bertujuan mengkaji bahan aktif dalam preparat flu kombinasi tetap dan pemilihan

obat flu yang rasional. Kajian dilakukan secara cross-sectional dengan sumber

data berasal dari 56 referensi berupa buku, panduan, jurnal/artikel on-line maupun

publikasi tercetak, menggunakan kata kunci ”common cold, cough, over-the-

counter drugs, non-prescription, self-medication, analgetics, sympathomimetics,

antihistamines, decongestant, antibiotics, immunomodulators, food supplement,

flu, dan batuk-pilek”. Diperoleh sejumlah 191 preparat kombinasi tetap berbentuk

tablet dan sirup yang diindikasikan untuk mengurangi gejala flu (common-cold),

dengan komposisi zat aktif utama antihistamin dan dekongestan. Komponen

tambahan lainnya adalah analgesik, antitusif, ekspektoran, stimulan. Kekuatan

(strength) dosis tiap komponen masih sesuai dengan dosis yang direkomendasi,

namun tercatat masih ada preparat dengan dosis dekongestan (fenilpropanolamin)

yang lebih tinggi dari yang direkomendasi. Tidak ada preparat tunggal yang

mampu mengatasi semua gejala flu sekaligus, sehingga preparat flu kombinasi

menjadi pilihan utama. Dalam menggunakan preparat flu kombinasi perlu

memilih produk yang tepat dan rasional sesuai dengan gejala spesifik, karena

kemungkinan tidak semua zat aktif dalam komposisi produk obat flu diperlukan

oleh penderita.

Kata kunci: flu, batuk-pilek, komposisi obat flu, simtomatik.

Page xlvii
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil prakerin yang dilakukan di Apotek Kasih dapat

disimpulkan bahwa :

1. Dapat menerapkan ilmu dan cara meracik obat sesuai dengan ilmu yang

didapat dari sekolah secara langsung dan nyata.

2. Mengetahui praktik dalam swamedikasi pasien yang sesungguhnya.

3. Dapat menjalin hubungan kerja sama dan komunikasi dengan karyawan

apotek yang lain, ataupun dengan Apoteker Pengelola Apotek (APA).

4. Setelah menjalankan MAGANG di Apotek Kasih telah mendapatkan

pengetahuan peranan, fungsi, tugas, dan tanggung jawab sebagai seorang

tenaga kerja yang akan siap melaksanakan kompetisinya sebagai tenaga

kerja yang profesional.

B. SARAN

Saran Untuk Apotek

a. Lebih melengkapi obat - obatan dan perbekalan farmasi lain yang

dibutuhkan oleh masyarakat.

b. Memperbesar bagian depan apotek untuk tempat menyimpan obat

obatan bebas

c. Meningkatkan pelayanan dan pengetahuan demi kenyamanan pasien

Page xlviii
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 1992.UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Depkes RI, Jakarta.

2. Anonim, 2009.UU No 36 Tentang Kesehatan, Depkes RI, Jakarta.

3. Anonim, 2009.Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 5 Tentang

Pekerjaan Kefarmasian, Depkes RI, Jakarta.

4. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi 3. Dapartemen Kesehatan RI.

Jakarta

5. IAI. 2017. ISO Volume 51 tahun 2017-2018. Isfi penerbitan. Jakarta

6. Turdiyanto . Totok Dkk. 2014. farmakologi untuk SMK Farmasi. EGC. Jakarta

7. Tim Medical Mini Notes. 2017. Basic Phar,acology & Drug Notes. MMN

Publishing. makassar

Page 49
LAMPIRAN

Apotek Kasih tampak depan

Meja Racik

Page 50
LemariNarkotika, Psikotropika dan Prekursor

Obat Generik

Page 51
Obat Paten

Obat Suhu Kulkas

Page 52
Sediaan Susu, Nutrisi dan Lainnya

Sediaan Tetes dan Salep

Page 53
Kwitansi

Kartu Stok

Page 54
Etiket luar (untuk obat luar)

Etiket Dalam (obat oral)

Page 55
Surat Pesanan Narkotika

Surat Pesanan Psikotropika

Page 56
Surat Pesanan Prekursor

Surat Pesanan Obat Umum

Page 57
Laporan Perkusor

Laporan Psikotropika

Page 58
Laporan Narkotika

inform consent pemberian antibiotik

Page 59

Anda mungkin juga menyukai