Anda di halaman 1dari 26

WASPADA WABAH PENYAKIT

DIFTERI

Dr. Mutia, Budiati, SpTHT


Jakarta, 21 Desember 2017
PREVALENSI
WHO  75% kasus difteri terjadi di
Asia Timur Selatan dan India (71%
dari 4880 kasus difteri di seluruh
dunia tahun 2011)

41% pada pasien dengan riwayat


imuninasi lengkap
59% riwayat imunisasi tidak lengkap
Puncak usia 5-20 (riwayat
imunisasi) dan 20-30 tahun
(tanpa imunisasi)
80% terjadi pada usia < 15
tahun
PATOFISIOLOGI
Manusia merupakan host
penerima C. diphtheria

disebarkan melalui droplet


Difteria saluran napas dan kontak
langsung dari lesi kulit

Dapat positif pada sekret hidung,


tenggorok, mata, lesi kulit pada 2
Pada lebih dari 90% sampai 6 minggu dari infeksi
pasien, fokal primer dari pertama
infeksi difteri biasanya
pada tonsil atau faring,
diikuti oleh hidung dan
laring.
WASPADA DIFTERI
Jika anda memiliki salah satu gejala di bawah ini :
• Suara Serak
• Tenggorok terasa sakit
• Nyeri saat menelan
• Demam
• Kesulitan bernapas
• Pembengkakan di leher
• Ada bercak putih di tenggorok
• Pernah kontak dengan penderita difteri (< 2
minggu)
DIFTERI TONSIL DAN FARING

• Nyeri menelan & • Sesak & Ortopnea


tenggorok • Disfagia
• Demam • Perspitasi
• Malaise • Edema leher yang
• Batuk mengobliterasi sudut
• Rhinitis pada rahang, batas m.
• Muntah sternocleidomastoideus,
• Nyeri perut & dada dan batas tengah
klavikula
• Palpitasi
DIFTERI LARING

• Suara serak • Limfadenopati


• Obstruksi jalan napas • Edema leher
yang bertambah berat (gambaran bull-neck)
• Napas bunyi, stridor • Pasien menarik
yang progresif kepalanya ke belakang
• Retraksi epigastrium, untuk mengurangi
suprasternal, tekanan pada
interkostal dan tenggorok dan laring.
supraklavikula • Krepitasi bilateral &
• Napas berbau tidak wheezing paru
sedap
BULL NECK
DIFTERI KULIT
Klasifikasi Difteri
• Suspek difteri : adalah orang dengan gejala
faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis (atau
kombinasi), tanpa demam atau kondisi subfebris
disertai dengan adanya pseudomembran
putih keabu-abuan/ kehitaman pada salah satu
atau kedua tonsil yang berdarah bila terlepas
dan dilakukan manipulasi. Sebanyak 94% kasus
difteri mengenai tonsil dan faring
Klasifikasi Difteri
• Kasus probable difteri adalah orang dengan
gejala laringitis, nasofaringitis, atau tonsilitis
ditambah pseudomembran putih keabu-abuan yang
tidak mudah lepas dan mudah berdarah di faring,
laring, tonsil (susp Difteri) ditambah salah satu dari
:
a. Pernah kontak dengan kasus (< 2 minggu)
b. Status imunisasi tidak lengkap, termasuk belum
dilakukan booster
c. Stridor dan bullneck
d. Perdarahan submukosa atau petekie pada kulit
e. Gagal jantung toksik, gagal ginjal akut
f. Miokarditis dan/ atau kelumpuhan motorik 1 s/d 6
minggu setelah onset
g. Meninggal
TATALAKSANA

Anti Difteri Serum Tatalaksana Antibiotik


• Dosis tunggal 20.000- Sumbatan Jalan • Eritromisin, penisilin,
100.000 IU Napas azitromisin atau
klaritromisin
• Jalan terbaik • Trakeostomi emergensi • Eritromisin IV atau oral:
pemberian melalui IV dilakukan tanpa dosis 40-50 mg/kgBB/hari,
• Difteria laring/faring  intubasi untuk 4x/hari, dosis max 2 gr,
20.000-40.000 IU, mencegah selama 14 hari
difteria berat (bull neck terdorongnya • Penisilin prokain G IV atau
dan pseudomembran IM: BB < 10kg dosis
pseudomembran lebih 300.000 IU/hari, BB > 10kg
luas)  40.000- jauh ke dalam saluran dosis 600.000 IU/hari
100.000 IU. napas bawah selama 14 hari ATAU
50.000-100.000
IU/kgBB/hari selama 10
hari.
DISKUSI
Tatalaksana Trakeostomi
Pada pasien dilakukan trakeostomi primer untuk
mengatasi sumbatan jalan napas atas namun hal
tersebut tidak banyak membantu, karena pada saat
dilakukan trakeostomi ditemukan pseudomembran
sudah memenuhi daerah laring dan trakea, bila
sudah ditemukan pseudomembran pada lumen
trakea menunjukkan konsentrasi eksotoksin sudah
sangat tinggi, sehingga komplikasi lainnya harus
segera diatasi.
KOMPLIKASI & DIAGNOSIS DIFERENSIAL

KOMPLIKASI
Miokarditis • Tonsilitis dan
(awal infeksi)
faringitis
streptococcus
• Tonsilitis viral
Neuritis
• Angina Plaut Vincent
• Infeksi mononukleosis
• Mumps (pada kasus
bull neck)
Kelumpuhan palatum
mole, otot mata,
lengan, tungkai
(minggu III)

Kelumpuhan dari otot


mata, lengan, tungkai
dan diafragma
(minggu ke V) 
Pneumonia sekunder8
APD (Alat Pelindung Diri)
 Perlindungan terhadap pasien
 Penggunaan alat sekali pakai
 Desinfeksi

 Perlindungan terhadap diri sendiri


 Penggunaan APD (jas lab,Masker,Gloves, kaca mata)
 jangan menggunakan peralatan yang terkontaminasi
 cuci tangan sebelum dan sesudah

 Perlindungan terhadap lingkungan


 Pengepakan yang baik
 Dekontaminasi bila ada tumpahan
 Pembuangan limbah infeksi yang baik

Anda mungkin juga menyukai