1
5 Ny.N (Anak) P 34 th S1 IRT T
6 Ny.E (Anak) P 31 th S1 Wiraswasta T
7 Ny.F (Anak) P 24 th S1 IRT T
2
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi inflamasi imunologik spesifik yang
disebabkan oleh faktor paparan allergen atau kontak atau ketika suatu bahan yang
bertanggung jawab terhadap munculnya kelainan kulit. Penyebab DKA adalah
multifaktorial antara lain karena faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor
endogen berupa faktor herediter, gangguan sistem imunologi, keadaan kulit
penderita, vaskularisasi, hormonal, dan stres emosional. Sedangkan faktor eksogen
berupa bahan alergen, iritan, cahaya, cuaca, dan infeksi. DKA dapat dipengaruhi
oleh usia, jenis kelamin, ras, atopi, lingkungan.
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang
timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitasi. Dermatitis kontak
alergi merupakan dermatitis kontak karena sensitasi alergi terhadap substansi yang
beraneka ragam yang menyebabakan reaksi peradangan pada kulit bagi mereka
yang mengalami hipersensivitas terhadap alergen sebagai suatu akibat dari pajanan
sebelumnya.
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang pasien
Dermatitis Kontak Alergi, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 62 tahun, dimana
pasien merupakan salah satu dari pasien dermatitis kontak alergi yang berada di
wilayah Puskesmas Tulangan, Kabupaten Sidoarjo beserta berbagai permasalahan
yang dihadapi. Mengingat terdapatnya kasus ini di daerah Puskesmas Tulangan
Kabupaten Sidoarjo, maka perlu di cermati mengenai permasalahan timbulnya
dermatitis kontak alergi. Permasalahan ini seperti masih kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang dermatitis kontak alergi terutama masalah gejala awal dan
pengobatan penyakit dermatitis kontak alergi tersebut. Oleh karena itu penting
kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian
bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
3
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah hubungan antara kehidupan sosial dan ekonomi pasien
dengan penyakit yang diderita pasien?
2. Bagaimanakah hubungan antara pelayanan kesehatan yang diterima pasien
dengan penyakit yang diderita pasien?
3. Bagaimanakah hubungan antara lingkungan sekitar pasien dengan penyakit
yang diderita pasien?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
4
1.4 MANFAAT
1. Manfaat bagi Pasien dan Keluarganya
Adapun manfaat home visit ini bagi pasien dan keluarganya adalah
sebagai pendekatan dalam pemberian informasi mengenai penyakit yang
di derita pasien serta hubungannya terhadap sosial, ekonomi, pelayanan
kesehatan, perilaku pasien dan faktor lingkungan
2. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan
Adapun manfaat home visit ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai
sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap penyakit
Tuberkulosis Paru
3. Manfaat bagi dokter muda
Adapun manfaat home visit ini bagi dokter muda adalah untuk menambah
wawasan, memperluas ilmu pengetahuan, serta sebagai tambahan
informasi mengenai penyakit tuberkulosis paru.
5
BAB II
HASIL KUNJUNGAN
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Gatal pada seluruh badan.
6
tidak bisa mengurangi konsumsi makanan laut karena sejak dahulu pasien
sangat menyukai makanan laut dan setiap badannya gatal makan pasien
akan memberikan minyak tawon pada badannya.
Riwayat Kebiasaan
Sehari-hari pasien melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga bersama istrinya
di rumah dan mengasuh cucunya yang masih kecil. Pasien mengatakan mempunyai
kebiasaan bila terasa gatal pasien akan menggaruk pada bagian yang terasa gatal
dan lalu akan mengkompres bagian yang gatal dengan cairan antiseptik (asepso atau
detol)
7
istrinya). Penderita sudah tidak bekerja sejak 4 tahun yang lalu. Penderita
mengatakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dikatakan telah diberikan oleh
kelima anaknya dan mendapat uang pensiun dari pabriknya terdahulu. Keadaan
sosial ekonomi pasien terkesan cukup. Rumah yang di tempati pasien merupakan
rumah pasien. Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan lingkungan yang
cukup baik karena memiliki ventilasi maupun tingkat pencahayaan yang cukup baik
di rumah pasien dan tidak terkesan lembab.
Riwayat Gizi.
Pasien makan sehari-harinya biasanya antara 1-3 kali sehari dengan nasi dan lauk-
pauk seperti ikan laut, susu, dan telur kadang-kadang makan buah.
ANAMNESIS
1. Kulit : warna kulit putih, kulit gatal (+)
2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok,
luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan
kabur (-),
4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit(-)
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah (-
)
9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-).
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-
), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan
11. Genitourinaria : BAK lancar, 1 kali dalam 2 hari warna dan jumlah biasa
12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi bahu kanan dan kedua lutut
(-), kesemutan pada kaki (-)
8
14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)
Bawah : bengkak (-), sakit (-)
9
Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah
dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula
(-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)
4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),
radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor : I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas : PSL Sinsitra II
batas kanan atas : PSL Dextra II
batas kiri bawah : MCL V
batas kanan bawah :MCL IV
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo: Statis (depan dan belakang)
10
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan Rhochi(-/-), whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan Rhonci (-/-), whezing (-/-)
11. Abdomen
I : dinding perut cekung
P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P : timpani seluruh lapang perut
A : peristaltik (+) normal
12. Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
P : NKCV (-)
13. Ektremitas: palmar eritema(-/-) hiperemi pada jari (-),atrofi otot (-/-)
akral dingin oedem
- - - -
- - - -
11
Fungsi motorik :
K 5 5 T N N RF 2 2 RP - -
5 5 N N 2 2 - -
2.6 PENATALAKSANAAN
Non Medika mentosa
1. Mengindari pajanan faktor alergen
2.Istirahat yang cukup dan minum vitamin.
12
3. Makan-makanan yang bergizi yaitu dengan makan banyak protein,
sayur dan buah-buahan.
4.Pasien patuh dalam meminum obat.
5.Menggunakan sabun yang tidak berbahan antiseptik karna dapat mem-
perparah penyakitnya.
Medikamentosa
Pendekatan terapeutik
- Antihistamin
- Kortikosteroid
PARTNERSHIP
Penderita mau mengikuti perintah istrinya untuk meminum obat secara teratur dan
mengubah pola makan serta berperilaku lebih sehat. Istrinya saat memahami keadaan
suaminya dan selalu mendukung serta memberikan motivasi untuk tetap bersemangat
menjalani hidupnya. Istrinyapun selalu mengantar suami untuk berobat ke puskesmas.
GROWTH
Tn. F sadar bahwa ia harus bersabar dalam menjalani pengobatan yang teratur
karena penderita juga tidak ingin penyakitnya mengganggu aktivitasnya sehari hari
maka pasien mengikuti saran dokter untuk teratur menkonsumsi obat karena jika tidak
13
teratur dalam menkonsumsi obat akan menyebabkan dampak negatif pada
penyakitnya.
AFFECTION
Tn. F merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan keluarganya baik
meskipun akhir-akhir ini ia sering menderita sakit. Bahkan perhatian yang dirasakannya
bertambah. Sehingga ia memiliki semangat yang cukup besar untuk terus menerus
berfikir positif terhadap penyakitnya agar tidak timbul komplikasi yang tidak di
inginkan.
RESOLVE
Tn. F merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari
keluarganya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak karena anak-anaknya harus
bekerja diluar rumah.
14
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. F adalah 9. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Tn. F dan
keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga
tersebut terjalin baik.
15
mampu mencukupi kebutuhan sekunder
tanpa mengabaikan skala prioritas kebutuhan
sehari-hari.
Edukasi Pendidikan anggota keluarga baik. Tingkat -
pendidikan dan pengetahuan pasien dan
keluarga lainnya sudah baik. Sarana dan
fasilitas untuk pembelajaran juga memadai.
Medical Mampu menggunakan pelayanan kesehatan -
Pelayanan kesehatan puskesmas yang memadai. Dalam mencari pelayanan
memberikan perhatian khusus kesehatan keluarga ini biasanya
terhadap kasus pasien menggunakan Puskesmas hal ini mudah
dijangkau karena letaknya dekat
Keterangan :
Keluarga Tn. A tidak memiliki masalah dalam hal ini, karena semua
berjalan dengan baik.
16
Sumber : Data Primer, april 2017
Keterangan :
= Pasien
= Meninggal
17
Keterangan : : hubungan baik
: hubungan tidak baik
Hubungan antara Tn. F, dan istri baik dan dekat. Dalam keluarga ini tidak sampai
terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga
18
2.11.3 Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi keluarga ini termasuk golongan cukup
.keluarga ini mendapat sumber penghasilan dari dana pensiunan suaminya
dan kiriman dari anak-anaknya. Kedua orang tua pasien ada yang menderita
penyakit serupa jadi merupakan faktor genetik
19
Denah Rumah
Teras Rumah
R.Tamu
Kamar Pasien
U
Kamar anak
Pasien
Tempat
cuci
baju
S
Dapur dan
Kamar
ruang makan
Mandi
Keterangan:
: Jendela
: Pintu
: Tembok beton
: Tembok pembatas
20
BAB III
PEMBAHASAN
B. FAKTOR RESIKO :
a. Menggunakan sabun antiseptik yang dapat memperburuk penyakitnya
b. Kurangnya komsumsi makanan yang bergizi yang dapat menjaga daya tahan
tubuh
Keturunan
Terdapat riwayat
alergi di keluarga
pasien
Lingkungan Perilaku
Kurangnya
Tn. F kepatuhan untuk
Status sosial 62 th menghindari faktor
ekonomi cukup alergen
Tidak didapatkan Menggunakan
permasalahan Sabun antiseptik
dari lingkungan Kurangnya
pasien menkonsumsi
Pelayanan Kesehatan makanan bergizi
Pelayanan kesehatan
yang didapatkan
21 oleh tn.
F sudah dirasakan cukup
baik
3.2 PEMBAHASAN MASALAH SESUAI DENGAN H.L BLUM
1. Faktor Keturunan / Genetik
Pada genogram Tn. F ditemukan adanya faktor keturunan yang
mempengaruhi penyakit dari Tn.F. Memang sebagian besar teori
menyatakan bahwa Alergi dapat disebabkan oleh faktor keturunan/genetik.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan sosial-ekonomi menengah
Keluarga pasien Tn. F merupakan termasuk keluarga dengan status ekonomi
cukup untuk kehidupan sehari-hari dan berobat ke rumah sakit karena selain
adanya dana pensiuanan dari pabriknya dahulu pasian juga mengatakan
anak-anaknya kerap memberikan uang tiap bulannnya. Dalam kehidupan
sosial interaksi dengan keluarga dan lingkungan sekitar cukup baik
3. Faktor Perilaku
Pasien Tn. F adalah pasien yang memiliki kegemaran untuk menkonsumsi
makanan laut walaupun ia telah mengetahui apa dampak yang akan terjadi
bilang ia menkonsumsi makanan tersebut. Pasien mengatakan susah untuk
menghindari menkonsumsi makanan yang ia gemari.
Untuk masalah perilaku ini disarankan agar pasien melakukan
perubahan pola makan dan harus menghindari faktor alergi tersebut untuk
meningkatkan penyembuhan penyakitnya Pasien juga harus
memperhatikan pola makan agar menghindari faktor allergen untuk
menghindari kekambuhan dan perburukan dari penyakit.
22
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat sangat besar perananya. Setiap kali pasien ada keluhan selalu
berobat ke Puskesmas Tulangan, hal ini dikarenakan jarak antara rumah
pasien dan puskesmas tidak terlalu jauh dan pasien mengatakan pelayanan
yang didapatkan di puskesmas Tulangan sudah cukup bagus untuk dirinya.
Keterangan :
P :Prioritas penyeselaian masalah
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi
inidilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, Biaya yang diperlukan
Berdasarakan skala prioritas di atas masalah didapatkan hasil
memberikan penyuluhan mengenai Dermatitis Kontak Alergi serta
23
pentingnya. Tentunya rencana program penyuluhan dapat dilakukan untuk
melaksanakan penyelesaian tersebut terlampir pada tabel dibawah.
24
1
Tabel.2 kegiatan Memberikan Penyuluhan Mengenai Pencegahan dan Pengobatan DKA
2
Konsumsi
LCD
Warga desa Materi bisa 1x 1. Penyuluhan Angota MIC
Sebulan
4 Penyuluhan tempat diterima penyuluhan 2. Tanya jawab Balai desa TIM yang Kursi
Sekali
penyuluhan peserta tiap desa 3. Membagikan leaflet ditunjuk Laptop
Leaflet
Banner
Desa yang
Tingkat
sudah Anggota Sebulan Buku
5 Evaluasi Warga desa kejadian DKA 1x sebulan Pendataan pasien DKA
berkurang
mendapat TIM sekali Pulpen
penyuluhan
3
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
Tn. F (62 tahun), menderita penyakit Dermatitis Kontak Alergi
2. Segi Psikologis :
Hubungan antara anggota keluarga terjalin cukup akrab
berhubungan dengan tingkat pendidikan yang masih rendah
Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik, mendukung
untuk penyembuhan penyakit tersebut
3. Segi Sosial :
Tidak ada masalah dari segi sosial
4. Segi fisik :
Rumah dan lingkungan sekitar tampak cukup bersih.
B. SARAN
Preventif
- Menghindari konsumsi atau pajanan faktor alergen
- Makan makanan bergizi sehari-hari, terutama tinggi protein agak terbentuk
sistem kekebalan tubuh yang baik
- Istirahat yang cukup.
Promotif
- edukasi penderita dan keluarga mengenai dermatitis kontak alergi dan
pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang menangani.
Kuratif
- saat ini penderita memasuki pengobatan rawat jalan, dan harus kontrol apabila
dirasakan keluhan tidak membaik atau memperburuk
Rehabilitatif
- mengembalikan kepercayaan diri Tn. A sehingga tetap memiliki semangat
untuk sembuh.
.
4
5
6
LAMPIRAN
7
8
Catatan :
Untuk Kasus Homevisit Tn.F pihak keluarga mengatakan tidak nyaman apabila dilakukan
pengambilan gambar pada bagian rumahnya.