Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENILAIAN AUTENTIK

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah

Analisis Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu: Widodo Winarso, M.Pd.I

Disusun Oleh: Tadris Matematika D/5

Syaiful (1414153150)
Roni Mulyanto (1414153144)
Tanti Toyibah (1414153152)
Didin Sahlanuddin (1412150548)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur pada Allah Swt yang telah memberikan kekuatan cinta
hingga seluruh makhluknya bisa merasakan indahnya kebersamaan. Juga kepada rasulullah
Saw kita curahkan selawat dan salam semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir
nanti. Kita bisa belajar dari sejarah beliau yang memberikan pengetahuan yang luar biasa
untuk setiap insan yang punya mimpi untuk berkarya.

Kali ini penulis menyempatkan untuk menyajikan sebuah tulisan yang cukup ringkas
sebagai kewajiban menunaikan perintah dari dosen pengampu mata kuliah Analisis
Perkembangan Kurikulum dengan judul makalah “Penilaian Autentik” yang didalamnya
dijelaskan mengenai penilaian autentik, konsep, dan penerapannya dalam pembelajaran
matematika.

. Semoga penulisan ini bisa memberikan pencerahan pola pikir kita ke arah yang lebih
positif lagi. Amin ya rabb. Jazakallah Khairan katsiron.

Cirebon, September 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 2

C. TUJUAN ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENILAIAN AUTENTIK ................................................................................ 3

B. CIRI-CIRI PENILAIAN AUTENTIK.............................................................. 4

C. JENIS-JENIS PENILAIAN AUTENTIK ......................................................... 6


D. KONSEP PENILAIAN AUTENTIK ............................................................... 8
E. PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK ....................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 18
B. SARAN ........................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak
hanya menuntut adanya perubahan perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga
perubahan dalam melaksakan penilaian (Lindayani, 2014). Perubahan paradigma inilah,
para pendidik merasa kebingungan dalam proses pembelajaran dan penilaian. Penilaian
yang seperti apa yang bisa mencakup ke dalam beberapa aspek yang dapat memberikan
gambaran yang seutuhnya mengenai sikap, keterampilan, pengetahuan, dan bagaimana
para peserta didik itu menjalani kehidupan sehari-hari mereka dan mengaitkan dengan
apa yang mereka pelajari di sekolah serta bagaimana format untuk mencakup semua
aspek tersebut.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 dijelaskan penilaian hasil belajar adalah proses pengumpulan informasi/ bukti
tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap
social, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.
Dalam pendidikan, penilaian atau assessment didasarkan pada pengetahuan kita
tentang belajar dan tentang bagaimana kompetensi berkembang dalam materi pelajaran
yang kita ajarkan. Hal ini merupakan kebutuhan yang sangat jelas untuk membuat suatu
assessment dimana pendidik dapat mempergunakannya untuk kegiatan pendidikan dan
mengawasi hasil belajar dan mengajar yang kompleks. Penilaian juga harus bersifat
menyeluruhh dari berbagai aspek.
Penilaian otentik adalah salah satu bentuk penilaian yang meminta peserta didik
menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Otentik berarti keadaan sebenarnya,
yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki peserta didik. Dalam pembelajaran di
sekolah, salah satu bentuk penilaian otentik adalah peserta didik diberi kegiatan untuk
menerapkan pengetahuan yang dimiliki peserta didi dalam kehidpan sehari-hari atau
dunia nyata (Baskoro & Wihaskoro, 2016).

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Penilaian Autentik?
2. Bagaimana Ciri-Ciri Penilaian Autentik?
3. Apa Sajakah Jenis-Jenis Penilaian Autentik?
4. Bagaimana Konsep Penilaian Autentik?
5. Bagamana Penerapan Penilaian Autentik?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Penilaian Autentik?
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Ciri-Ciri Penilaian Autentik
3. Untuk Mengetahui Apa Sajakah Jenis-Jenis Penilaian Autentik?
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Penilaian Autentik?
5. Untuk Mengetahui Bagamana Penerapan Penilaian Autentik?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian autentik berasal dari dua kosa kata yaitu penilaian dan autentik.
Penilaian itu sendiri berasal dari kata dasar nilai. Pengertian nilai itu sendiri dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) yaitu:
a. Pertama, harga (dalam arti taksiran harga)
b. Kedua, arga uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain)
c. Ketiga, angka kepandaian; biji; ponten
d. Keempat, banyak sedikitnya isi; kadar; mutu
e. Keempat, sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan
f. Kelima, sesuatu yang mmenyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya

Sedangkan pengertian penilaian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


adalah proses, cara, perbuatan menilai; pemberian nilan (biji, kadar, mutu, harga).

Dari definisi yang telah disebutkan diatas dapat diambil bahwa pengertian
penilaian secara umum adalah pengambilan suatu keputusan terhadap suatu objek dengan
ukuran tertentu, dan penilaian bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Penilaian yang dalam bahasa inggris yaitu Evaluation atau Assesment. Pada akhir
suatu program dalam dunia pendidikan biasanya diadakan penilaian. Hal ini dilakukan
tidak lain untuk mengetahui seberapa siswa/peserta didik memahami pelajaran yang
sudah diberikan.
Dalam dunia pendidikan, penilaian adalah proses memberikan atau menentukan
kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil proses belajar
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan
kriteria tertentu (Sudjana, 2012).
Sejalan dengan Nana Sudjana, Gronlund & Linn mendefinisikan penilaian sebagai
suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan

5
menginterpretasi informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau
sekelompok siswa menccapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek
pengetahuan, sikap maupun keterampilan (Suprananto, 2012).
Dalam dunia pendidikan seperti pada lembaga sekolah tingkat SD, SMP, dan
SMA. Pada umumnya, sebagian guru terbiasa menilai kemampuan siswa menggunakan
tes tulis. Padahal sebaik apapun tes tulis yang digunakan untuk menilaian kemampuan
siswa, tidak akan mampu menilai seluruh kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Penilaian
yang seperti ini biasa disebut penilaian tradisional. Dimana penilaian yang dilakukan oleh
guru menggunakan intrumen tes tulis atau sejenisnya.
Seperti yang dikatakan oleh Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian
tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan,
dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes
semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan,
dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah
atau masyarakat (Sigit, 2014).
Dari berbagai kekurangan yang ada pada penilaian tradisional, maka dunia
pendidikan memerlukan jenis penilaian yang mampu menilai kompetensi siwa dari
berbagai aspek. Dalam hal ini adalah penilaian autentik. Autentik adalah keadaan yang
sebenanya, keadaan dimana siswa dinilai berdasarkan kompetensi yang benar-benar
dimiliki oleh siswa.
Sehubungan dengan penilaian autentik, Gulikers mengungkapkan bahwa
penilaian otentik merupakan penilaian yang mampu memfasilitasi siswanya untuk
menggunakan kombinasi dari kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya untuk
mengaplikasikan sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupannya (Dahlan, 2014).
Ada beberapa pengertian mengenai penilaian autentik (Sigit, 2014), diantaranya
adalah:
a. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran
b. Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan

6
c. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan menggunakan bergam sumber,
pada saat/setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dan menjadi bagian tak
terpisahkan dari pembelajaran.
d. Penilaian autentik merupakan proses pengamatan, perekaman dan pendokumentasian
karya (ap yang dilakukan anak dan bagaimana hal itu dilakukan) sebagai dasar
penentuan keputusan yang dapat menuju pada pembentukan anak sebagai individual
learner (pembelajar mandiri).
e. Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik
melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan
dicapai.
Dari penjelasan mengenai penilaian autentik dan penilaian tradisional di atas,
maka dapat diambil titik perbedaan yang sangat mendasar, yaitu:

Sumber : Konsep Penilaian Dan Contohnya dalam Lokakarya School Community Tahun 2014 oleh Sigit

B. CIRI-CIRI PENILAIAN AUTENTIK


Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu yang sangat penting dan
strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian tersebut harus dilakukan secara
berkesinambungan atau berkelanjutan untuk memantau proses dan kemajuan belajar

7
peserta didik serta untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran. Dengan penilaian hasil
belajar yang baik akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan kualitas
proses belajar mengajar. Berikut ciri-ciri penilaian autentik adalah:
1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran yakni kinerja dan hasil atau produk.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber
4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik mencerminkan bagian-bagian
kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan
pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari
Penilaian harus menekankan kedalam pengetahuan dan keahlian peserta didik,
bukan keluasannya (kuantitas) (Anonym, 2015).

C. JENIS-JENIS PENILAIAN AUTENTIK


Kunandar (2013:36) mengemukakan bahwa “kurikulum 2013 mempertegas
adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes
(berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)”. Penilaian ini mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar,
mencoba, dan membangun jejaring. Penilaian autentik dilakukan oleh guru dalam bentuk
penilaian kelas melalui penilaian kinerja, portofolio, produk, projek, tertulis, dan
penilaian diri (Lindayani, 2014).
Berdasarkan yang sudah disebutkan di atas, terdapat 4 (empat) jenis penilaian
autentik, yaitu:
1. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya
dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapa melakukannya dengan
meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka
gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
Berikut iini cara merekam hasil penilaian berbasis penyelesaiannya.
a) Daftar cek (checklist)

8
b) Catatann anekdot/narasi (anecdolttal/narative records)
c) Skala penilaian (rating scale)
d) Memori atau ingatan (memory approach)

2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/wktu tertentu.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik,
mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis,
dan penyajian data.
Berikut tiga hal yang perlu diperhatikan guru dalam penilaian proyek.
a) Keterampilan peserta didik dalam meilih topik, mencari dan mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan
menulis laporan.
b) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c) Keasliann sebuah proyek pembelajaran yang dikerjjakan atau dihasilkan oleh
peserta didik.

3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai)
atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata
pelajaran (Baskoro & Wihaskoro, 2016).
Pada dasarnya penilaian portofolio itu melihat karya-karya peserta didik
dalam suatu periode (perminggu, perbulan, persemester, dan sebagainya) untuk
kemudian dinilai oleh guru dan peserta didik itu sendiri. Kemudian hal tersebut akan
dijadikan sebagai informasi yang menunjukkan kemajuan siswa setelah mengikuti

9
pembelajaran, dan akan dijadikan sebagai tolak ukur untuk perkebangan siswa
kedepannya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan objek penilaian
dalam menggunakan penilaian portofolio (Baskoro & Wihaskoro, 2016), diantaranya
adalah:
1) Karya siswa adalah karya peserta didik sendiri.
2) Saling percaya anatara guru dan peserta didik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik.
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru.
5) Kepuasan
6) Kesesuaian
7) Penilaian proses dan hasil
8) Penilaian dan pembelajaran

4. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisaasikan, menerapkan, menganalisis, mengsintesis,
mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis
berbentuk urauan sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

D. KONSEP PENILAIAN AUTENTIK


Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan
rah yang lebih luas. Konsep-konsep tersebut pada umumnya berkisar pada pandangan
sebagai berikut:
1. Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang telah
ditetpkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan yang tersembunyi, termasuk efek
samping yang mungkin timbul.
2. Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siwa, tetapi juga melakukan
pengkajian terhadap komponen-komponen pendidikan, baik masukan proses maupun
keluaran.

10
3. Penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan, tetapi juga mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting
bagi siswa dan bagaimana siswa mencapainya.
4. Mengingat luasnya tujuan objek penilaian, maka alat yang digunakan dalam penilaian
sangant beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada tes, tetapi juga alat penilaian
bukan tes (Sudjana, 2012).
Penilaian Autentik (authentic assessment) adalah suatu proses pengumpulan,
pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa denggan menerapkan
prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik (Pusat Kurikulum, 2009).
Penilaian autentik berbeda dengan panilaian tradisional dalam beberapa aspek.
Pada penilaian tradisional peserta didik cenderung memilih respon yang tersedia. Contoh
dari penilaian tradisional adalah alat instrumen yang digunakan berupa soal pilihan
ganda, penjodohan, dan sebagainya. Sedangkan pada penilaian autentik, peserta didik
menampilkan atau mengerjakan suatu tugas. Alat instrumen penilaian yang digunakan
dalam penilaian autentik adalah soal esai, observasi, dan lain sebagainya. Pada penilaian
tradisional kemampuan berpikir yang dinilai cenderung dalam level memahami dan
menerapkan, serta fokusnya adalah guru. Pada penilaian autentik kemampuan berpikir
yang dinilai adalah level konstruksi dan aplikasi, serta fokus peserta didik. Bukti level
kemampuan peserta didik pada penilaian tradisional adalah tidak langsung, sedangkan
penilaian autentik bukti kemampuan peserta didik adalah langsung, yaitu bisa diamati.
Penilaian autentik mencakup 3 (tiga) ranah hasil belajar yaitu ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan (Anonym, 2015).

E. PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK


Penilaian autentik adalah komponen penting bagi dunia pendidikan khususnya
sejak dari reformasi pendidikan. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian
tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan,
dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes
semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan,

11
dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah
atau masyarakat (Sigit, 2014).
Seiring berjalannya waktu banyak sekali perubahan dalam dunia pendidikan
khususnya dalam pembaruan kurikulum. Sejak diterapkannya sistem kurikulum 2013
pada tahun 2014 yang oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad
Nuh. Perubahan paradigma pendidikan dan kurikulum menuntut para pendidik untuk
melakukan penilaian yang tidak hanya melihat hasil belajar peserta didiknya, melainkan
proses dan bagaimana mereka mererapkannya pada kehidupan sahari-hari.
Berikut adalah bagaimana hubungan penilaian autentik dengan Kurikulum 2013
dan bagaimana penerapannya dalam pembelajaran matematika.
1. Penilaian Autentik Dan Tuntutan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah
Rahayu (2014), diantara beberapa penilaian autentik dalam penerapan kurikulum
2013 antara lain:
a) Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
b) Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkaran hasil belajar pesert didik,
baik dalam rangka mengobservasi, menalar, membangun jejaring, dan lain-lain.
c) Penilaian autentik cenderng fokus terhadap tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik menunjukkan kompetensi mereka
dalam pengaturan yang lebih autentik.
d) Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam
pembelajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang
sesuai.
e) Penilaian aautentik sering dikontradiksikan dengan penilain yang menggunakan
standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau
membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola pilihan seperti ini tidak diantikan
dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh
legitimasi secara ademik.
f) Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru
bekerjasama dengan peserta didik.

12
g) Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya,
peserta didik dapat melakukan aktifitas belajar lebih baik ketika mereka tahu
bagaimana dinilai.
h) Peserta didik diminta untuk merefleksika dan mengevaluasi kinerja mereka
sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan
pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
i) Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, kejaian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari
luar sekolah.
j) Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan
siswa belajar, motibasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilah belajar.
k) Karena penilaian itu merupakan dari proses pembelajaran, guru dan pesera didik
berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.
l) Dalam beberap kasus,, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan
harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
m) Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan
peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk
belajar bagaimana belajar tentang subjek.
n) Penilaian autentik harus mamp menggambarkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana
mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah tau belum
mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
o) Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak
dilanjutkan dan utnuk apa pula kegiatan remedial harus dilakukan (Dahlan, 2014).

2. Penilaian Autentik Dalam Dalam Pembelajaran Matematika


Dalam proses pembelajaran, penilaian merupakan bagian yang sangat penting
dan tidak bisa lepas dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Sejatinya penilaian adalah
untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas belajar siswa. Jadi penilaian bukan
sekedar untk menentukan rangking skor siswa yang pada akhirnya jusstru dapat
menjadi penghalang bagi peningkatan kualitas belajar. Menurut de Lange (dalam

13
Tatang Herman) terdapat lima prinsip utama yang melandasi asesmen dalam
pembelajaran, kelima prinsip tersebut adalah:
a. Prinsip pertama: Asesmen harus ditujukan untuk meningkatkan kualitas belajar
dan pengajaran. Walaupun ide ini bukan hal yang baru, akan tetapi maknanya
sering disalahartikan dalam proses belajar mengajar. Asesmen seringkali
dipandang sebagai produk akhir dari suatu proses pembelajaran yang tujuan
utamnya untuk memberikan penilaian bagi masing-masing siswa. Makna yang
sebenarnya dari asesmen tidak hanya menyangkut penyediaan informasi tentang
hasil belajar dalam bentuk nilai.
b. Prinsip kedua: metode asesmen harus dirancang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan siswa mampu mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui
bukan mengungkap apa yang tidak diketahui. Berdasarkan pengalaman asesmen
sering diartikan sebagai upaya untuk mengungkp aspek-aspek yang belum
diketahui siswa. Walaupun hal ini tidak sepenuhnya salah, tetapi pendekatan yang
digunakan lebih bersifat negatif, karena tidak memberikan kesempatan pada siswa
untuk menunjukkan kemampuan yang sudah mereka miliki. Jika pendekatan
negative yang cenderung digunakan, maka siswa akan kehilangan rasa percaya
diri.
c. Prinsip ketiga: asesmen harus bersifat opsional untuk mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran. Dengan demikian, alat asesmen yang digunakan tentunya tidak
hanya mencakup tingkatan tertentu saja, melainkan harus mencakup ketiga
tingkatan asesmen, yaitu: rendah, menengah, dan tinggi. Karena kemampuan
berpikir tingkat tinggi lebih sulit untuk diakses, maka seperangkat asesmen harus
mencakup variasi yang bisa secara efektif mengungkap kemampuan yang dimiliki
siswa.
d. Prinsip keempat: kualitas asesmen tidak ditentukan oleh mudahnya pemberian
skor secara objektif. Umumnya pemberian skor objektif bagi setiap siswa menjadi
faktor yang sangat dominan manakala dilakukan asesmen terhadap kualitas suatu
tes. Akibat dari penerapan pandangan ini adalah bahwa suatu alat asesmen hanya
terdiri atas sejumlah soal dengan tingkatan rendah yang memudahkan dalam
melakukan penskoran. Walaupun untuk menyusun alat asesmen dengan tingkatan

14
tinggi lebih sulit, pengalaman menunjukkan bahwa tugas-tugas yang didalamnya
memiliki banyak keunggulan. Salah satu keunggulannya siswa memiliki
kebebasan mengekspresikan ide-idenya sehingga jawaban yang diberikan mereka
biasanya sangat bervariasi. Selain itu dimungkinkan untuk melihat secara
mendalam proses berpikir yang digunakan sisw dalam menyelesaikan masalah
yang diberikan.
e. Prinsip kelima: alat asesmen hendaknya bersifat praktis. Dengan demikian
konstruksi tes dapat disusun dengan format yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan serta pencapaian tujuan yang ingin diungkap (Sigit, 2014).

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa penilaian tradisional dengan


penilaian autentik sangatlah berbeda. Penilaian tradisional yang selama ini digunakan
pada lembaga pendidikan (sekolah) tidak menggambarkan kamampuan (kompetensi)
dan kualitas belajar siswa secara mendalam. Sebagai contoh, untuk mengetahui
kompetensi siwa dalam belajar (memahami) solusi persamaan linear. Kemudian
diberikan soal/instrument untuk menilai sebagai berikut.

Sumber : Konsep Penilaian Dan Contohnya dalam Lokakarta School Community Tahun 2014 oleh Sigit

Ternyata ada dua siswa yang memilih jawaban yang benar (jawaban: E), namun
sebenarnya mereka mengerjakan dengan cara yang sangat berbeda.

15
Sumber : Konsep Penilaian Dan Contohnya dalam Lokakarya School Community Tahun 2014 oleh Sigit

Jelas bahwa siswa 1 tidak memahami cara menyelesaikan persamaan linear


arena hanya menerapkan prinsip “sal sama dicoret”, sementara siswa 2 amat paham
proses penyelesaian persamaan linear. Terlihat adanya upaya „isolasi‟ variable di ruas
kiri. Dari contoh tersebut, terlihat sangat nyata kelemahan penilaian dengan isntrumen
pilihan ganda seperti di atas yang tidak melihat proses pengerjaan, dimana kedua
siswa terjaring (oleh penilaian tradisional) sebagai berkemampuan sama padahal
sejatinya sangat berbeda.

3. Teknik Dan Instrumen Dalam Penilaian Autentik


Ada beberapa cara untuk memperoleh informasi atau kualitas belajar siswa
dalam rangka penilaian autentik. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk
penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

Aspek Teknik Instrumen


Penilaian  Observasi Daftar/cek penilaian (rating
kompetensi sikap  Penilaian diri scale) yang disertai rubric
 Penilaian antar
peserta didik
 Jurnal

16
Penilaian Tes tulis Soal pilihan ganda, jawab
kompetensi singkat, benar-salah,
pengetahuan menjodohkan, dan uraian.
Instrumen urauan dilengkapi
pedoman penskoran
Tes lisan Daftar pertanyaan
Pekerjaan rumah dan/atau
projek yang dikerjakan
secara individu atau
kelompok sesuai dengan
Penugasan karakteristik tugas
Penilaian Daftar cek/skala penilaian
kompetensi  Raktik (rating scale) yang disertai
keterampilan  Proyek rubrik

Berikut adalah contoh penilaian autentik:


a) Pengamatan langsung (obeservasi)
Sesungguhnya pengamatan langsung ini sering kita lakukan dalam kegiatan
pembelajaran namun dengan dipersiapkan secara nyata akan lebih
membantu dalam melakukan pengamatan, walaupun sekedar menyiapkan
catatan. Contoh dari hasil pengamatan kelas didapatkan,
Nama Siswa Hasil Pengamatan
Jabar Jabar tidak begitu menanggapi jiaka
ditanya teman sebangkunya
Alfa Alfa tidak memahami pencoretan dalam
persamaan, karena untuk menentukan
nilai dia melakukan pengerjaan:

17
Trigono Trigono sering keliru dalam mengalikan
dan menjumlahkan pecahan
Gamma Gamma berpikirnnya divergen dan
sangat terampil menggunakan jangka
….dst

b) Tanya jawab
Wujud dari tanya jawab ini boleh saja berupa kegiatan presentasi oleh siswa
atau tanya jawab secar personal.

c) Tugas
Gambaran mengenai perkembangan kualitas belajar matematika dapat dilihat dari
tugas yang diselesaikan. Tugas dapat dapat dikaitkan dengan fenomena lingkungan
atau bisa juga murni mengenai konsep yang ada d matematika. Oleh karena
penilaiannya setelah tugas diselesaikan maka akan sangat bagus jika
dikombinasikan dengan teknik lainnya misalnya dengan wawancara. Misalnya
siswa diminta mengukur tinggi tiang bendera dengan menggunakan identiitas
trigonometri.
d) Tes
Sesuaidengan penjelasan sebelumnya, tes dilakukan setelah proses
pembelajaran atau kegiatan selesai. Sayangnya tes seperti biasanya berujung
pada penyekoran. Pragmatis penyekoran sering sebagai pertimbangan, sehingga
cenderung mangabaikan proses. Pada kenyataannya, model pilihan ganda yang
paling banyak digunakan. Untuk memberikan ruang bagi penilaian autentik maka
pilihan ganda perlu ditambah dengan cara pengerjaan.

18
e) Portofolio
Bahasa sederhana dari portofolio adalah kumpulan pekerjaan yang telah
dillakukan ole siswa. Di dalamnya bsa termasuk tugas, hasil tes, laporan, cattan
guru, dan sebagainya. Portofolio mrupakan sumber data yang sangat baik bagi
guru. Selain itu portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat
perkembangan yang terjadi terhadapa dirinya dalam kurun waktu tertenu. Oleh
karena itu setiap protofolio harus diberi catatan tangggal penyusunannya.

Untuk menjamin penilaian benar-benar factual maka perlu adanya kombinasi dari
berbagai teknik di atas.

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penilaian Autentik adalah jenis penilaian yang mencakup tiga ranah yaitu ranah
kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Penilaian
autentik juga merupakan hasil perkembangan dari berbagai jenis penilaian karena jenis
penilaian terdahulu dirasa belum secara efektif digunakan untuk mengetahui kompetensi
siswa atau peserta didik.
Penilaian autentik sangatlah erat hubungannya dengan Kurikulum 2013, karena
dalam Kurikulum 2013 menuntut pendidik untuk menilai siswa atau peserta didiknya
berdasarkan tiga ranah yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan
psikomotorik (keterampilan).

B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca makalah ini, khususnya
untuk kelompok kami, dan semoga makalah ini dapat menjadi rujukan ataupun media
belajar bagi siapa saja yang ingin mempelajari “Penilaian Autentik”.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. (2015). Bahan Penilaian Autentik PLPG 2015. Retrieved September 08, 2016, from Universitas
Pakuan: www.unpak.ac.id/plpg/Bahan_Penilaian_Autentik_plpg_2015.pdf

Baskoro, & Wihaskoro. (2016). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Cirebon: Tanpa Penerbit.

Dahlan, A. (2014, November). Pengertian Penilaian Autentik. Retrieved September 09, 2016, from
EUREKA PENDIDIKAN: http://www.eurekapendidikan.com/2014/11/pengertian-penilaian-
otentik.html

Lindayani, D. A. (2014, November 25). Penerapan Penilaian Autentik Dalam Kurikulum 2013. Retrieved
September 6, 2016, from Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo:
http://pendidikan.probolinggokab.go.id/penerapan-penilaian-autentik-dalam-kurikulum-2013/

Sigit. (2014). Konsep Penilaian Autentik Dan Contohnya. Lokakarya School Community, 17.

Sudjana, N. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengjar. Bandung: PT REMAJA RODAKARYA.

Suprananto, K. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

21

Anda mungkin juga menyukai