Anda di halaman 1dari 21

nofia mustika

Dibagikan kepada publik - 7 Des 2012

MAKALAH
SISTEM IMUNOLOGI DAN HEMATOLOGI
LIMPOM MALIGNA

KELOMPOK 2 :
RAHMI YULIANDA YUNI RIANAS
DEASY MAYA SARI BAMBANG APRIANTO
IRMALENI BAYU IRAWAN
NOFIA MUSTIKA PUJI LESTARI
FEBY LOVITA BAGUS JOKO PRAKOSO
SELY ADE SUSIANI INDAH PRANSISKA
HARI SATRIA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JAMBI
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Blok Sistem Imun dan Hematologi yang
di berikan oleh Dosen pengajar. Dalam makalah ini penulis membahas tentang hematologi.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam
isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang
berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis
harapkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah
ini.

Jambi,…Juli 2012
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Rumusan Masalah 1
1.3.Tujuan Penulisan 1
1.4.Mampaat penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi Hematologi 3
2.2.Fisiologi Hematologi 10
2.3. Defenisi 11
2.4. Etiologi 12
2.5. Limpoma Maligna Hodgkin 12
2.6. Limpoma Maligna Non-Hodgkin 17
2.7. Rencana Asuhan Keperwatan 21
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1.Kasus Limpoma Maligna 32
3.2.AsuhanKeperawatan 33
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 40
B. Saran 41
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan
imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu
pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang.
Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara
lain pada traktus digestivus, paru, kulit, dan organ lain. Dalam garis besar, limfoma dibagi
dalam 4 bagian, diantaranya limfoma Hodgkin (LH), limfoma non-hodgkin (LNH),
histiositosis X, Mycosis Fungoides. Dalam praktek, yang dimaksud limfoma adalah LH dan
LNH, sedangkan histiositosis X dan mycosis fungoides sangat jarang ditemukan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada limpoma maligna ini yaitu :
1. Bagaimana konsep penyakit limpoma maligna ?
2. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien limpoma maligna ?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Pembaca dapat mengetahui pengertian dari pengertian dari limpoma maligna dan
penyebabnya.
b. Tujuan khusus
Pengkajian tentang limpoma maligna
-diagnosa
-intervensi
-rasional

1.4. Manfaat Penulisan


Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit limpoma maligna dan
asuhan keperawatannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI HEMATOLOGI
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah di produksi, termasuk sumsum
tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berada dengan organ lain karena
berbentuk ciran.
Darah merupakan medium transport ubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat
badan normal dan berjumlah sekita 5 liter. Darah terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
a. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri dariats air,elektrolit, dan
protein darah.
b. Butir butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen komponen berikut ini
• Eritrosit (sel darah merah)
• Leokosit (sel darah putih)
• Trombosit (butir pembeku darah-platelet)
2.1.1 Sel Darah Merah (eritrosit)
A. Struktur Eritrosit
Sel darh merah merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron. Bikon kavitas
memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek
antara membrane dan inti sel. Warnanya kuning kemerah merahan, karena didalamnya
mengandung suatu zat yang di sebut hemoglobin.
Sel darah merah tidak memiliki inti sel , mitokondria, dan ribosom, serta tidak dapat
bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi sel, atau pembentukan protein.
Komponen eritrosit adalah sebagai berikut:
• Membrane eritrosit
• System enzim: enzim G6PD (glucose 6-phospatedehydrogenase)
• Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.

(eritosit normal dengan pembesaran mikroskop electron 3000 kali)


(www.google.co.id)
B. Produksi Sel Darah Merah
Dalam keadaan normal, eritropoesisi pada orang deawsa terutama terjadi dalam sumsum
tulang, dimana system eritrosit menempati 20%-30% bagian jaringan sumsum tulang yang
aktif membentuk sel darah. Sel eritrosit berinti berasal dari sel induk multipotensial menjadi
sel darah system eritrosit, myeloid, dan mengakariosibila yang di ransang oleh eritropoetin.
Sel induk multipotensial akan berdeferensiasi menjadi sel induk unipotensial.
Sel induk unipotensial tidak mampu berdiferensiasi lebih lanjut, sehingga sel induk
unipotensial seri eritrosit hanya akan berdeferesiasi menjadi sel pronormoblas. Sel
pronomorblas akan membentuk DNA yang diperlukan untuk tiga sampai empat kali fase
mitosis. Melalu empat kali mitosis dari setiap kali pronormoblas akan terbentuk 16 eritrosit .
eritrosit matang kemudian dilepaskan dalam sirkulasi. Pada produksi eritosit normal sumsum
tulang memerlukan besi, Vitamin B12, asam folat, piridoksin (vit B6), kobal, asam amino,
dan tembaga.
Secara garis besar dapat di simpulkan bahwa perubahan morpologi sel yang terjadi selama
proses deferesiensi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat di kelompokan kedalam
tiga kelompok
• Ukuran sel semakin kecil akibat mengecilnya inti sel
• Inti sel manjadi makin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan eritroblas asidosis
• Dalam sitoplasma di bentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dalam
sitoplsma sel.
C. Lama Hidup
Eritrosit hidup selama 74-154 hari. Pada usia ini system enzim mereka gagal, membrane sel
berhenti berfungsi dengan adekuat, dan sel ini di hancurkan oleh sel system retikulo
endothelial.
D. Jumlah Eritrosit
Jumlah normal pada orang dewasa kira kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah. Normal HB
wanita 11,5 mg% dan HB laki-laki 13,0 mg%
E. Sifat-sifat Sel Darah Merah
Sel darah merah biasanya digambarkan berdasarkan ukuran dan jumlah hemoglobin yang
terdapat didalam sel seperti berikut.
• Normositik : sel yang ukurannya normal
• Normokromik : sel dengan jumlah hemoglobin yang normal
• Mikrositik : sel yang ukurannya terlalu kecil
• Makrositik : sel yang ukurannya terlalu besar
• Hipokromik : sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit
• Hiperkromik : sel yang hemoglobinnya terlalu banyak
F. Antigen Sel Darah Merah
Sel darah merah memiliki bermacam macam antigen spesifik yang terdapat di membrane
selnya dan tidak ditemukan di sel lain. Antigen-antigen itu adalah A,B,O, dan Rh.

G. Penghancuran Sel Darah Merah


Eritrosit hemolisis atau proses penuaan

Hemoglobin

Globin Heme

Asam Amino
Fe Co Protoforfirin

Pool Protein Pool Besi Bilirubin Indireks

Disimpan/digunakan lagi| Disimpan/digunakan lagi

Bilirubin direk

feses: Urine urobilinogen


stekobilinogen
Skema penghancuran eritrosit

2.1.2. Sel Darah Putih


A. struktur Leokosit
Bentuknya dapat berubah-rubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu
(pseudopodia), mempunya bermacam-macam inti sel, sehingga ia dapat di bedakan menurut
inti selnya serta warnanya bening (tidak berwarna)
Sel darah putih dibentuk disumsum tulang dari sel-sl bakal. Jenis –jenis dari golongan sel ini
adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limposit T dan B, monosit dan makrofag, serta
golongan yang bergranula yaiu : eosinofil, basofil, dan neutrofil

B. fungsi Sel Darah Putih


1. sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/ bakteri yang masuk
kedalam tubuh jaringan RES (system retikulo endotel)
2. sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalu
limpa terus kepembuluh darah.
C. jenis-jenis Sel Drah Putih
• Agranulosit, yang terdiri dari neutrofil, Eosinofil, dan Basofil
• Granulosit , tang terdiri dari limposit (limposit T dan Limposit B) dan monosit
D. Jumlah Sel Darah Putih
Pada orang dewasa jumlah sel darah putih total 4,0-11,0 x 109/l yang terbagi sebagai berikut
Granulosit
• Neutopil 2,5-7,5 x 109
• Eosinfil 0.04-0,44 x 109
• Basofil 0-0,10 x 109
Limposit 1,5-3,5 x 109
Bsofil 0,2-0,8 x 109
2.1.3. Keping Darah
A. Struktur Trombosit
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel besar dlam sumsum tulang yang berbentuk cakram
bulat, oval,bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari.

B. Jumlah Trombosit
Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 109/liter (150.000-400.000/milliliter), sekitar 30-40%
terkosentrasi didalam limpa dan sisanya bersirkulasi dalam darah.
C. Fungsi Trombosit
Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit dalam keadaan
normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
D. Plasma Darah
Plasma adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-
kuningan. Hamper 90% dari plasma darah terdiri atas air
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah adala sebagai berikut.
1. Fibrinogen yang beguna dalam peristiwa pembekuan darah
2. Garam-garam mineral, yang berguna dalam metabolism dan juga mengadakan osmotic
3. Protein darah (albumin, globulin) meningkatan viskositas darah juga menimbulkan tekanan
osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
4. Zat makanan (asam amino, gukosa, lemak, mineral, dan vitamin)
5. Hormone, yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh
6. Antibody
2.1.4. Limpa
A. Struktur Limpa
Merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan. Limpa terletak
pada sebelah kiri atas abdomen dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks
yang berhadapan dengan diafragma dan permukaan medial yang konkaf serta berhadapan
dengan lambung, fleksura linealis kolon, dan ginjal kiri.
Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa), dan
pulpa merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leokosit)
B. Fungsi Limpa
1. pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin)
2. destruksi sel eritrosit tua
3. penyimpanan zat besi dari sel-sel yang di hancurkan
4. produksi bilirubin dari eritrosit
5. pembentukan limposit dalam folikel limpa
6. pembentukan imunoglobin
7. pembunagn partikel asing dari darah

2.2. FISIOLOGI HEMATOLOGI


Dalam keadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah, sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai berikut.
1. Sebagai alat pengangkut.
2. Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
3. Mengatur panas tubuh.
4. Berperan penting dalam mengatur pH cairan tubuh
5. Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi
6. Mencegah perdarahan.
2.2.1. Komponen Darah
Darah terdiri dari dua komponen yaitu :
1. Plasma darah : bagian cair darah yang senagian besar terdiri atas, air, elektrolit, dan protein
darah.
2. Butir butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas tiga elemen
• Eritrosit
• Leukosit
• Trombosit
2.2.2 hematopoiesis
Hematopoiesis merupakan proses pembentukan darah. Tempat hematopoiesis pada manusia
berpindah-pindah, sesuai dengan usianya.
1. Yolk sac : usia 0-3 bulan intrauteri
2. Hati dan lien : usia 3-6 bulan intrauteri
3. Sumsum tulang : usia 4 bulan intrauterine sampai dewasa
2.2.3. Hemostasis
Adapun prinsif dari hemostasis adalah
1. Mengurangi aliran darah yang menuju daerah trauma
Cara mengurangi darah menuju daerah trauma yaitu:
• Vasokontriksi
• Penekanan oleh edema
2. Mengadakan sumbatan/menutup lubang perdarahan

2.2.4. Pembekuan Darah


Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah ditransformasi menjadi
material semisolid yang dinamakan bekuan darah. Menurut howell proses pembekuan darah
dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
• Stadium I : pembentukan tromboplastin
• Stadium II : perubahan dari protrombin menjadi thrombin
• Stadium III : perubahan dari fibrinogen menjadi fibrin
(wiwik handayani dan andy sulistiyo hariwibawa.2008:1)

2.3 Defenisi
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan
imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu
pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang.
Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara
lain pada traktus digestivus, paru, kulit, dan organ lain.
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik
yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma
malignum (maligna = ganas).
Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara
sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan
menyebabkan pembengkakan.
(http://tugeg-sintha.blogspot.com/2011/11/makalah-limfoma-maligna.html)
2.4. Etiologi
Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan limfogenik seperti
virus, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya.
Faktor predisposisi
a.Usia
Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda yaitu antara 18-35
tahun dan pada orang diatas 50 tahun.
b. Jenis kelamin
Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita.
c.Gaya hidup yang tidak sehat
Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak
hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV.
d.Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi terkena limfoma maligna
adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan
herbisida dan pelarut organik.
(http://tugeg-sintha.blogspot.com/2011/11/makalah-limfoma-maligna.html)
2.5. Limpoma Maligna Hodgkin
A. Defenisi
Limpoma Hodgkin merupakan limpoma maligna yang khas di tandai adanya sel read
Sternberg dengan latar belakang sel-sel radang pleomorf.
B. Epidemiologi
Limpoma Hodgkin merupakan penyakit yang relative jarang di jumpai, hanya merupakn 1%
dari seluruh kanker. Di Negara barat insidennya dilaporkan 3,5/100.000/tahun pada laki-laki,
dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di Indonesia belum ada laporan angka kejadian limpoma
Hodgkin. Berdasarkan jenis kelamin, limpoma Hodgkin banyak di jumpai pada laki-laki
denga perbandingan laki-laki : wanita = 1,2 : 1. Penyakit limpoma Hodgkin terutama
ditemukan pada orang dewasa muda antara 18-35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun.
(wiwik handayani dan Andy Sulistyo Ariwibowo.2008:109)

C. Etiologi
Penyebab limpoma Hodgkin sampai saat ini tidak diketahui secara pasti, namun salah satu
yang paling di curigai adalah virus Epstein-barr. Biasanya di mulai pada satu kelenjar getah
bening dan menyebar ke sekitarnya secara per kontinuitatum atau melalui system saluran
kelenjar getah bening ke kelnjar-kelenjar sekitarnya. Meskipun jarang sesekali menyerang
juga organ-organ ekstranodal seperti lambung, testis dan tiroid. Pada penemuan statistic ,
penyakit ini didapatkan pada kelas sosieokonomi lebih tinggi dan insidennya meningkat pada
keluarga dengan riwayat penyakit Hodgkin.
(wiwik handayani dan Andy Sulistyo Hriwibowo.2008:109)

D. Patofisiologi
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ
tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar
getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan
(pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala
penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai
Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma.
Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin
tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi
selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama
beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan
sel-sel limfoma
(http://prasetya92metro.blogspot.com/2012/04/askep-limfoma-hodgkin.html)
E. Klasifikasi
Pada umumya limpoma Hodgkin di klasifikasikan berdasarkan RYE yang membagi penyakit
Hodgkin menjadi empat golongan.
1. Tipe lymphocyte predominance
• Merupakan 5% dari penyakit Hodgkin.
• Pada tipe ini limposit kecil sel latar beakang yang dominan, hanya sedikit sel R-S yang
dijumpai.
• Dapat bersifat nodular atau difus.
2. Tipe mixed cwllularity
• Terdapat sebanyak 30% dari penyakit Hodgkin.
• Jumlah sel R-S mulai banyak di jumpai dalam jumlah seimbang dengan limposit.
3. Tipe lymphocyte deplated
• Kurang dari 5% limpoma Hodgkin, tetapi merupakan tipe yang paling agresif.
• Sebagian besar terdiri atas sel R-S sedangkan di limposit jarang di temui
4. Tipe nodular sclerosis
• Tipe ini merupakan tipe yang paling sering di jumpai, yaitu 40-69% dari seluruh penyakit
Hodgkin.
• Ditandai oleh fibrosis dan sklerosis yang luas.
• Sel ensinofil banyak di jumpai, juga terdapat sel R-S.
(Wiwik Handayani dan Andy Sulistyo Hariwibowo.2008:109)
F. Tingkatan Penyakit
1. Stadium I
Penyakit mengenai satu region kelenjar getah bening yang terletak diatas atau bawah
dafragma, atau satu organ, atau terdapat pada letak ekstarlimfatik.
2. Stadim II
Penyakit mengenai lebih dari dua region yang berdekatan atau dua region yang letaknya jauh
pada satu sisi diafragma dengan satu atau leih regio kelenjar getah bening di sisi yang sama
pada diafragma.
3. Stadium III
Penyakit diatas dan di bawah diafragma, tapi terbatas pada kelenjar getah beningdan di
tambah dengan organ atau tempat ekstra limpatik
4. Stadium IV
Terdapat keterlibatan difus atau diseminata pada satu atau lebih organ atau jaringan
ekstralimfatik, seperti sumsum tulang atau hati.
(Wiwik Handayani dan Andy Sulistyo Hariwibowo.2008:110)

G. Manipestasi Klinis
Penyakit Hodgkin dapat dijumpai pada semua umur,tetapi insiden umur bersifat bimodal
dengan puncakpada umur 20-30 tahun dan umur di atas 50 tahun. Gejala klinik yang
dijumpai adalah :
1. Gejala utama berupapembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri,asimetrik,padat
kenyal seperti karet. Urutan kelenjar yang terkena : leher (60%-70%),aksila (10-
15%),inguinal (6-12%),mediastinal (6-11%),hilus paru,kelenjar paraaorta dan retroperitoneal.
2. Splenomegali dijumpai pada 35-50% kasus, tetapi jarang masif. Hepatomegali
lebih jarang dijumpai.
3. Mediastinum terkena pada 6-11% kasus,lebih sering pada tipe noduler sklerosis dan wanita
muda. Dapat disertai efusi pleura dan sindrom vena cava superior.
4. Kadang-kadang lesimuncul pada jaringan ekstranodal secara primer, yaitu pada kulit, paru,
otak dan sumsum tulang belakang.
5. Gejala konstitusional terdiri atas:
• Simptom B: demam,penurunan BB > 10% dan keringat malam.
• Demam tipe Pel-Ebstein (bersifat kontinu atau siklik): khas tapi jarang dijumpai.
• Pruritus dijumpai pada 25% kasus
• Rasa nyeri setelah minumalkohol.
• http://prasetya92metro.blogspot.com/2012/04/askep-limfoma-hodgkin.html
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen dada membantu menemukan adanya pembesaran kelenjar di
dekat jantung
b. Limfangiogram bisa menggambarkan kelenjar getah bening yang jauh di dalam perut
dan panggul
c. CT scan lebih akurat dalam menemukan pembesaran kelenjar getah bening atau
penyebaran limfoma ke hati dan organ lainnya
d. Skening gallium bisa digunakan untuk menentukan stadium dan menilai efek dari
pengobatan
e. Laparatomi (pembedahan ntuk memeriksa perut) kadang diperlukan untuk melihat
penyebaran limfoma ke perut.
http://prasetya92metro.blogspot.com/2012/04/askep-limfoma-hodgkin.html
I. Penatalaksanaan
Terapi untuk penyakit Hodgkin terdiri atas terapi spesifik dan terapi suportif. Modalitas
terapi spesifik untuk penyakit Hodgkin terdiri atas :
1. Radio Terapi
Radioterapi merupakan modalitas terapi utama untuk penyakit Hodgkin yang terlokalisasi
(derajat I dan derajat II). Dapat juga diberikan untuk penyakit derajat III dan IV, tetapi
dikombinasikan dengan kemoterapi jadi bersifat terapi ajuvan. Dosis radiasi adalah 4000-
5000 rad. Radioterapi diberikan dengan tknik penyinaran extended field (mantle field
untuklesi di atas diafragma atau inverted Y untuk di bawah diafragma) atau TNI (total
nodular irradiation)untuk lesi di atas dan di bawah diafragma.
2. Kemoterapi
Kemoterapi kombinasi merupakan pilihan utamuntuk penyakit derajat III dan IV, atau derajat
I dan II dengan bulky disease.

Strategi Pengobatan
1. Penyakit Hodgkin derajat I dan IIA : obat pilihan ialah radioterapi
2. Derajat IIB, terdiri atas :
• Sebagian besar dengan radioterapi
• Kemoterapi dianjurkan untuk berikut :
I. Penyakit Hodkin derajat IIB dengan simptom B lengkap
II. IIB dengan resiko tinggi (bulky disease dan tipe lymphocyte depleted atau mixed
cellularity.
3. Untuk penyakit Hodgkin derajat IIB dengan massa mediastinal besar (bulky mediastinal
disease = diameter >10cm) diberikan terapi kombinasi (radioterapi dan kemoterapi)
4.Untuk penyakit Hodgkin derajat IIIA, yaitu :
• IIIA1 (lesi pada abdomen atas) ; diberikan radioterapi (TNI)
• IIIA2 (lesi abdomen bawah) : kemoterapi atau terapi kombinasi.
5. Untuk derajat IIIB dan IV
Kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi merupakan obat pilihan.
http://natalis0212.blogspot.com/2010/08/penyakit-hodgkin.html

J. Kolmplikasi
Komplikasi akibat terapi
1. radioterapi : dapat menimbulkan nausea, disfagia, oesafagitis, dan hipotiroid.
2. Kemoterapi : dapat menimbulkan mielosupresi, sterilitas, dan timbulnya keganasan
hematologis sekunder : AML dan limpoma non-hodgkin.
(Wiwik Handayani dan Andy Sulistyo Hariwibowo.2008:112)

2.6. Limpoma Non-hodgkin


A. Defenisi
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem
kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari limfoma ini
berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar
dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan
penyakit Hodgkin.
Limfoma maligna non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan kelenjar
limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal sebagai suatu limfadenopati
lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar sepertiga dari kasus yang berasal
dari tempat lain yang mengandung jaringan limfoid ( misalnya daerah orofaring, usus,
sumsum tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi semua bentuk limfoma mempunyai potensi
untuk menyebar dari asalnya sebagai penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar lain yang
akhirnya menyebar ke limfa, hati, dan sumsum tulang.
http://prasetya92metro.blogspot.com/view/classic
B. Epidemiologi
Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe LNH,
dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari tahun ke tahun,
jumlah penderitapenyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran, angka kejadian LNH
telah meningkat 80 persendibandingkan angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan,
penyakit ini lebih banyak terjadi padaorang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia
antara 45 sampai 60 tahun.
(http://www.scribd.com/doc/92047810/ASKEP-LIMFOMA-MALIGNA)
C. Etiologi
1. Abnormalitas sitogenik, seperti traslokasi kromosom.
2. Infeksi virus, yang menyebabkan antara lain adalah :
• Virus Epstein-barr yang berhubungan dengan limpoma burkitt (sebuah penyakit yang
ditemukan di afrika)
• Infeksi HTLV-1 (human T lymphotropic virus tipe-1)
(Wiwik Handayani dan Ansy Sulistyo.2008:114)
D. Patofisiologi
Fenotip ganas pada NHL adalah karena mutasi gen abnormal, yang terjadi selama produksi
limfosit, pematangan, atau tindakan. Mutasi menyebabkan keuntungan pertumbuhan dan
ekspansi populasi monoklonal limfosit ganas. Jenis limfoma tergantung pada tahap produksi
limfosit, pematangan, atau tindakan di mana mutasi terjadi.
Proses produksi sel-B masih merupakan daerah penelitian intensif. Diperkirakan bahwa sel B
berasal dan matang dalam sumsum tulang (kompartemen jaringan limfoid pusat).Mereka
dapat meninggalkan sumsum tulang untuk melakukan fungsinya dalam kelenjar getah bening
dan jaringan ekstranodal (kompartemen jaringan perifer limfoid).
Mutasi yang abnormal bisa terjadi pada tahap awal prekursor dan menyebabkan subtipe yang
sesuai leukemia limfoblastik akut. Sel B dewasa, matang antigen sel B naif, dan dewasa
antigen-diaktifkan sel B dapat mengubah berbagai jenis NHL seperti limfoma Burkitt, diffuse
besar limfoma sel-B, dan limfoma sel mantel.
(http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/312/basics/pathophysiology.html)
E. Klasifikasi
Ada 2klasifikasi besar penyakit ini yaitu:
a. Limfoma non Hodgkin agresif
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh
cepat atau level tinggi.karena sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin agresif ini
tumbuh dengan cepat.
b. Limfoma non Hodgkin indolen
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin indolen
tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan
mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa saat.
http://prasetya92metro.blogspot.com/view/classic
F. Manifestasi Klinis
• Pembesaran kelenjar getah bening yang asimetris.
• Demam, berkeringat pada malam hari.
• Hepatomegali dan splenomegali
• Dapat timbul komplikasi saluran cerna.
• Demam, kelelahan, atau bias terjadi penurunan berat badan.
• Nyeri punggung dan leher yang disertai dengan hiperefleksi
• Anemia, infeksi, dan perdarahan dapat dijumpai pada kasus yang mengenai sumsum tulang
secara difus.

G. Pemeriksaan Diadnostik
1. Pemeriksaan kromosom : adanya kelainan yang khas (limfoma brkitt’s, follicular
lymphoma)
2. LDH : sering meningkat pada LNH dengan poliferasi yang cepat.
3. Pemeriksaan pertanda imunologis : untuk menentukan jenis sel (sel T atau B) serta
perkembangannya.
(wiwik handayani dan Andy Sulistyo Hriwibowo.2008:114)

H. Penatalaksanaan
1. Radioterapi
2. Kemoterapi
Kemoterapi dapat di lakukan pada :
• LNH indolen derajat ringan dengan menggunakan klorambusil atau siklofosfamid dengan
atau tanpa prednisone.
• Limpoma stadium I atau II derajat menegah atau tinggi
3. Transpalansi sumsum tulang
(wiwik handayani dan Andy Sulistyo Hriwibowo.2008:115)
I. Komplikasi
1. Akibat lansung penyakitnya
• Penekanan terhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf.
• Mudah terjadi infeksi, bias berakibat fatal.
2. Akibat efek samping pengobatan biasanya terjadi aplasia sumsum tulang, gagak jantung,
gagal ginjal, serta neuritis oleh obat vinkristin.
(wiwik handayani dan andi sulistiyo hariwibowo.2008:116)

2.7. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri,
mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera
dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik
merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfe dengan
sejenis virus atau mungkin tuberculosis limfa.
Kebutuhan dasar
a. Aktifitas /istirahat
Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum.
Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan.
Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih banyak.
Tanda :Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan
kelelahan.
b. Sirkulasi
Gejala :Palpitasi, angina/nyeri dada.
Tanda :Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah
kejadian yang jarang).
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus
empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut).
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
c. Integritas ego
Gejala :Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga.
Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut mati.
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan terapi
radiasi).
Masalah finansial biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan
sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada
keluarga.
Tanda :Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif.
d. Eliminasi
Gejala :Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus
limfa retroperitoneal).
Tanda :Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali).
Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut).
e. Makanan/cairan
Gejala :Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari
berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda :Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap
kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa).
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari
pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin).
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intraabdominal).
f. Neurosensori
Gejala :Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus
limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral.
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda :Status mental letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada
kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal).

g. Nyeri/kenyamanan
Gejala :Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum,
nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang
limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda :Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
h. Pernafasan
Gejala :Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda : Distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
i. Keamanan
Gejala : Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pencetus untuk infeksi
virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial).
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus
Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu (demam pel
Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum.
Tanda : Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38°C tanpa gejala
infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum
terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal).
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo).
j. Seksualitas
Gejala : Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi,
tetapi pengobatan mempengaruhi).
Penurunan libido.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin dari
pada populasi umum).
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia).

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d agen injuri biologi.
2. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : lebih sedikit dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia/penurunan
nafsu makan .
4. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema
jalan nafas.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi.

3. Intervensi
No No. Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Dx 1 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan nyeri klien
berkurang/ hilang dengan KH :
• Skala nyeri 0-3
• Wajah klien tidak meringis .
• c. Klien tidak memegang daerah nyeri. 1. Kaji skala nyeri dengan PQRST.

2. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi.

3. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik. 1. Untuk mengetahui skala nyeri klien dan
untuk mempermudah dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2.

Teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam
mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya.
3. Obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien
2 Dx 2 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan suhu tubuh klien
turun / dalam keadaan normal dengan kriteria hasil :
• suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius). 1. Observasi suhu tubuh klien.

2. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
3. Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan cairan
tubuh klien).
4. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik. 1. Dengan memantau suhu tubuh klien dapat
mengetahui keadaan klien dan juga dapat mengambil tindakan dengan tepat.
2. Kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien.

3. Dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan


dalam tubuh klien.

4. Antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh.


3 Dx 3 Setelah diberikan asuhan keperawatan selam (...x...) jam diharapkan kebutuhan nutrisi
klien dapat terpenuhi dengan criteria hasil :
• Menunjukkan peningkatan BB/ BB stabil.
• Nafsu makan klien meningkat
• Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat badan
yang sesuai. 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
2. Observasi dan catat masukan makanan klien.
3. Timbang berat badan klien tiap hari.
4. Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering.
5. Kolaborasi dalam pemberian suplemen nutrisi. 1. Mengidentifikasi defisiensi nutrisi dan
juga untuk intervensi selanjutnya.

2. Mengawasi masukan kalori.

3. Mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi nutrisi.


4. Meningkatkan pemasukan kalori secara total dan juga untuk mencegah distensi gaster.
5. Meningkatkan masukan protein dan kalori.
4 Dx 4 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...) jam diharapkan bersihan jalan
nafas klien efektif/normal dengan criteria hasil :
• Klien dapat bernafas dengan normal/efektif.
• Klien bebas dari dispnea, sianosis.
• c. Tidak terjadi tanda distress pernafasan. 1. Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman,
irama.

2. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau
duduk tegak ke depan kaki digantung.
3. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen bila
diindikasikan.
4. Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas. 1. Perubahan dapat mengindikasikan
berlanjutnya keterlibatan/pengaruh pernafasn yang membutuhkan upaya intervensi.
2. Pemaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan resiko
aspirasi.

3. Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan klien
beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas.
4. Penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas.
5 Dx 5 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...) jam diharapkan klien dan
keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien dengan KH :
• Klien dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien.
• Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit yang diderita
oleh klien.
• c. Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan dilaksanakan. 1.
Berikan komunikasi terapiutik kepada klien dan keluarga klien.
2. Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien. 1.
Memudahkan dalam melakukan prosedur terapiutik kepada klien.

2. Klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang diderita oleh klien.

4. Implementasi
a. Dx 1
1) Mengkaji skala nyeri pasien dengan PQRST
2) Mengajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi.
3) Memberikan obat analgetik.
b. Dx 2
1) Mengobservasi suhu tubuh klien.
2) Memberikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
3) Menganjurkan dan memberikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan
kebutuhan cairan tubuh klien).
4) Memberikan antipiretik.
c. Dx 3
1) Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai oleh klien.
2) Menobservasi dan catat masukan makanan klien.
3) Menimbang berat badan klien tiap hari.
4) Memberikan makan sedikit namun frekuensinya sering.
5) Memberikan suplemen nutrisi.
d. Dx 4
1) Mengkaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama pernafasan klien.
2) Menempatan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur
tinggi/atau duduk tegak ke depan kaki digantung.
3) Membantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen
bila diindikasikan.
4) Mengkaji respon pernafasan terhadap aktivitas
e. Dx 5
1) Memberikan komunikasi terapiutik kepada klien dan keluarga klien.
2) Memberikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien
5. Evaluasi keperawatan
a. Nyeri klien dapat teratasi sehingga kebutuhan kenyamanan klien terpenuhi.
b. Klien mampu menunjukan tidak adanya tanda-tanda hipertermy, suhu tubuh klien dalam
rentang normal.
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan poliphagi dapat dicegah sehingga tubuh tidak
kekurangan nutrient hasil metabolisme dalam bentuk glucagon dalam otot.
d. Pernafasan klien bisa kembali normal baik dari frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
pernafasan klien.
e. Klien mampu memberikan gambaran baik secara umum maupun khusus mengenai
masalah kesehatannya. Sehingga klien kooperatif dalam perawatan yang didapat.
http://gekran.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-limfoma-maligna_04.html

BAB III
TINJAUAN KASUS
tn Q (20 tahun) seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi sedang di rawat diruang
penyakit dalam. Kepada perawat tn Q mengatakan ia sering demam, berkeringat malam dan
badannya terasa ringan. Tn Q juga mengatakan kadang-kadang kelenjar tersa nyeri jika ia
minum alcohol. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik di temukan pembesaran kelenjar
didaerah leher, BB turun dari 50 kg menjadi 45 kg selama enam bulan terakhir.
Hasil lab
Eritrosit 3,5 juta/mm
Leukosit 5000/m
ASUHAN KEPERAWATAN LIMFOMA MALIGNA
1. Pengkajian
A. Pengkajian umum
Nama : Tn. Q
Umur : 20 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa

B. Keluhan utama
Tn. Q mengatakan ia sering demam, berkeringat malam dan badannya terasa ringan, kelenjar
terasa nyeri jika minum alcohol.

C. Riwayat penyakit dahulu


Tidak ada riwayat penyakit dahulu.

D. Nyeri/kenyamanan
Tanda : Pembesaran kelenjar
Gejala : Nyeri

E. Makanan/Cairan
Tanda : Penurunan berat badan

F. Pemeriksaan/Fisik
• Adanya pembesaran kelenjar

G. Pemeriksaan Laboratorium
• Eritrosit 3,5 juta/mm
• Leukosit 5000/mm
2. Analisa Data
No. Sign & Symptom Etiologi Problem
1. Ds :
• Kelenjar terasa nyeri jika minum alcohol
Do :
• Adanya pembesaran kelenjar di daerah leher.. Agen cidera biologi Nyeri
2. Ds :
• Kelenjar terasa nyeri jika minum alcohol
Do :
• Adanya pembesaran kelenjar di daerah leher.
• Eritrosit 3,5 juta/mm Pembesaran nodus medinal/edema jalan nafas Bersihan jalan nafas
tidak efektif.
3. Ds :
• Klien mengatakan demam, berkeringat malam dan badannya terasa ringan.
Do :
• Eritrosit 3,5 juta/mm
• BB turun dari 50 kg menjadi 45 kg Tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi Hipertermia

3. Diagnosa
1) Nyeri b.d agen cidera biologi
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal/edema jalan nafas
3) Hipertermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi

4. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri b.d agen cidera biologi
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatn diharapkan nyeri klien berkurang/hilang.
Kiteria hasil :
 Skala nyeri 0-3
 Wajah klien tidak meringis
 Penyusutan dari kelenjar yang membesar. a. Kaji skala nyeri

b. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi

c. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik

a. Untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam menentukan
intervensi selanjutnya
b. Teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam
mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
c. Obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal/edema jalan nafas
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan bersihan jalan nafas
efektif/normal.
Kriteria hasil :
 Nyeri berkurang
 Penyusutan kelenjar yang membesar
 Eritrosit 4-5 juta/mm a. Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama

b. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau
duduk tegak ke depan kaki digantung.
c. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen bila
diindikasikan

d. Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas


a. Perubahan dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pengaruh pernafasn yang
membutuhkan upaya intervensi
b. Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan resiko
aspirasi

c. Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan klien
beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas
d. Penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas
3. Hipertermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien turun/dalam keadaan
normal.
Kriteria hasil :
 Suhu normal 36-370C
 Keringat malam berkurang
 Eritrosit 4-5 juta/mm
 BB normal a. Observasi suhu tubuh klien

b. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
c. Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan cairan
tubuh klien)
d. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik a. Dengan memantau suhu tubuh klien dapat
mengetahui keadaan klien dan juga dapat mengambil tindakan dengan tepat
b. Kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien

c. Dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh klien

d. Antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh

5. Implementasi dan Evaluasi


No. Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
1. Nyeri b.d agen cidera biologi
a. Mengkaji skala nyeri
b. Mengajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
c. Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik
S = Klien mengatakan nyerinya berkurang
O=
 Skala nyeri 0-3
 Wajah klien tidak meringis
 Penyusutan dari kelenjar yang membesar.
A = Masalah teratasi
P = Intervensi selesai
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal/edema jalan nafas a.
Mengkaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
b. Menempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau
duduk tegak ke depan kaki digantung.
c. Membantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen bila
diindikasikan
d. Mengkaji respon pernafasan terhadap aktivitas S = Klien mengatakan dapat bernafas
dengan normal
O=
 Nyeri berkurang
 Penyusutan kelenjar yang membesar
 Eritrosit 4 juta/mm
A = Masalah teratasi
P = Intervensi selesai
3. Hipertermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
a. Mengobservasi suhu tubuh klien
b. Memberikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
c. Menganjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan
cairan tubuh klien)
d. berkolaborasi dalam pemberian antipiretik S = Klien mengatakan demam turun dan tidak
berkeringat malam
O=
 Suhu normal 36,50C
 Keringat malam berkurang
 Eritrosit 4 juta/mm
 BB normal
A = Masalah teratasi
P = Intervensi selesai

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah di produksi, termasuk sumsum
tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berada dengan organ lain karena
berbentuk ciran.
Darah merupakan medium transport ubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat
badan normal dan berjumlah sekita 5 liter. Darah terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
c. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri dariats air,elektrolit, dan
protein darah.
d. Butir butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen komponen berikut ini
• Eritrosit (sel darah merah)
• Leokosit (sel darah putih)
• Trombosit (butir pembeku darah-platelet)
Dalam keadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah, sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai berikut.
• Sebagai alat pengangkut.
• Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
• Mengatur panas tubuh.
• Berperan penting dalam mengatur pH cairan tubuh
• Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi
• Mencegah perdarahan.
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan
imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu
pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang.
Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara
lain pada traktus digestivus, paru, kulit, dan organ lain.
Limpoma Hodgkin merupakan limpoma maligna yang khas di tandai adanya sel read
Sternberg dengan latar belakang sel-sel radang pleomorf.
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem
kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari limfoma ini
berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar
dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan
penyakit Hodgkin.
Limfoma maligna non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan kelenjar
limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal sebagai suatu limfadenopati
lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar sepertiga dari kasus yang berasal dari
tempat lain yang mengandung jaringan limfoid ( misalnya daerah orofaring, usus, sumsum
tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk
menyebar dari asalnya sebagai penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar lain yang akhirnya
menyebar ke limfa, hati, dan sumsum tulang.

B. Saran
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari penyakit limpoma maligna, maka
kita harus menyadari betapa pentingnya kita untuk menjaga kesehatan, dengan cara
menghindari gaya hidup yang tidak sehat sehat, seperti menghindari makanan yang berlemak,
mengonsumsi alcohol, dan lain lain.

Anda mungkin juga menyukai