MAKALAH
SISTEM IMUNOLOGI DAN HEMATOLOGI
LIMPOM MALIGNA
KELOMPOK 2 :
RAHMI YULIANDA YUNI RIANAS
DEASY MAYA SARI BAMBANG APRIANTO
IRMALENI BAYU IRAWAN
NOFIA MUSTIKA PUJI LESTARI
FEBY LOVITA BAGUS JOKO PRAKOSO
SELY ADE SUSIANI INDAH PRANSISKA
HARI SATRIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Blok Sistem Imun dan Hematologi yang
di berikan oleh Dosen pengajar. Dalam makalah ini penulis membahas tentang hematologi.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam
isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang
berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis
harapkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah
ini.
Jambi,…Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Rumusan Masalah 1
1.3.Tujuan Penulisan 1
1.4.Mampaat penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi Hematologi 3
2.2.Fisiologi Hematologi 10
2.3. Defenisi 11
2.4. Etiologi 12
2.5. Limpoma Maligna Hodgkin 12
2.6. Limpoma Maligna Non-Hodgkin 17
2.7. Rencana Asuhan Keperwatan 21
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1.Kasus Limpoma Maligna 32
3.2.AsuhanKeperawatan 33
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 40
B. Saran 41
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan
imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu
pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang.
Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara
lain pada traktus digestivus, paru, kulit, dan organ lain. Dalam garis besar, limfoma dibagi
dalam 4 bagian, diantaranya limfoma Hodgkin (LH), limfoma non-hodgkin (LNH),
histiositosis X, Mycosis Fungoides. Dalam praktek, yang dimaksud limfoma adalah LH dan
LNH, sedangkan histiositosis X dan mycosis fungoides sangat jarang ditemukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI HEMATOLOGI
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah di produksi, termasuk sumsum
tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berada dengan organ lain karena
berbentuk ciran.
Darah merupakan medium transport ubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat
badan normal dan berjumlah sekita 5 liter. Darah terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
a. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri dariats air,elektrolit, dan
protein darah.
b. Butir butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen komponen berikut ini
• Eritrosit (sel darah merah)
• Leokosit (sel darah putih)
• Trombosit (butir pembeku darah-platelet)
2.1.1 Sel Darah Merah (eritrosit)
A. Struktur Eritrosit
Sel darh merah merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron. Bikon kavitas
memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek
antara membrane dan inti sel. Warnanya kuning kemerah merahan, karena didalamnya
mengandung suatu zat yang di sebut hemoglobin.
Sel darah merah tidak memiliki inti sel , mitokondria, dan ribosom, serta tidak dapat
bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi sel, atau pembentukan protein.
Komponen eritrosit adalah sebagai berikut:
• Membrane eritrosit
• System enzim: enzim G6PD (glucose 6-phospatedehydrogenase)
• Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
Hemoglobin
Globin Heme
Asam Amino
Fe Co Protoforfirin
Bilirubin direk
B. Jumlah Trombosit
Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 109/liter (150.000-400.000/milliliter), sekitar 30-40%
terkosentrasi didalam limpa dan sisanya bersirkulasi dalam darah.
C. Fungsi Trombosit
Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit dalam keadaan
normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
D. Plasma Darah
Plasma adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-
kuningan. Hamper 90% dari plasma darah terdiri atas air
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah adala sebagai berikut.
1. Fibrinogen yang beguna dalam peristiwa pembekuan darah
2. Garam-garam mineral, yang berguna dalam metabolism dan juga mengadakan osmotic
3. Protein darah (albumin, globulin) meningkatan viskositas darah juga menimbulkan tekanan
osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
4. Zat makanan (asam amino, gukosa, lemak, mineral, dan vitamin)
5. Hormone, yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh
6. Antibody
2.1.4. Limpa
A. Struktur Limpa
Merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan. Limpa terletak
pada sebelah kiri atas abdomen dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks
yang berhadapan dengan diafragma dan permukaan medial yang konkaf serta berhadapan
dengan lambung, fleksura linealis kolon, dan ginjal kiri.
Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa), dan
pulpa merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leokosit)
B. Fungsi Limpa
1. pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin)
2. destruksi sel eritrosit tua
3. penyimpanan zat besi dari sel-sel yang di hancurkan
4. produksi bilirubin dari eritrosit
5. pembentukan limposit dalam folikel limpa
6. pembentukan imunoglobin
7. pembunagn partikel asing dari darah
2.3 Defenisi
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan
imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu
pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang.
Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara
lain pada traktus digestivus, paru, kulit, dan organ lain.
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik
yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma
malignum (maligna = ganas).
Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara
sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan
menyebabkan pembengkakan.
(http://tugeg-sintha.blogspot.com/2011/11/makalah-limfoma-maligna.html)
2.4. Etiologi
Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan limfogenik seperti
virus, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya.
Faktor predisposisi
a.Usia
Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda yaitu antara 18-35
tahun dan pada orang diatas 50 tahun.
b. Jenis kelamin
Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita.
c.Gaya hidup yang tidak sehat
Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak
hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV.
d.Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi terkena limfoma maligna
adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan
herbisida dan pelarut organik.
(http://tugeg-sintha.blogspot.com/2011/11/makalah-limfoma-maligna.html)
2.5. Limpoma Maligna Hodgkin
A. Defenisi
Limpoma Hodgkin merupakan limpoma maligna yang khas di tandai adanya sel read
Sternberg dengan latar belakang sel-sel radang pleomorf.
B. Epidemiologi
Limpoma Hodgkin merupakan penyakit yang relative jarang di jumpai, hanya merupakn 1%
dari seluruh kanker. Di Negara barat insidennya dilaporkan 3,5/100.000/tahun pada laki-laki,
dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di Indonesia belum ada laporan angka kejadian limpoma
Hodgkin. Berdasarkan jenis kelamin, limpoma Hodgkin banyak di jumpai pada laki-laki
denga perbandingan laki-laki : wanita = 1,2 : 1. Penyakit limpoma Hodgkin terutama
ditemukan pada orang dewasa muda antara 18-35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun.
(wiwik handayani dan Andy Sulistyo Ariwibowo.2008:109)
C. Etiologi
Penyebab limpoma Hodgkin sampai saat ini tidak diketahui secara pasti, namun salah satu
yang paling di curigai adalah virus Epstein-barr. Biasanya di mulai pada satu kelenjar getah
bening dan menyebar ke sekitarnya secara per kontinuitatum atau melalui system saluran
kelenjar getah bening ke kelnjar-kelenjar sekitarnya. Meskipun jarang sesekali menyerang
juga organ-organ ekstranodal seperti lambung, testis dan tiroid. Pada penemuan statistic ,
penyakit ini didapatkan pada kelas sosieokonomi lebih tinggi dan insidennya meningkat pada
keluarga dengan riwayat penyakit Hodgkin.
(wiwik handayani dan Andy Sulistyo Hriwibowo.2008:109)
D. Patofisiologi
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ
tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar
getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan
(pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala
penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai
Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma.
Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin
tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi
selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama
beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan
sel-sel limfoma
(http://prasetya92metro.blogspot.com/2012/04/askep-limfoma-hodgkin.html)
E. Klasifikasi
Pada umumya limpoma Hodgkin di klasifikasikan berdasarkan RYE yang membagi penyakit
Hodgkin menjadi empat golongan.
1. Tipe lymphocyte predominance
• Merupakan 5% dari penyakit Hodgkin.
• Pada tipe ini limposit kecil sel latar beakang yang dominan, hanya sedikit sel R-S yang
dijumpai.
• Dapat bersifat nodular atau difus.
2. Tipe mixed cwllularity
• Terdapat sebanyak 30% dari penyakit Hodgkin.
• Jumlah sel R-S mulai banyak di jumpai dalam jumlah seimbang dengan limposit.
3. Tipe lymphocyte deplated
• Kurang dari 5% limpoma Hodgkin, tetapi merupakan tipe yang paling agresif.
• Sebagian besar terdiri atas sel R-S sedangkan di limposit jarang di temui
4. Tipe nodular sclerosis
• Tipe ini merupakan tipe yang paling sering di jumpai, yaitu 40-69% dari seluruh penyakit
Hodgkin.
• Ditandai oleh fibrosis dan sklerosis yang luas.
• Sel ensinofil banyak di jumpai, juga terdapat sel R-S.
(Wiwik Handayani dan Andy Sulistyo Hariwibowo.2008:109)
F. Tingkatan Penyakit
1. Stadium I
Penyakit mengenai satu region kelenjar getah bening yang terletak diatas atau bawah
dafragma, atau satu organ, atau terdapat pada letak ekstarlimfatik.
2. Stadim II
Penyakit mengenai lebih dari dua region yang berdekatan atau dua region yang letaknya jauh
pada satu sisi diafragma dengan satu atau leih regio kelenjar getah bening di sisi yang sama
pada diafragma.
3. Stadium III
Penyakit diatas dan di bawah diafragma, tapi terbatas pada kelenjar getah beningdan di
tambah dengan organ atau tempat ekstra limpatik
4. Stadium IV
Terdapat keterlibatan difus atau diseminata pada satu atau lebih organ atau jaringan
ekstralimfatik, seperti sumsum tulang atau hati.
(Wiwik Handayani dan Andy Sulistyo Hariwibowo.2008:110)
G. Manipestasi Klinis
Penyakit Hodgkin dapat dijumpai pada semua umur,tetapi insiden umur bersifat bimodal
dengan puncakpada umur 20-30 tahun dan umur di atas 50 tahun. Gejala klinik yang
dijumpai adalah :
1. Gejala utama berupapembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri,asimetrik,padat
kenyal seperti karet. Urutan kelenjar yang terkena : leher (60%-70%),aksila (10-
15%),inguinal (6-12%),mediastinal (6-11%),hilus paru,kelenjar paraaorta dan retroperitoneal.
2. Splenomegali dijumpai pada 35-50% kasus, tetapi jarang masif. Hepatomegali
lebih jarang dijumpai.
3. Mediastinum terkena pada 6-11% kasus,lebih sering pada tipe noduler sklerosis dan wanita
muda. Dapat disertai efusi pleura dan sindrom vena cava superior.
4. Kadang-kadang lesimuncul pada jaringan ekstranodal secara primer, yaitu pada kulit, paru,
otak dan sumsum tulang belakang.
5. Gejala konstitusional terdiri atas:
• Simptom B: demam,penurunan BB > 10% dan keringat malam.
• Demam tipe Pel-Ebstein (bersifat kontinu atau siklik): khas tapi jarang dijumpai.
• Pruritus dijumpai pada 25% kasus
• Rasa nyeri setelah minumalkohol.
• http://prasetya92metro.blogspot.com/2012/04/askep-limfoma-hodgkin.html
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen dada membantu menemukan adanya pembesaran kelenjar di
dekat jantung
b. Limfangiogram bisa menggambarkan kelenjar getah bening yang jauh di dalam perut
dan panggul
c. CT scan lebih akurat dalam menemukan pembesaran kelenjar getah bening atau
penyebaran limfoma ke hati dan organ lainnya
d. Skening gallium bisa digunakan untuk menentukan stadium dan menilai efek dari
pengobatan
e. Laparatomi (pembedahan ntuk memeriksa perut) kadang diperlukan untuk melihat
penyebaran limfoma ke perut.
http://prasetya92metro.blogspot.com/2012/04/askep-limfoma-hodgkin.html
I. Penatalaksanaan
Terapi untuk penyakit Hodgkin terdiri atas terapi spesifik dan terapi suportif. Modalitas
terapi spesifik untuk penyakit Hodgkin terdiri atas :
1. Radio Terapi
Radioterapi merupakan modalitas terapi utama untuk penyakit Hodgkin yang terlokalisasi
(derajat I dan derajat II). Dapat juga diberikan untuk penyakit derajat III dan IV, tetapi
dikombinasikan dengan kemoterapi jadi bersifat terapi ajuvan. Dosis radiasi adalah 4000-
5000 rad. Radioterapi diberikan dengan tknik penyinaran extended field (mantle field
untuklesi di atas diafragma atau inverted Y untuk di bawah diafragma) atau TNI (total
nodular irradiation)untuk lesi di atas dan di bawah diafragma.
2. Kemoterapi
Kemoterapi kombinasi merupakan pilihan utamuntuk penyakit derajat III dan IV, atau derajat
I dan II dengan bulky disease.
Strategi Pengobatan
1. Penyakit Hodgkin derajat I dan IIA : obat pilihan ialah radioterapi
2. Derajat IIB, terdiri atas :
• Sebagian besar dengan radioterapi
• Kemoterapi dianjurkan untuk berikut :
I. Penyakit Hodkin derajat IIB dengan simptom B lengkap
II. IIB dengan resiko tinggi (bulky disease dan tipe lymphocyte depleted atau mixed
cellularity.
3. Untuk penyakit Hodgkin derajat IIB dengan massa mediastinal besar (bulky mediastinal
disease = diameter >10cm) diberikan terapi kombinasi (radioterapi dan kemoterapi)
4.Untuk penyakit Hodgkin derajat IIIA, yaitu :
• IIIA1 (lesi pada abdomen atas) ; diberikan radioterapi (TNI)
• IIIA2 (lesi abdomen bawah) : kemoterapi atau terapi kombinasi.
5. Untuk derajat IIIB dan IV
Kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi merupakan obat pilihan.
http://natalis0212.blogspot.com/2010/08/penyakit-hodgkin.html
J. Kolmplikasi
Komplikasi akibat terapi
1. radioterapi : dapat menimbulkan nausea, disfagia, oesafagitis, dan hipotiroid.
2. Kemoterapi : dapat menimbulkan mielosupresi, sterilitas, dan timbulnya keganasan
hematologis sekunder : AML dan limpoma non-hodgkin.
(Wiwik Handayani dan Andy Sulistyo Hariwibowo.2008:112)
G. Pemeriksaan Diadnostik
1. Pemeriksaan kromosom : adanya kelainan yang khas (limfoma brkitt’s, follicular
lymphoma)
2. LDH : sering meningkat pada LNH dengan poliferasi yang cepat.
3. Pemeriksaan pertanda imunologis : untuk menentukan jenis sel (sel T atau B) serta
perkembangannya.
(wiwik handayani dan Andy Sulistyo Hriwibowo.2008:114)
H. Penatalaksanaan
1. Radioterapi
2. Kemoterapi
Kemoterapi dapat di lakukan pada :
• LNH indolen derajat ringan dengan menggunakan klorambusil atau siklofosfamid dengan
atau tanpa prednisone.
• Limpoma stadium I atau II derajat menegah atau tinggi
3. Transpalansi sumsum tulang
(wiwik handayani dan Andy Sulistyo Hriwibowo.2008:115)
I. Komplikasi
1. Akibat lansung penyakitnya
• Penekanan terhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf.
• Mudah terjadi infeksi, bias berakibat fatal.
2. Akibat efek samping pengobatan biasanya terjadi aplasia sumsum tulang, gagak jantung,
gagal ginjal, serta neuritis oleh obat vinkristin.
(wiwik handayani dan andi sulistiyo hariwibowo.2008:116)
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala :Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum,
nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang
limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda :Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
h. Pernafasan
Gejala :Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda : Distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
i. Keamanan
Gejala : Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pencetus untuk infeksi
virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial).
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus
Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu (demam pel
Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum.
Tanda : Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38°C tanpa gejala
infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum
terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal).
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo).
j. Seksualitas
Gejala : Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi,
tetapi pengobatan mempengaruhi).
Penurunan libido.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin dari
pada populasi umum).
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d agen injuri biologi.
2. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : lebih sedikit dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia/penurunan
nafsu makan .
4. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema
jalan nafas.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi.
3. Intervensi
No No. Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Dx 1 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan nyeri klien
berkurang/ hilang dengan KH :
• Skala nyeri 0-3
• Wajah klien tidak meringis .
• c. Klien tidak memegang daerah nyeri. 1. Kaji skala nyeri dengan PQRST.
3. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik. 1. Untuk mengetahui skala nyeri klien dan
untuk mempermudah dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2.
Teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam
mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya.
3. Obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien
2 Dx 2 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan suhu tubuh klien
turun / dalam keadaan normal dengan kriteria hasil :
• suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius). 1. Observasi suhu tubuh klien.
2. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
3. Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan cairan
tubuh klien).
4. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik. 1. Dengan memantau suhu tubuh klien dapat
mengetahui keadaan klien dan juga dapat mengambil tindakan dengan tepat.
2. Kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien.
2. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau
duduk tegak ke depan kaki digantung.
3. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen bila
diindikasikan.
4. Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas. 1. Perubahan dapat mengindikasikan
berlanjutnya keterlibatan/pengaruh pernafasn yang membutuhkan upaya intervensi.
2. Pemaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan resiko
aspirasi.
3. Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan klien
beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas.
4. Penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas.
5 Dx 5 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...) jam diharapkan klien dan
keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien dengan KH :
• Klien dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien.
• Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit yang diderita
oleh klien.
• c. Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan dilaksanakan. 1.
Berikan komunikasi terapiutik kepada klien dan keluarga klien.
2. Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien. 1.
Memudahkan dalam melakukan prosedur terapiutik kepada klien.
2. Klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang diderita oleh klien.
4. Implementasi
a. Dx 1
1) Mengkaji skala nyeri pasien dengan PQRST
2) Mengajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi.
3) Memberikan obat analgetik.
b. Dx 2
1) Mengobservasi suhu tubuh klien.
2) Memberikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
3) Menganjurkan dan memberikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan
kebutuhan cairan tubuh klien).
4) Memberikan antipiretik.
c. Dx 3
1) Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai oleh klien.
2) Menobservasi dan catat masukan makanan klien.
3) Menimbang berat badan klien tiap hari.
4) Memberikan makan sedikit namun frekuensinya sering.
5) Memberikan suplemen nutrisi.
d. Dx 4
1) Mengkaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama pernafasan klien.
2) Menempatan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur
tinggi/atau duduk tegak ke depan kaki digantung.
3) Membantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen
bila diindikasikan.
4) Mengkaji respon pernafasan terhadap aktivitas
e. Dx 5
1) Memberikan komunikasi terapiutik kepada klien dan keluarga klien.
2) Memberikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien
5. Evaluasi keperawatan
a. Nyeri klien dapat teratasi sehingga kebutuhan kenyamanan klien terpenuhi.
b. Klien mampu menunjukan tidak adanya tanda-tanda hipertermy, suhu tubuh klien dalam
rentang normal.
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan poliphagi dapat dicegah sehingga tubuh tidak
kekurangan nutrient hasil metabolisme dalam bentuk glucagon dalam otot.
d. Pernafasan klien bisa kembali normal baik dari frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
pernafasan klien.
e. Klien mampu memberikan gambaran baik secara umum maupun khusus mengenai
masalah kesehatannya. Sehingga klien kooperatif dalam perawatan yang didapat.
http://gekran.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-limfoma-maligna_04.html
BAB III
TINJAUAN KASUS
tn Q (20 tahun) seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi sedang di rawat diruang
penyakit dalam. Kepada perawat tn Q mengatakan ia sering demam, berkeringat malam dan
badannya terasa ringan. Tn Q juga mengatakan kadang-kadang kelenjar tersa nyeri jika ia
minum alcohol. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik di temukan pembesaran kelenjar
didaerah leher, BB turun dari 50 kg menjadi 45 kg selama enam bulan terakhir.
Hasil lab
Eritrosit 3,5 juta/mm
Leukosit 5000/m
ASUHAN KEPERAWATAN LIMFOMA MALIGNA
1. Pengkajian
A. Pengkajian umum
Nama : Tn. Q
Umur : 20 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
B. Keluhan utama
Tn. Q mengatakan ia sering demam, berkeringat malam dan badannya terasa ringan, kelenjar
terasa nyeri jika minum alcohol.
D. Nyeri/kenyamanan
Tanda : Pembesaran kelenjar
Gejala : Nyeri
E. Makanan/Cairan
Tanda : Penurunan berat badan
F. Pemeriksaan/Fisik
• Adanya pembesaran kelenjar
G. Pemeriksaan Laboratorium
• Eritrosit 3,5 juta/mm
• Leukosit 5000/mm
2. Analisa Data
No. Sign & Symptom Etiologi Problem
1. Ds :
• Kelenjar terasa nyeri jika minum alcohol
Do :
• Adanya pembesaran kelenjar di daerah leher.. Agen cidera biologi Nyeri
2. Ds :
• Kelenjar terasa nyeri jika minum alcohol
Do :
• Adanya pembesaran kelenjar di daerah leher.
• Eritrosit 3,5 juta/mm Pembesaran nodus medinal/edema jalan nafas Bersihan jalan nafas
tidak efektif.
3. Ds :
• Klien mengatakan demam, berkeringat malam dan badannya terasa ringan.
Do :
• Eritrosit 3,5 juta/mm
• BB turun dari 50 kg menjadi 45 kg Tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi Hipertermia
3. Diagnosa
1) Nyeri b.d agen cidera biologi
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal/edema jalan nafas
3) Hipertermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
4. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri b.d agen cidera biologi
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatn diharapkan nyeri klien berkurang/hilang.
Kiteria hasil :
Skala nyeri 0-3
Wajah klien tidak meringis
Penyusutan dari kelenjar yang membesar. a. Kaji skala nyeri
a. Untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam menentukan
intervensi selanjutnya
b. Teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam
mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
c. Obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal/edema jalan nafas
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan bersihan jalan nafas
efektif/normal.
Kriteria hasil :
Nyeri berkurang
Penyusutan kelenjar yang membesar
Eritrosit 4-5 juta/mm a. Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
b. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau
duduk tegak ke depan kaki digantung.
c. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen bila
diindikasikan
c. Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan klien
beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas
d. Penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas
3. Hipertermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien turun/dalam keadaan
normal.
Kriteria hasil :
Suhu normal 36-370C
Keringat malam berkurang
Eritrosit 4-5 juta/mm
BB normal a. Observasi suhu tubuh klien
b. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
c. Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan cairan
tubuh klien)
d. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik a. Dengan memantau suhu tubuh klien dapat
mengetahui keadaan klien dan juga dapat mengambil tindakan dengan tepat
b. Kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien
c. Dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh klien
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah di produksi, termasuk sumsum
tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berada dengan organ lain karena
berbentuk ciran.
Darah merupakan medium transport ubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat
badan normal dan berjumlah sekita 5 liter. Darah terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
c. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri dariats air,elektrolit, dan
protein darah.
d. Butir butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen komponen berikut ini
• Eritrosit (sel darah merah)
• Leokosit (sel darah putih)
• Trombosit (butir pembeku darah-platelet)
Dalam keadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah, sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai berikut.
• Sebagai alat pengangkut.
• Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
• Mengatur panas tubuh.
• Berperan penting dalam mengatur pH cairan tubuh
• Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi
• Mencegah perdarahan.
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan
imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu
pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang.
Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara
lain pada traktus digestivus, paru, kulit, dan organ lain.
Limpoma Hodgkin merupakan limpoma maligna yang khas di tandai adanya sel read
Sternberg dengan latar belakang sel-sel radang pleomorf.
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem
kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari limfoma ini
berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar
dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan
penyakit Hodgkin.
Limfoma maligna non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan kelenjar
limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal sebagai suatu limfadenopati
lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar sepertiga dari kasus yang berasal dari
tempat lain yang mengandung jaringan limfoid ( misalnya daerah orofaring, usus, sumsum
tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk
menyebar dari asalnya sebagai penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar lain yang akhirnya
menyebar ke limfa, hati, dan sumsum tulang.
B. Saran
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari penyakit limpoma maligna, maka
kita harus menyadari betapa pentingnya kita untuk menjaga kesehatan, dengan cara
menghindari gaya hidup yang tidak sehat sehat, seperti menghindari makanan yang berlemak,
mengonsumsi alcohol, dan lain lain.