Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

A. Pengertian
Anemia atau dalam bahasa yunani yang berarti “tanpa darah”merupakan
kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau
massa haemoglobin,sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai
pembawa oksigen ke seluruh jaringan. (Tarwonto, 2007). Sedangkan
menurut Arisman (2007) anemia merupakan keadaan menurunya kadar
haemoglobin,hematokrit,dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal.
Kemudian Bakta (2011) mendefinisikan anemia adalah penurunan jumlah
massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
(penurunan oxygen carring capacity).yang secara praktis ditunjukan oleh
penurunan kadar haemoglobin,hematokrit atau hitung eritrosit (red cell
count).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anemia “tanpa darah”
adalah suatu keadaan penurunan kadar haemoglobin,hematokrit dan jumlah
sel darah merah (eritrosit) yang mengakibatkan kurangnya atau tidak
terpenuhinya oksigen ke seluruh jaringan.
B. Etiologi
Penyebab anemia ialah :
1. Anemia mikrositik hipokrom
a. Anemia defisiensi besi disebabkan karena :
1) Diet yang tidak mencukupi
2) Absorpsi yang menurun
3) Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan
4) Perdarahan pada saluran cerna,menstruasi dan donor darah
5) Penyimpangan besi yang kurang
b. Anemia penyakit kronik
Adalah anemia yang disebabkan oleh berbagaipenyakit infeksi-
infeksi kronik (seperti abses,empisema dan lain-lain). Dan
neoplasma (seperti limfoma,nekrosis jaringan).
2. Anemia makrostik
a. Defisiensi vitamin B12 (pernisiosa) dapat disebabkan oleh absorpsi
vitamin B12 yang menurun
b. Defisiensi asam folat disebabkan adanya gangguan metabolisme
asam folat
3. Anemia karena perdarahan
4. Anemia hemolitik
a. Intrinsik disebabkan oleh Kelainan membran, kelainan glikolisis,
kelainan enzim
b. Ektrinsik disebabkan oleh gangguan system imun, infeksi ,luka
bakar
5. Anemia aplastik
Penyebabnya bisa konginetal (jarang ditemukan),idiopatik
(kemungkinan autoimun) LES ,kemoterapi, radioterapi, obat-obatan
seperti analgesik.
C. Klasifikasi
1. Menurut Depkes RI (2000)
a. Tidak anemia : >11 gr%
b. Anemia : <11 gr%
2. Menurut WHO
a. Normal : < 11 gr %
b. Anemia ringan :9-10 gr %
c. Anemia sedang : 7-8 gr %
d. Anemia berat : <7 gr %
3. Menurut para ahli :
a. Handayani dan haribowo (2008)
1) Ringan sekali : Hb 10,00 gr % - 13,00 gr %
2) Ringan : Hb 8,00 gr % - 9,90 gr %
3) Sedang : Hb 6,00 gr % -7,90 gr %
4) Berat : Hb < 6,00 gr %
b. Manuaba (2010)
1) Tidak anemia : Hb 11 gr %
2) Anemia ringan : Hb9-10 gr %
3) Anemia sedang : Hb 7-8 gr %
4) Anemia berat : Hb <7 gr %
c. Klasifikasi menurut Majoer (2001) diantaranya :
1) Anemia mikrositik hipokrom
a) Anemia defisiensi besi
b) Anemia penyakit kronik
2) Anemia makrostik
a) Defisiensi vitamin B12
b) Defisiensi asam folat
3) Anemia karena perdarahan
4) Anemia hemolitik
5) Anemia aplastik (terjadi ketika sumsum tulang belakang
berhenti atau tidak cukup membuat sel darah baru).
6) Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
7) Talasemia (thalassemia)
D. Patofisiologi
Sel darah merah mengandung protein hemoglobin, yang
mengangkut sebagian besar oksigen dari paru ke sel-sel diseluruh tubuh.
Hemoglobin menempati sebagian besar ruang intrasel eritrosit. Sel darah
merah diproduksi di dalam sumsum tulang yang berespon terhadap faktor
pertumbuhan hemopoietik, terutama eritropoietin, dan memerlukan zat besi,
asam folat serta vitamin B12 untuk melakukan sintesis. Pada saat sel darah
merah hampir matang, sel akan dilepas keluar dari sumsung tulang, dan
mencapai fase matang di dalam aliran darah, dengan masa hidup sekitar 120
hari. Selanjutnya, sel ini akan mengalami disintegrasi dan mati Dan diganti
sel-sel yang baru yang dihasilkan dari sumsum tulang. Jika sel darah merah
yang mati dalam jumlah berlebih, sel darah merah yang belum matang akan
dilepas dalam jumlah yang lebih banyak dari normal, akibatnya
meningkatkan kadar retikulosit yang bersirkulasi yang dikenali sebagai
salah satu jenis anemia. Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah
merah terjadi jika jumlah besi tidak adekuat atau tidak dapat diakses, atau
kekurangan asam folat, vitamin B12, atau globulin. Produksi sel darah
merah juga dapat tidak mencukupi jika mengalami penyakit sumsum tulang
lainya. Defisiensi eritropoetin, yang dapat terjadi pada gagal ginjal, juga
dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah merah. Anemia akibat
gangguan pembentukan sel darah merah berukuran terlalu kecil (mikrositik)
atau terlalu besar (makrositik), dan kandungan hemoglobin yang secara
abnormal rendah (hipokromik).
Anemia yang terkait dengan kehilangan darah dapat menjadi akut
dan kronis, anemia akut adalah mempunyai peredaran RBC dalam jumlah
besar. Pada orang dewasa dapat kehilangan darah sebanyak 500 ml (di luar
jumlah yang 6000 ml) tanpa berakibat yang seluas, tetapi bila kehilangan
sebanyak 1000 ml atau lebih maka dapat menyebabkan konsentrasi akut.
Maka gejalanya tergantung pada hilangnya darah dan pada tingkat akibat
hypoxiannya (kurangnya oksigen pada jaringan), bila jumlah RBC-nya
menurun maka sedikit oksigen yang bisa dikirim ke jaringan. Kehilangan
volume darah sebanyak 30% atau lebih akan menimbulkan gejala seperti
diaphoresis, gelisah, takikardia, tersengal-sengal dan shock. Bila penyebab
kehilangan darah kronis tidak diketahui dan tidak segera ditanggulangi,
maka lambat laun sumsum tulang tidak dapat mengimbangi kehilangan
tersebut, dan gejala anemia pun akan segera muncul, akibat dari hipoksia
chronis dapat juga terjadi gejala gastrointestinal (anorexia, nausea,
contipasi, atau diarhea, dan stomatitis). (Corwin, 2009).
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
Menurut Masjoer (2001) manifestasi klinis anemia sebagai berikut :
1. Anemia mikrostik hipokrom
a. Anemia defisiensi besi : perubahan kulit, mukosa yang progresif,
lidah yang halus
b. Anemia penyakit kronik : penurunan hematokrit dan penurunan
kadar besi
2. Anemia makrotik
a. Defisiensi vitamin B12 : anoreksia, diare, pucat dan sedikit ikterik
b. Defisiensi asam folat : neurologi, hilangnya daya ingat, gangguan
kepribadian
3. Anemia karena perdarahan
a. Perdarahan akut : timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup
banyak dan Penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari
kemudian
b. Perdarahan kronis : kadar Hb menurun
4. Anemia aplastik : tampak pucat, lemah, demam, dan disertai perdarahan
5. Anemia hemolitik : ikterus

Dari manifestasi diatas dapat disimpulkan pasien dengan anemia dapat


mengalami tanda-tanda seperti pucat, takikardia, sesak nafas, perdarahan,
demam ringan, gangguan fungsi ginjal ringan dan lain-lain.serta
menunjukan gejala seperti lesu, mudah lelah,sakit kepala, anoreksia,
gangguan pencernaan dan lain-lain.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Anemia aplastik : Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan Sel
darah merah, laju endapan darah dan sumsum tulang
2. Anemia hemolitik : Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan
peningkatan jumlah retikulasi, peningkatan kerapuhan sel darah merah,
pemendekan masa hidup eritrosit dan peningkatan bilirubin
3. Anemia megaloblastik pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan Anemia absorbsi vitamin B12 dan Endoscopi
4. Anemia defisiensi zat besi pemeriksaan meliputi Morfologi sel darah
merah dan Jumlah besi dalam serum dan ferritin dalam serum berkurang
H. Komplikasi
1. Gagal ginjal
Dengan berkurangnya pasokan oksigen kejaringan misalnya pada ginjal
akan menyebabkan kerusakan ginjal
2. Hipoksia
3. Adalah penurunan pemasokan oksigen ke jaringan sampai ditingkat
fisiologik.Hb berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh.jika terjadi hipoksia bahkan dapat menyebabkan kematian.
4. Penyakit infeksi kuman
5. Meningitis
6. Gangguan system imun, kelainan jantung dan lain sebagainya
I. Penatalaksanaan
1. Anemia Mikrositik Hipokrom
a. Anemia Defisiensi Besi : Mengatasi penyebab pendarahan kronik,
misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai.
Pemberian preparat Fe seperti Fero sulfat, Fero Glukonat dan Iron
Dextran mengandung Fe 50 mg/l.
b. Anemia Penyakit Kronik
Terapi terutama ditunjukkan pada penyakit dasarnya. Pada anemia
yang mengancam nyawa, dapat diberikan transfusi darah
merah.Pengobatan dengan suplementasi besi tidak
diindikasikan kecuali untuk mengatasi anemia pada artritis
rheumatoid. Pemberian kobalt dan eritropoetin dikatakan dapat
memperbaiki anemia pada penyakit kronik.
2. Anemia Makrositik
a. Defisiensi Vitamin B12/Pernisiosa : Pemberian Vitamin B12 1000
mg/hari IM selama 5-7 hari 1 x/bulan.
b. Defisiensi asam folat meliputi pengobatan terhadap penyebabnya
dan dapat dilakukan pula dengan pemberian/suplementasi asam
folat oral 1 mg/hari.
3. Anemia karena Perdarahan
a. Perdarahan Akut dengan cara mengatasi perdarahan serta mengatasi
renjatan dengan transfusi darah atau pemberian cairan perinfus
b. Perdarahan Kronik dengan cara mengobati sebab perdarahan,
Pemberian preparat Fe
4. Anemia Hemolitik
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya.
Bila karena reaksi toksik imunologik yang dapat diberikan adalah
kortikosteroid (prednison, prednisolon), kalau perlu dilakukan
splenektomi apabila keduanya tidak berhasil dapat diberikan obat-obat
glostatik, seperti klorobusil dan siklophosfamit.
5. Anemia Aplastik
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan
etiologi dari anemianya. Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukanm
seperti :
a. Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila
diperlukan trombosit, berikan darah segar/platelet concencrate.
Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik, dan higiene yang baik
perlu untuk mencegah timbulnya infeksi.
b. Kortikosteroid dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan
akibat trombositopenia berat.
c. Androgen, seperti pluokrimesteron, testosteron, metandrostenolon
dan nondrolon. Efek samping yang mungkin terjadi virilisasi, retensi
air dan garam, perubahan hati dan amenore.
d. Transplantasi sumsum tulang.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh meliputi:
a. Identitas pasien, identitas penanggung jawab, keluhan utama pasien,
riwayat sakit sekarang, riwayat sakit dahulu, riwayat sakit keluarga
kemudian pengkajian fungsional pola Gordon meliputi :
1) Aktivitas / istirahat : pasien anemia biasanya mengalami
keletihan, kelemahan, kehilangan produktivitas dan lain-lain.
2) Sirkulasi melakukan pengkajian meliputi riwayat kehilangan
darah kronis
3) Integritas ego : pengkajian meliputi kepercayaan agama atau
budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfuse darah
4) Eliminasi : dikaji mengenai kebiasaan BAB/BAK dan juga
apakah pasien mengalami diare / konstipasi
5) Makanan/ cairan : dikaji mengenai kebiasaan makan dalam
sehari,apakah pasien mengalami penurunan nafsu
makan,mual/muntah, kemudian melakukan penimbangan badan
pasien untuk mengetahui apakah BB pasien mengalami
penurunan
6) Nyeri/kenyamanan : dikaji apakah pasien mengalami nyeri pada
daerah-daerah tertentu seperti abdomen dan kepala
7) Pernafasan : pengkajian mengenai frekuensi pernafasan pasien
8) Seksualitas : pengkajian perubahan menstruasi misalnya
menoragia, amenore dan penurunan fungsi seksualitas.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung kaki sampai ujung kepala
namun ada beberapa anggota fisik yang perlu diperhatikan karena
mengalami sedikit perubahan diantaranya :
1) Gejala umum : keletihan, fatigue, kelelahan umum (menunjukan
hipoksia jaringan),kulit dan membrane mukosa pucat, lidah
merah serta adanya lesi pada defisiensi besi,ulserasi mulut, kuku
cekung, sakit kepala ringan.
2) Status kardiologi : kadar Hb yang rendah memacu jantung untuk
memompa lebih cepat dan kuat akibatnya takikardi, palpitasi
(menunjukan kepekaan miokard karena
hipoksemia),dyspnea,pusing, ortopnea,ditandai dengan
kardiomenggali,hepatomenggali,dan edema perifer
3) Sistem pencernaan : keluhan seperti mual, muntah, melena,
diare, anoreksia. pada pemeriksaan fases ditemukan
darah.kemudian perlu juga mengkaji periode dan jumlah
menstruasi pada wanita dan penggunaan suplemen pada pria
4) Sistem neurologi : parestesia, ataksia, koordinasi buruk,
bingung perlu dikaji atau diperiksa
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
c. Defisien volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
keletihan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan maka masalah
ketidakefektifan pola nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1) Dispnue saat istirahat berkurang
2) Dispnue dengan aktivitas ringan berkurang
3) Batuk berkurang

Intervensi :

1) Monitor pola nafas pasien (misalnya bradipneu, takipneu,


hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1, apneustik,
respirasi biot, dan pola ataxic)
2) Monitor saturasi oksigen pada pasien
3) Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau memperburuk sesak nafas tersebut
b. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan maka masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
1) Suhu kulit ujung kaki dan tangan kembali normal
2) Muka tidak pucat
3) Kelemahan otot berkurang

Intervensi :

1) Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara komperhensif (missal


mengecek nadi perifer, udem warna dan suhu kulit)
2) Inspeksi kulit apakah ada luka tekan
3) Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
c. Diagnosa 3 : Defisien volume cairan berhubungan dengan asupan
cairan kurang
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan maka masalah
defisien volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1) Tekanan darah kembali normal
2) Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
3) Pusing berkurang

Intervensi :

1) Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output pasien


2) Monitor tanda-tanda vital pasien
3) Berikan cairan dengan tepat
4) Atur ketersediaan produk darah untuk tranfusi, jika perlu
5) Persiapkan pemberian produk-produk darah
6) Berikan produk-produk darah ( misalnya trombosit dan plasma
yang baru)
4. Implementasi keperawatan
Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan
berdasarkan diagnosa masing-masing.
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan anemia adalah
sebagai berikut :
1. Sesak nafas berkurang bahkan tidak ada
2. Keseimbangan cairan dalam tubuh kembali normal
3. Tanda-tanda vital normal
Evaluasi ini merupakan evaluasi terhadap pasien dengan fournier
gangren dan apabila dari poin satu sampai dengan poin tiga tersebut
sudah tercapai oleh seseorang, maka dapat disimpulkan bahwa pasien
tersebut sudah membaik dan dapat meninggalkan rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2007). Gizi dalam kehidupan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran.


Bakta,I, M.(2011). Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Jakarta: Interna publishing.
Bulechek, Gloria. dkk. (2013). Nursing Interventions Classification Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta : Mocomedia.
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya
media.

Moorhead, Sue. dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification Edisi Bahasa


Indonesia. Jakarta : Mocomedia.
Nanda International. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai