Anda di halaman 1dari 11

BAB II

I LOVE YOU 3000

2.1. Kalsium

Kalsium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dan mineral yang
paling banyak terdapat dalam tubuh, yaitu 1,5 – 2% dari berat badan orang dewasa atau
kurang lebih sebanyak 1 kg. Hampir seluruh kalsium di dalam tubuh ada dalam tulang yang
berperan sentral dalam struktur dan kekuatan tulang dan gigi. (1)
Kalsium merupakan mineral yang jumlahnya paling banyak di dalam tubuh. Sekitar 99%
kalsium berada di tulang dan gigi, sisanya berada dalam darah dan jaringan lunak lainnya. Fungsi
fisiologis kalsium penting dala mempertahankan hidup sehingga tubuh akan melakukan proses
demineralisasi tulang utnuk memelihara kadar kalsium dalam darah jika konsumsi kalsium tidak
mencukupi.
Kadar kalsium dalam darah yaitu sekitar 10 mg/100ml. Kurang dari 50% berada dalam
bentuk ion bebas. Sisanya terikata pada protein, khususnya pada albumin dan globulin, dan juga
dengan asam organk seperti sitrat, sulfat, dan fosfat.
Hormon paratiroid mengontrol tingkat kalsium dalam darah. Jika tingkat ini turun di bawah
poin tertentu, hormon ini dilepas dalam aliran darah dan meningkatkan kalsium darah dengan
berbagai cara. Kalsium darah sangat penting bagi kesehatan otak dan sel maka tulang akan
berkorban untuk memastikan kalsium yang memadai tetap ada dalam darah. Vitamin D, seperti
halnya hormon paratiroid, bertanggungjawab untuk mempertahankan tingkat kalsium tertentu
dalam darah. Hormon kalsitonin juga digunakan untuk melindungi tulang dari efek penyerapan
yang disebabkan oleh hormon paratiroid.
kalsium dalam darah manusia memiliki kisaran normal yaitu sekitar 9,50 mg/dL hingga 10,4
mg/dL. Kalsium darah yang kurang dari 8,50 mg/dL akan menyebabkan hipokalsemia, sedangkan
kalsium darah yang lebih dari 10,50 mg/dL akan menyebabkan penyakit hiperkalsemia.
Vitamin D merupakan vitamin yang merangsang absorpsi kalsium. Vitamin D meningkatkan
absorpsi pada mukosa usus denga cara merangsang produksi protein pengikat kalsium. Absorpsi
kalsium paling baik terjadi dalam keadaan asam. Asam klorida yang dikeluarkan lambung
membantu absorpsi kalsium dengan cara menurunkan pH di bagian atas duodenum. Laktosa juga
dapat meningkatkan penyerapan kalsium. Namun bila terjadi defisiensi laktase, laktosa mencegah
absorpsi kalsium. (2)

2.1.1. Fungsi Kalsium


Fungsi kalsium antara lain adalah untuk pembentukan tulang dan gigi, berperan dalam
pertumbuhan dan sebagai faktor pembantu dan pengatur reaksi bioimia dalam tubuh. Pada
tulang, kalsium dalam bentuk garam (hydroxypatite) membentuk matriks pada kolagen rotein
pada struktur tulang membentuk rangka yang mampu menyangga tubuh serta tempat
bersandarnya otot yang menyebabkan memungkinkan terjadinya gerakan.
Fungsi kalsium diantaranya adalah :
1. Membentuk struktur tulang dan gigi sebagai cadangan kalsium tubuh. Kalsium berfungsi
sebagai pencegah osteoporosis yang berisiko terjadinya patah tulang terutama tulang
panggul, vertebrae, dan deformitas (perubahan bentuk tulang) tulang belakang, terlihat tinggi
badan kurang.

2. Kalsium berperan dalam proses pembentukkan hormon, enzim yang mengatur pencernaan
dan metabolisme.
3. Berfungsi dalam transmisi antar sel-sel saraf otak, pembekuan darah, penyembuhan luka dan
kontraksi otot.
4. Kalsium dapat membantu melenturkan otot pembuluh darah sehingga memudahkan lepasnya
plak atau endapan yang menempel pada dinding pembuluh darah.
5. Kalsium dapat mengurangi risiko kanker usus besar dengan cara menekan efek iritasi pada
usus yang disebabkan oleh asam empedu.
6. Kalsium sebagai nutrisi penting pada wanita menopause dengan kalsium rendah, absorpsinya
tidak baik sehingga keseimbangan kalsium negatif.(1)

2.1.2. Sumber Kalsium


Sumber utama kalsium dalam makanan terdapat pada susu dan hasil olahnya, seperti keju
atau yoghurt. Sumber kalsium selain susu juga penting untuk memenuhi kebutuhan kalsium, baik
yang berasal dari hewani atau nabati. Sumber kalsium yang berasal dari hewani, seperti sarden,
ikan yang dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik.
Sumber kalsium yang berasal dari nabati, seperti serealia, kacang-kacangan dan hasil kacang-
acangan, tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi
bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat,
fitat dan oksalat. Ikan dan makanan sumber laut mengandung kalsium lebih banyak disbanding
daging sapi maupun ayam.(1)

2.1.3. Akibat Kekurangan Kalsium


Kekurangan kalsium dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Akibat kekurangan
lainnya adalah osteoporosis, yaitu kondisi dimana tulang menjadi kurang kuat, mudah bengkok
dan rapuh sehingga mudah mengalami fraktur. Osteoporosis dapat dipercepat oleh keadaan stres
sehari-hari. Osteopororis lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dan lebih banyak pada
orang kulit putih daripada kulit berwarna. Cara paling efektif untuk mencegah atau setidaknya
meminimalkan terjadinya osteoporosis adalah dengan mencukupi kebutuhan kalsium sepanjang
hidup, berolah raga, tidak merokok, dan kecukupan hormonal.
Kekurangan kalsium juga dapat menyebabkan riketsia, biasanya terjadi karena kekurangan
vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor. Mineralisasi matriks tulang
terganggu, sehingga kandungan kalsium dalam tulang menurun. Beberapa penelitian
membuktikan peranan bahan makanan sumber kalsium dalam mengatur tekanan darah. Dietary
Approaches to Stop Hypertension (DASH) mengungkapkan bahwa asupan susu rendah lemak dan
buah serta sayuran secara signifikan dan cepat (dalam waktu 2 minggu) mengurangi tekanan darah
tinggi sebanyak 5,5 mmHg pada sistolik dan 3,0 mmHg pada diastolik.
Meningkatnya asupan kalsium dapat mengurangi resiko terkena kanker kolon yaitu dengan
mengurangi konsentrasi asam empedu bebas fekal dan asam lemak bebas, sehingga mengurangi
sitotoksitas. Suplementasi kalsium dan vitamin D juga dapat mengurangi resiko kanker kolon
dengan mengurangi proliferasi sel epitel kolon.(1)

2.1.4. Akibat Kelebihan Kalsium


Kelebihan konsumsi kalsium dapat menyebabkan gangguan ginjal. Disamping itu juga
dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Kelebihan kalsium bisa terjadi bila
menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain.(1)
2.2. Kalsium Darah
Tes kalsium dalam darah memeriksa kadar kalsium pada tubuh yang tidak tersimpan di
tulang. Umumnya kadar kalsium dalam darah secara hati-hati dikontrol. Ketika kadar kalsium
darah menjadi rendah (hipokalsemia), tulang mengeluarkan kalsium untuk mengembalikan kadar
normal kalsium dalam darah. Ketika kalsium dalam darah tinggi (hiperkalsemia), kalsium berlebih
yang disimpan dalam tulang akan dikeluarkan dari tubuh melalui air seni dan feses. Jumlah
kalsium pada tubuh bergantung terhadap jumlah:
1. kalsium yang diperoleh dari makanan
2. kalsium dan vitamin D yang diserap pencernaan
3. fosfat dalam tubuh
4. hormon tertentu, termasuk hormon parathyroid, calcitonin dan estrogen dalam tubuh
Vitamin D dan hormon tersebut membantu mengontrol jumlah kalsium dalam tubuh. Mereka juga
mengontrol jumlah kalsium yang diserap dari makanan dan yang dikeluarkan dari tubuh melalui
urine. Kadar fosfat pada darah berkaitan erat dengan kadar kalsium dan keduanya bekerja
berlawanan: ketika kalsium darah menjadi tinggi, maka kadar fosfat menurun, dan begitupun
sebaliknya.(3)

2.2.1. Tes Kalsium Darah


Tes darah kalsium dapat menjadi bagian dari skrining untuk berbagai macam penyakit dan
kondisi, termasuk osteoporosis, kanker, dan penyakit ginjal. Tes darah ini juga bisa diperlukan
untuk memantau pengobatan yang sedang berlanjut untuk kondisi lain, atau untuk memeriksa efek
samping yang tidak diinginkan dari obat-obatan yang digunakan. Dokter mungkin mengajukan tes
ini bila menduga adanya kondisi berikut ini:
1. penyakit tulang, seperti osteoporosis atau osteopenia
2. kanker
3. penyakit ginjal kronis atau hati
4. kelainan kelenjar parathyroid
5. malabsorption atau kelainan yang mempengaruhi tubuh dalam menyerap nutrisi
6. kelenjar tiroid yang terlalu aktif atau pasif (3)
2.2.2. Data Lab Tes Kalsium Darah (3)
Nilai normal
Nilai yang normal tingkatnya bisa sedikit berbeda pada setiap laboratorium. Beberapa
laboratorium menggunakan pengukuran atau jenis tes yang berbeda.
Total Kalsium :
Dewasa 8,8 – 10,4 mg/dL atau 2,2 – 2,6 mmol/L
Anak-anak 6,7 – 10,7 ng/dL atau 1,90 – 2,75 mmol/L
Nilai kalsium darah normal pada orang tua lebih rendah. Nilai kalsium darah normal lebih tinggi
pada anak-anak karena tulang mereka tumbuh dengan cepat. Tes ionisasi kalsium memeriksa
jumlah kalsium yang tidak terikat dengan protein dalam darah. Tingkat ionisasi kalsium dalam
darah tidak terpengaruh dengan jumlah protein dalam darah.
Ionisasi Kalsium :
Dewasa 4,65 – 5,28 mg/dL atau 1,16 – 1,38 mmol/L
Anak – anak 4,80 – 5,5,2 mg/dL atau 1,20 – 1,38 mmol/L
Nilai tinggi
Nilai tinggi kalsium dapat disebabkan oleh:
1. hiperparatiroidisme
2. kanker, termasuk kanker yang sudah menyebar ke tulang
3. tuberkulosis
4. terlalu lama berbaring setelah patah tulang
5. penyakit Paget
Nilai rendah
Nilai rendah kalsium disebabkan oleh:
1. rendahnya kadar protein albumin dalam darah (hipoalbuminemia)
2. hipoparatiroidisme
3. tingginya kadar fosfat dalam darah, yang disebabkan oleh gagal ginjal, penggunaan obat
pencahar, dan hal lainnya
4. malnutrisi yang diakibatkan oleh penyakit celiac, pankreatitis, dan alkoholisme
5. osteomalacia
6. ricket
2.3. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia mengacu pada kelebihan kalsium pada plasma, atau suatu keadaan dimana
konsentrasi kalsium dalam darah lebihdari 10,5 mg/dl darah. Kondisi ini merupakan ketidak
seimbangan yang berbahaya bila berat, pada kenyataannya, krisis hiperkalsemia mempunyai angka
mortalitas 50% jika tidak diatasi dengan cepat. Penyebab umum hiperkalsemia adalah penyakit
neoplastik malignan dan hiperparatiroidisme. Tumor malignansi dapat menyebabkan
hiperkalsemmia melalui berbagai mekanisme. Sekresi hormon paratiroid berlebih yang berkaitan
dengan hiperparatiroidisme menyebabkan meningkatnya pelepasan kalsium dari tulang dan
meningkatnya penyerapan kalsium pada usus dan ginjal.
Mineral tulang akan hilang selama imobilisasi, kadang menyebakan kenaikan kalsium total
( dan secara khusus terionisasi ) dalam aliran darah. Hiperkalsemia simtomatik akibat imobilisasi,
bagaimanapun jarang terjadi, bila memang terjadi hal ini tampaknya terbatas pada individu dengan
angka kepulihan kalsium yang tinggi( seperti pada remaja selama pertumbuhan yang cepat ).
Sebagian besar kasus hiperkalsemia sekunder terhadap imobilitas terjadi setelah fraktur hebat atau
multiple atau paralisis traumatik yang luas.
Diuretik tiazid dapat menyebabkan sedikit kenaikan kadar serum kalsium karena diuretik
memperkuat kerja hormon paratiroid pada ginjal, yang mengurangi ekskresi kalsium urine.
Sindrom susu - alkali dapat terjadi pada pasien dengan ulkus peptikum yang di obati dalam waktu
lama menggunakan antasida susu dan alkalin,terutama kalsium karbonat. Intoksikasi vitamin A
dan D, juga penggunaan litium, dapat menyebabkan kelebihan kalsium.(4)

2.3.1. Manifestasi Klinis


Secara umum, gejala – gejala hiperkalsemia adalah sebanding dengan tingkat kenaikan
kadar kalsium serum. Hiperkalsemia mengurangi ekstabilitas neuromuskular karena hal ini
menekan aktivitas pertemuan mioneural. Gejala – gejala sperti kelemahan muskular, inkoordinasi,
anoreksia, dan konstipasi dapat karena penurunan tonus pada otot lurik dan polos.
Anoreksia, mual, muntah, dan konstipasi adalah gejala yang umum dari hiperkalsemia.
Dehidrasi terjadi pada mual, muntah, anoreksia, dan penyerapan kalsium yang berkaitan dengan
natrium pada tubulus renalis proksimal. Nyeri abdomen dan tulang dapat terjadi. Distensi abdomen
dan paralitik ileus dapat menyulitkan krisis hiperkalsemia hebat. Rasa haus yang hebat dapat
terjadi sekunder terhadap poliuria yang disebabakan oleh beban zat terlarut ( kalsium ) yang tinggi.
Pasien dengan hiperkalsemia dapat mengalami gejala yang menyerupai gejala ulkus peptikum
karena hiperkalsemia meningkatkan sekresi asam dan pepsin oleh lambung.
Konfusi mental, kerusakan memori, bicara tidak jelas, letargi, perilaku psikotik akut, atau
koma dapat terjadi. Gejala yang lebih hebat cenderung untuk timbul bila kadar kalsium serum
mendekati 16mg/dl atau lebih. Bagaimanapun beberapa pasien dapat menjadi sangat terganggu
dengan kadar serum kalsium hanya 12mg/dl. Gejala ini akan mereda dengan kadar kalsium serum
kembali pada normal setelah pengobatan.
Urinasi berlebih karena gangguan fungsi tubulus ginjal yang disebabkan oleh
hiperkalsemia dapat saja terjadi. Standstill jantung dapat terjadi ketika kalsium serum adalah
sekitar 18 mg/dl atau lebih. Efek inotropik digitalis ditingkatkan oleh kalsium, karenanya,
toksisitas digitalis diperberat oleh hiperkalsemia.
Krisis hiperkalsemia mengacu pada kenaikan akut kadar serum kalsium hingga 17mg/dl
atau lebih tinggi. Rasa haus yang hebat atau poliuria secara khas ada. Temuan lainnya dapat
mencakup kelemahan muskular, mual yang tidak dapat dihilangkan, kram andomen, obstipasi (
konstipasi yang sangat hebat ) atau diare, gejala – gejala ulkus peptikum, dan nyeri tulang. Letargi,
konfusi mental, dan koma juga dapat terjadi. Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat
mengakibatkan henti jantung.(4)

2.3.2. Penatalaksanaan
Tujuan terapeutik pada hiperkalsemia mencakup menurunkan kadar kalsium serum dan
memeperbaiki proses yang menyebabkan hiperkalsemia. Mengatasi penyebab yang mendasari (
kemoterapi untuk malignansi atau paratirodektomi parsial untuk hiperparatiroidisme ) adalah
penting.
Tindakan umum termasuk pemberian cairan untuk mengencerkan kalsium serum dan
meningkatkan eksresinya oleh ginjal, memobilisasi pasien, dan membatasi masukan kalsium
melaui diet. Pemberian larutan natrium klorida 0.9% intravena secara temporer mengencerkan
kadar kalsium dan meningkatkan ekskresi kalsium urin dengan menghambat reabsorbsi kalsium
ditubular. Furosemid ( lasix ) sering digunakan dalam kaitannya dengan pemberian salin, selain
menyebabkan dieuresis, furosemid meningkatkan ekskresi kalsium.
Kalsitosin dapat digunakan bagi pasien dengan penyakit jantung atau ginjal yang tidak
dapat mentoleransi beban natrium yang besar. Kalsitosin mengurangi resorpsi tulang,
meningkatkan defosit kalsium dan fosfor dalam tulang, dan meningkatkan ekskresi kalsium dan
fosfor urine. Meskipun tesedia dalam beberapa bentuk, kalsitosin yang didapatkan dari salmon
umumnya digunakan. Pemeriksaan kulit untuk alergi terhadap kalsitosin salmon penting untuk
dilakukan sebelum kalsitosin diberikan. Reaksi alergi sistemik mungkin terjadi karena hormon ini
merupakan protein, resistensi terhadap medikasi ini dapat berbentuk kemudian karena
pembentukan antibodi. Kalsitosin diberikan melalui suntikan IM ketimbang dengan subkuta
karena pasien dengan hiperkalsemia mempunyai perfusi jaringan subkutan yang buruk.
Bagi pasien dengan penyakit malignan, pengobatan diarahkan pada pengendalian kondisi
melalui pembedahan, kemoterapi, atau terapi radiasi. Kortikosteroid mungkin digunakan untuk
menurunkan pergantian tulang dan reabsorbsi tubular bagi pasien dengan sarkoidosis, mieloma,
limfoma, dan leukimia, pasien dengan tumor padat kurang responsif. Bifosfonat menghambat
aktivitas osteoklas. Pamidronat ( Aredia ) adalah agen yang paling paten dari preparat ini dan
diberikan secara intravena, obat ini menyebabkan pireksia transien, ringan, menurunkan jumlah
SDP, dan miralgia. Etidronat ( didronel ) adalah bifosfonat lainnya yang diberikan secara
intravena, tetapi kerjanya lambat. Mitharamycin, suatu antibiotik sitotoksik, menghambat resorpsi
tulang dan dengan demikian menurunkan kadar kalsium serum. Preparat ini harus digunakan
secara hati – hati karena memiliki efek samping yang signifikan, termasuk trombositosenia,
nefrotoksisitas, dan hepatotoksistas. Garam fosfat inorganik dapat diberikan secara oral atau
melalui selang nasogastrik (dalam bentuk phosbo-soda atau neutra-Phos), secara rektal ( sebagai
enema retensi ), atau secara intravena. Terapi fosfat intravena dilakukan dengan sangat hati – hati
dalam mengobati hiperkalsemia karena hal ini dapat menyebabkan klasifikasi dalam beragam
jaringan, hipotensi, tetani, dan gagal ginjal akut.(4)

2.4. Hipokalsemia
Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi
kalsium di dalam darah kurang dari 8,8 mgr/dL darah.

Penyebab hipokalsemia yaitu :

Penyebab Keterangan
Kadar hormon paratiroid Biasanya terjadi setelah kerusakan kelanjar paratiroid atau
rendah karena kelenjar paratiroid secara tidak sengaja terangkat
pada pembedahan untuk mengangkat tiroid
Kekurangan kelenjar Penyakit keturunan yg jarang atau merupakan bagian dari
paratiroid bawaan sindroma DiGeorge
Pseudohipoparatiroidisme Penyakit keturunan yg jarang;
kadar hormon paratiroid normal tetapi respon tulang &
ginjal terhadap hormon menurun
Kekurangan vitamin D Biasanya disebabkan oleh asupan yg kurang,
kurang terpapar sinar matahari (pengaktivan vitamin D
terjadi jika kulit terpapar sinar matahari),
penyakit hati,
penyakit saluran pencernaan yg menghalangi penyerapan
vitamin D,
pemakaian barbiturat & fenitoin, yg mengurangi efektivitas
vitamin D
Kerusakan ginjal Mempengaruhi pengaktivan vitamin D di ginjal
Kadar magnesium yg rendah Menyebabkan menurunnya kadar hormon paratiroid
Asupan yg kurang atau Terjadi dengan atau tanpa kekurangan vitamin D
malabsorbsi
Pankreatitis Terjadi jika kelebihan asam lemak dalam darah karena
cedera pada pankreas, bergabung dengan kalsium
Kadar albumin yg rendah Mengurangi jumlah kalsium yg terikat dengan albumin
tetapi biasanya tidak menyebabkan gejala, karena jumlah
kalsium bebas tetap normal

2.4.1 Gejala Klinis Hipokasemia


1. Neuromuskuler
 Irritabilitas otot rangka (twiching, cramping, tetany)
 Serangan akut
 Hiper refleksi tendon dalam
 Adanya tanda Trosseau’s atau Chvostek’s
 Parestesia
 Cemas, Psikosis
2. Pernapasan
 Nafas pendek
 Gagal nafas (tetani dan serangan akut)
3. Kardiovaskuler
 Denyut jantung meningkat dan gangguan irama (disritmia)
 Hpotensi
 Denyut nadi melemah
4. Gastrointestinal
 Bising usus meningkat
 Kejang perut
 Diare
2.4.2. Penegakan Diagnosa.
Hipokalsemi ditegakkan dengan serum Ca2+ < 9 mg/dL (< 4.5 mEq/L). Dimana nilai normalnya
adalah 9 – 11 mg/dL (4,5 – 5,5 mEq/L). Bila ekskresi kalsium > 150 mg/hari, berarti pasien
disertai juga dengan hiperkalsiuria. Ekskresi yang berlebihan ini juga menandai adanya suatu
proses perusakan pada tulang. Level serum Ca2+ yang turun menyebabkan lemahnya kontraksi
otot jantung, ditandai dengan memanjangnya fase isoelektrik Q-T pada EKG. Pemeriksaan
radiografi tidak bisa menjelaskan kerusakan yang terjadi pada tulang sampai lebih dari 25%
tulang termineralisasi. Pemeriksaan yang lebih sensitif adalah menggunakan bone-testing, misal
dengan densitometer atau foton absorpsimeter yang bisa mendeteksi kerusakan tulang lebih awal.
(4)

2.4.3. Penatalaksanaan Hipokalsemia


Pilihan terapi Ca2+ bisa dengan preparat oral dan infus, yang rutenya tergantung berat
ringannya gejala. Untuk pasien dengan fungsi ginjal baik, direkomendasikan terapi penggantian
Ca2+ elemental sebanyak 1-2 g perhari, dalam bentuk gabungan dengan sitrat, glukonat, karbonat
atau laktat. Pemberian vit-D secara bersamaan juga diperlukan tuk membantu penyerapan kalsium.
Untuk mencegah kanker pada saluran reproduksi dianjurkan pemeberian hormon progesteron
(Terapi Pengganti Hormon/HRT). Pada kehilangan fase akut, disarankan pemberian infus ca-
glukonas 10%, 30-60 mL dalam 1000 mL selama 6 sampai 12 jam. Terapi ini sangat perlu apalagi
bila pasien sudah kejang (tetani atau konvulsi). Dan pada kasus gawat darurat bisa diberikan
bahkan dalam hitungan menit. Sepuluh mililiter dari 10% ca-glukonas mengandung 4,65 mEq atau
93 mg kalsium. Karena pasien hipokalsemia biasanya disertai hipomagnesemia, tatalaksana
defisiensi magnesium pada pasien sebaiknya juga perlu diberikan.(3)
DAPUS
1. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124544-S-5745-Gambaran%20asupan-Literatur.pdf
2. https://www.academia.edu/11731615/Biokimia_klinis_Kalsium_darah_
3. https://hellosehat.com/kesehatan/tes-kesehatan/kalsium-darah/
4. https://www.scribd.com/doc/96891222/HIPERKALSEMIA
5. https://www.scribd.com/doc/80770679/Hipokalsemia

Anda mungkin juga menyukai