Daftar Tilik Stase KMB PDF
Daftar Tilik Stase KMB PDF
( UMC )
Kampus 1: Jl. Tuparev 70 Cirebon
Kampus 2: Jl.Fatahillah 40 Watubelah Sumber Kab. Cirebon
Telp (0231) 209608, 209617, 209625; Fax (0231) 209608; E-mail : fikes@umc.ac.id
FORMAT PENILAIAN
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK UMUM
No. Tindakan SKOR
1 2 3 4
1. PESIAPAN ALAT :
Buku catatan keperawatan dan alat tulis
Stetoskop
Spignomanometer
Tes perasa: asin, pahit, manis
Tes penciuman: minyak kayu putih
Bak instrumen: tong spatel, kasa, kapas
Tissue
Bengkok
Hanscoon
Timbangan BB
Meteran
Pen light
Reflek hammer
Jam tangan
2. Mencuci tangan
3. Mengucapkan salam terapeutik dan informed concent
4. Menjelaskan prosedur tindakan dan kontrak waktu
5. Menjaga privacy kilen dan pencahayaan
6. Mengatur posisi yang nyaman dan membantu klien untuk memperoleh
posisi yang benar dan nyaman
PENGKAJIAN KEADAAN UMUM
7. Mengkaji usia/tahap pekembangan dan jenis kelamin klien
8. Mengkaji tingkat kesadaran (GCS= )
9. Mengobservasi penampilan umum: keadaan lemah/tidak, kebersihan diri,
cara berpakaian, dan kesan sakit (ringan, sedang, berat)
10. Mengkaji status mental (cara berbicara, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan
kesesuaian)
11. Mengukur TB dan BB
12. Mengukur TTV (TD, RR, Nadi, Suhu)
PENGKAJIAN KULIT
13. Inspeksi: warna kulit, adanya jaringan parut, lesi, kondisi vaskularisasi
supervisial, edema
14. Palpasi: suhu kulit, testur, tugor, lesi
PENGKAJIAN KUKU
15. Inspeksi dan palpasi kuku (biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI
NILAI
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1. Memberi Salam terapeutik kepada klien dan keluarga
2. Memberitahu klien dan/keluarga tentang prosedur tindakan
(pemeriksaan fisik) yang akan dilaksanakan (alasan, tujuan, kerjasama
yang diharapkan dari klien)
3. Mengkaji kesiapan klien
4. Cuci tangan
5. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan:
Nasal speculum
Penlight
Sarung tangan
Stetoschope
6. Dekatkan alat pemeriksaan fisik ke dekat klien
7. Cuci tangan
8. Menjaga privasi klien
9. Atur posisi klien
10. Penampilan Umum:
Warna kulit, warna kuku, clubbing finger, frekuensi nafas, kedalaman
dan ritme pernafasan, smell of breath, CRT
Pemeriksaan Hidung
Inspeksi
11. Eksternal hidung: bentuk, ukuran, warna kulit, adanya deformitas atau
inflamasi dan pernafasan cuping hidung (PCH)
Jika ada pembengkakan atau deformitas: kaji kelembutan, masa,
dan deviasi
NILAI
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
12. Ada atau tidaknya keluaran dari hidung:
Jika ada keluaran: kaji karakteristiknya (keenceran, mucoid,
purulen, crusty atau perdarahan), jumlah, warna dan apakah
unilateral atau bilateral
13. Cek passage udara dari masing-masing lubang hidung dengan cara
menutup satu lubang hidung, minta klien untuk menarik nafas dan
mengeluarkannya. Lakukan pada masing-masing lubang hidung secara
bergantian.
14. Gunakan nasal speculum dan penlight, kaji keadaan:
Nasal septum: normalnya berada pada bagian medial, posisi tegak tanpa
adanya deviasi.
15 Membran mukosa: normalnya tampak kemerahan, biasanya lebih
kemerahan membran mukosa pada mulut, tidak terdapat pembengkakan
dan perdarahan
16. Konka: terletak pada dinding lateral rongga hidung, normalnya tidak
ada pembesaran/penonjolan.
17. Cek akan adanya obstruksi seperti polip.
Palpasi
18. Lakukan palpasi pada area sinus:
Sinus frontalis: Penekanan dengan ibu jari di atas alis
Sinus maksilaris: Penekanan dengan ibu jari pada tulang pipi mengarah
ke bagian atas.
Pemeriksaan thorax dan paru bagian belakang
19. Mulai pemeriksaan dengan posisi klien duduk membungkuk
Inspeksi
20. Inspeksi bentuk dada: diameter AP-lateral (barel, pigeon, funnel)
NILAI
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
21. Inspeksi kemungkinan adanya deformitas struktur tulang belakang
22. Kesimetrisan dada belakang, postur dan pergerakan thorax belakang
saat respirasi (catat adanya penonjolan ataupun adanya retraksi
intercosta)
23. Bulging intercosta spaces saat ekspirasi
Palpasi:
24. Cek posisi trachea (midline/deviasi) dengan menggunakan jari telunjuk
atau jari tengah dengan posisi pemeriksa di belakang klien.
25. Palpasi area kulit dada (kehalusan denyutan, massa, luka, nyeri)
26. Cek ekspansi dada dengan meletakkan ibu jari masing-masing tangan
pada level vertebra ke 10. Jari-jari paralel ke arah samping. Anjurkan
klien untuk menarik nafas dalam.
27. Tactile/focal fremitus
Letakkan kedua tangan pemeriksa di dada belakang klien. Anjurkan
klien untuk bicara tujuh.. tujuh.. tujuh.. palpasi dan bandingkan gerakan
yang dirasakan pada telapak tangan pemeriksa.
Catat area-area yang terdapat peningkatan atau penurunan getaran yang
dirasakan.
Perkusi
28. Perkusi area intercostals belakang secara sistematis mulai dari atas
sampai ke bawah.
Auskultasi
29. Lakukan pemeriksaan secara sistematis seperti pada perkusi.
Thorax dan paru bagian depan
30. Periksa adanya deformitas secara umum
31. Observasi rate dan irama pernafasan, retraksi intercosta dan
NILAI
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
penggunaan otot-otot tambahan (sternocleidomastoideus dan trapezius
saat inspirasi dan otot-otot abdomen saatekspirasi).
32. Lakukan pemeriksaan suara paru seperti pada pemeriksaan suara paru
bagian posterior. Periksa secara sistematis dari atas ke bawah IC 1-5 di
kedua lapang paru.
Suara nafas
Bronchial: di bagian leher anterior dan posterior
Bronchovesicular: IC 1-2 anterior dan antara scapula posterior
Vesicular: di seluruh area paru
Deteksi adanya suara nafas yang abnormal (ronchi, crackle, wheezing,
friction rub)
33. Beritahu klien bahwa pemeriksaan sudah selesai
34. Kaji respon klien selama dan setelah tindakan.
35. Rapikan klien dan posisikan klien senyaman mungkin.
36. Bereskan alat
37. Cuci tangan
38. Evaluasi respon klien selama tindakan
39. Mencatat hasil pemeriksaan fisik dan respon klien
40. Catat dengan ballpoint, dapat dibaca dengan jelas dan menggunakan
bahasa yang baku serta mudah dipahami.
41. Beri tanggal dan waktu pemeriksaan dan nama serta paraf pemeriksa.
JUMLAH
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉
NILAI= x 100%
𝟏𝟐𝟑
PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK INTEGUMEN
A. Tujuan
Mendeteksi kelainan kulit
Mengetahui kondisi kulit, rambut dan kuku
B. Prinsip
Pemeriksaan fisik integumen dilakukan jika terdapat keluhan, luka basah/maceration atau
sesuai dengan Standart Operational Procedure (SOP) di institusi terkait
Meningkatkan/ mempertahankan kelembaban dan kenyaman
Perhatikan teknik aseptic dan antiseptic
C. Persiapan Alat
Sarung tangan
Penligth
Kasa
Set balutan: pinset anatomis, pinset chirurgi, kom, klem, gunting
Lidi Kapas
Bengkok 1
D. Dokumentasi
Hasil pemeriksaan fisik integumen, data subjektif data subjektif yang ditemukan.
E. Prosedur Tindakan
NO TINDAKAN NILAI
1 2 3 4
1. Mengecek keadaan pasien *)
2. Mengucapkan salam terapeutik *)
3. Melakukan evaluasi/validasi *)
4. Melakukan kontrak (waktu, tempat,topik) *)
5. Menjelaskan langkah-langkah tindakan *)
6. Mencuci tangan *)
7. Mempersiapkan alat *)
8. Menjaga privacy klien dengan memasang penghalang
9. Mengkaji riwayat kesehatan (medi/pengobatan, riwayat
pengobatan) *)
10. Mengatur posisi klien sesuai dengan kenyamanannya
11. Mengkaji riwayat kesehatan saat ini
a. kapan pertama kali mendapat masalah kulit
b. bagian tubuh mana yang pertama kali terkena
c. menjadi lebih baik atau memburuk
d. mempunyai kondisi yang sama sebelumnya
e. apa faktor penyebabnya
f. bagaimana penatalaksanaanya
g. adakah masalah yang menyertai : gatal, rasa terbakar,
baal, nyeri, demam, nausea, vomiting, diare, sakit
tenggorokan , dingin kaku
h. keadaan buruk jika tersinar matahari, pengobatan panas
atau dingin
i. apa yang membuat masalah menjadi baik
j. apa faktor pencetus karena makanan , sprei baru, sabun
baru, kosmetik baru dan lain-lain.
k. Bagaimana ruam atau lesi tersebut terlihat ketika
muncul untuk pertama kalinya
l. Apakah terdapat rasa gatal, tebakar, kesemutan atau
seperti ada yang merayap
m. Apakah ada gangguan sensasi kulit
n. Apakah masalah tersebut menjadi bertambah pada
musim tertentu
o. Apakah anda mempunyai riwayat hypever, asma atau
alergi
p. Apakah ada di keluarga yang mempunyai masalah kulit
q. Apakah erupsi kulit muncul setelaah makan makanan
tertentu
r. Apakah anda mengkonsumsi alkohol
s. Apakah ada hubungan antara kejadian tertentu dengan
ruam kulit
t. Obat- obatan apa yang anda gunakan ( krim, salep,
lotion) untuk mengobati kelainan kulit tersebut yang
dapat dibeli di toko obat
u. Jenis kosmetik apa untuk perawatan kulit yang anda
gunakan
v. Apakah di lingkungna sekitar anda terdapat faktor-
faktor ( tanaman, hewan jat iritan, kimia infeksi ) yang
menimbulkan masalah pada kulit
w. Apakah ada sesuatu mengenai kulit yang yang
menimbulkan ruam.
12. Mengkaji (BB, Bentuk tubuh, makanan) *)
13. Mengkaji status sosial ekonomi (Latar belakang status ekonomi
klen intuk mengidentifikasi faktor lingkungan yang dapat
menjadi faktor penyebab penyakit kulit ( berapa kjam terpapar
sinar matahari, bagaimana dengan personal hygienenya).)
Inspeksi dan Palpasi
menggunakan : - penlight untuk menyinari lesi - pakaian dapat
dilepaskan seluruhnya dan diselimuti dengan benar - proteksi
diri sarung tangan haris dipakai ketika melakukan pemeriksaan
kulit Tampilan umum kulit karakteristik kulit normal
diantaranya:
NILAI
PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK PENCERNAAN
Tujuan Umum: Mahasiswa mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien
dengan masalah pada sistem pencernaan.
Kegiatan 1 2 3 4
1. Memberikan salam pembuka saling
memperkenalkan diri
2. Mengindentifikasi keluhan utama pasien
3. Melakukan anamnesis secara teliti dan sistematis,
yang sesuai dengan kronologis kejadian
4. Menginformasikan kepada pasien tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan
5. Berdiri di sisi kanan pasien
INSPEKSI MULUT DAN FARING
Klien duduk berhadapan dengan perawat
Amati keadaan bibir : Cyanosis kering.basah
Anjurkan membuka mulut, atur pencahayaan,
amati gusi dan gigi : normal? Sisa makanan,
PERKUSI
21. Meminta pasien untuk merespon pemeriksaan
(apakah terasa sakit, atau tidak)
22. Melakukan perkusi dengan jari untuk
mendapatkan gambaran di 4 kuadran abdomen.
PERKUSI HEPAR
23. Melakukan perkusi untuk mengetahui batas bawah
hepar (pada sisi kanan regio medioklavikula dari
kaudal kosta dinding arcus abdomen ke atas) dan
menandakan batas tempat perubahan bunyi
timpani ke pekak
24. Melakukan perkusi untuk mengetahui batas atas
hepar (pada linea medioklavikula kanan dari atas
ke bawah) dan mengukur daerah pekak hepar pada
linea medioklavikula
25. Melakukan perkusi untuk mengetahui batas lobus
kanan dan kiri hepar dari arah umbilical ke atas
dan menandakan batas tempat perubahan bunyi
timpani ke pekak
26. Menyimpulkan ukuran hepar (normal atau
hepatomagali)
Pemeriksaan asites dengan metode Test shifting
dullness
27. Melakukan perkusi dari arah
28. Menentukan titik tempat perubahan timpani ke
pekak dan menandai umbilikus ke lateral
29. Meminta pasien untuk berbaring ke satu sisi
30. Perkusi pasien dari lateral titik yang ditandai tadi
PROSEDUR TINDAKAN
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERSEPSI SENSORI
Tujuan:
1. Mengidentifikasi fungsi penglihatan klien
2. Mengidentifikasi adanya kelainan pada mata
3. Mengidentifikasi fungsi indra penghidu
4. Mengidentifikasi kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi pada area
nasal
5. Mengidentifikasi fungsi indra pendengaran
6. Mengidentifikasi kondisi telinga luar, saluran telinga, dan gendang telinga.
Persiapan Alat:
1. Penlight
2. Spekulum hidung
3. Kopi, tembakau, teh, jeruk
4. Surat kabar, buku, atau majalah
5. Bagan snellen atau kartu gambar
6. Penutup mata
7. Stetoskop
8. Kapas
9. Arloji dengan jarum petunjuk detik
10. Garpu tala
11. Spekulum telinga
12. Sarung tangan jika perlu
NILAI
No. PROSEDUR
1 2 3 4
1. Memberikan salam terapeutik
Menjelaskan alasan, tujuan dan langkah-langkah tindakan yang akan
2.
dilakukan.
3. Mendekatkan alat ke sisi klien
4. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan jika diperlukan
5. Atur pencahayaaan
PEMERIKSAAN MATA
6. Minta klien untuk melihat lurus ke depan.
Kaji apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah satu
bola mata mengalami deviasi.
Amati kelopak kanan dan kiri. Amati posisi dan warna kelopak mata.
Inspeksi kelopak mata bawah, perhatikan frekuensi kedipan mata.
Amati kedua bola mata, apakah diam atau nistagmus (pergerakan
involunter). Jika ditemukan nistagmus, kaji bentuk,
frekuensi/kecepatan, dan amplitudo (luas/sempit) bola mata.
7. Pemeriksa berdiri di sisi klien
Inspeksi kejernihan dan tekstur kornea menggunakan cahaya tidak
langsung.
Tarik ke bawah kelopak mata bagian bawah dengan ibu jari. Amati
konjungtiva dan konjungtiva bagian bawah. Amati adanya infeksi, pus,
atau anemis.
8. Minta klien untuk memejamkan mata.
Amati karakteristik permukaan kelopak mata dan pinggiran kelopak
mata.
Amati distribusi rambut pada kelopak mata dan arah lengkung bulu
mata.
NILAI
No. PROSEDUR
1 2 3 4
Jika perlu, amati konjungtiva bagian atas dengan pemeriksa berdiri di
belakang klien, kemudian membuka atau membalikkan kelopak mata
atas. Amati warna sclera ketika memeriksa konjungtiva.
Palpasi kelenjar lakrimalis, bagian lateral atas orbit, menggunakan jari
telunjuk. Kaji konsistensi dan adanya nyeri tekan.
9. Anjurkan klien untuk membuka mata
Lakukan uji sensitivitas dengan menyentuhkan gulungan kapas steril ke
kornea. Normalnya klien akan berkedip ketika kornea disentuh.
Atur pencahayaan ruangan menjadi sedikit redup, pegang kepala dan
dagu klien agar tidak bergerak. Inspeksi ukuran, bentuk, kesimetrisan
pupil, dan reaksi terhadap cahaya.
10. Uji refleks pupil terhadap cahaya:
Sinari pupil dengan penlight dari arah samping
Amati konstriksi pupil yang sedang disinari
Lakukan hal yang sama pada pupil lainnya
11. Kaji refleks pupil terhadap akomodasi:
Minta klien untuk menatap suatu objek \yang jauh, misalnya dinding
yang jauh.
Minta klien untuk menatap objek yang pemeriksa pegang (jari/pensil)
10 cm di depan hidung klien, kemudian gerakkan objek tersebut
mendekati hidung klien.
Amati perubahan pupil. Pupil seharusnya berkonstriksi ketika melihat
objek yang dekat.
12. Dekatkan jari telunjuk pemeriksa ke klien hingga berjarak 15-30 cm dari
klien. Minta klien untuk mengikuti pergerakan jari pemeriksa ke delapan
arah. Pertahankan agar jari pemeriksa tetap dalam lapang pandang normal.
NILAI
No. PROSEDUR
1 2 3 4
13. Posisikan pemeriksa berdiri di depan klien dengan jarak sekitar 60 cm.
14. Tutup mata kiri klien dan mata kanan pemeriksa.
Minta klien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pandangan
pada satu titik.
Gerakkan jari pemeriksa dari sisi kanan klien ke tengah, dari sisi kiri ke
tengah, dari sisi atas ke bawah, dan dari sisi bawah ke atas.
Minta klien untuk memberitahu ketika jari pemeriksa pertama kali
terlihat
Lakukan prosedur yang sama pada mata kiri klien dengan proses yang
berlawanan
15. Pengkajian ketajaman penglihatan (Tahap I):
Pastikan cahaya ruangan terang
Minta klien untuk membaca dengan suara lantang untuk memastikan
klien tidak buta huruf.
Minta klien memakai kacamata jika menggunakan lensa korektif.
Perhatikan jarak antara naskah yang dibaca dengan klien
Jika klien mengalami kesulitan membaca, lanjutkan pemeriksaan ke
tahap II
16. Tahap II
Siapkan bagan snellen untuk klien dewasa / kartu bergambar untuk
anak-anak.
Atur jarak antara tempat duduk klien dengan kartu tersebut sekitar 5-6
meter.
Pastikan penerangan ruangan cukup agar kartu terlihat jelas.
Minta klien untuk menutup mata kiri
Periksa mata kanan klien dengan memintanya membaca bagan
NILAI
No. PROSEDUR
1 2 3 4
snellendari huruf yang paling besar ke huruf yang paling kecil.
Dokumentasikan huruf terakhir yang masih dapat dilihat klien
Lakukan prosedur yang sama pada mata kiri.
17. Pemeriksaan buta warna
Minta klien untuk menyebutkan gambar atau angka yang tertera pada kartu
Ishihara
18. Minta klien untuk menutup mata. Letakkan diafragma stetoskop pada
kelopak mata. Perhatikan adanya bising.
PEMERIKSAAN HIDUNG
19. Eksternal hidung: bentuk, ukuran, warna kulit, adanya deformitas atau
inflamasi dan pernafasan cuping hidung (PCH)
Jika ada pembengkakan atau deformitas: kaji kelembutan, masa, dan
deviasi
20. Ada atau tidaknya keluaran dari hidung:
Jika ada keluaran: kaji karakteristiknya (keenceran, mucoid, purulen, crusty
atau perdarahan), jumlah, warna dan apakah unilateral atau bilateral.
21. Cek passage udara dari masing-masing lubang hidung dengan cara
menutup satu lubang hidung, minta klien untuk menarik nafas dan
mengeluarkannya. Lakukan pada masing-masing lubang hidung secara
bergantian.
22. Gunakan nasal speculum dan penlight, kaji keadaan:
Nasal septum: normalnya berada pada bagian medial, posisi tegak tanpa
adanya deviasi.
23. Membran mukosa: normalnya tampak kemerahan, biasanya lebih
kemerahan membran mukosa pada mulut, tidak terdapat pembengkakan
dan perdarahan
NILAI
No. PROSEDUR
1 2 3 4
Konka: terletak pada dinding lateral rongga hidung, normalnya tidak
ada pembesaran/penonjolan.
Cek akan adanya obstruksi seperti polip.
24. Lakukan palpasi pada area sinus:
Sinus frontalis: Penekanan dengan ibu jari di atas alis
Sinus maksilaris: Penekanan dengan ibu jari pada tulang pipi mengarah ke
bagian atas.
25. Anjurkan klien untuk menutup mata dan menutup lubang hidung
sebelah kiri.
Letakkan zat pengetes di depan lubang hidung kanan klien sekitar 1-2
cm dan dengan perlahan jauhkan.
Tanya apakah klien mencium bau sesuatu dan apa yang diciumnya.
Ulangi dengan menggunakan zat pengetes lainnya pada lubang hidung
kiri.
Jika penciuman kurang disebut hiposmi, jika tidak dapat mencium
sama sekali disebut anosmi.
Minta klien untuk membuka mata
PEMERIKSAAN TELINGA
26. Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan
Posisi pemeriksa menghadap kesisi telinga yang dikaji
Atur pencahayaan dengan menggunakan autoskop, lampu kepala atau
sumber cahaya lain sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja
Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene,
adanya lesi/massa dan kesimetrisan, apakah ada tanda tanda inflamasi?
27. Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari telunjuk
dan jempol.
NILAI
No. PROSEDUR
1 2 3 4
Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, yaitu dari jaringan lunak
ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri
Lakukan penekanan pada area vagus kedalam dan tulang telinga
dibawah daun telinga
Bandingan telinga kiri dan kanan
28. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut:
Pada orang dewasa, pegang daun telinga/ heliks dan perlahan lahan
tarik daun telinga keatas dan ke belakang sehingga lurus dan menjadi
mudah diamati
Pada anak anak, tarik daun telinga ke bawah
29. Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran/serumen pada lubang
telinga
Menggunakan bisikan
30. Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m
Intruksikan klien menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa
Bisikan suatu bilangan misal “tujuh enam”
Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar
Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama
Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien
Menggunakan arloji
31. Ciptakan suasana ruangan yang tenang
Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien
Minta klien untuk member tahu pemeriksa jika mendengar detak arloji
Pindahkan posisi arloji perlahan lahan menjauhi telinga dan minta klien
untuk memberitahu pemeriksa jika tidak mendengar detak arloji.
Normalnya klien masih mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga
NILAI
No. PROSEDUR
1 2 3 4
Menggunakan garpu talla
32. Pemeriksaan Rinne
Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan
atau buku jari tangan yang berlawanan
Letakan tangkai garpu talla pada proseus mastoideus klien
Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan
getaran lagi
Angkat garpu talla dan dengan cepat tempatkan didepan lubang telinga
klien 1-2 cm dengan posisi garpu talla parallel terhadap lubang telinga
luar klien
Instruksikan klien untuk memberitahu apakah ia masih mendengar
suara atau tidak
Catat hasil pendengaran pemeriksaan tersebut
33. Pemeriksaan Weber
Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan
atau buku jari tangan yang berlawanan
Letakan tangkai garpu talla ditengan puncak kepala klien
Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua
telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga
34. Pemeriksaan Schwabach
Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan
atau buku jari tangan yang berlawanan
Letakkan garpu talla didepan lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi
garpu talla parallel terhadap lubang telinga luar klien
Instruksikan klien untuk memberitahu apakah ia masih mendengar
suara atau tidak
NILAI
No. PROSEDUR
1 2 3 4
Jika tidak, segera letakkan garpu talla didepan lubang telinga
pemeriksa yang pendengarannya normal 1-2 cm dengan posisi garpu
talla parallel terhadap lubang telinga luar pemeriksa. Apakah pemeriksa
masik dapat mendengar bunyi atau tidak.
Minta klien untuk membuka mata dan beri tahu bahwa pemeriksaan
telah selesai.
35. Kaji respon klien selama dan setelah tindakan
36. Bereskan alat
37. Cuci tangan
38. Dokumentasi: identitas klien, tindakan yang dilakukan, waktu tindakan,
hasil pengkajian, respon klien, paraf dan nama pemeriksa.
JUMLAH
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉
NILAI= x 100%
𝟏𝟏𝟒
Definisi WSD:
1. Merupakan selang dada yang diinsersi untuk mengeluarkan udara dan cairan dari
ruang pleura, mencegah udara atau cairan supaya tidak masuk ruang pleura,dan
membentuk kembali tekanan yang normal pada intrapleura dan intrapulmonal (detten
meier,1992).
2. Adalah sebuah karakter yang diinsersi melalui thoraks untuk mengeluarkan udara dan
cairan.
Indikasi :
Pneumothoraks adalah pengumpalan darah / gas lain didalam ruang pleura. Gas
menyebabkanparu menjadi kolaps karena gas tersebut menghilangkan tekanan negative intra
pleura dan suatu tekanan (counterpressure) yang diberikan untuk melawan paru, yang
kemudian tidak mampu untuk mengembang.
Hemothoraks adalah akumulasi darah dan cairan didalam rongga pleura diantara rongga
perietaldan pleura visceral, biasanya merupakan akibat trauma. Hemothoraks menghasilkan
tekanan (counterpressure)dan mencegah paru berekspansi penuh.
1. Untuk mengeluarkan udara dan cairan (darh, pus, transudat, eksudat, cairan kelenjar
limfa) dari rongga pleura
2. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura
3. Mengembangkan paru kembali dengan sempurna
4. Sebagai drainage pasca pembedahan dada dan trauma dada.
Macam-macam WSD:
Note :
Pada botol water seal, diisi dengan air steril setinggi 2 cm H2O, apabila
terdapat udara dalam rongga pleura maka pada ruang/botol ini akan terdapat
gelembung-gelembung udara
Pada botol suction, diisi dengan air steril setinggi 20 cm H2O (atau sesuai
advis dokter) kemudian hubungkan botol ini dengan mesin suction
WSD tiga botol ini merupakan system drainage yang bersifat tradisional.
WSD modern lebih dikenal dengan portable CDU (Chest Drainage Unit) atau
pleurevac lebih sederhana, ringan, kecil, portable dan merupakan disposable
unit
4. Sistem sekali pakai
Untuk plastic cetakan 1 lapis yang menduplikasi sistem 3 botol.
Daftar Tilik Stase KMB_PPN UMC
By. Erida Fadila, S.Kep., Ners., M.Kep Page 29
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
( UMC )
Kampus 1: Jl. Tuparev 70 Cirebon
Kampus 2: Jl.Fatahillah 40 Watubelah Sumber Kab. Cirebon
Telp (0231) 209608, 209617, 209625; Fax (0231) 209608; E-mail : fikes@umc.ac.id
NILAI
No. PROSEDUR
1 2 3 4
1. Memberikan salam terapeutik
2 Mencuci tangan dan memakai sarung tangan jika diperlukan
3 Atur pencahayaaan
4 PERSIAPAN ALAT :
1 set rawat luka / angkat jahit
Kasa steril dalam tromol
Korentang steril
Plester dan gunting
Piala ginjal
Alcohol 70%
Bensin, vaselin salf
Klem selang / kocher 2 buah
Botol WSD steril berisi larutan sublimat 1% sampai pipa drain lebih
kurang 2½ cm
Selang steril sebagai penyambung antara botol WSD dengan drain
Iodine solution 10%
Cairan P2
Handscoon steril
Perlak
5 Menjelaskan alasan, tujuan dan langkah-langkah tindakan yang akan
dilakukan.
6 Mendekatkan alat ke sisi klien
7 Memasang tabir disekeliling tempat tidur
NILAI
No. PROSEDUR
1 2 3 4
8 Melepaskan pakaian pasien bagian atas
9 Membantu pasien dalam posisi duduk atau ½ duduk sesuai dengan
kemampuan pasien
10 Memasang perlak
11 Membuka set angkat jahitan dan meletakkan pada set tempat yang mudah
terjangkau oleh perawat
12 Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan kotor dimasukkan ke
kantong balutan kotor, bekas plester dibersihkan dengan bensin bila perlu
balutan dalam diangkat menggunakan penset
13 Mendesinfektasi sekitar drain alcohol 70% dan mengolesi luka operasi
dengan iodine sol 10%
14 Jaga drain supaya tidak tertarik / tercabut dan selang atau penyambung tak
terlepas sehingga udara tidak masuk kedalam ronnga thoraks
15 Observasi krepitasi kulit sekitar drain
16 Menutup sekitar drain dengan kasa steril yag sudah digunting tengahnya
kemudian plester
17 Memasang selang penyambung yang sudah disediakan pada botol WSD
yang baru, kemudian ujung selang tutup dengan kasa steril
18 Drain yang dipasang diklem dengan kocher
19 Melepaskan sambungan selang botol dengan drain
20 Ujung drain dibersihkan dengan alcohol 70% kemudian drain dihubungkan
dengan selang menyambung botol WSD yang baru
21 Melepaskan kocher dari drain
22 Mendesinfektasi sekitar drain alcohol 70% dan mengolesi luka operasi
dengan iodine sol 10%
23 Jaga drain supaya tidak tertarik / tercabut dan selang atau penyambung tak
terlepas sehingga udara tidak masuk kedalam ronnga thoraks
24 Observasi krepitasi kulit sekitar drain
25 Menutup sekitar drain dengan kasa steril yag sudah digunting tengahnya
kemudian plester
26 Memasang selang penyambung yang sudah disediakan pada botol WSD
yang baru, kemudian ujung selang tutup dengan kasa steril
27 Drain yang dipasang diklem dengan kocher
28 Melepaskan sambungan selang botol dengan drain
NILAI
No. PROSEDUR
1 2 3 4
29 Ujung drain dibersihkan dengan alcohol 70% kemudian drain dihubungkan
dengan selang menyambung botol WSD yang baru
30 Melepskan kocher dari drain
31 Mengobservasi :
Apakah paru-paru tidak mengembang
Apakah ada penyumbatan pada slang karena ada darah atau
kotoron lain
Keluhan pasien dan tanda-tanda vital, gejala cyanosis, tanda-tanda
perdrahan dan dada terasa tertekan
Apakah ada krepitasi pada kulit sekitar drain
Melatih pasien untuk bernafas dalam dan batuk
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam
Sebelum drain dicabut, pasien dianjurkan menarik nafas dalam,
drain segera dicabut. Luka bekas drain ditutup dengan kain kasa
steril yang sudah diolesi vaselin steril, kemudian diplester
32 Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu pasien
dalam posisi yang nyaman
33 Membersihkan alat-alat dan mengembalikannya pada tempatnya
34 Mencuci tangan
35 Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan keperawatan
LATIHAN NAFAS
Tujuan Pembelajaran :
Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan pembelajaran, mahasiswa akan mampu melakukan
latihan nafas dengan baik dan benar.
Deskripsi:
Latihan nafas adalah latihan untuk menfasilitasi fungsi paru dengan melibatkan klien untuk
berlatih nafas dalam dan batuk untuk mengeluarkan sekret, yang terdiri dari latihan nafas
abdominal (diapragmatic), pursed-lip breathing, apical expansion dan basal expansion.
Tujuan :
Untuk mengeluarkan dahak dan mengembangkan paru bila expansinya terganggu karena
penyakit obstruksi paru menahun, ataupun bagi klien yang mengalami pembedahan bagian
dada pada masa penyembuhan, dan operasi perut bagian atas.
Indikasi :
1. Klien yang mengalami gangguan pengembangan paru: COPD.
2. Klien yang mengalami operasi dada dan perut bagian atas.
3. Klien yang merasakan kemampuan bernafas menjadi pendek.
Untuk membantu klien melakukan latihan nafas apical, tempatkan kedua tangan (Perawat
atau klien) pada area sejajar ketiak bagian bawah sepanjang garis mid axillary dan berikan
tekanan sedang untuk mengevaluasi dan membandingkan pengembangan paru bagian bawah.
Perawat menginstruksikan klien untuk konsentrasi pada gerakan dada bawah pada saat
menghirup udara maupun saat mengeluarkannya secara lambat, perlahan dan pasip. Jika klien
kesulitan melakukannya, perawat harus memerintahkan klien untuk melakukan pernapasan
pursed-lip, seperti akan bersiul dan saat mengeluarkan udara secara lambat dan perlahan
kontraksikan otot-otot abdomen untuk mengeluarkan udara secara effektif. Memposisikan
mulut seperti ini dapat mencegah resistensi keluarnya udara dari paru-paru.
Alat –alat yang dibutuhkan:
Tempat duduk/ tidur klien
FORMATPENILAIAN KETERAMPILAN
LATIHAN BERNAFAS
NILAI
No. PROSEDUR
1 2 3 4
1. Persiapan klien
Persiapan Lingkungan
2. Pelaksanaan :
Inform concent
Mencuci tangan
Mengukur tanda vital
Memposisikan klien
Meletakkan tangan sesuai area latihan
Menyuruh klien menarik nafas dalam
Merasakan gerakan nafas inspirasi ki/ka
Menyuruh klien expirasi
Melatih batuk bila diperlukan
Menginformasikan kebutuhan latihan
Mengevaluasi tindakan
Mencuci tangan
3. Mendokumentasikan tindakan
Alasan
Waktu
Respon
Cara
FORMATPENILAIAN KETERAMPILAN
BATUK EFEKTIF
Tujuan : untuk membersihkan laring, trakea, dam bronkiolus dari sekret atau
benda asing di jalan nafas
PROSEDUR TINDAKAN
FISIOTERAPI DADA (CHEST PHYSIOTERAPY)
NILAI
No. TINDAKAN
1 2 3 4
1. Memberikan salam terapeutik pada klien dan keluarga
2. Mendiskusikan rencana tindakan dengan klien dan keluarga meliputi
alasan, tujuan, dan langkah-langkah tindakan
3. Mengkaji kebutuhan klien: tanda hypoxemia (penurunan status mental,
dyspnea, perubahan HR, disritmia, sianosis sentral, diaphoresis, dan akral
dingin)
4. Memastikan prosedur tindakan dilakukan 1 jam sebelum atau 1-3 jam
setelah klien makan.
5. Bila diperlukan lakukan nebulisasi atau berikan bronchodilator 15 menit
sebelum tindakan
6. Menjaga privasi klien dan mengatur pencahayaan
7. Mencuci tangan
8. Menyiapkan alat dan membawa alat ke dekat klien: tissue, bengkok,
tempat sputum yang sudah diisi dengan desinfektan dan penutup, handuk
kecil, stetoskop, sarung tangan, bantal, celemek, masker.
9. Memakai sarung tangan
10. Pilih area yang tersumbat yang akan dilakukan fisioterapi dada
berdasarkan pengkajian semua lapang paru dengan auskultasi dan
perkusi, data klinis dan gambaran foto dada.
11. Baringkan klien dalam posisi postural drainase yang tepat sesuai area
yang terdapat penumpukan secret
12. Minta klien untuk mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit
13. Observasi toleransi klien selama melakukan prosedur terutama observasi
PROSEDUR TINDAKAN
MENGUKUR TANDA-TANDA VITAL
TINDAKAN NILAI
NO
1 2 3 4
1. PERSIAPAN ALAT
1. Termometr dalam tempatnyalengkap
2. 3 botol masing- masing beris larutan sabun , desinfektan
dan air bersih
3. Bengkok
4. Tissue/ kassa
5. Polse toler/ jam tangan
6. Tensimeter lengkap
7. stetoskop
8. Tersedia buku catatan
9. Alalt- alat lengkap tersimpan dalam baki dengan memakai
alat
15. Melepaskan penutup jarum, menarik udara sejumlah dosis obat dan
menusukkan jarum pada pusat karet penutup vial.
16. Membalikkan atau memutar vial sehingga menghadap ke bawah,
memperhatikan bahwa ujung jarum seharusnya ada diatas permukaan
cairkan obat, lalu mendorong udara yang ada disuntikan.
17. Sebelum menarik obat, menarik suntikan sehingga ujung jarum berada
dibawah permukaan obat. Menarik sesuai dosis.
18. Lepaskan jarum dari vial, dan mengeluarkan gelembung- gelembung
udara yang ada disuntikan
19. Ganti jarum yang baru sesuai dengan ukuran
PEMBERIAN INJEKSI IV
20. Membaca kembali lebel obat untuk ketiga kalinya sebelum
mengembalikan obat tersebut dalam lemari penyimpanan.
21. Mencuci tangan
22. Mengucapkan salam terapeutik
23. Melakukan evaluasi/ validasi
24. Membawa obat ke klien,memperkenalkan diri dan menjelakan tujuan
pengobatan & prosedur tindakan
25. Menjaga privacy kilen dan pencahayaan
26. Mengkaji kembali prinsip 5B (BENAR : nama pasien, obat, dosis, cara
pemperian, waktu pemberian)
27. Mengatur posisi yang nyaman dan membantu klien untuk memperoleh
posisi yang benar dan nyaman.
28. Memakai handscoon
29. Meletakan pengalas dan mendekatkan bengkok
30. Tentukan area yang akan dilakukan penusukan untuk menyuntik,dan
Memastikan area penusukan pembuluh darah yang akan dilakukan
penusukan tidak adanya denyutan nadi
31. Lakukan bendungan dengan menggunakan torniquet di bagian proksimal
32. Melakukan pembersihan area suntikan dengan cara searah atau sirkuler
33. Jarum ditusukan kedalam pembuluh darah yang telah ditentukan dengan
lubang jarum menghadap keatas ( sudut penusukan jarum 15 ᵒ dari
permukaan)
34. Lakukan aspirasi pada spuit, bila jarum berhasil masuk kedalam pembuluh
darah vena maka darah akan mengalir masuk sendiri kedalam spuit)
setelah berhasil lepaskan spuit dengan tangan tidak dominan dan tangan
yang dominan tetap mempertahankan spuit di area penusukan
35. Masukan obat secara perlahan-lahan sambil melihat respon klien sampai
obat tersebut habis
36. Setelah obat masuk semua, jarum dicaput dengan cepat dan langsung
lakukan penekanan area penusukan dengan kapas alcohol selama ± 2menit
37. Buang spuit kedalam bengkok
PROSEDUR TINDAKAN
MENGATUR POSISI
NILAI
Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4
Persiapan Alat
1. Tempat Tidur
2. Bantal Kccil
3. Gulungan Handuk
4. Bantalan Kaki
5. Sarung tangan jika diperlukan
Tahap Pre Interaksi :
1. Cuci tangan
Tahap Orientasi
1. Beritahu pasien
2. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien atau keluarga
Tahap Kerja
a. Posisi Fowler/Semi Fowler
merupakan posisi tempat tidur dengan menaikkankepala
dan dada setinggi 45º-90º tanpa fleksi lutut
Tujuan: mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fumgsi pernafasan
1. Meminta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala
di naikkan
2. Menaikkan kepala tempat tidur 45º-90º sesuai kebutuhan.
Fowler rendah atau semi fowler (15º- 45º), fowler tinggi
90º
3. Meletakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva
lumbal, jika ada celah disana.
4. Meletakkan bantal kecil dibawah kepala klien.
5. Meletakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai
tumit
6. Menempatkan bantal kecil atau gulungan di bawah
pergelangan kaki dan lutut dalam keadaan fleksi
7. Meletakkan gulungan handuk disamping masing-masing
paha
8. Menopang telapak kaki klien dengan menggunakan
bantalan kaki
tumit
5. Menopang telapak kaki klien dengan menggunakan
bantalan kaki
6. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisis
ekstermitas atas, elevasikan tangan dan lengan bawah (
bukan lengan atas ) dengan menggunakan bantal)
d. Posisi Telungkup ( Pronasi )
adalah posisi klien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesamping.
Tujuan:
1. Untuk memberikan ekstensi penuh pada persendian
pinggul dan lutut
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan
lutut
3. Membantu drainase dari mulut sehingga berguna bagi
klien pascaoperasi mulut atau tenggorokan
Tahap Kerja
1. Menyiapkan klien telentang mendatar di tengah tempat
tidur
2. Menggulingkan klien dan memposisikan lengan dekat
dengan tubuhnya disertai siku lurus dan tangan diatas
paha. Memposisikan tengkurap/telungkup di tengah
tempat tidur yang datar
3. Memutar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong
dengan bantal. Jika banyak drainase dari mulut, mungkin
pemberian bantal dikontraindikasikan
4. Meletakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area
diantara diafragma ( atau payudara pada wanita) dan
krista iliaka
5. Meletakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai
tumit
6. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisis
ekstermitas atas, elevasikan tangan dan lengan bawah (
bukan lengan atas ) dengan menggunakan bantal)
e. Posisi Lateral ( Side - Lying)
adalah posisi klien berbaring pada salah satu sisi bagian
tubuh dengan kepala menoleh kesamping
Tujuan:
1. Untuk mengurangi lordosis dan meningkatkan kelurusan
punggung yang baik
2. Baik untuk posisi tidur dan istrahat
3. membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan
tumit.
1. Membaringkan klien telentang mendatar ditengah tempat
tidur
2. Menggulingkan klien hingga posisiya miring
3. Meletakkan bantal dibawah kepala dan leher klien
4. Memfleksikan bahu dan posisikan kedepan sehingga
tubuh tidak menopang pada bahu tersebut
5. Meletakkan bantal dibawah lengan atas
6. Meletakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga
ekstermitas bertumpu secara paralel dengan permukaan
tempat tidur
7. Meletakkan bantal guling di belakang punggung klien
untuk menstabilkan posisi
f.
g. Posisi Litotomi
Tujuan:
1. Permeriksaan alat genitalia
2. Proses persalinan
3. Pemasangan alat kontrasepsi
1. Mengatur posisi pasien dalam keadaan berbaring
(telentang)
2. Mengangkat kedua paha dan menarik keatas abdomen
3. tungkai bawah membentuk sudut 90º terhadap paha
4. Meletakkan bagian lutut/kaki pada penyangga kaki di
tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
5. Memasang selimut
Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon dan kondisi pasien
2. Cuci tangan
Dokumentasi
Melakukan dokumentasi tindakan yang dilakukan
Jumlah
PENGKAJIAN 1 2 3 4
1. 1.1. Menyampaikan salam kepada
klien/keluarganya
1.2. Membina hubungan saling percaya
1.3. Mengidentifikasi pengetahuan klien
1.4. Mengidentifikasi kesiapan klien
1.5. Melakukan pengkajian klien terhadap
eliminasi BAB,meliputi : pola BAB,
karakteristik feces, masalah eliminasi BAB,
faktor yang mempengaruhi proses eliminasi
BAB
1.6. Persiapan pemeriksaan fisik di abdomen,
rectum, dan anus meliputi inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi.
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
EVALUASI
DOKUMENTASI
5. 5.1. Mencatat semua tindakan yang dilakukan
dan respon klien selama prosedur
pelaksanaan huknah tinggi didalam catatan
perawat dengan jelas disertai nama dan
tanda tangan.
A. Persiapan Alat
Sarung tangan steril
Alat tenun (duk) steril
Keteter steril sekali pakai
KY jelly
Kassa steril
Cairan Antiseptik untuk pembersih daerah uretra (betadine atau savlon)
Botol steril untuk pemeriksaan
Urine bag/bed pan
Pinset
Korentang
Spuit 20 cc berisi air atau NaCl 0,9%
Plester
Gunting plester
Selimut/kain penutup
Bengkok
Perlak
1. membersihkan daerah sekitar uretra tempat masuknya kateter dengan sabundan air
pada waktu mandi untuk menghilangkan kotoran
2. hindarkan menarik kateter selama dibersihkan
3. ganti verban setiap hari.
1. pasang klem pada selang drainase sebelum aspirasi selama beberapa saat/menit untuk
mengumpulkan urine
2. bersihkan lubang untuk aspirasi dengan alkohol 70% atau providone iodine
3. masukkan jarum suntik steril no. 25 ke dalam bagian saluran aspirasi atau dari tutup
kateter
4. aspirasi sedikit volume urine untuk pemeriksaan
5. tarik jarum dari tabung dan alirkan urine dengan hati-hati ke dalam tempat
penampung kultur steril
6. lepaskan klem pada pipa drainase.
dimasukkan ke urethra
19. memasukkan kateter ke dalam urethra sampai pangkal kateter
20. menampung urine pada botol steril untuk pemeriksaan dan
menampung sisanya pada tempat yang telah disediakan.
21. mencabut kateter jika urine sudah habis atau menggembungkan
balon kateter dengan menggunakan spuit berisi air/NaCl 0.9%
sebanyak yang ditentukan pabrik kateter.
22. menarik sedikit kateter urine sampai dengan ada hambatan (tarik
secara pelan-pelan).
23. memfiksasi kateter
24. merapikan klien dengan peralatan
25. menilai kondisi klien
26. mendokumentasikan hasil pemasangan kateter urine dan respon
klien pada catatan klien
PERAWATAN KATETER INDWELLING
1. membersihkan daerah sekitar uretra tempat masuknya kateter
dengan sabundan air pada waktu mandi untuk menghilangkan
kotoran
2. hindarkan menarik kateter selama dibersihkan
3. ganti verban setiap hari.
MENGAMBIL URINE UNTUK KULTUR
1. pasang klem pada selang drainase sebelum aspirasi selama
beberapa saat/menit untuk mengumpulkan urine
2. bersihkan lubang untuk aspirasi dengan alkohol 70% atau
providone iodine
3. masukkan jarum suntik steril no. 25 ke dalam bagian saluran
aspirasi atau dari tutup kateter
4. aspirasi sedikit volume urine untuk pemeriksaan
5. tarik jarum dari tabung dan alirkan urine dengan hati-hati ke
dalam tempat penampung kultur steril
6. lepaskan klem pada pipa drainase.
PERSIAPAN
Pasien
1) Tersenyum kepada pasien
2) Memberikan salam terapeutik
3) Memperkenalkan diri
4) Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai maksud dan bagaimana proses
tindakan keperawatan yang akan dilakukan
2. Lingkungan
1) Perhatikan privasi pasien dengan menutup pintu atau tirai tempat tidur agar pasien
merasa aman, nyaman dan tidak dilihat oleh orang lain yang tidak berkepentingan
3. Peralatan
1) Persiapkan peralatan yang akan digunakan selengkap mungkin dan jangan ada yang
tertinggal
PERALATAN
1. Kelengkapan transfusi set
2. Cairan NaCl 0,9 %
3. Darah yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan
4. Kapas
5. Alcohol 70%
6. Gas steril
7. Gunting
8. Plaster
9. Perlak
10. Bengkok
PROSEDUR
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Perawat mencuci tangan
PROSEDUR
MELAKUKAN PENIS HYGIENE
A. Tujuan
Membersihkan genitalia dari mikroorganisme, sekret atau adanya darah
Mencegah timbulnya infeksi genitalia
Meningkatkan kenyamanan
B. Prinsip
Dilakukan pada pasien tidak mampu melakukan penis hygiene
Dilakukan sebelum pemasangan kateter
Tindakan dilakukan memperhatikan teknik septik dan antiseptik
Persiapan alat
C. Dokumentasi
NO TINDAKAN NILAI
1 2 3 4
1 Mengecek program trapi medik *)
2 Mengucapkan salam terapeutik *)
3 Melakukan evaluasi/validasi *)
4 Melakukan kontrak (waktu, tempat,topik) *)
5 Menjelaskan langkah-langkah tindakan, tujuan dan
manfaat khusus *)
6 Mencuci tangan *)
7 Pasang sampiran dan pastikan jendela dan pintu dalam
keadaan tertuttup *)
8 Memasang selimt ekstra dengan memanjang
9 Pasang pengalas dibawah bokong
10 Melepaskan pakaian bawah
11 Atur posisi pasien supine dengan lutut agak fleksi dan paha
dibuka atau dengan posisi lithotomi *)
12 Letakan bengkok didekat bokong pasien
13 Pasang sarung tangan *)
14 Pegang penis dengan tangan kiri, tangan kanan memgang
kapas sublimat untuk membersihkan gland penis dari ujung
ke arah ke bawah dengan cara memutar, kemudian batang
penis dari ataaas ke bawah.dan scrotum dari atas ke bawah
mengarah ke rectum *)
15 Pasang urinal bila klien ingin BAK. Kemudian Pasang
bedpan dibawah bokong pasien
16 Daerah genitalia disiram dengan air hangat *)
17 Keringkan dengan menggunakan tissue
18 Bedpan diangkat
NILAI
PROSEDUR
MELAKUKAN VULVA HIGIENE
A. Tujuan
Membersihkan genitalia dari mikroorganisme, sekret atau adanya darah
Mencegah timbulnya infeksi genitalia
Meningkatkan kenyamanan
B. Prinsip
Dilakukan pada pasien intrapartum, postpartum, tidak mampu melakukan vulva
hygiene
Dilakukan sebelum pemeriksaan dalam
Tindakan dilakukan memperhatikan teknik septik dan antiseptik
C. Persiapan alat
D. Dokumentasi
Keadaaan vulva, karakteristik sekret
E. PROSEDUR TINDAKAN
NO TINDAKAN NILAI
1 2 3 4
1 Mengecek program trapi medik *)
2 Mengucapkan salam terapeutik *)
3 Melakukan evaluasi/validasi *)
4 Melakukan kontrak (waktu, tempat,topik) *)
5 Menjelaskan langkah-langkah tindakan *)
6 Mencuci tangan *)
7 Mempersiapkan alat *)
8 Pasang sampiran dan pastikan jendela dan pintu dalam
keadaan tertutup *)
9 Memasang selimt ekstra dengan memanjang
10 Pasang pengalas dibawah bokong
11 Melepaskan pakaian bawah
12 Atur posisi pasien lithotomi *)
13 Letakan bengkok didekat bokong pasien
14 Pasang sarung tangan *)
15 Buka labia mayora dengan tangan kiri perawat dan tangan
kanan memegang pinset untuk menjepit kapas sublimat yang
sudah dibasahi dengan cairan desinfektan. Bersihkan labia
mayora dari atas kebawah 1 kali usapan, kemudian bersihkan
labia minora dari atas ke bawah dan terakhir bersihkan
perineum. *)
16 Pasang bedpan dibawah bokong pasien
17 Daerah genitalia disiram dengan air hangat *)
18 Keringkan dengan menggunakan tissue
NILAI
PARAF PEMBIMBING
PROSEDUR
PENGAMBILAN DARAH
A. Tujuan
Mengambil spesimen darah untuk pemeriksaan laboratorium.
B. Prinsip
- Pemilihan area pengambilan darah
- Pertahankan sterilitas
- Pastikan identitas dalam objek glass sesuai dengan identitas pasien.
C. Persiapan Alat
- Sarung tangan (untuk mencegah kontaminasi dengan darah)
- Tourniquet
- Kapas alkohol dan betadin (anti septik lain)
- Spuit dispossible
- Bak spuit
- Kassa steril
- Bengkok/tempat sampah
- Perlak dan alasnya
- Botol/tabung sampel/slidel
- Objek glass
- Lebel untuk identitas
- Formulir permintaan jenis test
- Plastik/container untuk membawa speciment ke laboratorium
D. Dokumentasi
- Mencatat identitas klien
- Mencatat respon klien selama dan setelah tindakan.
- Mencatat jenis pemeriksaan dan jumlah darah yang diambil.
E. PROSEDUR TINDAKAN
No. TINDAKAN
NILAI
0 1 2
1. Mengecek program terapi medik *)
2. Mengucapkan salam terapeutik *)
3. Melakukan evaluasi/validasi *)
4. Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik) *)
5. Menjelaskan langkah-langkah tindakan *)
6. Mendekatkan alat-alat ke sisi klien
7. Memasang sampiran dan atur pencahayaan
8. Mencuci tangan
9. Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan (nyaman untuk klien
dan memudahkan untuk perawat)
10. Pilih area vena yang akan diambil darah dengan tepat (besar
dan tidak bercabang)
11. Memasang perlak
12. Memakai sarung tangan
13. Memasang tourniqet 3-5 cm dari area penusukan dan minta
klien untuk mengepalkan tangannya
14. Melakukan tindakan antiseptik secara sirkuler sampai 2 cm
dari lokasi atau 1 kali usap. Biarkan sampai kering
15. Mengecek kembali area vena yang akan diambil darahnya
16. Menyiapkan spuit, melakukan menusukkan dengan sudut 10-
300 (sesuai posisi vena)
17. Merendahkan spuit dan lihat adanya aliran darah yang masuk
dan melepaskan torniqut
18. Melakukan aspirasi sampai jumlah yang dibutuhkan
19. Menarik spuit dan menekan area penusukkan dengan
menggunakan kapas alkohol.
20. Melepaskan jarum dari spuit dan masukkan darah ke dalam
No. TINDAKAN
NILAI
0 1 2
objek glass.
21. Memasang kembali tutup jarum dan buang spuit ke bengkok.
22. Memberi label nama, tanggal, waktu dan nama pengambil
darah.
23. Observasi area penusukan sebagai evaluasi.
24. Melepaskan sarung tangan
25. Mengevaluasi respon klien
26. Memberitahu klien tindakan sudah selesai
27. Membereskan alat
28. Membantu klien kembali ke posisi yang nyaman
29. Merencanakan tindak lanjut
30. Melakukan kontrak yang akan datang (datang, tempat, topik)
PROSEDUR
PENGAMBILAN ANALISA GAS DARAH
Tujuan dilakukan analisa darah vena antara lain untuk menganalisa kandungan komponen
darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, angka, leukosit, dan angka trombosit.
Darah vena juga dapat digunakan untuk
analisa gas darah jika darah arteri tidak dapat diperoleh, namun hanya
berguna untuk mengevaluasi pH, PaCO2 dan base excess
E. Prosedur tindakan
N SKOR
TINDAKAN
O 0 1 2 3
Persiapan Alat :
- Spuit 2 ml dengan jarum no. 22 /25 (anak-anak) no 20/21 (dewasa)
- Heparin
- Penutup jarum ( gabus)
- Kasa steril
- Cairan disinfektan
- Wadah berisi air
Tindakan
1 Mencuci tangan
2 Menjelaskan tujuan pengambilan darah arteri kepada klien
3 Mengukur suhu dan jumlah pernafasan klien
4 Mencatat umlah oksigen yang diberikan
5 Spuit diberi heparin dengan menghisap heparin sampai membasahi seluruh
6 spuit lalu posisi tegak lurus semprotkan semua heparin dan udara keluar
7 Meraba arteri radialis, brakhialis atau femoralis
8 Palpasi adanya arteri ulnaris sebelum menusuk arteri radialis
9 Melakukan tes alen=
10 Menekan arteri radialis dan ulnaris pada pergelangan tangan secara bersama-
sama
11 Menginstruksikan klien mengepal dan membuka kepalan beberapa kali
12 Menurunkan tangan klien sambil menekan arteri radialis (tekanan pada arteri
ulnaris dilepaskan) dan perhatikan kulit kembali normal
13 Meraba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan
menggunakan jari tangan dan telunjuk
14 Mendisinfeksi kulit dan jari-jari
15 Jarum disuntikan ke arteri radialis dengan sudut 45-60 derajat. Bila jarum
masuk ke dalam arteri darah akan keluar tampa spuit diisap dan warna darah
yang keluar merah matang
16 Setelah darah terisap (kira-kira 2cc) tarik spuit dan tekan bekas tusukan arteri
5-10 menit . bila klien mendapat heparin tekan selama 15 menit lalu tekan
Daftar Tilik Stase KMB_PPN UMC
By. Erida Fadila, S.Kep., Ners., M.Kep Page 85
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
( UMC )
Kampus 1: Jl. Tuparev 70 Cirebon
Kampus 2: Jl.Fatahillah 40 Watubelah Sumber Kab. Cirebon
Telp (0231) 209608, 209617, 209625; Fax (0231) 209608; E-mail : fikes@umc.ac.id
dengan balutan
17 Menusukan jarum pada gabus atau karet
18 Meletakan spuit pada wadah yang berisi es atau segera kirim ke laboratorium
19 Mencatat set ventilator, jumlah oksigen yang di dapat pada saat arteri di
ambil
20 Mengirim segera darah tersebut (dalam baskom berisi es ) ke laboratorium
21 Melapisi nadi (setelah distal tempat pengambilan darah) observasi tempat
penyuntikan dan kaji apakah tangan dingin, kebas tidak berasa atau ada
perubahan warna
22 Mengevaluasi respon klien selama prosedur, baik verbal, maupun non verbal
23 Dokumentasi : Mencatat tindakan prosesur yang dilakukan, mencatatnama
klien, umur, tanggal dan jam serta nama pemeriksa dan paraf/tt dan Mencatat
respon klien sebelum, selama dan sesudah melakukan prosedur
JUMLAH
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉
NILAI= 𝟔𝟗 x 100%
PROSEDUR
HECTING
A. Tujuan PEMBELAJARAN :
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang tindakan menjahit luka (Hecting)
mahasiswa mampu melakukan prosedur hecting dengan benar dan tepat.
B. DESKRIPSI :
Menjahit luka pada jaringan kulit dengan menggunakan benang jahit yang dapat diserap
maupun tidak untuk mempercepat pemulihan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
C. TUJUAN
Mempercepat proses penyembuhan luka
Mencegah terjadinya luka parut yang lebih besar
D. INDIKASI
Luka sayat yang tidak terinfeksi
Mngikat pembuluh darah
E. ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN
a. Bak instrumen
b. Pinset anatomi dan pinset cirurgi
c. Jarum bengkok (otot dan kulit)
d. Needle holder (pemegang jarum)
e. Benang jahit (diserap dan tidak diserap)
f. Arteri klem
g. Bethadine
h. Kasa steril
i. Lidi kapas
j. Duk bolong
k. Gunting
l. Set Balutan
m. Bengkok (tempat sampah)
n. Spuit 2,5 cc
o. Lidokain 1-2 %
NO SKALA KET
PENAMPILAN
PROSEDUR
0 1 2
1 Pengkajian
1.1 Mengkaji kondisi luka pasien meliputi:
kedalaman luka, luas luka, tanda-tanda
infeksi
2 Perencanaan
2.1 Mencuci tangan
2.2 Menyusun alat-alat yang diperlukan dengan
memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik.
PROSEDUR
RANGE OF MOTION
Tujuan
Lakukan secara berurutan mulai dari leher ke kaki serta dilakukan secara teratur
Jangan memegang sendi secara langsung, tetapi pegang ekstremitas secara lembut pada
bagian distal atau proksimalsendi. Bila perlu memegang endi, buatlah telapak tangan
seperti mangkuk dan letakkan di bawah sendi
Jangan memegang ekstremitas pada kuku kaki atau kuku tangan
Bekerja mulai dari arah proksimal ke arah distal
Aman
Nyaman
Latihan dapat diintegrasikan dengan aktivitas keperawatan lainnya, seperti memandikan,
memberikan pendidikan dan kesehatan, dll.
Persiapan Klien
Lamanya latihan, respon klien saat latihan dan sesudah latihan (keluhan nyeri, kekakuan,
kelelahan, dan lain-lain), tanda-tanda vital, kekuatan otot.
A. Prosedur Tindakan
NO TINDAKAN NILAI
1 2 3 4
1. Mengecek program trapi medik *)
2. Mengucapkan salam terapeutik *)
3. Melakukan evaluasi/validasi *)
4. Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik)
5. Menjelaskan langkah-langkah tindakan
6. Mencuci tangan
7. Dekatkan klien dengan posisi perawat berdiri
8. Buat posisi tempat tidur yang memudahkan untuk bekerja
(sesuai dengan tinggi perawat)
9. Bantu klien ke posisi semula yang nyaman
10. Lakukan latihan sesuai kebutuhanklien (lihat lampiran
prosedur)
11. Mengevaluasi respon klien *)
12. Merencanakan tindak lanjut *)
13. Melakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat,topic) *)
14. Melakukan dokumentasi tindakan & hasil *)
JUMLAH
NILAI
PROSEDUR
PEMASANGAN NGT
A. Tujuan
Memberikan suplemen cairan nutrisi/makanan ke lambung untuk pasien yang tidak dapat
menelan.
Decompresi: mengeluarkan secret dan gas-gas dari saluran pencernaan, untuk mencegah
terjadinya distesi.
Lavage; mengirigasi lambung oleh karena perdarahan lambung, keracunan, dan dilatasi
lambung.
Mengambil airan lambung untuk analisa laboratorium.
B. Prinsip
Posisi kepala saat selang dimasukkan ke faring adalah fleksi.
Pastikan selang berada di lambung.
C. Alat
Selang NGT (ukuran sesuai kebutuhan)
Kateter tip/syiringe besar (20–50 ml)
Jelly
Stetoskop
Plester perekat
Sarung tangan
Tissue
Piala ginjal/ bengkok
Handuk kecil
Normal saline (untuk irigasi)
Lidi kapas
Penlight
D. Dokumentasi
Jenis dan besar (nomor) NGT yang digunakan
Respon setelah pemasangan: muntah atau batuk
Kepatenan selang, distensi abdomen, bising usus
Warna dan jumlah cairan yang keluar
E. Prosedur Tindakan
NO TINDAKAN NILAI
1 2 3 4
1 Mengecek program trapi medik *)
2. Mengucapkan salam terapeutik *)
3. Melakukan evaluasi/validasi *)
4. Melakukan kontrak (waktu,tempat,topik) *)
5. Menjelaskan langkah-langkah tindakan *)
6. Mencuci tangan *)
7. Menyiapkan alat disamping tempat tidur *)
8. Menempatkan klien pada posisi fowler atau semi fowler
9. Memasang handuk kecil di atas ada klien
10. Memakai sarungtangan
11. Meminta perawat lain membuka bungkus selang
12. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara
menempatkan ujung selang dari hidung klien ke ujung telinga
atas, lalu lanjutkan ke atas processus xipoideus.
13. Menekuk/menanai ujung dari selang tersebut.
14. Meminta perawat lain memberi jelly 10-20 cm ari ujung
selang tersebut.
15. Meminta klien untuk relaks dn bernapas normal.
JUMLAH
NILAI
*) Critical Point = Harus dilakukan
PROSEDUR
PELEPASAN SELANG NASOGASTRIK TUBE (NGT)
Tujuan
Prinsip
Persiapan Alat
- Tissue
- Plastik / bengkok
- Sarung tangan bersih
- Syringe 30 – 50 ml (optional)
Dokumentasi
Prosedur Tindakan
NO TINDAKAN NINILAI
1 2 3 4
1. Mengecek program trapi medik *)
2. Mengucapkan salam terapeutik *)
3. Melakukan evaluasi/validasi *)
4. Melakukan kontrak (waktu, tempat,topik) *)
5. Menjelaskan langkah-langkah tindakan *)
6. Mencuci tangan *)
7. Mempersiapkan alat *)
8 Bantu klien ke posisi fowler atau duduk jika kondisi
memungkinkan
9 Tempatkan plastik melintang di atas dada klien atau bengkok
di dekat klien
10 Berikan tissue kepada klien. Pakai sarung tangan bersih.
Lepaskan plester yang memfiksasi selang
11 Masukkan 50 ml udara ke dalam selang (optional) *)
JUMLAH
NILAI
*) Critical Point = Harus dilakukan
PROSEDUR
PEMBERIAN MAKANAN VIA SELANG NASOGASTRIK TUBE (NGT)
A. Tujuan
Memperbaiki dan mempertahankan status nutrisi klien
Memberi obat
B. Prinsip
Makanan yang dapat diberikan adalah makanan cair, makanan yang diblender halus, dan
formula khusus makanan enteral
Residu lambung harus di cek sebelum memberikan makanan. Residu > 50 cc, tunda
pemberian sampai 1 jam. Jika setelah 1 jam jumlah residu masih tetap, laporkan ke dokter
yang merawatnya
Hindari mendorong makanan untuk mencegah iritasi lambung. Kecepatan yang
direkomendasikan adalah pemberian dengan ketinggian ± 45 cm dari abdomen
Perhatikan interaksi obat dengan makanan, terutama dengan susu, jika ada pemberian
obat peroral
C. Alat
Makanan Cair
Cairan pembilas
Syringe 20 – 50 ml
Gelas ukur air kira-kira 60 ml
Pompa makanan
Pengalas
Bengkok
Tisue
D. Dokumentasi
Dokumentasikan waktu pemberian makan, jumlah dan jenis makanan yang diberikan,
jumlah air putih, obat (jika diberikan), dan respon klien selama dan setelah pemberian.
E. Prosedur Tindakan
NO TINDAKAN NILAI
1 2 3 4
1. Mengecek program trapi medik *)
2. Mengucapkan salam terapeutik *)
3. Melakukan evaluasi/validasi *)
4. Melakukan kontrak (waktu, tempat,topik) *)
5. Menjelaskan langkah-langkah tindakan *)
6. Mencuci tangan *)
7. Mempersiapkan alat *)
8. Mengkaji:
Adanya alergi terhadap makanan
Bising usus
Adanya masalah-masalah yang berkaitan dengan
pemberian makanan melaui NGT (spt: muntah, diare,
konstipasi, distensi abdomen, dsb)
9. Menyiapkan makanan dan obat (jika ada) yang akan diberikan
sesuai dengan terapi medik *)
10. Menjaga privacy jika klien menginginkan
11. Membantu klien ke posisi fowler di tempat tidur atau duduk di
kursi. Jika posisi duduk merupakan kontraindikasi bagi klien,
posisi miring kanan dengan kepala agak tinggi diperbolehkan
12. Mengecek penempatan/kepatenan selang NGT. *)
Menempatkan kateter tip dalam keadaan tertutup
pendorongnya diujung selang NGT. Aspirasi isi lambung,
kemudian cek PH
13. Mengkaji residu isi lambung. Aspirasi semua isi lambung dan
JUMLAH
NILAI
*) Critical Point = Harus dilakukan
PROSEDUR
BILAS LAMBUNG
Indikasi
1. Perdarahan traktus gastrointestinal atas
2. Menelan racun atau toksin
3. Kelebihan dosis obat yang membahayakan hidup
4. Pengawasan terhadap suhu yang tidak wajar
Kontra Indikasi
1. Dicurigai adanya ruptur esophagus
2. Menelan bahan-bahan kaustik
3. Menelan minyak yang telah disuling (relatif)
Komplikasi
1. Aspirasi
2. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Perforasi esophagus / lambung
4. Trauma terhadap mukosa gaster
5. Esofagitis refluks
6. Disritmia jantung
7. Hipotermia (jika larutan garam fisiologis dingin digunakan dalam jumlah besar)
8. Asidosis
Prosedur Kerja
Persiapan alat
1. cairan lavage (sesuai instruksi/kolaborasi medik)
2. pipa lambung
3. set infus
4. perlak
5. ember
6. handuk atas
7. piala ginjal
8. spuit
9. stetoskop
10. menyiapkan lingkungan
Langkah- langkah
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Pasien dipuasakan s/d selesai tindakan (puasa minum) makan terakhir 4 jam
sebelum pemeriksaan
4. Periksa elektrolit dalam darah
5. Observasi tanda-tanda vital
6. Memasang selang lambung (sesuai prosedur)
7. Menyambung cairan lavage dengan set infus (cairan lavage dalam botol
digantung)
8. Hubungkan set infus dengan penduga lambung
9. Alirkan air lavage permulaan 40 tetes kemudian diguyur
10. Mengeluarkan cairan dalam lambung
11. Mengobservasi keadaan pasien
12. Merapikan pasien
13. Membereskan semua perlengkapan
14. Cek elektrolit darah
15. Mengukurt jumlah cairan yang masuk dan keluar
16. Catat semua kejadian dalam catatan khusus
17. Mencuci tangan