Anda di halaman 1dari 5

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANDAK

NOMOR : / /RSUDL/III/2019
TENTANG
KEBIJAKAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Menimbang :
a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 100 ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
b. bahwa untuk mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak
lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan makhluk hidup
lainnya diperlukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
secara terpadu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi;
c. bahwa untuk keperluan di atas perlu diterbitkan Peraturan
Direktur tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
RSUD Landak.
Mengingat :
1. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen:
2. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang -Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/Menkes/SK/II/2008tentang Standart Pelayanan Minimal di
Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun:
7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang
Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu : Memberlakukan Kebijakan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini;
Kedua : Segala biaya yang timbul akibat diterbitkannya Keputusan ini
dibebankan pada anggaran Rumah Sakit;
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : NGABANG
PADATANGGAL : 08 MARET 2019
RSUD LANDAK

Direktur

dr. H.S.Wahyu Purnomo, Sp.B


NIP. 19810715 200904 100 0
Lampiran : Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Landak
Nomor : / /RSUDL/III/2019
Tentang : Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

a. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya.
b. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
c. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
d. Dalam hal terdapat Limbah di luar daftar Limbah B3 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah yang terindikasi memiliki karakteristik Limbah B3,
adapun uji karakteristik Limbah B3 dilakukan untuk mengidentifikasi Limbah sebagai:
1) Limbah B3 kategori 1;
2) Limbah B3 kategori 2;
3) Limbah nonB3.
Karakteristik Limbah B3 sebagaimana yang dimaksud meliputi:
 mudah meledak;
 mudah menyala;
 reaktif;
 infeksius;
 korosif;
 beracun.
e. Pengurangan Limbah B3 dapat dilakukan melalui:
 substitusi bahan;
 modifikasi proses;
 penggunaan teknologi ramah lingkungan
f. Tempat Penyimpanan Limbah B3 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) lokasi Penyimpanan Limbah B3;
2) fasilitas Penyimpanan Limbah B3 yang sesuai dengan jumlah Limbah B3, karakteristik
Limbah B3, dan dilengkapi dengan upaya pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup;
3) peralatan penanggulangan keadaan darurat.
4) Lokasi Penyimpanan Limbah B3 harus bebas banjir dan tidak rawan bencana alam.
Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 dapat berupa: a. bangunan; b. tangki dan/atau
kontainer; c. silo; d. tempat tumpukan limbah (waste pile); e. waste impoundment;
dan/atau f. bentuk lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
g. Pengemasan Limbah B3 dapat dilakukan dengan menggunakan kemasan yang:
 terbuat dari bahan yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik
Limbah B3 yang akan disimpan;
 mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan;
 memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
penyimpanan, pemindahan, atau pengangkutan;
 berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak.
h. Kemasan Limbah B3 wajib dilekati Label Limbah B3 dan Simbol Limbah B3. Pelabelan
Limbah B3 adalah proses penandaan atau pemberian label yang dilekatkan atau dibubuhkan
pada kemasan langsung Limbah B3. Label Limbah B3 paling sedikit memuat keterangan
mengenai:
 nama Limbah B3;
 identitas Penghasil Limbah B3;
 tanggal dihasilkannya Limbah B3;
 tanggal Pengemasan Limbah B3.
i. Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau menghilangkan sifat bahaya
dan/atau sifat racun. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3
paling sedikit memuat:
 identitas pemegang izin;
 tanggal penerbitan izin;
 masa berlaku izin;
 persyaratan lingkungan hidup;
 kewajiban pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah
B3.
j. Penyimpanan Limbah B3 paling lama:
1) 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan
sebesar 50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau lebih;
2) 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori
1;
3) 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3
yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3
kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik umum;
4) 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3
kategori 2 dari sumber spesifik khusus,
k. Laporan Penyimpanan Limbah B3 paling sedikit memuat:
 sumber, nama, jumlah, dan karakteristik Limbah B3;
 pelaksanaan Penyimpanan Limbah B3;
 Pemanfaatan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan Limbah B3
yang dilakukan sendiri oleh pemegang izin dan/atau penyerahan Limbah B3 kepada
Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau
Penimbun Limbah B3
l. Pengumpul Limbah B3 dilarang:
 melakukan Pemanfaatan Limbah B3 dan/atau Pengolahan Limbah B3 terhadap sebagian
atau seluruh Limbah B3 yang dikumpulkan;
 menyerahkan Limbah B3 yang dikumpulkan kepada Pengumpul Limbah B3 yang lain;
 melakukan pencampuran Limbah B3.
m. Penimbunan Limbah B3 adalah kegiatan menempatkan Limbah B3 pada fasilitas penimbunan
dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Menimbunan
Limbah B3 dapat dilakukan pada fasilitas Penimbunan Limbah B3 berupa:
1) penimbusan akhir;
2) sumur injeksi;
3) penempatan kembali di area bekas tambang;
4) dam tailing;
5) fasilitas Penimbunan Limbah B3 lain sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Adapun lokasi Penimbunan Limbah B3 harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
 bebas banjir;
 permeabilitas tanah;
 merupakan daerah yang secara geologis aman, stabil, tidak rawan bencana, dan di
luar kawasan lindung;
 tidak merupakan daerah resapan air tanah, terutama yang digunakan untuk air
minum.

Ngabang, 08 Maret 2019


Direktur RSUD Landak

dr. H.S.Wahyu Purnomo, Sp.B


NIP. 19810715 200904 100 0

Anda mungkin juga menyukai