Anda di halaman 1dari 41

TUGAS AKHIR

EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN


DAN ALAT PEMADAM API RINGAN
PADA PT. PHILIPS INDONESIA

ADHITYA NUGROHO

6506 040 032


Latar Belakang
PT. Philips Indonesia merupakan
pabrik lampu yang dalam proses
produksinya memiliki potensi bahaya
tinggi, menggunakan Bahan-Bahan Kimia
Yang Berbahaya Dan Beracun (B3), antara
lain : Quartz San, Sodium Ash Dense,
Mercury, dan Used Semen.
PT. Philips Indonesia juga memiliki
kecenderungan dalam pemakaian peralatan
dan mesin berteknologi tinggi, antara lain :
Stem Mounting, Centering Oven, dan
Pumping Machine.
Kejadian kecelakaan yang pernah
terjadi di PT. Philips Indonesia tersebut,
salah satunya adalah pada tanggal 20 Juli
2008 terjadi kebakaran di area Basement
Barca GLS karena puntung rokok.
(Sumber : PT. Philips Indonesia, 2008).
Berdasarkan hasil inspeksi, ditemukan
beberapa temuan mengenai penempatan
sarana evakuasi dan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) yang tidak sesuai dengan
standar yang telah ada, antara lain : adanya
pintu darurat yang terkunci, dan adanya
penempatan APAR yang terhalang oleh
suatu panel listrik.
Berdasarkan hasil evaluasi Hazard
Identification, Risk Assessment, Risk
Control (HIRARC) yang telah dilakukan,
terdapat beberapa aktivitas yang berpotensi
untuk menimbulkan suatu kondisi darurat,
antara lain : tumpahan minyak, tumpahan
bahan kimia, dan limbah B3.
Pada PT. Philips Indonesia diperlukan
evaluasi terhadap Emergency Response
Plan (ERP), dan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR). Agar tercipta sistem yang
terintegrasi antara ERP dan APAR, serta
meningkatkan kesiapsiagaan dalam kondisi
darurat agar senantiasa tercipta Budaya
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
pada PT. Philips Indonesia.
Tujuan Penelitian
 Melakukan evaluasi terhadap Emergency Response Plan
(ERP).
 Melakukan perancangan ulang Emergency Response Plan
(ERP) pada PT. Philips Indonesia.
 Melakukan evaluasi terhadap Alat Pemadam Api Ringan
(APAR).
 Melakukan perancangan ulang Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) pada PT. Philips Indonesia.
Batasan Masalah
 Evaluasi ERP dan APAR hanya pada PT. Philips
Indonesia.
 Evaluasi sarana ERP, yaitu : pintu darurat, lebar pintu
darurat, tangga darurat, Exit Route, Exit Sign, Assembly
Point, Escape Time, dan prosedur tanggap darurat.
 Evaluasi sarana APAR difokuskan pada jumlah,
penempatan dan jenis APAR yang dibutuhkan pada
bangunan.
 Mengenai aspek perhitungan estimasi biaya yang
dibutuhkan tidak dibahas dalam penelitian ini.
Evaluasi Emergency Response Plan (ERP)

Evaluasi berdasarkan peraturan yang ada,


yaitu :
 Standar Nasional Indonesia 03-1746-2000
Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan
Sarana Jalan Ke Luar Untuk Penyelamatan
Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Gedung.
 National Fire Protection Association 101®
Life Safety Code® 2000 Edition.
Evaluasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Evaluasi berdasarkan peraturan yang ada,


yaitu :
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik Indonesia No. :
PER.04/MEN/1980 Tentang Syarat-Syarat
Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam
Api Ringan.
 National Fire Protection Association 10
Standard For Portable Fire Extinguishers
2002 Edition.
Flow Chart Metodologi Penelitian
Perhitungan Jumlah Orang
Untuk Ruang Tunggu Poliklinik :
Panjang : 4,5 m.
Lebar : 7 m.
Occupant Load Factor : 9,3 m2/orang.
Perhitungan Kebutuhan Jumlah Tempat Keluar
Untuk Ruang Tunggu Poliklinik :
Potensi Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok I
Jumlah Orang (N) : 4 Orang.
Lama Evakuasi (T) : 2,5 Menit (Bahaya Kebakaran Sedang).
Perbandingan Kebutuhan Unit Lebar
Tempat Keluar (U) Dengan Rate Of Flow

Untuk Ruang Tunggu Poliklinik :


Perhitungan Dimensi Pintu Darurat

Untuk Ruang Tunggu Poliklinik :


Unit Lebar Tempat Keluar : 1 Unit.
Jumlah Tempat Keluar : 1 Buah.
Maka, 1 Tempat Keluar Dengan Lebar 1 Unit (525
mm).
Jadi, Pada Ruang Tunggu Poliklinik memiliki 1
Tempat Keluar Dengan Lebar 1 Unit (525 mm).
Perhitungan Tangga Darurat
Perhitungan Tangga Darurat Pada Workshop Upper
Floor
Lebar Tempat Keluar (LTK) = 525 mm, maka w =
0,55 m karena lebar minimum Tangga Darurat
menurut SNI 03-1746-2000 adalah 0,55 m.
Dimensi Tangga Darurat
Berdasarkan perhitungan dan atas ketentuan SNI 03-1746-
2000, yaitu :
 Lebar minimum tangga darurat adalah 0,55 m.
 Tinggi minimum anak tangga adalah 0,10 m dan
maksimum 0,18 m.
 Ketinggian maksimum antar Bordes adalah 3,7 m.
 Tinggi pegangan rel minimum adalah 0,86 m dan
maksimum 0,96 m.
 Lebar Bordes minimal sama dengan lebar tangga.
 Jumlah orang yang terakomodasi tangga darurat
dirumuskan dengan :
Perancangan Exit Route
Untuk Ruang Tunggu Poliklinik :
Lebar : 71,1 cm.
Tinggi : 250 cm.
Jumlah : 1 Buah.
Klasifikasi Bahaya : Ordinary
(Moderate)
Hazard.
Panjang : 755 cm.
Perancangan Exit Sign
Perancangan Exit Sign sesuai dengan
persyaratan SNI 03-6574-2001 adalah
sebagai berikut :
a. Dimensi Huruf Exit Sign :
• Tinggi huruf = 15 cm.
• Tebal huruf = 2 cm.
• Jarak antar huruf = 1 cm.
b. Tinggi pemasangan arah Exit Sign
maksimal 20 cm dan minimal 15 cm dari
permukaan lantai.
c. Pemasangan pada pintu darurat dengan
jarak 10 cm dari rangka pintu.
d. Lokasi pemasangan Exit Sign :
• Setiap pintu darurat.
• Setiap tangga darurat.
• Ujung gang yang mendorong ke arah pintu
Exit.
• Setiap persimpangan pada koridor.
Perancangan Assembly Point
a. Penentuan Arah Angin Tahunan
Tabel 4.1 Data Arah Dan Kecepatan Angin (Ringkasan)

Tahun Rata-Rata Arah Angin


2007 Ke Timur
2008 Ke Timur
2009 Ke Timur
Kesimpulan Ke Timur
(Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi Dan
Geofisika, Stasiun Meteorologi Juanda, Surabaya)
Dari data di atas, maka dapat diketahui kecenderungan arah
angin tahunan untuk wilayah pengamatan daerah Brebek
Industri, Sidoarjo adalah ke arah timur.
b. Letak Assembly Point
Jarak aman Assembly Point minimal menurut
NFPA 101®-2000 adalah 6,1 meter. Arah
angin terbanyak pada tahun 2007-2009
adalah ke timur, maka letak Assembly
Point tidak berada pada timur bagunan
gedung.
Perhitungan Waktu Escape
a. Waktu Escape Menuju Exit
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia No. :
KEP.186/MEN/1999 Tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran Di Tempat
Kerja, untuk bangunan dengan resiko
bahaya kebakaran ringan maksimal
lamanya evakuasi adalah 3 menit,
bangunan dengan resiko bahaya
kebakaran sedang adalah 2,5 menit dan
untuk bangunan dengan tingkat bahaya
kebakaran tinggi adalah 2 menit.
b. Waktu Escape Dari Exit Menuju Assembly Point
Untuk Ruang Tunggu Poliklinik :
Luas : 31,5 m2.
Jumlah Orang : 4 Orang.
Konstanta Kecepatan Evakuasi : k = 1,4 Dan a = 0,266.
Lebar Exit Route : 1,5 Meter.
Exit Route Element : 1. Corridor (Ramp Walls) = 0,2 m.
2. Door (Archways) = 0,15 m.
Tempat Keluar : 1 Buah.
APAR Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik Indonesia No. : PER.04/MEN/1980
Untuk Ruang Tunggu Poliklinik :
Klasifikasi Kebakaran : Kelas A Dan Kelas C.
Luas : 31,5 m2.
Luas Perlindungan APAR : 176,625 m2.
Jenis APAR : Tepung Pemadam (PG).
Berat : 12 Kg.
APAR Berdasarkan National Fire Protection Association 10
Standard For Portable Fire Extinguishers 2002 Edition
Untuk Ruang Tunggu Poliklinik :
Klasifikasi Kebakaran : Kelas A Dan Kelas C.
Klasifikasi Bahaya : Ordinary (Moderate) Hazard.
Rating : 2-A:C.
Luas : 31,5 m2.
Jenis APAR : ABC Dry Chemical
(Ammonium Phosphate).
Berat : 9 Lb (4,086 Kg).
Evaluasi Sarana Evakuasi Berdasarkan National Fire Protection
Association 101® Life Safety Code® 2000 Edition

 Pada Bagian Gudang terdapat Pintu Darurat yang terkunci.


 Akan tetapi, di samping Pintu Darurat tersebut juga telah
disediakan Anak Kunci yang dilindungi oleh Break Glass
untuk membuka Pintu Darurat tersebut.
 Sedangkan untuk Pintu Darurat yang lain yang terdapat di
PT. Philips Indonesia tersebut sudah sesuai dengan Standar
yang ada, yaitu keadaan Pintu Darurat tidak terkunci dan
Pintu Darurat membuka ke arah keluar.
 Berdasarkan National Fire Protection Association 101®
Life Safety Code® 2000 Edition, disebutkan bahwa pintu-
pintu harus disusun untuk siap dibuka dari sisi jalan keluar
bilamana bangunan itu dihuni. Kunci-kunci, bila
disediakan, tidak harus membutuhkan sebuah Anak Kunci,
alat atau pengetahuan khusus atau upaya tindakan dari
dalam bangunan.
 Di sepanjang Koridor Jalur Emergency Exit sebelah Dining
Hall tidak terdapat beberapa sarana pemadam kebakaran,
minimal sebuah Alat Pemadam Api Ringan.
 National Fire Protection Association 10 Standard For
Portable Fire Extinguishers 2002 Edition yang
menyebutkan bahwa Alat Pemadam Api Ringan harus
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau dan tersedia di
tempat yang memungkinkan awal timbulnya api. Lebih
baik lagi, jika diletakkan di sepanjang jalur normal
perpindahan, termasuk jalur keluar dari area.
Evaluasi Sistem Alat Pemadam Api Ringan Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. : PER.04/MEN/1980

 Pada Koridor yang menghubungkan antara Bagian GLS dan Bagian


VTL hanya terdapat sebuah Alat Pemadam Api Ringan.
 Penempatan APAR berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik Indonesia No. : PER.04/MEN/1980 adalah
jarak antara satu APAR dengan APAR yang lainnya atau satu
kelompok APAR dengan kelompok APAR yang lainnya tidak boleh
melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh Pegawai Pengawas
atau Ahli Keselamatan Kerja.
 Pada Koridor tersebut juga ditemui APAR yang ditempatkan pada
ketinggian kurang dari 1,2 meter, sehingga untuk mengambilnya perlu
membungkukkan badan.
 Penempatan APAR harus ditata sedemikian rupa sehingga bagian
paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan
lantai kecuali Jenis APAR CO2 dan Tepung Kering (Dry Chemical)
dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar Alat
Pemadam Api Ringan tidak kurang dari 15 cm dari permukaan lantai.
 Jumlah Total APAR yang dibutuhkan PT. Philips Indonesia
berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Republik Indonesia No. : PER.04/MEN/1980 adalah 470 Buah dengan
Jenis APAR berupa Tepung Pemadam (PG) dan B.C.F Halon No.
1211. Sedangkan Jumlah Total APAR yang dimiliki oleh PT. Philips
Indonesia saat ini adalah 283 Buah dengan Jenis APAR berupa CK
(CO2), SP (Powder), dan Halotron.
 Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Republik Indonesia No. : PER.04/MEN/1980, PT. Philips Indonesia
memiliki Klasifikasi Kebakaran Kelas A, B, C, dan D. Jenis APAR
yang cocok adalah Tepung Pemadam (PG) dan B.C.F Halon No. 1211
dengan berat 12 Kg dan 1,4 Kg, karena Jenis APAR ini efektif untuk
Klasifikasi Kebakaran pada PT. Philips Indonesia.
Evaluasi Sistem Alat Pemadam Api Ringan Berdasarkan National Fire Protection
Association 10 Standard For Portable Fire Extinguishers 2002 Edition

 Jumlah Total APAR yang dibutuhkan PT. Philips


Indonesia berdasarkan National Fire Protection
Association 10 Standard For Portable Fire Extinguishers
2002 Edition adalah 408 Buah dengan Jenis APAR berupa
Multipurpose/ABC Dry Chemical (Ammonium Phosphate)
dan Halon 1211 (Bromochlorodifluoromethane).
Sedangkan Jumlah Total APAR yang dimiliki oleh PT.
Philips Indonesia saat ini adalah 283 Buah dengan Jenis
APAR berupa CK (CO2), SP (Powder), dan Halotron.
 PT. Philips Indonesia memiliki Klasifikasi Kebakaran
Kelas A, B, C, dan D. Jenis APAR yang cocok adalah
Multipurpose/ABC Dry Chemical (Ammonium Phosphate)
dan Halon 1211 (Bromochlorodifluoromethane) dengan
berat 4,086 Kg dan 9,988 Kg, karena Jenis APAR ini
efektif untuk Klasifikasi Kebakaran pada PT. Philips
Indonesia.
 Pada Bagian VTL 2 sebelah Selatan terdapat sebuah APAR
yang penempatannya terhalang oleh suatu Panel Listrik.
 Menurut National Fire Protection Association 10 Standard
For Portable Fire Extinguishers 2002 Edition, dijelaskan
bahwa setiap kelompok APAR harus ditempatkan pada
posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai,
dan diambil, serta dilengkapi dengan pemberian Tanda
Pemasangan yang tingginya adalah 3 ft (1 m) dari dasar
lantai tepat di atas satu atau kelompok Alat Pemadam Api
Ringan yang bersangkutan.
Kesimpulan
 Berdasarkan hasil Evaluasi Sarana Evakuasi
menurut National Fire Protection Association
101® Life Safety Code® 2000 Edition, pada
Bagian Gudang terdapat Pintu Darurat yang
terkunci. Akan tetapi, di samping Pintu Darurat
tersebut juga telah disediakan Anak Kunci yang
dilindungi oleh Break Glass untuk membuka Pintu
Darurat tersebut. Kemudian, di sepanjang Koridor
Jalur Emergency Exit sebelah Dining Hall tidak
terdapat beberapa sarana pemadam kebakaran,
minimal sebuah Alat Pemadam Api Ringan. Pada
Koridor ini sebaiknya diletakkan minimal sebuah
APAR.
 Total kebutuhan jumlah Pintu Darurat pada
PT. Philips Indonesia sudah sesuai antara
kondisi Existing dengan hasil evaluasi.
Sedangkan kebutuhan Tangga Darurat pada
Workshop Upper Floor untuk kondisi
Existing kelebihan 1 Tangga Darurat.
Penempatan Assembly Point juga sudah
sesuai antara kondisi Existing dengan hasil
evaluasi, yaitu di selatan bangunan gedung.
 Berdasarkan hasil Evaluasi Alat Pemadam Api Ringan,
pada Koridor yang menghubungkan antara Bagian GLS
dan Bagian VTL hanya terdapat sebuah Alat Pemadam Api
Ringan dan ditemui APAR yang ditempatkan pada
ketinggian kurang dari 1,2 meter. Seharusnya jarak antara
satu APAR dengan APAR yang lainnya tidak boleh
melebihi 15 meter dan penempatan APAR harus berada
pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali Jenis
APAR CO2 dan Tepung Kering (Dry Chemical).
Sedangkan pada Bagian VTL 2 sebelah Selatan terdapat
sebuah APAR yang penempatannya terhalang oleh suatu
Panel Listrik. Seharusnya setiap kelompok APAR harus
ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,
mudah dicapai, dan diambil, serta dilengkapi dengan
pemberian Tanda Pemasangan.
 Jumlah Total APAR yang dibutuhkan PT. Philips
Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. :
PER.04/MEN/1980 adalah 470 Buah dan
berdasarkan National Fire Protection Association
10 Standard For Portable Fire Extinguishers 2002
Edition adalah 408 Buah. Sedangkan Jumlah Total
APAR yang dimiliki oleh PT. Philips Indonesia
saat ini adalah 283 Buah. Hal ini menunjukkan
bahwa Jumlah APAR yang ada pada PT. Philips
Indonesia belum mencukupi untuk seluruh
ruangan yang terdapat pada PT. Philips Indonesia.
Saran
 Perancangan Software untuk perhitungan
Sarana Evakuasi saat Keadaan Darurat
dapat dikembangkan pada Penelitian yang
berikutnya.
 Perlunya sistem yang terintegrasi antara
Sistem APAR, Sistem Hydrant, Sistem
Sprinkler, dan Sistem Alarm Detector.
Sehingga, diharapkan dapat dikembangkan
lebih lanjut pada Penelitian yang
berikutnya pula.
...TERIMA KASIH...

Anda mungkin juga menyukai