Anda di halaman 1dari 10

PERKEMBANGAN SISTEM PERBANKAN SYARIAH

Dosen Pengampu :

Siti Rohmat, S.E

Disusun Oleh:

Kelompok 10

Wini Widiyanti Ningsih

Ismarudi

Jurusan Ekonomi Syariah

Fakultas Syari’ah

STIES INDONESIA PURWAKARTA

2019
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………….. 1

A. Latar Belakang ………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………. 4

A. Pengertian …………………………………… 4

B. Penyebab …………………………………….. 6

C. Dampak ………………………………………. 12

D. Contoh Kasus ………………………………. 16

E. Cara Mengatasi ……………………………. 20

F. Upaya Pencegahan ……………………….. 25

BAB III PENUTUP ……………………………………………… 26

A. Simpulan …………………………………………………… 30

B. Saran ………………………………………………………… 31

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 32

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir ”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing kami
dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Purwakarta, 20 Maret 2019

Penyusun

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Perkembangan perbankan islam merupakan fenomena yang menarik bagi kalangan akademik
maupun praktisi dalam dua puluh tahun terakhir. Tak kurang internasional monetary fund (IMF)
juga telah melakukan kajian-kajian atas praktik perbankan islam sebagai alternative system
keuangan internasional yang memberikan peluang upaya penyempurnaan yang belakangan di
rasakan banyak sekali mengalami goncangan dan ketidakstabilan yang menyebabkan krisis
keterpurukan ekonomi akibat lebih dominannya sektor financial di banding sektor riil dalam
hubungan perekonomian dunia.

Berdasarkan hal diatas, maka dalam makalah ini kami akan membahas tertang perkembangan
system perbankan syariah, sekaligus menganalisis dalam jurnal dinamika perkembangan
perbankan syariah.

Rumusan makalah

Apa pengertian perbankan syariah?

Bagaimana perkembangan system perbankan syariah

1
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian perbankan syariah

Bank adalah lembaga yang melakukan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpana uang,
meminjam uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Didalam sejarah perekonomian umat
islam, pembiyaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syari’ah telah menjadi bagian tradisi
umat islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta,
meminjam uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan
pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Dengan demikian, fungsi-
fungsi utama perbankan modern yaitu menerima simpanan, menyalurkan dana, dan melakukan
transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat isla, bahkan
sejak zaman Rasulullah. [1]

Menurut UU no 21 thn 2008 perbankan syariah yaitu segala sesuatu yang berkaitan bank
syariah dan unit syariah yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, hingga proses
pelaksanaan kegiatan usahanya.

Bank syariah merupakan bank yang menjalankan aktifitas usahanya dengan menggunakan
landasan prinsip-prinsip syariah yang terdiri dari BUS (Bank Umum Syariah), BPRS( Bank
Pengkreditan Rakyat Syariah), dan UUS (Unit Usaha syariah) [2] .

Awal kelahiran system perbankan syariah

Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan
renaisassance islam modern: neorivevalis dan modernis. Tujuan utama dari pendiri lembaga
keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk
mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-qur’an dan As-sunnah.

Upaya awal penerapan system profit dan loss sharing tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar
tahun 1940-an yaitu adanya upaya pengelola dana jamaah haji secara nonkonvesional. Rintisan
institusional lainnya adalah Islamic rural bank di desa mit ghamr pada tahun 1963 di Kairo,
mesir.

Meskipun demikian, dalam perkembangannya, para pengguna dana bank islam tidak saja
membatasi dirinya pada satu akad, yaitu mudharabah saja. Sesuai dengan jenis dan nature
usahanya, mereka ada yang memperoleh dana dengan system pengkongsian, system jual beli,
sewa menyewa, dan lain-lain. Oleh karena itu, hubungan bank islam dengan nasabahnya
menjadi sangat kompleks karena tidak hanya berurusan dengan satu akad, namun dengan
berbagai jenis akad. [3]
Setelah dua rintisan awal yang cukup sederhana itu, bank islam tumbuh dengan sangat pesat.
Sesuai dengan analisa Prof. Khursid Ahmad dan laporan Internasional Associaton of Islamic
Bank, hingga akhir 1999 tercatat lebih dari dua ratus lembaga keuangan islam yang beroperasi
di seluruh dunia, baik di Negara-negara berpenduduk muslim maupun di Eropa, Australia
maupun Amerika.

Mit Ghamr Bank

Lembaga dengan nama Mit Ghamr Bank binaan prof. Dr. Ahmad Najjar tersebut hanya
beroperasi di pedesaan Mesir dan berskala kecil, namun intitusi tersebut mampu menjadi
pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan system financial dan ekonomi islam.

Islamic Development Bank

Pada siding menteri luar negeri Negara-negara Organisasi Konferensi Islam di Krachi, Pakistan,
Desember 1970, mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah. Proposal
tersebut pada intinya mengusulkan bahwa system keuangan berdasarkan bunga harus dig
antikan dengan suatu system kerja sama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun
kerugian.

Selain hal tersebut, di usulkan pula pembentukan badan-badan khusus yang disebut Badan
Investasi dan Pembangunan Negara-negara Islam (Investment and Development Body of Islamic
Countries).

Pada sidan Menteri Luar Negeri OKI di Benghazi, Libya, Maret 1973, memutuskan agar OKI
mempunyai bidang yang khusus menangani masalah ekonomi dan agar OKI mempunyai bidang
yang khusus menangani masalah ekonomi dan keuangan.

Siding Menteri Keuangan OKI di Jeddah 1975, menyetujui rancangan pendirian Bank
Pembangunan Islami atau Islamic Development Bank (IDB) dengan modal 2 miliar dinar islam.

IDB mampu memainkan peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
Negara- Negara islam untuk pembangunan. Bank ini memberikan pinjaman bebas buga untuk
proyek infrastuktur dan pembiyaan kepada Negara anggota berdasarkan partisispasi modal
Negara tersebut. Dana yang tidak dibutuhkan dengan segera digunakan bagi perdagangan luar
negeri jangka panjang dengan menggunakan system murabahah dan ijarah

Islamic Research and Training Institute

IDB membantu mendirikan bank-bank islam di berbagai Negara. Untuk pengembangan system
ekonomi syariah, intitusi ini membangun sebuah institute riset dan pelatihan untuk
pengembangan penelitian dan pelatihan ekonomi islam, baik dalam bidang perbankan maupun
keuangan secara umum. [4]

DINAMIKA PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Pada dasarnya, entitas bank syariah di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1983 dengan
keluarnya Paket Desember 1983 (Pakdes 83) yang berisi sejumlah regulasi di bidang perbankan,
dimana salah satunya ada peraturan yang memperbolehkan bank memberikan kredit dengan
bunga 0% ( zero interest ). Baru pada tahun 1991 berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
sebagai bank umum satu-satunya yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi
hasil. Namun, eksistensi bank syariah di Indonesia secara formal telah dimulai sejak tahun 1992
dengan diberlakukannya UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Namun, harus diakui bahwa
UU tersebut belum memberikan landasan hukum yang cukup kuat terhadap pengembangan
bank syariah karena masih belum secara tegas mencantumkan kata-kata “prinsip syariah” dalam
kegiatan usahanya hanya menggunakan istilah bank bagi hasil.

Diamandemennya UU No. 7 tahun 1992 yang kemudian melahirkan UU No. 10 tahun 1998
secara eksplisit menetapkan bahwa bank dapat beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Era Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kebijakan hukum perbankan di Indonesia menganut
sistem perbankan ganda ( dual banking system). Kemudian, pada tahun 1999 disahkan UU No.
23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

Upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia tidak semata hanya merupakan


konsekuensi dari UU No. 10/1998 dan UU No. 23/1999 tetapi juga merupakan bagian dari upaya
penyehatan sistem perbankan yang bertujuan meningkatkan daya tahan perekonomian
nasional.

Dalam upaya pengembangan perbankan syariah tersebut, Bank Indonesia sebagai otoritas
perbankan nasional mulai bergerak maju dengan memperkenalkan instrumen moneter syariah
pertama yaitu Sertifikat Wadiah BI (SWBI) di tahun 1999 dan Pasar Uang Antar-bank
berdasarkan prinsip Syariah (PUAS)pada tahun 2000.

Selanjutnya, industri perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang pesat semakin
memiliki landasan hukum yang memadai yakni dengan diterbitkannya Undang-Undang No.21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Kondisi Perbankan Syariah Nasional Terkini

perkembangannya perbankan syariah di Indonesia menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan
target yang diinginkan. Dalam statistik perbankan Indonesia per Desember 2014 terdapat tidak
kurang 12 Bank Umum Syariah dan 22 Unit Usaha Syariah dari suatu bank konvensional dengan
total keseluruhan jaringan kantor 2.151 unit. Selain itu, Total aset bank umum syariah mencapai
272.343 (dalam miliar rupiah). Jumlah ini masih relatif kecil jika dibandingkan dengan total aset
perbankan nasional secara umum yang mencapai 5.615.150 (dalam miliar rupiah).

Dengan melihat beberapa aspek dalam penghitungan indeks, seperti jumlah bank syariah,
jumlah lembaga keuangan non-bank syariah, maupun ukuran aset keuangan syariah yang
memiliki bobot terbesar, dapat dikatakan perkembangan perbankan syariah di Indonesia
berjalan di tempat, bahkan belum menunjukkan perkembangan yang signifikan dari tahun-
tahun sebelumnya.

Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum, kebijakan pengembangan
perbankan syariah di Indonesia belum mencapai target yang ideal yang direncanakan. Untuk itu,
Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan institusi-institusi terkait lainnya terus melakukan
kerjasama dalam pengembangan perbankan syariah. Selain itu, beberapa organisasi-organisasi
ekonomi syariah maupun praktisi perbankan syariah, seperti Masyarakat Ekonomi Syariah
(MES), Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Asosiasi Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO), dan lain-
lain terus dilibatkan dalam berbagai perencanaan pengembangan perbankan syariah agar
perkembangan perbankan syariah ke depan menjadi lebih baik.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bank syariah merupakan bank yang menjalankan aktifitas usahanya dengan menggunakan
landasan prinsip-prinsip syariah yang terdiri dari BUS (Bank Umum Syariah), BPRS( Bank
Pengkreditan Rakyat Syariah), dan UUS (Unit Usaha syariah)

Upaya awal penerapan system profit dan loss sharing tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar
tahun 1940-an yaitu adanya upaya pengelola dana jamaah haji secara nonkonvesional. Rintisan
institusional lainnya adalah Islamic rural bank di desa mit ghamr pada tahun 1963 di Kairo,
mesir.

Dari jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum, kebijakan pengembangan perbankan
syariah di Indonesia belum mencapai target yang ideal yang direncanakan. Untuk itu, Bank
Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan institusi-institusi terkait lainnya terus melakukan
kerjasama dalam pengembangan perbankan syariah. Selain itu, beberapa organisasi-organisasi
ekonomi syariah maupun praktisi perbankan syariah, seperti Masyarakat Ekonomi Syariah
(MES), Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Asosiasi Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO), dan lain-
lain terus dilibatkan dalam berbagai perencanaan pengembangan perbankan syariah agar
perkembangan perbankan syariah ke depan menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka

Al Arif, M. Nur Rianto. (2012). Lembaga Keuangan Syariah. Bandung : CV Pustaka

Setia

Machmud, Amir dan Rukmana. (2010).

Bank Syariah. Jakarta: Erlangga

Antonio,Muhammad Syafi’i. (2001) . Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press

Syukron, Ali. 2013. Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam. Volume 3. http//

jurnalekonomi.htm.Banyuwangi

[1] Al Arif, M. Nur Rianto. (2012). Lembaga Keuangan Syariah. Bandung : CV Pustaka Setia. Hlm
101

[2] Machmud, Amir dan Rukmana. (2010).

Bank Syariah. Jakarta: Erlangga. Hlm 15

[3] Antonio,Muhammad Syafi’i. (2001) . Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press.

hlm18

[4] Antonio,Muhammad Syafi’i. (2001) . Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press.

hlm18

Anda mungkin juga menyukai