Anda di halaman 1dari 18

Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan kerja pada Pekerja Buruh Angkut

Wiwik Dian Cahyani, M.Kes

Lokasi Beteng yang berdekatan dengan pasar johar merupakan pusat perdagangan dari berbagai
komoditi yang dibutuhkan masyarakat. Pada jalan tersebut terdapat 47 orang buruh angkut, yang rata–rata
mengangkat beban antara 75–100 kg sekali angkat. Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor apakah
yang berhubungan dengan kelelahan pada buruh angkut di Jalan Beteng Semarang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Hubungan Beban Kerja dengan kelelahan buruh angkut di Jalan Beteng Semarang.
Desain penelitian dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian
sebanyak 47 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Non-Probability sampling
dengan teknik purposive sampling, sehingga diperoleh sampel 20 orang. Teknik pengambilan data dengan
menggunakan kuesioner, data pengukuran serta observasi.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji t menunjukan adanya hubungan antara berat beban dengan
kelelahan buruh angkut dengan nilai p 0,018 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang nyata antara
berat beban dengan tingkat kelelahan. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa berat beban semakin
tinggi menyebabkan tingkat kelelahan yang tinggi pula.
Saran yang dapat diberikan untuk mengurangi kelelahan karena berat beban yang berlebihan ialah
pembuatan jadwal waktu istirahat yang cukup, penggunaan alat Bantu untuk tiap pengangkatan beban yang
melebihi batas serta perlu diselenggarakan Kelompok Unit Kesehatan Kerja di lokasi Jalan Beteng
Semarang.

Kata Kunci : Berat beban, Frekuensi angkat, Kelelahan, Buruh angkut

Alasan Pemilihan Judul Jumlah buruh angkut yang


Buruh angkut merupakan salah terdapat di jalan Beteng Semarang
satu bagian dari masyarakat pekerja terdapat 47 orang buruh angkut, yang
yang perlu mendapat perhatian karena rata–rata mengangkat beban antara 75–
proses kerja yang mereka lakukan 100 kg sekali angkat. Hal ini melebihi
banyak mengandung resiko terhadap beban yang ditetapkan dalam
kesehatan. Buruh angkut adalah pekerja Permenakertranskop Nomor 1 Tahun
yang bekerja dengan menjual jasa 1978 yaitu sebesar 40 kg. Frekuensi
mengangkut barang/material dari satu mengangkat tidak terbatas tergantung
tempat ke tempat yang lain. Pada berat barang yang diangkut.1
umumnya pekerja tersebut menggunakan Berdasarkan hasil penelitian
tubuh sebagai alat angkut seperti yang dilakukan Lidia BR Tarigan tahun
memikul, menjinjing, maupun 2003 di Jalan Beteng Semarang, bahwa
memanggul. Buruh angkut biasanya ada 32% buruh angkut yang mengalami
banyak terdapat di daerah yang dekat nyeri pinggang karena mengangkut 100
dengan kegiatan ekonomi seperti pasar, kali dalam satu hari kerja. Secara teori
pelabuhan maupun sarana lainnya. bahwa frekuensi angkat yang dilakukan
oleh buruh angkut telah melebihi batasan salah urat. Kelainan ini umunya terjadi
psiko fisik yang ditentukan, yaitu untuk karena seseorang terlalu tergesa–gesa
beban diatas 50 kg hanya dapat mengangkat suatu barang yang agak
dilakukan satu kali dalam 15 menit, berat, atau juga karena orang itu sudah
tetapi dalam kenyataannya yang lelah tetapi juga memaksakan diri untuk
dilakukan buruh angkut di Jalan Beteng mengangkat beban itu.3
Semarang telah melampaui batasan yaitu
Permasalahan
15 kali dalam 15 menit.1
Permasalahan dalam penelitian
Pembebanan otot secara statis
ini adalah :
(Static Muscular Loading) jika
Adakah hubungan antara berat
dipertahankan dalam waktu yang cukup
beban dengan kelelahan pada buruh
lama akan menghasilkan RSI (Repetitive
angkut barang di Jalan Beteng
Strain Injuries) seperti nyeri otot, tulang,
Semarang?
tendon dan lain–lain yang diakibatkan
Tujuan Penelitian
oleh jenis pekerjaan yang bersifat
Untuk mengetahui hubungan
berulang (Repetitive). Karakteristik
antara berat beban kerja dengan
kelelahan kerja akan meningkat dengan
kelelahan buruh angkut barang di Jalan
semakin lamanya pekerjaan yang
Beteng Semarang
dilakukan.2 Kelelahan kerja akibat
aktivitas mengangkat yang berulang Manfaat Penelitian
(Repetitive Lifting) akan meningkatkan Manfaat Bagi Peneliti
resiko nyeri pada tulang belakang (Back Peneliti dapat mengetahui
Injuries).2 Hubungan berat beban dengan kelelahan
Faktor yang berpengaruh pada buruh angkut barang di Jalan
terhadap timbulnya nyeri punggung Beteng Semarang
(Back Injury) adalah arah beban yang Manfaat Bagi Buruh Angkut
diangkat dan frekuensi aktivitas Buruh angkut dapat mengetahui
pemindahan. Ada beberapa penyebab berat beban kerja yang mereka angkat
keluhan punggung yang sebenarnya sehari–harinya dalam bekerja.
kesalahan penderita itu sendiri. Salah
satu penyebab yang sering terjadi adalah
Manfaat Bagi Pendidikan Kapasitas kerja adalah kemampuan
1) Menambah pengetahuan mengenai yang dimiliki oleh pekerja dalam
kelelahan yang terjadi pada buruh melaksanakan pekejaannya.
angkut barang di Jalan Beteng Kemampuan seorang tenaga kerja
Semarang. berbeda dengan yang lain tergantung
2) Menambah referensi tentang kepada ketrampilan, keserasian,
kelelahan yang terjadi pada buruh keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan
angkut barang di Jalan Beteng ukuran–ukuran tubuh.5
Semarang. 3) Lingkungan kerja
TINJAUAN PUSTAKA Lingkungan kerja adalah tempat
Rekomendasi Komite Bersama dimana pekerja melakukan
ILO/WHO pada tahun 1995, pekerjaannya. Lingkungan kerja
menekankan upaya pemeliharaan, dapat merupakan beban tambahan
peningkatan kesehatan dan kapasitas terhadap pekerja karena di
kerja, perbaikan lingkungan dan lingkungan kerja terdapat faktor–
pekerjaan yang mendukung keselamatan faktor yang dapat menganggu
dan kesehatan pekerja serta
pekerja. Faktor-faktor tersebut
mengembangkan organisasi dan budaya adalah faktor fisik ( penerangan,
kerja agar tercapai iklim sosial yang suhu udara, kelembaban, suara,
positif, kelancaran produksi dan vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan
4
peningkatan produktivitas. Kesehatan udara), kimia (gas, uap, debu, asap,
dan kinerja seseorang pekerja sangat cairan), biologis (jamur,
dipengaruhi oleh: parasit,bakteri), fisiologis (konstruksi
1) Beban kerja mesin, sikap dan cara kerja), Mental-
Setiap pekerjaan merupakan beban psikis (hubungan antar pekerja atau
bagi pelakunya. Beban tersebut dapat pengusaha).5
berupa beban fisik, mental dan sosial
Kelelahan (fatigue) suatu kondisi
sehingga upaya penempatan pekerja
yang telah dikenal dalam kehidupan
yang sesuai dengan kemampuannya
sehari-hari. Istilah kelelahan mengarah
perlu diperhatikan.
pada kondisi melemahnya tenaga untuk
2) Kapasitas kerja melakukan suatu kegiatan. Secara umum
gejala kelelahan yang lebih dekat adalah Kelelahan disini diartikan
pada pengertian kelelahan fisik (Physical sebagai proses menurunnya efisiensi,
fatigue) dan kelelahan mental (Mental performans kerja, dan berkurangnya
4
fatigue). kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk
Kata kelelahan menunjukkan terus melanjutkan kegiatan yang harus
keadaan yang berbeda–beda, tetapi dilakukan.6
semuanya berakibat kepada pengurangan
kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.5
Penyebab Kelelahan
Sebagaimana diketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kelelahan yang
mempunyai beragam panyebab yang berbeda, namun demikian secara umum dapat
dikelompokkan seperti dilihat pada gambar dibawah ini
Masalah-masalah fisik :
Intensitas dan lamanya
upaya fisik dan psikis  Tanggung jawab
 Kecemasan

Masalah lingkungan Tingkat  Konflik

kerja :
Kelelahan Nyeri dan penyakit
 Kebisingan
lainnya
 Penerangan PENYEMBUHAN
Irama detak jantung

Gambar 2.1
Gambar diagram teoritik
dari penyebab kelelahan dan usaha untuk memperbaiki keadaan tersebut.4
Gejala Kelelahan 3) Bekurangnya tingkat
Gambaran mengenai gejala kewaspadaan
kelelahan (Fatigue Symptons) secara 4) Persepsi yang buruk dan lambat
subyekif dan objektif antara lain :4 5) Tidak ada / berkurangnya gairah
1) Perasaan lesu, ngantuk dan untuk bekerja
pusing 6) Menurunnya kinerja jasmani dan
2) Tidak / berkurangnya konsentrasi rohani
Suma’mur tahun 1996 membuat lingkungan, sebab–sebab mental seperti
daftar gejala-gejala atau perasaan- tanggung jawab, kekhawatiran dan
perasaan yang ada hubungannya konflik serta penyakit.4
dengan kelelahan yaitu : Terjadinya kelelahan tidak begitu
saja, tetapi ada faktor yang berhubungan
1) Pelemahan Kegiatan
dengan kelelahan. Faktor tersebut
(1) Perasaan berat di kepala
sebagai pembatas yang tidak boleh
(2) Badan merasa lelah
dilampaui agar pekerja dapat bekerja
(3) Kaki merasa berat
dengan aman, nyaman dan sehat.4
(4) Menguap
Adapun faktor tersebut antara lain
(5) Merasa kacau pikiran
adalah :
(6) Dan lain-lain
2.1.2.4.1 Faktor Dari Individu
2) Pelemahan Motivasi
(1) Lelah berbicara 1) Usia
Kebanyakan kinerja fisik
(2) Menjadi gugup
mencapai puncak dalam usia
(3) Tidak dapat berkonsentrasi
pertengahan 20–40an dan kemudian
(4) Cenderung untuk lupa
menurun dengan bertambahnya usia.7
(5) Tidak tekun dalam pekerjaannya
Dengan menanjaknya umur, maka
(6) Dan lain-lain
kemampuan jasmani dan rohani pun
3) Pelemahan Fisik
akan menurun secara perlahan–lahan
(1) Sakit kepala
tapi pasti. Aktivitas hidup juga
(2) Kekakuan di bahu
berkurang, yang mengakibatkan semakin
(3) Merasa nyeri di punggung
bertambahnya ketidakmampuan tubuh
(4) Merasa pernapasan tertekan
dalam berbagai hal.8
(5) Tremor pada anggota badan
Pada usia lanjut jaringan otot
(6) Spasme dari kelopak mata
akan mengerut dan digantikan oleh
(7) Merasa pening
jaringan ikat. Pengerutan otot
2.1.2.4 Faktor Yang Berhubungan
menyebabkan daya elastisitas otot
Dengan Kelelahan
berkurang termasuk juga daya angkat
Sebab–sebab kelelahan umum
beban.8
adalah monotoni, intensitas dan lamanya
kerja, mental dan fisik, keadaan
2) Jenis Kelamin sebelum saatnya bekerja, misalnya
Laki-laki dan wanita berbeda berupa perasaan kebencian yang
dalam kemapuan fisiknya. Kekuatan bersumber dari perasaan emosi.8
fisik tubuh wanita rata-rata sekitar 2/3 Sejumlah orang kerapkali menunjukkan
dari pria. Poltrast menyebutkan wanita gejala–gejala seperti berikut :
mempunyai kekuatan 65% dalam (1) Meningkatnya ketidak stabilan jiwa
mengangkat dibanding rata-rata pria. (2) Depresi
Sebab ini bisa dikarenakan para wanita (3) Kelesuan umum seperti tidak
mengalami siklus biologi seperti haid, bergairah keja
kehamilan, nifas, menyusui dan lain- (4) Meningkatnya sejumlah penyakit
lain. Sebagai gambaran kekuatan wanita fisik
yang lebih jelas, wanita muda dan laki- 4) Status Gizi
laki tua kemungkinan dapat mempunyai Status gizi merupakan salah satu
kekuatan yang hampir sama.8 penyebab kelelahan. Seorang tenaga
3) Lama/Masa Kerja kerja dengan keadaan gizi yang baik
Tekanan melalui fisik (beban akan memiliki kapasitas kerja dan
kerja) pada suatu waktu tertentu ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu
mengakibatkan berkurangnya kinerja juga sebaliknya.4
otot, gejala yang ditunjukkan juga Ada beberapa cara penilaian
berupa pada makin rendahnya gerakan. status gizi antara lain melalui :
Keadaaan ini tidak hanya disebabkan pemeriksaan klinis, pemeriksaan
oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu laboratorium seperti kadar Hemoglobin
kerasnya beban kerja, namun juga oleh darah, pemeriksaan biofisik. Pengukuran
tekanan–tekanan yang terakumulasi antropometri dengan menggunakan
setiap harinya pada suatu masa yang Indeks Masa Tubuh (IMT).9 Dalam
panjang. Keadaan seperti ini yang penelitian ini menggunakan pengukuran
berlarut–larut mengakibatkan antropometri dengan tehnik Indeks Masa
memburuknya kesehatan, yang disebut Tubuh (IMT).
juga kelelahan klinis atau kronis. Indeks Masa Tubuh (IMT) hanya
Perasaan lelah pada keadaan ini kerap berlaku untuk orang dewasa yang
muncul ketika bangun di pagi hari, justru berumur diatas 18 tahun, dengan cara
berat badan (dalam kilogram) dibagi BB/TB².9
kuadrat tinggi badan (dalam meter) atau
Untuk ukuran orang Indonesia telah ditetapkan kategori ambang batas Indeks
Masa Tubuh (IMT), dengan tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Kategori Ambang Batas Indeks Masa Tubuh (IMT) Untuk Indonesia

Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5
Normal > 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber : Depkes, 1994: 4
Faktor Berat Beban konsumsi oksigen akan meningkat
1) Berat Beban Kerja secara proporsional sampai didapat
Seorang tenaga kerja memiliki kondisi maksimumnya. Beban kerja
kemampuan tersendiri dalam hubungan yang lebih tinggi yang tidak dapat
dengan beban kerja. Mungkin diantara dilaksanakan dalam kondisi aerobik,
mereka lebih cocok untuk beban fisik, disebabkan oleh kandungan oksigen
atau mental, atau sosial. Namun sebagai yang tidak mencukupi untuk suatu
persamaan yang umum, mereka hanya proses aerobik. Akibatnya adalah
mampu memikul beban pada suatu berat manifestasi rasa lelah yang ditandai
tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa dengan meningkatnya kandungan asam
optimal bagi seseorang. Inilah maksud laktat.2
penempatan seorang tenaga kerja yang Untuk jenis pekerjaan angkat dan
tepat pada pekerjaan yang tepat. Derajat angkut, maka beban maksimum yang
tepat suatu penempatan meliputi diperkenankan, agar tidak menimbulkan
kecocokan, pengalaman, ketrampilan, kecelakaan kerja sesuai dengan
motivasi dan lain sebagainya.5 Peraturan Menteri Tenaga Kerja,
Begitu juga dengan oksigen, Transmigrasi dan Koperasi
bahwa setiap individu mempunyai No.Per.01/MEN/1978 tentang
keterbatasan maksimum untuk oksigen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
yang dikonsumsi. Semakin Penebangan dan Pengangkatan Kayu.
meningkatnya beban kerja, maka
Tabel 2. Peraturan Mennakertranskop No.Per.01/MEN/1978 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dalam Penebangan dan Pengangkatan Kayu.

DEWASA TENAGA KERJA MUDA


JENIS
PRIA (KG) WANITA (KG) PRIA (KG) WANITA (KG)
Sekali – sekali 40 15 15 10 – 12
Terus Menerus 15 – 18 10 10 – 15 6–9

2) Jarak Angkat Batasan gaya angkat normal (the


Penelitian yang dilakukan oleh Action Limit) diberikan oleh NIOSH
Gracovetsky (1986) untuk aktivitas (1981) dan berdasar gaya tekan 3500
angkat material, mengemukakan bahwa Newton pada L5/S1 (Lumbar nomor
65% kasus diakibatkan oleh kerusakan 5/Sakrum nomor 1). Ada 99% pria dan
akibat beban torsi (Torsional Damage) 75% wanita yang mampu mengangkat
pada sambungan apophyseal beban diatas ini (Eko Nurmianto, 2003 :
(sambungan yang berada diantara 165)
vertebral), ligamen dan annulus fibrusus Pengukuran Kelelahan
(lapisan pembungkus disk). Kerusakan Pengukuran kelelahan selama ini
tersebut lambat untuk disembuhkan. Dia hanya mampu mengukur beberapa
juga menemukan bahwa lamanya manifestasi atau “indikator” kelelahan
pembebanan terhadap segmen tulang, saja, karena tidak adanya cara yang
merupakan faktor yang dapat langsung dapat mengukur sumber
4
mempertinggi derajat kerusakan. penyebab kelelahan itu sendiri.
Batasan gaya angkat maksimum yang Namun demikian, diantara
diijinkan (the Maximum Permissible sejumlah metoda pengukurn terhadap
Limit) yang direkomendsikan oleh kelelahan yang ada, umumnya terbagi
NIOSH (1981) adalah berdasarkan gaya dalam 6 (enam) kelompok yang berbeda,
tekan 6500 Newton pada L5/S1 (Lumbar yaitu :
nomor 5/Sakrum nomor 1). Namun 1) Kualitas dan kuantitas kinerja
hanya 25% pria dan 1% wanita yang 2) Perekaman terhadap kelelahan
diperkirakan mampu melewati batasan menurut impresi subjektif
gaya angkat ini. 3) Electroencephalography (EEG)
4) Mengukur frekuensi subjektif faktor kelelahan pada tenaga kerja
kedipan mata (Flicker Fusion disarankan agar:
Eyes) 1) Memperkenalkan perubahan pada
5) Pengukuran psikomotorik rancangan produk
6) Pengujian mental 2) Merubah metode kerja menjadi lebih
Bentuk pengukuran dengan
efisien dan efektif
metode diatas seringkali dilakukan 3) Menerapkan penggunaan peralatan
sebelum, selama, dan sesudah dan piranti kerja yang memenuhi
melakukan aktivitas suatu pekerjaan dan standar ergonomi
sumber kelelahan dapat disimpulkan dari 4) Menjadwalkan waktu istirahat yang
4
hasil pengujian tersebut. Alat ukur yang cukup bagi seorang tenaga kerja
dipakai dalam penelitian ini yaitu alat 5) Menciptakan suasana lingkungan
waktu reaksi (Reaction Timer). kerja yang sehat, aman, dan nyaman
Pengendalian Kelelahan bagi tenaga kerja
Terdapat keterkaitan yang erat 6) Melakukan pengujian dan evaluasi
antara kelelahan yang dialami tenaga kinerja tenaga kerja secara periodik
kerja dengan kinerja perusahaan. Lebih
7) Menerapkan sasaran produktivitas
jelasnya, apabila tingkat produktivitas kerja berdasarkan pendekatan
seorang tenaga kerja terganggu yang manusiawi dan fleksibilitas yang
disebabkan oleh faktor kelelahan fisik tinggi.
maupun psikis, maka akibat yang
ditimbulkannya akan dirasakan oleh
perusahaan berupa penurunan
produktivitas perusahaan.
Dalam kondisi demikian,
diharapkan tingkat kelelahan tenaga
kerja dapat ditekan dan dikendalikan ke
tingkat yang wajar agar produktivitas
kerja tidak mengalami gangguan.
Untuk mencegah dan mengatasi
memburuknya kondisi kerja akibat
Kerangka Konsep
Dari kerangka teori diatas, maka didapat kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Beban Kerja
KELELAHAN

Variabel pengganggu

1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Lama/Masa Kerja
4. Status Gizi
5. Kondisi Kesehatan
6. Kondisi Psikis
7. Cara Mengangkat
8. Jarak Angkat
9. Lingkungan Fisik
Gambar 2.5
1) Kebisingan
Kerangka Konsep
2) Iklim Kerja

1) Variabel pengganggu yang yang lama kerjanya lebih atau


dikendalikan : sama dengan 3 tahun.
(1) Umur dikendalikan dengan cara (4) Status gizi dikendalikan dengan
mengambil pekerja yang berusia mengambil pekerja berstatus gizi
20–40 tahun normal
(2) Jenis kelamin dikendalikan (5) Kondisi kesehatan dikendalikan
karena buruh angkut di Jalan dengan mengambil pekerja yang
Beteng berjenis kelamin laki-laki sehat
semua. (6) Kondisi psikis dikendalikan
(3) Lama/masa kerja dikendalikan karena lama/masa kerja buruh
dengan mengambil buruh angkut angkut lebih atau sama dengan 3
tahun, diharapkan pekerja sudah adalah buruh angkut di Jalan Beteng
dapat menyesuaikan diri antara Semarang, yang berjumlah 47 orang.
pekerja dan lingkungannya. Sampel yang digunakan dalam
2) Variabel pengganggu yang penelitian ini dengan cara Non
dianggap sama : Probability Sampling, dengan teknik
(1) Cara mengangkat buruh angkut di sampling purposive yaitu tehnik
Jalan Beteng menggunakan tehnik penentuan sampling dengan
yang sama sehingga dalam penelitian pertimbangan tertentu dari peneliti.11
ini tidak diukur.. Pertimbangan–pertimbangan yang
(2) Jarak angkat buruh angkut jalan ditentukan oleh peneliti menghasilkan 20
Beteng mempunyai jarak yang sama. orang sampel buruh angkut yang berada
(3) Kebisingan tidak diukur karena di Jalan Beteng Semarang (pertimbangan
lokasi (ruang lingkup) kerja buruh dapat dilihat pada kerangka teori).
angkut yang sama.
Analisis Data
(4) Iklim kerja tidak diukur karena
Uji Normalitas
pengukuran dilakukan pada waktu Sebelum peneliti menggunakan statistik
dan tempat yang sama.
tertentu untuk menganalisis, maka data
Dari batasan variabel – variabel tiap variabel harus diuji dulu dengan uji
pengganggu diatas, maka dipakai normalitas data. Uji tersebut untuk
batasan untuk mengambil sampel. menentukan apakah sebaran data
METODE PENELITIAN tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Populasi adalah keseluruhan Apabila data yang diuji berdistribusi
10
obyek atau subyek yang diteliti. normal maka statistik parametrik dapat
Adapun dalam penelitian ini populasinya digunakan demikian juga sebaliknya.12

Hasil pengujian normalitas data Gambaran Umum Lokasi


diperoleh nilai signifikansi > 0,05, yang Penelitian dilaksanakan di Jalan
berarti data berdistribusi normal, Beteng Kodya Semarang dengan sasaran
sehingga analisis data untuk pengujian pekerja buruh angkut. Buruh angkut
hipotesis dapat digunakan statistik yang berada di lokasi diatas bernaung di
parametrik yaitu uji t-test. bawah organisasi Serikat Pekerja
Hasil Penelitian
Transport Indonesia-Serikat Pekerja perorang. Pekerjaan sebagai buruh
Seluruh Indonesia (SPTI-SPSI) unit A. angkut ini mereka lakukan 10 jam dalam
Buruh angkut yang ada di Jalan sehari.
Beteng berjumlah 47 orang yang terbagi Dalam mengatasi masalah
dalam dua kelompok dan masing-masing kesehatan para buruh angkut pada
kelompok dikoordinir oleh seorang ketua umumnya melakukan pengobatan sendiri
kelompok yang biasa disebut mandor. dengan meminum jamu atau melakukan
Buruh angkut tersebut pada umumnya pijat atau urut. Buruh angkut tersebut
berasal dari daerah luar kota Semarang belum mendapat perlindungan kesehatan
seperti Solo, Kebumen dan Sragen. berupa asuransi kesehatan.
Sistem perekrutan anggota dilakukan Proses Kerja
dengan sistem ganti rugi, dimana buruh Dalam melakukan pekerjaannya,
angkut baru yang ingin menggantikan buruh angkut memindahkan
buruh angkut yang lama yang akan beban/barang dari satu tempat ke tempat
keluar dari kelompok tersebut harus lain, yaitu :
membayar ganti rugi. Besar ganti rugi 1) Truk ke truk
ditetapkan berdasarkan banyaknya Beban biasanya dipikul dengan
pekerjaan pada saat pergantian. Nilai cara meletakkan beban di pundak atau
ganti rugi berkisar antara Rp. 10 juta punggung dari atas truk. Posisi pekerja
sampai dengan Rp. 30 juta. dalam keadaan berdiri untuk truk yang
Sistem pengupahan dilakukan besar dan dalam keadaan jongkok untuk
dengan cara upah harian. Ongkos truk yang kecil.
bongkar muat berkisar Rp. 50,- sampai 2) Truk ke toko
Rp. 1500,-per barang, tergantung dari Beban biasanya dipikul dengan
komoditi yang diangkut. Untuk cara meletakkan beban di pundak atau
mengangkut/membongkar muatan satu punggung dari atas truk. Posisi pekerja
truk dikerjakan bersama-sama dan hasil dalam keadaan berdiri untuk truk yang
yang diperoleh dibagi rata sesuai jumlah besar dan dalam keadaan jongkok untuk
tenaga yang melakukan pekerjaan truk yang kecil.
tersebut. Penghasilan rata-rata setiap hari
sebesar Rp. 40.000,-sampai Rp. 50.000,- 3) Truk ke pasar Johar
Beban diturunkan dengan di 31-35 tahun dan 7 responden atau 35%
pundak atau di panggul lalu diletakkan antara 36-40 tahun.
dalam kereta dorong yang terbuat dari Lama/masa Kerja
kayu/besi, kereta tersebut ditarik oleh Lama masa kerja buruh angkut
satu orang sampai ke pasar. barang di Jalan Beteng Semarang
4) Toko ke truk bervariasi antara 3 tahun sampai 21
Beban diletakkan di pundak atau tahun. Berdasarkan data yang diperoleh
di punggung dengan cara dibantu oleh dari 20 responden, sebagian besar masa
rekan kerja. kerjanya yaitu 7 tahun sebanyak 5 orang
5) Toko ke toko atau 25%, selebihnya 15% atau 3 orang
Beban pada umumnya dinaikkan dengan masa kerja 12 tahun, 10% atau 2
di atas kereta dorong tapi terkadang juga orang dengan masa kerja 3 dan 10 tahun,
dipikul. dan sisanya 5% atau 1 orang. Tabel di
6) Toko ke pasar Johar bawah menunjukkan bahwa rata-rata
Beban diletakkan diatas kereta lama/masa kerja buruh angkut adalah 9
dorong lalu ditarik ke tujuan yang tahun, dengan masa kerja yang paling
dituju yaitu pasar Johar. tinggi 21 tahun dan paling rendah 3
tahun
Dalam melakukan pekerjaannya
terkadang buruh angkut memilah berat Tingkat Kelelahan
Data tingkat kelelahan sesudah
beban yang diangkat, untuk berat beban
bekerja yang diukur menggunakan
150 kg keatas yang terdapat dalam satu
Reaction timer pada 20 sampel buruh
kemasan biasanya diletakkan diatas
angkut barang di Jalan Beteng Semarang
kereta dorong sedangkan untuk beban
dapat dilihat pada tabel berikut.
yang memiliki berat di bawah 50 kg
diangkat dengan tangan.
Umur Pekerja
Berdasarkan hasil penelitian
ternyata sebagian besar responden
berumur 25-30 tahun, sebanyak 8
responden atau 40% pada umur tersebut,
selebihnya 5 responden atau 25% antara
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kelelahan Sesudah Bekerja
Buruh Angkut
No Interval Kriteria F Persentase
1 2 3 4 5
1 > 240 - < 410 Kelelahan Ringan (KR) 6 30
2 410 - < 580 Kelelahan Sedang (KS) 14 70

Total 20 100

dengan menggunakan alat reaction


Berdasarkan tabel di atas
timer, sedangkan untuk mengetahui
menunjukkan bahwa 70% responden
gejala-gejala kelelahan dilakukan
mengalami tingkat kelelahan sedang,
pengukuran dengan Kuesioner Alat Ukur
selebihnya 30% dengan tingkat
Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)
kelelahan ringan sesudah bekerja.
yang disusun oleh Lintje (1994). Hasil
Dalam penelitian ini untuk
pengukurannya dapat dilihat pada tabel
mengetahui tingkat kelelahan diukur
berikut: ::
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perasaan Kelelahan

Persentase (%)
No Perasaan kelelahan Rangking
SS S AS J JS TP
1 2 4 5 6 7 8 9
3
1 Sukar berpikir 0 10 40 35 5 10 6
2 Lelah berbicara 5 15 15 35 10 20 5
3 Gugup menghadapi sesuatu 0 0 55 20 5 20 12
4 Tidak berkonsentrasi 0 0 50 25 15 10 13
5 Tidak perhatian 0 10 35 15 20 20 7
6 Cenderung lupa 0 5 45 20 30 0 11
7 Cenderung kurang percaya diri 0 10 15 20 45 10 8
8 Tidak tekun 0 25 30 10 20 15 4
9 Enggan menatap mata orang 0 5 20 40 20 15
10
lain
10 Merasa enggan bekerja dengan 5 25 30 5 20 15
3
cekatan
11 Merasa tidak tenang bekerja 0 0 15 30 30 25 14
12 Seluruh tubuh lelah 15 35 10 15 20 5 1
13 Merasa lamban bertindak 15 25 35 5 15 5 2
14 Merasa lelah sebelum kerja 0 10 0 30 45 15 9
Jumlah 2.86 12.5 28.2 21.8 21.4 13.2
Keterangan :

SS : Sangat Sering J : Jarang

AS : Agak Sering AJ : Agak Jarang

S : Sering TP : Tidak Pernah


bawah, terlihat bahwa rata-rata buruh
Berdasarkan hasil analisa
mengangkat barang 83 kg, angka
ternyata perasaan kelelahan yang sering
maksimumnya adalah 110 kg dan yang
dialami adalah seluruh tubuh lelah,
paling rendah adalah 50 kg. Sebagian
merasa lamban bertindak, enggan
besar buruh angkut yaitu 20% atau 4
bekerja dengan cekatan dan tidak tekun.
orang buruh angkut barang mengangkut

Berat Beban beban 90 kg, selebihnya 15% atau 3

Buruh angkut barang di Jalan orang mengangkat beban 80 dan 85 kg.

Beteng Semarang mengangkat beban Adapun yang mengangkat 110 kg hanya

antara 50-110 kg. Berdasarkan tabel di 1 orang.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berat Beban


Buruh Angkut di Jl Beteng Semarang tahun. 2005

N Mean Std. Deviasi Minimum Maximum


1 2 3 4 5
20 82.7500 14.1863 50 110

Sebelum melakukan analisis Uji Normalitas


bivariat, maka perlu melakukan uji Hasil uji normalitas dengan
normalitas data yang berguna untuk menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov,
menentukan uji bivariat yang berjenis mendapatkan hasil sebagai beikut :
parametrik atau non parametrik.

Tabel 6. Uji Normalitas Data Menggunakan Kolmogorov-Smirnov

Variabel N P value Kesimpulan


1 3 4 5
Kelelahan 20 0,200 Normal
Berat beban 20 0,200 Normal
Keterangan: Normal jika P value > 0,05
Hasil pengujian normalitas data Uji t
diperoleh semua nilai P > 0,05, yang Hasil analisis uji t berat beban
berarti semua data berdistribusi normal, dan frekuensi angkat ditinjau dari tingkat
sehingga analisis data untuk pengujian kelelahan para buruh angkut barang di
hipotesis menggunakan uji statistik Jalan Beteng Semarang dapat dilihat
parametrik. pada tabel berikut.
Tabel 7. Hasil Uji t

Varaibel Tingkat N Mean P value Kesimpulan


kelelahan
1 2 3 4 6 7
Berat beban KR 6 71,67
KS 14 87,50 0,018 Signifikan
KS 14 85,36
Keterangan: Ada hubungan yang nyata Secara statistik terbukti bahwa
apabila P value < 0,05 Nilai P untuk uji beda frekuensi angkat
KR : Kelelahan Ringan ditinjau dari tingkat kelelahan sebesar
KS : Kelelahan Sedang 0,039 < 0,05, sehingga hipotesis nol
Berdasarkan tabel diatas, nilai ditolak, berarti ada beda yang nyata
Probabilitas untuk uji perbedaan berat frekuensi angkat ditinjau dari tingkat
beban ditinjau dari tingkat kelelahan kelelahan.
sebesar 0,018 < 0,05, sehingga hipotesis Pembahasan
nol ditolak, berarti ada perbedaan berat Berat Beban Dengan Kelelahan
beban ditinjau dari tingkat kelelahan. Hasil penelitian menunjukkan
Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa tingkat kelelahan kerja pada
bahwa berat beban semakin tinggi buruh angkut barang di Jalan Beteng
menyebabkan tingkat kelelahan yang Semarang berkaitan erat dengan berat
tinggi pula. Berarti dalam hal ini beban angkat. Hal ini ditunjukkan dari
terdapat hubungan antara kelelahan uji t dengan probabilitas 0,018 < 0,05,
dengan berat beban yang diangkut buruh yang berarti ada perbedaan berat beban
setiap harinya. yang diangkat ditinjau dari tingkat
kelelahan para buruh. Hasil penelitian ini
sejalan dengan pendapat Eko Nurmianto sendiri, karena pekerja harus kehilangan
(2003: 133) beliau menyatakan bahwa hari kerja selanjutnya akan
beban kerja tinggi yang tidak dapat mempengaruhi tingkat penghasilan.
dilaksanakan dalam kondisi aerobik akan Keluhan kram perut yang dialami
berakibat pada meningkatnya kandungan oleh buruh angkut dapat disebabkan oleh
asam laktat sedangkan asam laktat berat beban yang melebihi batasan
merupakan manfestasi dari kelelahan. dimana otot perut berkontraksi secara
Berdasarkan data yang diperoleh statis untuk menahan beban. Dalam
ternyata 20% atau 4 orang buruh angkut suasana kerja dengan otot statis, aliran
barang mengangkut beban 90 kg. darah agak menurun, sehingga asam
Berdasarkan peraturan laktat terakumulasi dan mengakibatkan
Mennakertranskop No. per. kelelahan otot lokal yang berakibat pada
01/Men/1978 tentang keselamatan dan kram perut.
kesehatan kerja dalam penebangan dan KAUPK2 yang disusun oleh
pengangkatan kayu untuk mengangkat Lintje (1994) mendukung hasil
secara terus menerus 15-18 kg untuk penelitian diatas karena selama bekerja
pria, sedangkan untuk jenis maupun setelah bekerja, pekerja
pengangkatan yang tidak terus menerus menunjukkan kondisi merasa lamban
sebanyak 40 kg. Dilihat dari aturan bertindak dan seluruh tubuh lelah, hal ini
tersebut sudah melebihi batas ambang yang bisa menyebabkan para pekerja
yang ditetapkan. kelelahan.
Selain itu berat beban yang KESIMPULAN DAN SARAN
melebihi peraturan diatas dapat Kesimpulan
mengakibatkan terjadinya kecelakaan Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
kerja seperti disc herniation, fraktur adanya hubungan antara berat beban
pada tulang belakang, robekan pada dengan kelelahan buruh angkut. Hasil
ligamen otot, ketegangan otot dan analisis ini juga menunjukkan bahwa
keseleo (Lidia BR Tarigan, 2002 : 48). berat beban semakin tinggi
Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi menyebabkan tingkat kelelahan yang
akibat hal diatas akan mempengaruh tinggi pula.
produktivitas dari buruh angkut itu Saran
Saran yang dapat diberikan untuk 6. Lidia B.R. Tarigan, 2003, Skripsi,
mengurangi kelelahan karena berat Hubungan Beban Kerja dengan
beban yang berlebihan ialah pembuatan Nyeri Pinggang
jadwal waktu istirahat yang cukup, pada Buruh Angkut di Jalan
penggunaan alat Bantu untuk tiap Beteng Semarang, Semarang:
pengangkatan beban yang melebihi batas Fakultas
serta perlu diselenggarakan Kelompok Kesehatan Masyarakat Universitas
Unit Kesehatan Kerja di lokasi . Diponegoro Semarang.
7. Arcole Margatan, 1996, Kiat
DAFTAR PUSTAKA Hidup Sehat Bagi Lanjut Usia,
1. AM.Sugeng Budiono.2003. Solo: CV. Aneka. Chris Sinclair,
Hiperkes dan Kesehatan 1995, Asma, Jakarta: Arcan.
Kerja.UNDIP Semarang 8. David Lambert, 1996, Tubuh
2. Eko Nurmianto.1998. Ergonomi Manusia.
Konsep dan Aplikasi. Guna 9. Lientje Setyowati S.U, 1994,
Wijaya. Jakarta Kuesioner Alat Ukur Perasaan
3. Suma’mur P.K. 1996. Higene Kelelahan Kerja
Perusahan dan Kesehatan Kerja. (KAUPK2), Yogyakarta:a, Jakarta:
Jakarta: PT.Gunung Agung. Arcan.
4. Sritomo Wignjosoebroto, 2003, 10. I Dewa Nyoman Supariasa,
Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Bahcyar Bakri, dan Ibnu Fajar,
Surabaya: Institut 2001, Penetuan Status
Teknologi Surabaya – Penerbit Gizi, Jakarta: EGC.
Guna Widya.
5. Sugiyono, 2005, Statistika untuk
Penelitian, Bandung: CV.
Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, 1998,
Prosedur Penelitian, Jakarta:
PT.Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai