Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI

PENDENGARAN DI RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT


LAWANG MALANG

Oleh:

Ayu Widianing Putri

Novita Rahmawati

M. Firdaus

Uchtul Istifadhah

Vidia Putri

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOOL (JIS)
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa
adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya. Serta mempunyai sikap positif
terhadp diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes),
H.Syafii Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan
global bagi setiap Negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya
kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial
dan budaya pada masyarakat. Disisi lain, tidak semua orang mempunyai
kemampuan yang sama untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta
mengelola konflik dan stress tersebut. (Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan
dan Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, 2007)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.
Pada studi terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada Negara-negara
berkembang, sekitar 76-85% gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan
apapun pada tahun pertama. (Hardian, 2008)
Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan msyarakat yang
demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada di
masyarakat. Akibat semakin kompleksnya persoalan hidup yg muncul ditengah
msyarakat, menyebabkan penderita gangguan jiwa terus bertambah.
Berdasarkan hal di atas kelompok akan membahas halusinasi dalam
seminar kelompok yang sebagaimana salah satu syarat untuk menyelesaikan
tugas praktek di Rumah Sakit Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat di Lawang
Malang.
B. Tujuan
1. Tujuan umun
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatn jiwa
pada klien dengan perubahan gangguan persepsi sensori pendengaran di
rung garuda RSC, dr. we
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Ganggun persepdi sensori
halusinasi pendengaran
b. Membuat diagnose keperawatn, pada klien gangguan persepsi sensori
pendengaran
c. Melakukan intervensi keperawarn kepada klien Gangguan persepei
sensori halusinasi pendengaran
d. Melakukan tindakan keperawatn pada klien gangguan persepsi sensori
pendengaran .
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan
persepsi sensori halusinasi pendengaran

C. Metode Pengumpulan Data


Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode
deskriptif dimana kelompok hanya memaparkan data yang sesungguhnya pada
kasus. Untuk menggali data, teknik yang di gunakan berbagai macam
diantaranya adalah:
a. Wawancara; penulis mengadakan wawancara pada klien di ruang garuda .
b. Observasi: kelompok melakukan pengumpulan data yang dilakukan
dengan pengamatan secara langsung pada perilaku klien .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal


terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya
kemampuan menilai realitas (Keliat, 2009). Halusinasi adalah persepsi sensori
yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan (Aziz,
2013).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar (Maramis, 2010). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada rangsangan dari luar ekternal.

B. Etiologi Halusinasi
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara
lain klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya
keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan.
Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal
menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan
kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus
eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.
Tanda dan gejala :
a. Aspek fisik :
1) Makan dan minum kurang
2) Tidur kurang atau terganggu
3) Penampilan diri kurang
4) Keberanian kurang
b. Aspek emosi :
1) Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
2) Merasa malu, bersalah
3) Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek social
1) Duduk menyendiri
2) Selalu tunduk
3) Tampak melamun
4) Tidak peduli lingkungan
5) Menghindar dari orang lain
6) Tergantung dari orang lain
d. Aspek intelektual
1) Putus asa
2) Merasa sendiri, tidak ada sokongan
3) Kurang percaya diri

C. Tanda dan Gejala


1. Bicara, senyum, tertawa sendiri
2. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup
(mencium) dan merasa suatu yang tidak nyata.
3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
5. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.
6. Sikap curiga dan saling bermusuhan.
7. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.
8. Menarik diri menghindar dari orang lain.
9. Sulit membuat keputusan.
10. Ketakutan.
11. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian,
berhias yang rapi.
12. Mudah tersinggung, jengkel, marah.
13. Menyalahkan diri atau orang lain.
14. Muka marah kadang pucat.
15. Ekspresi wajah tegang.
16. Tekanan darah meningkat.
17. Nafas terengah-engah.
18. Nadi cepat
19. Banyak keringat.

D. Akibat Halusinasi
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya
sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak
lingkungan (risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi
jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami panik dan
perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan
kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien
dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak
lingkungan.

Tanda dan gejala :

a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat
f. Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
BAB IV
PEMBAHASAN

Peneliti melakukan pengkajian mengenai halusinasi kepada 8 responden


dengan melakukan observasi rata – rata klien mengalami tanda dan gejala yang
sama yaitu mengarahkan telinga ke arah tertentu, gelisah, terlihat terganggu, marah
tanpa sebab, mencoba berinteraksi dengan lingkungan, tidak berdaya, sering
menangis sendiri, tertawa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Direja (2011) tanda dan gejala halusinasi adalah pasien sering
berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mengarahkan telinga ke
arah tertentu, menutup telinga, mendengar suara atau kegaduhan. Mendengar suara
yang mengajak pasien bercakap-cakap, mendengar suara yang menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya. Wawancara dari 8 responden mengatakan
mendengar suara palsu, sebagian besar suara palsu tersebut muncul ketika malam
hari, dan dalam keadaan emosi ketika suara palsu tersebut muncul.

Pengkajian dari 8 responden sebanyak 6 responden berusia antara 25-45


tahun, hal itu menyebabkan masalah yang dialami oleh responden akan lebih
bervariasi. Penjelasan oleh Pieter dan Namora (2010) bahwa usia dewas muda
berisiko lebih tinggi mengalami ganggua jiwa terutama halusinasi karena pada
tahap ini kehidupan penuh dengan stressor, masa dewasa muda mengalami masa
ketegangan emosi dan itu berlangsung hingga usia 30-an. Dalam usia tersebut
individu akan mudah mengalami ketidakmampuan menghadapi masalah sehingga
akan lebih mudah emosi.

Pengkajian permasalahan yang dilakukan kepada 8 responden, sebanyak 5


responden mengatakan faktor yang menyebabkan klien dibawa kerumah sakit
adalah terdapat masalah dengan keluarga. Seperti pendapat Yosep (2007) bahwa
salah satu peyebab dari masalah halusinasi adalah faktor perkembangan yang
terganggu misalnya rendah kontrol dan kehangatan keluarga yang menyebabkan
klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih
rentan terhadap stress.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada 8 responden didapatkan
keluhan yang hampir sama antara R1, R2, R3, R4 R5, R6, R7, R8 yaitu mereka
merasa mendengar bisikan yang menyuruh untuk melakukan sesuatu sehingga
menuruti halusinasinya, memukul seseorang ketika emosi, mengarahkan telinga ke
arah tertentu, sering tertawa sendiri, merasa takut ketika halusinasinya muncul,
perubahan pola komunikasi, gelisah. Sehingga dari data tersebut masalah
keperawatan gangguan persepsi sensori: pendengaran (auditori).

Dengan dilakukannya dzikir diharapkan pendengaran yang dialami


responden akan teratasi dengan tujuan: frekuensi berkurang, durasi berkurang,
gejala halusinasi berkurang. Seperti pendapat Fatihuddin (2010) Dzikir adalah
menjaga dalam ingatan agar selalu ingat kepada Allah ta‟ala. Dzikir dapat
menyehatkan tubuh: hidup orang shaleh lebih ceria, tenang, dan seolah-olah tanpa
masalah, karena setiap masalah disikapi dengan konsep takwa. Fungsi dari dzikir
antara lain dapat mensucikan hati dan jiwa: berdzikir dapat mengingatkan kita
kepada Allah dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan. Karena segala
bentuk masalah adalah dari-Nya, dan dengan berdzikir dapat mengingatkan kita
agar selalu berfikir positif. Dzikir dapat menyehatkan tubuh: orang-orang yang
kurang dzikir, atau konsep hidupya kurang dikembalikan kepada Allah, hidupnya
kelihatan super sibuk, tidak ada jeda menikmati hidup, karena prosesi hidupnya
dikejar-kejar oleh bayangan material. Dzikir dapat mencegah manusia dari bahaya
nafsu: dzikir bertugas sebagai pengendali nafsu, membedakan yang baik dan buruk.
Peneliti melakukan implementasi di Ruang Arjuna sebanyak 3-8 pertemuan.
Halusinasi yang didengar oleh pasien berbeda – beda waktu nya.

Berdasar hasil observasi pasien melakukan dzikir ketika mendengar suara


palsu, ketika sedang sendiri, dan setelah sholat. Peneliti meminta klien untuk
melakukan dzikir secara mandiri setelah sholat magrib, isya dan shubuh. Dzikir
juga dilakukan secara bantuan, diingatkan oleh peneliti dan dapat dilakukan secara
mandiri. Responden melakukan dzikir dengan mengucapkan lafal sebagai berikut:
Subhanallah, Alhamdulilah, Allahuakbar, Lailahaillallah, bismilahirohmanirohim.
Pendapat Fatihuddin (2010) waktu shubuh adalah waktu yang mulia untuk urusan
riski, waktu pagi sampai dhuhur adalah waktu yang baik untuk berkah rizki, waktu
maghrib baik dilakukan dzikir pada waktu keheningan malam mampu melepaskan
gelombang meta rohaniah sangat tajam sehingga gelora di hati semakin cepat
menghadirkan keesaan Allah.

Hasil perbandingan tersebut peneliti mendapatkan hasil dari 8 responden


sebanyak 5 responden merasakan tanda dan gejala halusinasi berkurang, merasa
lebih tenang. Sebanyak 3 responden tidak merasakan mengalami perubahan, 2
responden sedang berada dalam fase yang menyenangkan dan 1 responden dalam
fase yang menjijikan. Hal ini sesuai teori yang dijelaskan oleh Sulahyuningsih
(2016) fase comforting yaitu fase menyenangkan. Klien mengalami stres, cemas,
perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan. Klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinnya dan suka menyendiri. Pada fase condemming atau ansietas
berat yaitu halusinasi menjadi menjijikkan. Pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri jadi dominan.
Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas.

Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung
dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan
realitas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil pengkajian yang dilakukan kepada 8 responden mengenai
halusinasi adalah yang dirasakan oleh responden umumnya memiliki ciri-ciri
yang sama yaitu mengarahkan telinga ke arah tertentu, sering mendengar suara
palsu, emosi ketika mendengar suara palsu tersebut, merasa terganggu, tidak
berdaya, tertawa sendiri, menangis tanpa sebab. Biasanya penderita halusinasi
mendengar suara palsu ketika malam hari. Diagnosa Keperawatan yang muncul
pada 8 responden adalah gangguan persepsi halusinasi: auditori. Perencanaan
Keperawatan untuk diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori: auditori
yaitu: melibatkan klien dalam aktifitas berbasis realitas yang mungkin
mengalihkan perhatian dari halusinasi (dzikir). Pelaksanaan Keperawatan
dilakukan 3-8 hari sejak 30 Maret – 15 April. Implementasi yang dilakukan
kepada 8 responden dengan melakukan dzikir setiap waktu luang, ketika klien
mendengar suara palsu dan ketika setelah sholat. Responden mengucapkan lafal
dzikir: Subhanallah, Alhamdullilah, Allahuakbar, Lailaha illallah,
bismilahirohmanirohim. Perkembangan 8 responden setelah diberikan tindakan
selama 2 minggu sebagai evaluasi dalam tindakan keperawatan berdasarkan
masalah keperawatan sebagai berikut: dari 8 responden sebanyak 5 responden
mengatakan halusinasi berkurang setelah melakukan dzikir, dan 3 responden
lainnya tidak mengalami perubahan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1,2
    Bab 1,2
    Dokumen47 halaman
    Bab 1,2
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Valencia Diana Pattipeilohy
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 2 4 5-1
    Bab 1 2 4 5-1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 2 4 5-1
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Dan 2
    Bab 1 Dan 2
    Dokumen97 halaman
    Bab 1 Dan 2
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Bab 6 Gerontik
    Bab 6 Gerontik
    Dokumen6 halaman
    Bab 6 Gerontik
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 - 7
    Bab 1 - 7
    Dokumen23 halaman
    Bab 1 - 7
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • ABSENSI
    ABSENSI
    Dokumen8 halaman
    ABSENSI
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 2 4 5-1
    Bab 1 2 4 5-1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 2 4 5-1
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Keperawatan
    Keperawatan
    Dokumen24 halaman
    Keperawatan
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • BAB 6 Isyaroh
    BAB 6 Isyaroh
    Dokumen5 halaman
    BAB 6 Isyaroh
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Format Komunitas Ipkki. HSL Workshop
    Format Komunitas Ipkki. HSL Workshop
    Dokumen7 halaman
    Format Komunitas Ipkki. HSL Workshop
    Ibrahim Movic
    Belum ada peringkat
  • Absensi Kepaniteraan TDK Masuk
    Absensi Kepaniteraan TDK Masuk
    Dokumen2 halaman
    Absensi Kepaniteraan TDK Masuk
    April
    Belum ada peringkat
  • Contoh Penulisan Rencana Keperawatan Komunitas-1
    Contoh Penulisan Rencana Keperawatan Komunitas-1
    Dokumen6 halaman
    Contoh Penulisan Rencana Keperawatan Komunitas-1
    Anonymous 7dIGRq
    Belum ada peringkat
  • 1.cover Ebn Gerontik-1
    1.cover Ebn Gerontik-1
    Dokumen2 halaman
    1.cover Ebn Gerontik-1
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • COVER Proposal
    COVER Proposal
    Dokumen1 halaman
    COVER Proposal
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • COVER Proposal
    COVER Proposal
    Dokumen1 halaman
    COVER Proposal
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • 1.cover Ebn Gerontik-1
    1.cover Ebn Gerontik-1
    Dokumen2 halaman
    1.cover Ebn Gerontik-1
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Wa0007
    Wa0007
    Dokumen1 halaman
    Wa0007
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • 1.cover Ebn Gerontik
    1.cover Ebn Gerontik
    Dokumen2 halaman
    1.cover Ebn Gerontik
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • 1.cover Ebn Gerontik-1
    1.cover Ebn Gerontik-1
    Dokumen2 halaman
    1.cover Ebn Gerontik-1
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Gerontik
     Kata Pengantar Gerontik
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar Gerontik
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Scrib 1
    Scrib 1
    Dokumen25 halaman
    Scrib 1
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • 7.bab 5 Gerontik
    7.bab 5 Gerontik
    Dokumen9 halaman
    7.bab 5 Gerontik
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Absensi Kepaniteraan TDK Masuk
    Absensi Kepaniteraan TDK Masuk
    Dokumen2 halaman
    Absensi Kepaniteraan TDK Masuk
    April
    Belum ada peringkat
  • COVER Proposal
    COVER Proposal
    Dokumen1 halaman
    COVER Proposal
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat
  • Persetujuan Puput
    Persetujuan Puput
    Dokumen1 halaman
    Persetujuan Puput
    ayu widianing putri
    Belum ada peringkat