3.2.3. Tujuan :
Untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi Bitter Orangeterhadap
nyeri Post Partum Sectio Caesarea.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASI
4.1.1. Data Umum
Tabel 5.1. Distribusi FrekuensiBerdasarkan Usia Pada Ibu Post SC di ruang
Seruni RSUD dr.Abdoer Rahem Situbondo
No Karakteristik umur Frekuensi (f) Persentase (%)
1. 20-25 tahun 4 40%
2. 26-30 tahun 3 30%
3. >31 tahun 3 30%
Jumlah 10 100%
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa responden yang 20-25 tahun
sejumlah 40 %, usia 26-30 tahun sejumlah 30%, usia >31 tahun 30%.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Obat anti nyeri yang
di berikan pada ibu post SC di ruang seruni RSUD dr. Abdoer Rahem situbondo
Jenis Obat Persentase (%)
No Frekuensi (f)
(IV)
1. Ketorolac 10 100%
2. Asam Mefenamat 1 10%
Jumlah 10 100%
Berdasarkan hasil penelitian seperti pada tabel 5.3 Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Obat anti nyeri yang di berikan pada ibu post SC di ruang seruni
RSUD dr. Abdoer Rahem situbondo.
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Tingkat Nyeri Sebelum diberikan Aroma Bitter Orange
Derajat dan kualitas nyeri yang dirasakan oleh setiap responden sangat subjektif
dan berbeda, hal ini disebabkan karena nyeri merupakan sesuatu yang kompleks dan
banyak faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri seseorang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat persepsi dan reaksi individu terhadap nyeri seperti yang
nyatakan oleh Smeltzer & Bare (2002), diantaranya adalah usia, jenis kelamin, ansietas,
pengalaman nyeri masa lalu, perhatian dan dukungan keluarga.
Berdasarkan karakteristik responden seperti pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari
10 responden terdapat 4 orang (40%) yang berusia 20-25 tahun, 3 orang (30%) yang
berusia 26-30 tahun, dan 3 orang (30%) yang berusia >31 tahun. Sesuai pengamatan
yang telah dilakukan bahwa rentang usia tersebut rata-rata mempersepsikan nyeri
lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berusia lanjut. Selanjutnya pada
tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar berpendidikan Terakhir SMA sebanyak
9 orang atau 90%.Berdasarkan hasil penelitian seperti pada tabel 5.3 Frekuensi
Responden Berdasarkan Jenis Obat anti nyeri yang di berikan pada ibu post SC di
ruang seruni RSUD dr. Abdoer Rahem situbondo dan Berdasarkan hasil penelitian di
ruang Seruni RSUD dr. Abdoer rahe Situbondo didapatkan hasil Distribusi Frekuensi
responden sesudah diberikan aroma terapi bitter orange (n=10). Berdasarkan hasil
penelitian seperti pada tabel 5.4 menunjukan bahwa sebelum pemberian aromaterapi
bitter orange dalam mayoritas responden sebanyak 6 orang (60%) mengalami nyeri
sedang (skala 4-6) dan 4 orang mengalami nyeri berat (skala 7-9). Sedangkan setelah
pemberian aromaterapi bitter orange mayoritas sebanyak 8 orang atau 80 %
mengalami penurunan nyeri ringan (skala 1-3) dan sebanyak 2 orang mengalami
nyeri sedang (4-6).
Sesuai pengamatan yang telah dilakukan bahwa rentang usia tersebut rata-rata
mempersepsikan nyeri lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berusia lanjut.
4.2.1. Efektivitas aromaterapi bitter orange terhadap nyeri post partum SC.
Berdasarkan hasil penelitian di ruang Seruni RSUD dr. Abdoer rahe
Situbondo didapatkan hasil Distribusi Frekuensi responden sesudah diberikan aroma
terapi bitter orange (n=10). Berdasarkan hasil penelitian seperti pada tabel 5.4
menunjukan bahwa sebelum pemberian aromaterapi bitter orange dalam mayoritas
responden sebanyak 6 orang (60%) mengalami nyeri sedang (skala 4-6) dan 4 orang
mengalami nyeri berat (skala 7-9). Sedangkan setelah pemberian aromaterapi bitter
orange mayoritas sebanyak 8 orang atau 80 % mengalami penurunan nyeri ringan
(skala 1-3) dan sebanyak 2 orang mengalami nyeri sedang (4-6).
Peneliti menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada terapi yang
menggunakan aromaterapi berupa bitter orange terhadap nyeri ibu post partum.
Pasien yang diberikan terapi menggunakan aromaterapi bitter orange merangsang
tubuh untuk melepaskan senyawa endorphin sehingga merangsang otot-otot pada
bagian tubuh. Tubuh menjadi rileks, yang merupakan pereda nyeri dengan seolah-
olah seperti beristirahat beberapa jam.
Bitter orange sediaan minyak biasa digunakan dalam aromaterapi. Minyak
ini memiliki efek menjadi resive, antiseptik, anti-spasmodik dan obat penenang
ringan. Limonele adalah salah satu komponen dari bitter orange dapat mengurangi
rasa sakit (Astuti, Heni & Kartika, 2015; Fadla dkk, 2015).
Aromaterapi mempengaruhi sistem limbik di otak yang merupakan pusat
emosi, suasana hati dan mood dan menghasilkan hormon endorphin dan encephalin,
yang bersifat sebagai penghilang rasa sakit dan serotonin yang berfungsi
menghilangkan ketegangan atau stres serta kecemasan saat menghadapi persalinan
(Perez, 2003). Dan minyak esensial jeruk diyakini menimbulkan efek mental
relaksasi (Sugano dan Sato, 1991).
Beberapa studi menunjukkan bahwa aromaterapi bitter orange
mempengaruhi neurotransmisi pusat (Komiya et al., 2006). Sebuah hubungan antara
persepsi bau dan respon perilaku emosional telah disarankan, menunjukkan korelasi
neuroanatomical antara emosi dan bau (Pollatos et al., 2007). Studi klinis menunjukkan
bahwa paparan inhalasi berbagai macam minyak esensial efektif dalam mengurangi
stres psikologis, keadaan cemas, serta kadar kortisol pada pasien hipertensi (Hwang,
2006).
Efek positif dari minyak esensialbitter orange pada kecemasan dan
depresi gejala telah membangkitkan minat, karena mereka mungkin menjadi
alternatif untuk bahan sintetis yang menyebabkan berbagai efek samping seperti
sedasi, perubahan memori dan interaksi dengan obat lain (Gumnick dan Nemeroff,
2000). Di antara tanaman aromatik, Citrus aurantium L. (Rutaceae) diindikasikan
dalam pengobatan populer sebagai alternatif dalam pengobatan kecemasan, yang
menunjukkan tindakan sentral mungkin (Pultrini et al., 2006).
Aromaterapi bitter orange menunjukkan aktivitas depresan pada sistem
saraf pusat (SSP) setelah pemberian intraperitoneal pada tikus (Carvalho-Freitas dan
Costa, 2002). Tanggapan tersebut dapat dikaitkan dengan efek tertentu atau sinergis
dari banyak komponen yang ada dalam aromaterapi bitter orange, antara yang kita
harus menyebutkan limonene dan mircene, yang memiliki tindakan dibuktikan pada
SSP (Pultrini et al., 2006). Studi yang dilakukan dievaluasi dalam model depresi,
memberikan bukti bahwa esensial bitter orange tindakan dengan memperkuat respon
imun serta potentiating efek anti-depresan dari imipramine yang (Komori et al.,
1995), yang juga diamati dalam studi klinis dengan pasien dengan depresi (Komori et
al., 1995).
BAB 5
SUMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pada analisis hasil dan pembahasan tersebut maka dapat
diambil kesimpulan tentang penurunan tingkat nyeri pada ibu nifas post secto sesarea
sebagai berikut :
1. Tingkat nyeri ibu nifs post Sc sebelum diberi aromaterapi bitter orange adalah nyeri
sedang. Sedangkan tingkat nyeri setelah diberi aromaterapi bitter orange pada kelompok
intervensi adalah nyeri ringan. Terdapat perbedaan penurunan nyeri antara sebelum dan
setelah diberikan aromaterapi bitter orange pada ibu post Sc.
2. Tingkat Nyeri post Sc Sesuai pengamatan yang telah dilakukan bahwa rentang usia
tersebut rata-rata mempersepsikan nyeri lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang
berusia lanjut.
3. Terdapat perbedaan nyeri post Sc sebelum dan sesudah diberikan olesan minyak
aromaterapi Bitter Orange.
5.2 SARAN
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian dapat disusun saran-saran sebagai
berikut :
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan, dapat dijadikan sebagai masukan bagi RSUD dr.
Abdoer rahem situbondo bahwa pemberian aromaterapi bitter orange dapat dijadikan
SOP dalam asuhan keperawatan secara komperehensif untuk menurunkan nyeri pada
ibu nifas post SC.
2. Bagi institusi pendidikan kesehatan, dapat dipublikasikan secara luas kepada pihak
akademis, sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan dapat
dijadikan sebagai terapi komplementer untuk mengembangkan pengetahuan tentang
memberikan asuhan keperawatan pada pasien inpartu di dalam institusi pendidikan.
Dan untuk motivasi supaya lebih giat dalam melakukan penelitian-penelitian mutakhir
dibidang kesehatan.
3. Bagi profesi keperawatan, diharapkan untuk dapat mengaplikasikan tindakan ini dalam
menangani masalah nyeri pada ibu nifas Post SC.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian dengan design true
experimen dengan memperhitungkan konsentrasi aromaterapi. Waktu pemberian
aromaterapi supaya lebih efektif. Pada penelitian selanjutnya peneliti dapat
mempertimbangkan faktor lain yang memungkinkan bisa menurunkan nyeri dan
kecemasan seperti dukungan suami dan keluarga. Selain itu peneliti selanjutnya jangan
melakukan kesalahan yang sama
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. (2007) Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta : Salemba
Medika.
Azizah, I.N., Widyawati, M.N., Anggraini, N.N., 2011. Pengaruh Endorphin Massage
Terhadap Intensitas Nyeri Kala 1 Persalinan Normal Ibu Primipara Di BPS S Dan B
Demak Tahun 2011 . Demak: Jurnal .Unimus.ac.id.
Azizah I. 2011. Pengaruh Endhorphin Massage Terhadap Intensitas Nyeri Kala 1 Persalinan
Normal Ibu Primipara, Di BPS S Dan B Demak, Semarang.
Bobak, Lowdermik, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 3. Jakarta:
EGC.
Datak, G. (2008). Perbedaan Rileksasi Benson Terhadap Nyeri Pasca Bedah Pada Pasien
Transurethral Resection Of The Prostate Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.
[Thesis]. Indonesian University.
Hidayat, A., Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kumalasari, E.P., 2012. Studi Tentang Manfaat Aromaterapi ( Aroma Lavender ) Terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Ibu Pada Persalinan Kala I Fase Aktif Di Bidan Praktek
Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kecamatan Pesantren. Penelitian. Kediri:
Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanSurya Mitra Husada.
Llewllyn, D. 2001. Dasar-Dasar Obsetri & Ginekologi. Edisi 66. Jakarta: Hipokratis.
Maifrisco, O., (2008). Pengaruh Aromaterapi Terhadap Tingkat Stress Mahasiswa. Available
From URL: www.indoskripsi.com. [Acessed 10 Agustus 2013].
Namazi, et al. 2014. Effects of Citrus Aurantium (Bitter Orange) on the Severity of First-
Stage Labor Pain. di Ehesti University of Medical Sciences, Tehran, Iran.
Namazi, et al. 2014. Aromatherapy With Citrus Aurantium Oil and Anxiety During the First
Stage of Labor. di Ehesti University of Medical Sciences, Tehran, Iran.
Perez, C., (2003). Clinical Aromatherapy Part I: An Introduction Into Nursing Practice.
Clinical Journal Of Oncology Nursing. Volume 7, Number 5. [accessed 16 November
2013].
Perry dan Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik.
Edisi 4. Alih Bahasa Renata Komalasari. Jakarta: EGC.
Potter, Patricia A. (2006).Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Alih Bahasa Renata Komalasari. Jakarta : EGC.
Rahmi P. 2002. Aromaterapi Perawatan Alami Untuk Sehat Dan Cantik. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Rohani, Et Al. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.