DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................. 1
Daftar Isi...................................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi…………………………………………………………….
6
Sebagian besar komposisi berat badan manusia adalah cairan. Pada seorang
pria, 60% berat badan adalah cairan. Sedangkan pada wanita, 50% berat badan
adalah cairan. Cairan tersebut pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu, cairan
Cairan ekstraseluler didefinisikan sebagai cairan tubuh yang berada diluar sel,
dan pada umumnya dibagi menjadi cairan plasma dan interstisial. Cairan
ekstraseluler normalnya bernilai 20% dari total cairan tubuh, dengan pembagian
15% cairan interstisial dan 5% cairan plasma. Pada penyakit akut atau kronik,
volume cairan ekstraseluler akan meningkat dan sebaliknya cairan intraseluler akan
menurun.
Didalam cairan tubuh terdapat komponen kimia yang terdiri dari elektrolit
dan non-elektrolit. Non-elektrolit adalah komponen kimia yang tetap utuh atau
tidak dapat terdisosiasi seperti glukosa dan urea. Sedangkan elektrolit adalah
komponen kimia yang dapat terdisosiasi membentuk ion yang membawa muatan
listrik. Ion dengan muatan positif yang disebut kation akan tertarik dengan ion
2
Intensive care unit (ICU) adalah bagian rumah sakit yang dilengkapi dengan
staf dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
Kedua, mencegah terjadinya penyulit atau komplikasi. Dan yang ketiga adalah
menerima rujukan dari level yang lebih rendah dan melakukan rujukan ke level
yang lebih tinggi. Intensif Care Unit menyediakan kemampuan dan sarana,
menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman
Gangguan cairan dan elektrolit adalah salah satu masalah kinik yang paling
sering terjadi di Unit rawat intensif (Intensive Care Unit/ICU). Studi terakhir di
dengan prinsip dan praktik dari fisiologi dan patofisiologi cairan dan elektrolit.
masa rawat di ICU dan biaya perawatan yang tinggi. (Jay Wook Lee,2010).
3
Cleveland, ditemukan 20% pasien rawat inap dengan hipokalemia. Sedangkan
untuk hiperkalemia dilaporkan memiliki insiden 1,1-10% pasien rawat inap (Teo
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
merupakan kondisi yang dapat ditoleransi oleh tubuh dengan baik, namun
2.2 Klasifikasi
A. Hipokalemia
(Gareth,2017)
B. Hiperkalemia
(Lehnhardt,2017)
2.2 Etiologi
A. Hipokalemia
1. Perubahan Transeluler
5
Penggunaan bronkodilator β-agonis dengan atau tanpa
diprediksi.
Insulin
(Marino,2007)
2. Deplesi Kalium
diuretik.
6
(Marino,2007)
B. Hiperkalemia
cairan ekstraeluler.
(Marino,2007)
hiperenemik hipoaldosteron.
ACE Inhibitor
Β-blocker
Siklosporin
Digitalis
7
Diuretic
Heparin
NSAID
Pentamidine
Potassium penicillin
Tacroimus
Trimethoprim sulfametoxazole
Suksinilkolin
(Marino,2007)
2.3 Patofisiologi
sel. Potensial membran sel yang sedang beristirahat normalnya bergantung pada
rasio konsentrasi kalium pada intrasel dan ekstrasel. Konsentrasi kalium intrasel
mEq dari konsumsi kalium akan hilang melalu traktus gastrointestinal. (Morgan et
al,2013)
Ekskresi kalium dari renal dapat bervaiasi mulai 5 mEq/L sampai 100
proksimalis dan lengkung henle, serta disekresikan di tubulus distal. Sekresi kalium
(Morgan et al,2013)
8
Perubahan kalium antar kompartemen menyebabkan perubahan pada pH
sampai 60% dari masuknya asam, perubahan konsentrasi ion hydrogen pada
kasus asidosis, ion hydrogen ekstrasel masuk kedalam sel, menggantikan ion
kalium dalam sel sehingga ion kalium akan keluar dari sel. Hal ini terjadi untuk
kalium dalam ekstrael dan plasma. Sedangkan pada kasus alkalosis, kalium
ekstrasel masuk kedalam sel untuk menyeimbangkan pergerakan ion hidrogen yang
keluar dari dalam sel. Hasilnya ion kalium pada plasma akan menurun. (Morgan et
al,2013)
meningkatkan serapan kalium di dalam hepar dan otot skeletal. Sekresi insulin
dapat berperan penting dalam mengkontrol konsentrasi kalium plasma dan dalam
atau administrasi manitol) dapat meningkatkan kalium plasma (sekitar 0,6 mEq/L
per 10 mOsm/L). Dalam kasus seperti ini, pergerakan air keluar dari sel bersamaan
dengan pergerakan ion kalium keluar dari sel. Pada akhirnya kondisi seperti ini
9
Hipotermia telah dilaporkan menyebabkan penurunan kalium plasma
sebagai hasil dari penyerapan seluler. Pemanasan akan membalikkan perubahan ini
Ekskresi kalium dalam urin secara umum sesuai dengan konsentrasi kalium
Konsentrasi kalium ekstrasel adalah determinan umum dari sekresi aldosterone dari
hypokalemia menekan sekresi aldosteron. Aliran tubulus renal pada distal nefron
dapat menjadi determinan penting dari eksresi kalium dalam urin dikarenakan laju
aliran tubuler yang tinggi meningkatkan sekresi kalium dengan menjaga gradient
yang tinggi dari kapiler sampai tubulus renal untuk sekresi kalium. (Morgan et
al,2013)
A. Hipokalemia
total didalam tubuh, peningkatan ini dapat disebabkan oleh penyebab renal
10
Hipokalemia
Tidak Ya
Tidak Ya
Penyebab ekstrarenal :
- Diare Lain-lain : Serum bikarbonat Asidosis metabolik :
- Muntah - Nekrosis tubular akut normal atau tinggi - Asidosis tubulus
- Obat renal
(platinum,aminoglikos - Diabetik
ida) ketoasidosis
- Post obstruksi
Hipertensi : Hipotensi :
- Hiperaldosteron - Diuretic
- Cushing’s syndrome - Muntah
- Liddle syndrome - Bartter’s syndrome
- Kelebihan - Gitelman’s syndrome
mineralokortikoid - Deplesi magnesium
B. Hiperkalemia
eksresi kalium akibat insufiensi renal. Gangguan eksresi kalium atau gangguan
masuknya kalium kedalam sel termasuk kedalam penyebab lain dari hyperkalemia.
11
obat-obatan yang menghambat produksi atau reseptor aldosterone
A. Hipokalemia
Paralisis neuromuscular
Lemah
Konstipasi
(Jay Wook,2010)
Gelombang U prominen
Depresi segmen ST
12
Interval PR memanjang
(PAPDI,2014)
B. Hiperkalemia
(Marino,2007)
(Marino,2007)
Interval PR memanjang
Ventrikular asistol
(Marino,2007)
(PAPDI,2014)
13
2.5 Terapi
A. Hipokalemia
Terapi Hipokalemia
Tentukan penyebab hipokalemia (hentikan obat, ganti diet, hentikan drainase
gaster)
Indikasi untuk Kalium IV (20mmol/jam dengan monitoring jantung, periksa
kembali setelah 60mmol)
Aritmia jantung dengan respon ventricular cepat
Aritmia jantung disebabkan oleh keracunan digoxin
Diare berat
Miopati berat dengan nekrosis otot
Paralisis
Indikasi untuk kalium klorida oral (20-80mmol/hari dalam dosis terbagi) :
Semua situasi kecuali untuk asidosis tubulus renal: gantikan dengan
kalium bikarbonat oral, sitrat, asetat, atau glukonat.
(Boon Wee dan Saul,2010)
sel,maka kadar kalium serum yang rendah menggambarkan hilangnya cairan tubuh
jantung sehingga kadarnya perlu terus dimonitor. Kristaloid tidak cukup untuk
menjaga kadar kalium. Oleh karena itu, kalium tambahan perlu dimasukkan ke
intravena dengan cairan KCl dan dilakukan monitoring dengan serum kalium.
B. Hiperkalemia
Terapi Hiperkalemia
Situasi klinik Terapi Waktu respon Durasi efek
Terapi Emergensi
Abnormalitas EKG Kalsium glukonase IV atau klorida Secepatnya 15-30 menit
(10 mL dari 10% larutan)
K+ > 6,5mmol/L atau Glukosa IV (50 mL dari 50%) + 10-20 menit 2-3 jam
meningkat Insulin regular IV 10 U
14
Albuterol (10-20 mg) dengan inhaler 20-30 menit 2-3 jam
diatas 10 menit
Sodium bikarbonat IV (jika asidosis Tertunda
metabolic)
Kayexalate (Sodium polistirine), 15- 4-6 jam (PO),
30 g dengan sorbitol 1 jam (retensi
enema)
Diuretik (IV) 1 jam
Hemodialisa 15-30 menit
Terapi Lanjutan
Restriksi diet kalium 2-3 gram/hari
Pemberhentian suplemen kalium (subtitusi garam)
Pemberhentian obat yang mengganggu homeostasis kalium
Penambahan eksresi kalium dengan loop diuretic, diuretic thiazide, fludrokortison, jika terdapat
hipoaldosteron.
Terapi kayexalate kronik
(Boon Wee dan Saul,2010)
BAB III
KESIMPULAN
pasien di Intensive Care Unit (ICU). Hipokalemia adalah kondisi dimana serum
kalium bernilai dibawah 3,5mEq/L. Hipokalemia dibagi menjadi tiga yaitu ringan,
sedang, dan berat. Hipokalemia ringan adalah keadaan dengan nilai serum kalium
3 – 3.5 mEq/L. Hipokalemia sedang keadaan serum kalium dengan nilai 2.5 – 3
mEq/L. Hipokalemia berat adalah keadaan serum kalium dengan nilai dibawah 2.5
mEq/L. Kondisi ini dapat ditandai dengan kelemahan otot, mual,muntah, konstipasi
dan aritmia. Penyebab dari hypokalemia dapat dibagi menjadi dua yaitu renal dan
nonrenal, ha ini dapat diperiksa dengan tes laboratorium. Setengah kasus dari
15
Hiperkalemia adalah kondisi dimana serum kalium bernilai diatas 5,5
mEq/L. Hiperkalia dapat diklasifikasikan menjadi yaitu, ringan dengan nilai serum
kalium 5.5 – 6.5 mEq/L, sedang 6.5 – 7.5 mEq/L, dan berat serum kalium lebih dari
berupa gelombang T tinggi dan lancip serta pelebaran kompleks QRS. Manajemen
DAFTAR PUSTAKA
Boon Wee, Teo, and Nurko Saul. 2010. Hypokalemia And Hyperkalemia.
Pathophysiology, Epidemiology.
http://emedicine.medscape.com/article/767448-overview (Diakses
16
Institute. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3061004/.
Morgan, G., Mikhail, M., Murray, M., et al. 2013. Clinical anesthesiology : Fifth
PAPDI. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.: Edisi Keenam. Jakarta : Interna
Publishing.
17