Anda di halaman 1dari 16



Volume 07, Nomor 01, Juni 2016




Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Hadits dengan Model SAVI


pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas III di MI Darun Najah
Tulangan Sidoarjo




Abstrak: Dalam pembelajaran menghafal hadits mata pelajaran Al-


Qur’an Hadits, guru sering menggunakan metode ceramah dan
menugaskan siswa untuk menghafal yang ada dibuku LKS sehingga siswa
terlihat sangat pasif dan membosankan. Pada saat apersepsi di pelajaran
berikutnya peserta didik sudah banyak yang lupa, dari 12 peserta didik
dalam satu kelas hanya 25% peserta didik yang masih mampu mengingat
hadits yang sudah dipelajari. Adapun permasalahan yang ingin dikaji
dalam penelitian ini adalah apakah dengan menerapkan model
pembelajaran SAVI dapat meningkatkan kemampuan menghafal
hadits?. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan kemampuan menghafal hadits siswa setelah diterapkan
model SAVI. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan sebanyak satu siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu:
rancangan, tindakan, refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah
siswa kelas III di MI Darun Najah Tulangan Sidoarjo. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu non tes (penilaian sikap, hafalan
dan, unjuk kerja). Dari hasil analisis didapatkan bahwa ketuntasan
belajar siswa pada saat pre test ketuntasan belajar siswa masih mencapai
25%. Sedangkan di siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 58,3%.
Jadi peningkatan secara klasikal dari pre test yang dilakukan oleh guru
dan siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti sebanyak 33,3%.

Kata Kunci: Kemampuan Menghafal Hadits, Al-Qur’an Hadits, Model


SAVI.

PENDAHULUAN
Salah satu materi yang terpenting adalah belajar membaca Al-Qur’an, karena
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam (Suryani, 2012: 55). Oleh sebab itu
Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih

belajar Al-Qur’an adalah suatu kewajiban. Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits di


Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada
kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an dan hadits dengan benar, serta hafalan
terhadap surat-surat pendek dalam al-Qur’an, pengenalan arti atau makna secara
sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadits-hadits tentang akhlak terpuji
untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan.
Hal ini sejalan dengan misi pendidikan dasar adalah untuk: (1) pengembangan
potensi dan kapasitas belajar peserta didik, yang menyangkut: rasa ingin tahu, percaya
diri, keterampilan berkomunikasi dan kesadaran diri; (2) pengembangan
kemampuan membaca, menulis, menghitung dan bernalar, keterampilan hidup,
dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan terhadan Tuhan YME; serta (3) fondasi bagi
pendidikan berikutnya.
Di samping itu, juga mempertimbangkan perkembangan psikologis anak,
bahwa tahap perkembangan intelektual anak usia 6-11 tahun adalah operasional
konkrit (Piaget). Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar juga merupakan masa
social imitation (usia 6-9 tahun) atau masa mencontoh, sehingga diperlukan figur yang
dapat memberi contoh dan teladan yang baik dari orang-orang sekitarnya (keluarga,
guru dan teman-teman sepermainan), usia 9-12 tahun sebagai masa second star of
individualisation atau masa individualisasi, dan usia 12-15 tahun merupakan masa
social adjustment atau penyesuaian diri secara sosial.
Secara substansial mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mencintai kitab sucinya,
mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-
Qur’an-Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan
dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Menghafal hadits sangatlah penting. Karena Al - Quran dan Hadits sebagai
pedoman hidup manusia yang utama. Al- Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan
oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril secara berangsur - angsur
selama 23 tahun. (Mudasir, 2010: 15) mengatakan bahwa hadits adalah segalah
perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan
hukum syara’ dan ketetapannya.
Nabi Muhammad bersabda: “Cintailah Allah yang telah mencurahkan nikmat
pada kalian, cintailah aku (Muhammad) dikarenakan aku mencintai Allah, dan
cintailah Ahlu Baitku.” (HR. Baihaqi) (Thahir, 2014). Hadits ini menerangkan bahwa
kita semua di anjurkan untuk mencintai beliau (Nabi Muhammad) tidak hanya
sekedar mengikuti segala jejaknya namun juga dengan mengamalkan segala
perkataan dan perbuatannya (Sunnah - Sunnahnya).
Dengan demikian kita perlu menanamkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad
SAW melalui hadits–hadits sederhana yang harus dikenalkan kepada anak-anak di
usia dini, terutama ditingkatan MI. Bukan sekedar dikenalkan saja, akan tetapi hadits
juga harus di hafal dan di terapkan oleh anak-anak usia dini di kehidupan sehari-hari

74 Jurnal


Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI

dengan haarapan agar anak-anak terbiasa melakukan perkatan dan perbuatan yang
sesuai seperti Nabi Muhammad dan baik menrut agama Islam. Jika hadits sudah di
kenalkan, di hafal dan di terapkan kepada anak-anak usia dini, maka mereka akan
mudah mengingatnya walaupun sudah beranjak dewasa kelak.
Pepatah mengatakan: “Menuntut ilmu diwaktu kecil bagai mengukir di atas
batu, sedangkan menuntut ilmu diwaktu tua bagai mengukir di atas air.”
Bukan hanya itu saja, apabila kita mengenalkan hadits kepada anak-anak
apalagi menghafal dan menerapkan pada kehidupan sehari-hari pemahaman anak
lebih mudah untuk kita bentuk dan arahkan ke tingkah laku yang lebih baik.
Oleh karena itu, KKM mata pelajaran Al-Qur’an hadits di MI Darun Najah
yang di tetapkan dan harus dicapai adalah 7,5. Akan tetapi standar nilai ini masih
sulit untuk di capai peserta didik di MI Darun Najah, banyak pembelajaran
menghafal hadits Nabi yang ada di dalamnya. Peserta didik merasa kesulitan
menghafal hadits dengan cepat dan tepat dari 12 peserta didik dalam satu kelas hanya
25% dari peserta didik yang masih mampu mengingat hadits yang sudah dipelajari.
Artinya hanya 3 peserta didik yang masih mampu mengingat dan menghafal hadits
dengan tepat dan benar.
Setelah dianalisis, ternyata ditemukan beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kemampuan peserta didik MI Darun Najah Sidoarjo dalam menghafal
yakni: (1) kondisi kelas yang kurang kondusif, (2) pembelajaran materi yang tidak
menantang (3) kurang tertariknya peserta didik dalam pembelajaran tersebut (4)
peserta didik sering merasa bosan apabila guru menyuruhnya menghafalkan hadits
terus menerus, apalagi mengingat beserta artinya dengan melengkapi hadits di soa-
soal ulangan (5) kurangnya peran peserta didik MI Darun Najah Sidoarjo dalam
proses pembelajaran.
Disamping itu, jika ditinjau dari kompetensi guru mengajar, guru di MI Darun
Najah rata-rata lulusan Madrasah Aliyah dan 50% lulusan sarjana. Kelas 1–3 guru
kelas dan kelas 4-6 guru mata pelajaran. Suasana pada saat pembelajaran Al-Qur’an
Hadits selalu tenang dan membosankan karena siswa hanya mendengarkan guru
ceramah dan sesekali menghafalkan beberapa hadits yang ada di buku siswa.
Alokasi waktu yang disediakan untuk pembelajaran Al-Qur’an Hadits 2
JP/minggu. Sebelum mengajar pembelajaran berlangsung guru tidak menyiapkan
RPP terlebih dahulu ataupun melihat dan membaca RPP terlebih dahulu. Biasanya
peserta didik disuruh membuka buku pelajaran, diterangkan sekilas tentang hadits
tersebut, membaca haditsnya lalu menghafal dan maju satu persatu didepan kelas.
Seakan–akan menghafal hadits dirasa tidak penting dan bapak/ibu guru juga sering
tidak menindak lanjuti apa yang sudah peserta didik hafalkan.
Dampaknya peserta didik akan bosan dalam mengikuti pelajaran tersebut,
peserta didik juga hanya mampu menghafal pada saat pembelajaran berlangsung itu
saja, satu pekan kemudian pada saat apersepsi untuk melafadzkan hadits yang sudah

Jurnal 75



Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih

dihafalkan pada pembelajaran sebelumnya banyak yang sudah lupa dan tidak mampu
mengingatnya lagi.
Begitu juga pada saat ulangan harian, UTS, maupaun UAS. Peserta didik selalu
merasa kesulitan untuk mengerjakan soal yang berisi perintah melengkapi hadits,
baik berupa soal pilihan ganda maupun uraian.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah pembelaajaran
menghafal hadits dikarenakan gurunya yang kurang kretif dan inovatif dalam
menyampaikan pembelajaran karena mengajarkan Hadits pada mata pelajaran Al-
Qur’an Hadits hanya menggunakan metode ceramah dan sekedar menghafal saja.
Dan pada saat pembelajaran gurunya juga belum mempersiapkan RPP terlebih
dahulu.
Oleh karena itu dalam meningkatkan kemampuan peserta didik MI darun
Najah Kajeksan diperlukan upaya pengembangan dengan memilih dan menerapkan
model pembelajaran tertentu yang sekaligus dapat menghasilkan peningkatan
kemampuan menghafal hadits MI Darun Najah Kajeksan. Tidak bisa hanya dibaca
lalu dihafal saja karena penyediaan pengalaman belajar adalah: 10% dari apa yang
kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari
apa yang kita lihat dan dengarkan, 70 % dari apa yang kita katakan, 90 % dari apa
yang kita katakan dan lakukan.
Tidak kalah pentingnya apabila kita mengucapkan kosa kata langsung kita
praktekkan dengan gerakan tubuh menggabungkan antara bayangan, imajinasi, dan
kreatifitas yang ada di otak kanan (Idawati, 2011).
Hal ini sesuai dengan karakteristik peserta didik MI yang masih aktif dan selalu
ingin pembelajaran yang menyenangkan. Jadi seorang guru harus membawa
pembelajaran dengan menekankan keaktifan siswa untuk mengalami dan berlatih
sendiri. Menghafal hadits pun juga seperti itu sebaiknya harus menyenangkan dan
kita gunakan sumber dan alat pembelajaran dari anggota tubuh kita dan sekeliling
kita.
Setelah mempelajari berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan
dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka secara hipotesis model
pembelajaran yang memungkinkan dapat tercapainya kemampuan menghafal seperti
yang disebutkan di atas adalah model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual,
dan Intelektual). (Rusman, 2013: 373-374) Pembelajaran SAVI diperkenalkan
pertama kali oleh Dave Meier. Dave Meier menyajikan suatu sistem lengkap untuk
melibatkan kelima indra dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar
secara alami yang dikenal dengan model SAVI, yaitu, Somasi, Auditori, Visual, dan
Intelektual. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, belajar
dengan berbicara dan mendengar. Visual, artinya belajar mengamati dan
menggambarkan. Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan masalah dan
menerangkan.

76 Jurnal


Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI

Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan


belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan
segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain
dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan
sesuatu dengan hakikat realitas yang non linear, non mekanis, kreatif dan hidup.
Berdasarkan analisis peneliti, menghafal hadits–hadits sederhana mengguna-
kan model pembelajar SAVI memiliki peran untuk memudahkan belajar siswa
terutama pada bidang studi Al-Qur’an Hadits sebab model ini merupakan suatu cara
mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan membawa
suasana pembelajaran menyenangkan.
Menurut Gegne, untuk meningkatkan kualitas belajar sehingga hasil belajar
dapat ditingkatkan dan dipertahankan, seorang tenaga pengajar perlu menyelaraskan
fase belajar yang dialami pembelajar dengan peristiwa pembelajaran yang perlu
dikondisikan oleh pengajar, sehingga tiap fase belajar dapat menghasilkan suatu
aktivitas (proses belajar) yang maksimal dalam diri si belajar.
Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan di atas, maka dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti memilih judul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Menghafal Hadits dengan Model SAVI pada Siswa Kelas III Mata
Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MI Darun Najah Tulangan Sidoarjo”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan menerapkan model
pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual dapat meningkatkan
kemampuan menghafal hadits peserta didik kelas MI Darun Najah pada mata pelajaran Al
Qur’an hadits semester genap tahun ajaran 2014-2015. Tujuan penelitian ini adalah
untuk meningkatkan kemampuan menghafal hadits peserta didik MI Darun Najah
pada mata pelajaran Al qur’an Hadits hingga mencapai nilai rata-rata kelas minimal
7,5. Adapun manfaat penelitian ini adalah; bagi penulis, penelitian ini mampu
meningkatkan kemampuan dalam merancang strategi dan metode yang bervariasi
dengan menerapkan model SAVI pada pembelajaran; Bagi peserta didik, untuk
meningkatkan kemampuan menghafal hadits bagi peserta didik dalam proses
pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadits; Bagi guru Al-Qur’an Hadits, hasil
PTK ini dapat menjadi masukan, menambah wawasan dn pengalaman serta
memperkaya alternatif pilihan model pembelajaran sehingga guru Al-Qur’an Hadits
dapat memilih atau mengkombinasikan dengan ,model lain untuk kepentingan
peningkatan kualitas pada proses pembelajaran sehingga dpat meningkatkan
kemampuan peserta didik; Bagi guru MI, sebagai guru MI khususnya di MI Darun
Najah dapat memperleh informasi faktual PTK ini, dan dapat memanfaatkan dengan
melakukan uji coba dengan setting kelas dan siswa yang lain; Bagi peneliti lain, hasil
PTK ini dapat menjadi bahan refleksi untuk melakukan PTK lebih lanjut pada setting
kelas, lokasi, waktu, dan subjek yang berbeda, sehingga keajegan model/metode
SAVI dapat dibuktikan secara empiris.

Jurnal 77



Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih

KERANGKA KONSEPTUAL

Kemampuan Menghafal
Dalam proses pembelajaran di sekolah kemampuan yang dimiliki setiap peserta
didik dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat perkembangannya.
Adapun kemampuan berasal dari kata “mampu” yang mempunyai arti dapat atau
bisa. Menurut (Susanto, 2011: 97) menjelaskan bahwa istilah kemampuan
merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil pembawahan dan
latihan.
Sedangkan ditinjau dari kamus bahasa Indonesia, kemampuan merupakan
kesanggupan seseorang untuk berinteraksi disuatu masyarakat bahasa, antara lain
mencakupi sopan santun memahami giliran bercakap-cakap.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kemampuan
adalah kecakapan atau potensi menguasai sesuatu keahlian yang merupakan bahwa
sejak lahir dalam melakukan pekerjaan.
Kata menghafal berasal dari kata ‫ حفظا – يحفظ – حفظ‬yang berarti menjaga, dan
melindungi (Yunus, 1990: 105). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata
menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang
pelajaran atau dapat mengucapkan diluar kepaala tanpa melihat buku atau catatan
lain (Anwar, 2003: 318). Kemudian mendapat awalan me- menjadi menghafal yang
artinya adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat.
Kemampuan dalam menghafal adalah kesanggupan atau kecakapan seorang
individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan dengan menghafal yakni mengucapkan di luar
kepala tanpa melihat buku atau catatan lain dalam pengajaran pelajaran tersebut.

Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtida’iyah


Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtida’iyah adalah salah satu
mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis Al-
Qur’an dan Hadits dengan benar, serta hafalan terhadap surat-surat pendek dalam
Al-Qur’an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek
tersebut dan hadits-hadits tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah
Ibtida’iyah meliputi: (1) pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-Qur’an yang
benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. (2) hafalan surah-surah pendek dalam Al-
Qur’an dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya, serta
pengamalannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
(3) pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai
hadis-hadis yang berkaitan dengan, kkeutamaaan membaca Al-Qur’an, kebersihan,
niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, takwa, keutamaan

78 Jurnal


Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI

memberi, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal
salih.
Tujuan pembelajaran Al-Qur’an-Hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah agar
siswa mampu membaca, menulis, menghafal, mengartikan, memahami, dan terampil
melaksanakan isi kandungan Al-Qur’an-Hadits dalam kehidupan sehari-hari
sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Inti
ketakwaan itu ialah berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual)


Pembelajaran SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Dave Meier
menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indra dan emosi dalam
proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model
SAVI, yaitu, Somasi, Auditori, Visual, dan Intelektual (Rusman, 2013: 373-374).
Model SAVI dalam belajar memunculkan sebuah konsep belajar yang disebut
Belajar Berbasis Aktivitas (BBA). Artinya, belajar dengan bergerak aktif dengan
memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh dengan
pikiran terlibat dalam proses pembelajarn. Belajar model ini jauh lebih efektif
daripada yang didasarkan pada prestasi, materi, dan media, sebab gerakan fisik
meningkatkan proses mental. Bagian otak yang akan terkoneksi oleh gerakan fisik
adalah konteks motor, dimana fungsi otak bagian ini untuk berfikir memecahkan
masalah. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus menggabungkan antara gerakan
fisik dan seluruh indra yang ada (Suyadi, 2013: 102).
Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, belajar dengan
berbicara dan mendengar. Visual, artinya belajar mengamati dan menggambarkan.
Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menrangkan.
Menurut Meier (Sidjabat, 2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam
belajar dengan menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut: (1) belajar
melibatkan seluruh tubuh dan pikiran, (2) belajar adalah berkreasi, bukan
mengkonsumsi, (3) kerja sama membantu proses belajar, (3) pembelajaran
berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan, (4) belajar berasal dari
mengerjakan pekerjaan itu sendiri, (5) emosi positif sangat membantu pembelajaran,
(6) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Model SAVI ini dilaksanakan dalam siklus pembelajaraan empat tahap
(Rusman, 2013: 373-374): (1) persiapan dengan tujuan menimbulkan minat siswa,
memberikan mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan
datang, dan menempatkan mereka ke dalam situasi optimal untuk belajar, (2)
penyampaian untuk membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan
cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra, dan cocok
untuk semua gaya belajar (3) pelatihan, dengan tujuan untuk membantu pembelajar

Jurnal 79



Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih

mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dengan


berbagai cara.

Indikator Ketercapaian
Berdsarkan hasil pre test 12 siswa, rumusan masalah, dan tujuan penelitian ini,
dapat ditetapkan indikator ketercapaian, yaitu: (1) terjadi peningkatan aktifitas siswa,
(2) ketuntasan minimal yang diharapkan peneliti mencapai 50% siswa atau lebiih
telah mampu menghafal hadits tentang persaudaraan dan minimal mencapai nilai
75.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini di laksanakan untuk melakukan penelitian
pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran. Di dalam PTK
ini seorang guru harus intropeksi, bercermin, merefleksi, atau mengevaluasi dirinya
sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang pengajar diharapkan cukup
profesional. Dengan peningkatan kemampuan diri tersebut, secara tidak langsung
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek
penalaran, keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek yang
lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.
Dalam penelitian ini, peneliti bermitra dengan guru, yakni menggunakan
bentuk kolaboratif. Ditinjau dari pendekatan yang digunakan, penelitian ini
termasuk penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif digunakan
untuk membuktikan apakah suatu teknik pembelajaran bisa diterapkan dan
bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Sedangkan penelitian kualitatif
digunakan untuk mencari sumber yang paling umum. Menurut (Emzir, 2012: 37)
menjelaskan analisis data kualitatif tergantung pada keterampilan integratif dari
peneliti. Interprestasi diperlukan karena data yang dikumpulkan jarang berbentuk
angka dan karena data kaya rincian dan panjang. Data ini berupa lembar pengamatan
aktivitas siswa, aktivitas guru, wawancara.
Penelitian ini di laksanakan di MI Darun Najah Kajeksan Tulangan Sidoarjo
tahun pelajaran 2014-2015. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Mei semester genap 2014-2015. Sedangkan subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas
III sebanyak 12 orang dengan pokok bahasan menghafal hadits tentang
persaudaraan.

Rancangan Penelitian
Peneliti menggunakan model penelitian tindakan kelas dalam melaksanakan
meodel SAVI, “guru sebagai observer dan peneliti sebagai guru” dengan acuan model
siklus PTK yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, (Purwati, 2009: 12) yang
menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu: 1)

80 Jurnal


Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI

perencanaan (planning), 2) aksi atau tindakan (acting), 3) observasi (observing), dan 4)


refleksi (reflecting). Secara keseluruhan, empat tahap andalan PTK tersebut
membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti pada
gambar di bawah ini.

Identifikasi Masalah

Perencanaan

Refleksi Tindakan
Siklus 1
Observasi

Perencanan Ulang

Gambar 1: Alur PTK model Kurt Lewin

Tahapan-tahapan dalam siklus tersebut meliputi: pertama, sebelum


melaksanakan tindakan, peneliti harus menyusun perencanaan (planning), yaitu
dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan
fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen
untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan. Kedua,
setelah perencanaan tersusun dengan rapi dan matang, barulah peneliti
melaksanakan tindakan (acting) yang telah dirumuskan pada RPP pada situasi yang
aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Ketiga, pada
tahapan ini guru dan peneliti melaksanakan pengamatan (observing) di kelas yang
meliputi: (1) mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;
(2) memantau kegiatan diskusi/kerja sama antar siswa-siswi dalam kelompok; (3)
mengamati kelancaran dalam menghafalkan tiap-tiap anak terhadap penguasaan
materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK. (4) aktifitas
guru (5) aktifiitas guru.

Teknik Pengumpulan Data


Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi,
wawancara, catatan lapangan, penilaian non tes (penilaian sikap, hafalan dan
penilaian unjuk kerja kelompok siswa).

Jurnal 81



Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih

Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Rencana
Pelaksanaan Pelajaran), lembar observasi, lembar wawancara, lembar kegiatan siswa,
lembar penilaian non tes (rubrik penilaian sikap, rubrik penilaian hafalan, dan rubrik
penilaian unjuk kerja kelompok).

Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui keaktifan suatu model dalam kegiatan pembelajaran perlu
diadakan analisis data. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau prosentase
keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan
dengan cara memberikan evaluasi berupa penilaian non tes yang terdiri dari:
penilaian sikap, penilaian hafalan, dan penilaian unjuk kerja kelompok.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif.
Dari analisis ini data yang diperoleh akan diolah dan disnalisis secara deskriptif
kualitatif dan kuantitatif yaitu, (1) data hasil pengamatan tentang aktifitas guru dalam
mengajar dan siswa dalam mengajar, (2) data dari hasil tes belajar siswa untuk
mengetahui kemampuan siswa menghafal hadits.
Analisis ini menggunakan statistik sederhana untuk menilai non tes. Peneliti
melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi jumlah
siswa yang ada dikelas tersebut sehingga diperoleh rata- rata tes formatif dapat
dirumuskan:
∑𝑋
𝑋̅ = ∑ 𝑁
Keterangan
X : Nilai rata-rata
∑X : Jumlah semua nilai kuesioner siswa
∑N : Jumlah siswa.
Untuk ketuntasan belajar, ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara
perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai
prosentase 50% dengan nilai 75. Untuk menghitung presentasi ketuntasan belajar di
gunakan rumus sebagai berikut:

∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟


P= ∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑥 100 %

HASIL ANALISIS DATA PENELITIAN PER-SIKLUS

Siklus I

Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mencari guru yang akan dijadikan kolaborasi untuk
mencari masalah atau kesulitan yang dihadapi guru didlam kelas sebagai sumber PTK
dan juga menjadi observer.

82 Jurnal


Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI

Mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana


pembelajaran dengan menggunakan model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan
Intelektual), lembar materi hadits persaudaraan, lembar observasi guru dan siswa,
rubrik penilaian sikap, rubrik penilaian hafalan, dan rubrik unjuk kerja kelompok,
rangkaian media.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada
tanggal 30 Mei 2015 dikelas III dengan jumlah 12 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru dan guru kelas III MI Darun Najah tersebut bertindak sebagai
pengamat. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
menggunakan model SAVI yang telah dipersiapkan yakni:
1. Penyampaian
Peserta didik mendengarkan penjelasan mengenai kegiatan yang akan
dilaksanakan selama pembelajaran, yaitu menghafal hadits tentang
persaudaraan. Kemudian peserta didik melihat dan mendengarkan guru
melafadzkan hadits tentang persaudaraan dengan menggunkan gerakan tubuh
yang sesuai dengan terjemahnya. (Auditori, Visual). Dalam tahap ini peserta didik
sangat antusias mendengarkan dan menyimak gerakan guru.
2. Pelatihan
Peserta didik melihat dan menirukan guru melafadzkan hadits tentang
persaudaraan kembali perkata dengan menggunkan gerakan tubuh yang sesuai
dengan terjemahnya. (Somatis, Auditory, Visual), pelafalan diulang beberapa kali
sampai peserta didik hafal. Peserta didik melafadzkan hadits tentang sholat
berjama’ah beserta gerakannya secara individu dan bergantian dan peserta didik
sangat senang mengikuti pembelajaran yang telah berlangsung.
Kemudian guru membagi peserta didik menjadi 3 kelompok, peserta didik
menyusun teks hadits tentang persaudaraan yang telah diacak dalam amplop
pada lembar kerja yang diberikan oleh guru. (Intelektual). Didalam kegiatan ini
menjadikan siswa tidak ramai dan bermain, akan tetapi peserta didik sibuk
mengerjakan tufgas kelompok dengan mengingat lafadz hadits beserta terjemah
dan gerakannya secara sempurna.
3. Penampilan Hasil
Perwakilan 1 anak untuk menyampaikan hasil jawaban didepan kelas, siswa yang
lain menanggapi hasil presentasi (melengkapi, mengkonfirmasi, dan
menyangga). Kemudian guru memberi penguatan terhadap hasil jawaban peserta
didik, sedangkan peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya tentang hasil
diskusi yang belum mereka mengerti.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Jurnal 83



Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih

Tabel 1: Tabulasi Nilaian Hafalan Siswa


Nilai Jumlah Siswa Ketuntasan
100 3 Tuntas
93,3 2 Tuntas
86,7 1 Tuntas
80 1 Tuntas
73,3 2 Belum Tuntas
53,3 2 Belum Tuntas
46,7 1 Belum Tuntas
Jumlah Seluruh Nilai 953,2
Jumlah siswa yang tuntas 7
Jumlah siswa yang belum tuntas 5
Rata-rata nilai siswa 79,4
Presentasi ketuntasan 58,3%

Tabel 2: Tabulasi Nilai Sikap Siswa


Nilai Jumlah Siswa Keterangan
100 2 Tuntas
88,9 4 Tuntas
77,8 1 Tuntas
66,7 3 Belum Tuntas
55,6 1 Belum Tuntas
44,4 1 Belum Tuntas
Jumlah Seluruh Nilai 933,5
Jumlah siswa yang tuntas 7
Jumlah siswa yang belum tuntas 5
Rata-rata nilai siswa 77,8
Presentasi ketuntasan 58,3%

Tabel 3: Tabulasi Nilai Unjuk Kerja Kelompok


Nilai Jumlah Siswa Keterangan
100 4 Tuntas
88,9 4 Tuntas
55,6 4 Belum Tuntas
Jumlah Seluruh Nilai 978
Jumlah siswa yang tuntas 4
Jumlah siswa yang belum tuntas 8
Rata-rata nilai siswa 81,5
Presentasi ketuntasan 66,7%

84 Jurnal


Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI

Tabel 4: Tabulasi Hasil Nilai Siswa pada Siklus I yang didapat dari Penjumlahan Nilai
Hafalan, Sikap dan Unjuk Kerja Kelompok dibagi 3
Nilai Jumlah Siswa Ketuntasan
100 2 Tuntas
92,6 1 Tuntas
90,3 2 Tuntas
86 1 Tuntas
76,3 1 Tuntas
72,6 1 Belum Tuntas
69,7 1 Belum Tuntas
69,4 1 Belum Tuntas
56,3 1 Belum Tuntas
51,1 1 Belum Tuntas
Jumlah Seluruh Nilai 954,6
Jumlah siswa yang tuntas 7
Jumlah siswa yang belum tuntas 5
Rata-rata nilai siswa 79,55
Presentasi ketuntasan 58,3 %

80%
70%
60%
50%
40% Pra Siklus
30% Siklus I
20%
10%
0%
Tuntas Belum Tuntas

Grafik 1: Perbandingan Presentase Ketuntasan Belajar Pra Siklus dan Siklus I

Ketuntasan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah 50% siswa MI Darun Najah
minimal mencapai nilai 75. Dari tabel dan grafik di atas di peroleh nilai rata-rata
siswa 79,55 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 58,3%. Hasil ini menunjukkan
peningkatan yang sedikit lebih baik dari apa yang dialami guru mata pelajaran yang
sebelumnya ketuntasan belajarnya masih mencapai 25%. Adanya peningkatan hasil
belajar ini karena siswa lebih bersemangat untuk menghafal hadits melalui gerakan.
Pada saat berkelompok untuk mengerjakan unjuk kerja siswa juga bersemangat
mengerjakan karena sibuk mengingat-ingat hafalan hadits beserta terjemahannya
serta isyarat gerakan dari hadits dan terjemahannya tersebut.

Jurnal 85



Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih

Refleksi
Dalam tahap ini akan dikaji apa yang terlaksana dengan baik maupun yang
masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran
SAVI. Dari data-data yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: (1) guru belum
bisa mengelola waktu dengan baik karena membutuhkan waktu yang lama, melebihi
alokasi waktu yang di sediakan. (2) model ini menuntut adanya guru yang sempurna
dalam menyampaikan pembelajaran. (3) selama proses belajar mengajar semua
pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Meskipun ada beberapa hal yang belum
sempurna, tetapi prosentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar
dari 25% menjadi 58,3% siswa yang tuntas. (4) berdasarkan hasil pengamatan pada
saat pembelajaran berlangsung siswa sangat aktif, tertarik dan bersemangat untuk
menghafal serta tidak merasa membosankan hanya melihat buku, membaca dan
menghafalnya seperti halnya yang di perintah guru dalam pembelajran sebelumnya.
Perbedaannya dengan pembelajaran ini adalah siswa menghafal tanpa melihat dan
membaca buku akan tetapi langsung menghafal lafadz beserta terjemahannya
perkata/perlafadz melalui gerakan yang dibimbing guru. (5) siswa lebih termotivasi
untuk belajar lebih baik.

Revisi
Adapun langkah perbaikan yang dilakukan pada siklus ini adalah peneliti telah
menerapkan pembelajaran model SAVI melafadzkan dan menerjemahkan hadits
tentang persaudaraan menggunakan gerakan tubuh dan bekerja kelompok sehingga
peserta didik mampu menghafal hadits tentang persaudaraan beserta terjemahannya
tapi lafadz/kata dan keseluruhannya dengan cepat, baik dan benar serta sempurna.
Dilihat dari kativfitas siswa pada proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak dibutuhkan revisi yang terlalu banyak, hanya saja kurang baik dalam
mengelola waktu karena terlalu banyak membutuhkan waktu dan yang diperlukan
untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang
telah ada dengan tujuan agar pada pembelajaran selanjutnya dapat tercapai dengan
baik.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh peserta didik menunjukkan bahwa
penerapan model SAVI berimplikasi positif dalam meningkatkan kemampuan
menghafal siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin cepatnya menghafal hadits
dengan mengingat gerakan yang telah dipraktekkan oleh guru dan siswa. Siswa lebih
bersemangat untuk menghafal hadits melalui gerakan. Pada saat berkelompok untuk
mengerjakan unjuk kerja siswa juga bersemangat mengerjakan karena sibuk
mengingat-ingat hafalan hadits beserta terjemahannya serta isyarat gerakan dari
hadits dan terjemahannya tersebut Terbukti dengan semakin nilai rata-rata siswa yang
diperoleh 79,55 dan ketuntasan belajar siswa 58,3%. Hasil ini menunjukkan

86 Jurnal


Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI

peningkatan yang sedikit lebih baik dari apa yang dialami guru mata pelajaran yang
sebelumnya ketuntasan belajarnya masih mencapai 25%. .
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
SAVI dalam siklus ini mengalami peingkatan dari permasalahan sebelumnya. Hal ini
berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam menghafal hadits.
Dapat dilihat dari meningkatnya prosentase yang biasanya yang dicapai guru tersebut
25% namun pada pembelajaran ini mencapai 58,3%.
Berdasarkan aktifitas data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
menghafal hadits tentang persaudaraan menggunakan model SAVI yang yang paling
dominan adalah pada saat siswa menghafal hadits melalui gerakan yang menjadikan
semangat baru bagi anak untuk menghafal yang tidak membosankan, dan juga pada
saat mereka mengerjakan lembar kegiatan menyusun hadits tentang persaudaraan
dan terjemahannya siswa sangat antusias karena saling bersaing dan bekerja keras
mencari jawaban dengan mengingat-ingat kemabali hadits tersebut beserta
gerakannya.
Sedangkan aktifitas guru selama pembelajaran berlangsung melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran menggunakan model SAVI dengan baik. Hal ini
terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya aktifitas membimbing dalam
menghafal melalui gerakan dengan penuh semangat dan nada yang tidak
membosankan, mengamati siswa dalam pembelajaran tersebut melalui rubrik
penilaian (penilaian sikap, hafalan, dan unjuk kerja),

PENUTUP

Kesimpulan
Pembelajaran dengan menggunakan model SAVI memiliki dampak positif
dalam meningkatkan aktifitas kemampuan menghafal hadits siswa MI Darun Najah
yang ditandai pada saat pre test nilai rata-rata siswa 70,4 dan ketuntasan belajar siswa
masih mencapai 25%. Sedangkan di siklus I rata-rata nilai siswa yang mencapai
79,55, sedangkan prosentase ketuntasan belajar siswa mencapai 58,3%. Jadi
peningkatan secara klasikal dari pre test yang dilakukan oleh guru dan siklus pertama
yang dilakukan oleh peneliti sebanyak 33,3%.

Saran
Model, strategi, metode untuk mengaktifkan siswa dikelas sekarang sudah
banyak sekali, maka dari itu sebaiknya seorang guru harus kreatif untuk menggali
dan mencari model-model pembelajaran yang kreatif dan innovatif sehingga mampu
mengaktifkan siswa didalam kelas, pembelajaran menjadi menarik, bersemangat,
siswa pun tidak ,membosankan.
Model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Auditori) merupakan salah satu
cara yang tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan menghafal hadits siswa.

Jurnal 87



Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih

Bagi bagi siswa-siswi MI Darun Najah, dengan pelaksanaan PTK ini,


diharapkan kemampuan menghafal haditsnya dapat meningkat. sedangkan bagi
peneliti perlu adanya penelitian tindakan lebih lanjut lagi, karena penelitian ini
hanya dilakukan oleh peneliti selama 2 hari 1 hari untuk wawancara dan 1 hari lagi
untk melakukan tindakan observasi dikelas. Sehingga didalamnya tentu masih ada
beberapa kekurangan. Dan penelitian selanjutnya harus ada perbaiakn dan
penempurnaan dari penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih maksimal lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Thahir, Ahmad. 2014. Fikih Sunnah untuk Anak. Surakarta: Ziyad Visi Media.

Desy anwar. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, cet. II. Surabaya: Amelia.

Eni Purwati, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Paket 5. Surabaya: LAPIS PGMI.

Khoirotul Idawati. 2011. Teknik Menghafal Al-Quran Model File Komputer Metode
Hanifida.

Mahmud Yunus. 1990. Kamus Arab-Indonesia, cet. II. Jakarta: PT. Mahmud Yunus
Wadzuhryah.

Mudasir. 2010. Ilmu Hadit. Bandung: Pustaka Setia.

P. Joko Subagyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.


Jakarta: Rajawali Persada

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalme Gur. Jakarta:


Rajawali Persada.

Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryani. 2012. Hadits Tarbawi, Analisis Pedagogis Hadits-Hadits Nabi. Yogyakarta: Teras

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Emzir. 2012. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

88 Jurnal



Anda mungkin juga menyukai