Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Hadits Dengan Model SAVI Pada Mata Pelajaran Al-Qur'an Hadits Kelas III Di MI Darun Najah Tulangan Sidoarjo
Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Hadits Dengan Model SAVI Pada Mata Pelajaran Al-Qur'an Hadits Kelas III Di MI Darun Najah Tulangan Sidoarjo
PENDAHULUAN
Salah satu materi yang terpenting adalah belajar membaca Al-Qur’an, karena
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam (Suryani, 2012: 55). Oleh sebab itu
Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih
74 Jurnal
Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI
dengan haarapan agar anak-anak terbiasa melakukan perkatan dan perbuatan yang
sesuai seperti Nabi Muhammad dan baik menrut agama Islam. Jika hadits sudah di
kenalkan, di hafal dan di terapkan kepada anak-anak usia dini, maka mereka akan
mudah mengingatnya walaupun sudah beranjak dewasa kelak.
Pepatah mengatakan: “Menuntut ilmu diwaktu kecil bagai mengukir di atas
batu, sedangkan menuntut ilmu diwaktu tua bagai mengukir di atas air.”
Bukan hanya itu saja, apabila kita mengenalkan hadits kepada anak-anak
apalagi menghafal dan menerapkan pada kehidupan sehari-hari pemahaman anak
lebih mudah untuk kita bentuk dan arahkan ke tingkah laku yang lebih baik.
Oleh karena itu, KKM mata pelajaran Al-Qur’an hadits di MI Darun Najah
yang di tetapkan dan harus dicapai adalah 7,5. Akan tetapi standar nilai ini masih
sulit untuk di capai peserta didik di MI Darun Najah, banyak pembelajaran
menghafal hadits Nabi yang ada di dalamnya. Peserta didik merasa kesulitan
menghafal hadits dengan cepat dan tepat dari 12 peserta didik dalam satu kelas hanya
25% dari peserta didik yang masih mampu mengingat hadits yang sudah dipelajari.
Artinya hanya 3 peserta didik yang masih mampu mengingat dan menghafal hadits
dengan tepat dan benar.
Setelah dianalisis, ternyata ditemukan beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kemampuan peserta didik MI Darun Najah Sidoarjo dalam menghafal
yakni: (1) kondisi kelas yang kurang kondusif, (2) pembelajaran materi yang tidak
menantang (3) kurang tertariknya peserta didik dalam pembelajaran tersebut (4)
peserta didik sering merasa bosan apabila guru menyuruhnya menghafalkan hadits
terus menerus, apalagi mengingat beserta artinya dengan melengkapi hadits di soa-
soal ulangan (5) kurangnya peran peserta didik MI Darun Najah Sidoarjo dalam
proses pembelajaran.
Disamping itu, jika ditinjau dari kompetensi guru mengajar, guru di MI Darun
Najah rata-rata lulusan Madrasah Aliyah dan 50% lulusan sarjana. Kelas 1–3 guru
kelas dan kelas 4-6 guru mata pelajaran. Suasana pada saat pembelajaran Al-Qur’an
Hadits selalu tenang dan membosankan karena siswa hanya mendengarkan guru
ceramah dan sesekali menghafalkan beberapa hadits yang ada di buku siswa.
Alokasi waktu yang disediakan untuk pembelajaran Al-Qur’an Hadits 2
JP/minggu. Sebelum mengajar pembelajaran berlangsung guru tidak menyiapkan
RPP terlebih dahulu ataupun melihat dan membaca RPP terlebih dahulu. Biasanya
peserta didik disuruh membuka buku pelajaran, diterangkan sekilas tentang hadits
tersebut, membaca haditsnya lalu menghafal dan maju satu persatu didepan kelas.
Seakan–akan menghafal hadits dirasa tidak penting dan bapak/ibu guru juga sering
tidak menindak lanjuti apa yang sudah peserta didik hafalkan.
Dampaknya peserta didik akan bosan dalam mengikuti pelajaran tersebut,
peserta didik juga hanya mampu menghafal pada saat pembelajaran berlangsung itu
saja, satu pekan kemudian pada saat apersepsi untuk melafadzkan hadits yang sudah
Jurnal 75
Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih
dihafalkan pada pembelajaran sebelumnya banyak yang sudah lupa dan tidak mampu
mengingatnya lagi.
Begitu juga pada saat ulangan harian, UTS, maupaun UAS. Peserta didik selalu
merasa kesulitan untuk mengerjakan soal yang berisi perintah melengkapi hadits,
baik berupa soal pilihan ganda maupun uraian.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah pembelaajaran
menghafal hadits dikarenakan gurunya yang kurang kretif dan inovatif dalam
menyampaikan pembelajaran karena mengajarkan Hadits pada mata pelajaran Al-
Qur’an Hadits hanya menggunakan metode ceramah dan sekedar menghafal saja.
Dan pada saat pembelajaran gurunya juga belum mempersiapkan RPP terlebih
dahulu.
Oleh karena itu dalam meningkatkan kemampuan peserta didik MI darun
Najah Kajeksan diperlukan upaya pengembangan dengan memilih dan menerapkan
model pembelajaran tertentu yang sekaligus dapat menghasilkan peningkatan
kemampuan menghafal hadits MI Darun Najah Kajeksan. Tidak bisa hanya dibaca
lalu dihafal saja karena penyediaan pengalaman belajar adalah: 10% dari apa yang
kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari
apa yang kita lihat dan dengarkan, 70 % dari apa yang kita katakan, 90 % dari apa
yang kita katakan dan lakukan.
Tidak kalah pentingnya apabila kita mengucapkan kosa kata langsung kita
praktekkan dengan gerakan tubuh menggabungkan antara bayangan, imajinasi, dan
kreatifitas yang ada di otak kanan (Idawati, 2011).
Hal ini sesuai dengan karakteristik peserta didik MI yang masih aktif dan selalu
ingin pembelajaran yang menyenangkan. Jadi seorang guru harus membawa
pembelajaran dengan menekankan keaktifan siswa untuk mengalami dan berlatih
sendiri. Menghafal hadits pun juga seperti itu sebaiknya harus menyenangkan dan
kita gunakan sumber dan alat pembelajaran dari anggota tubuh kita dan sekeliling
kita.
Setelah mempelajari berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan
dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka secara hipotesis model
pembelajaran yang memungkinkan dapat tercapainya kemampuan menghafal seperti
yang disebutkan di atas adalah model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual,
dan Intelektual). (Rusman, 2013: 373-374) Pembelajaran SAVI diperkenalkan
pertama kali oleh Dave Meier. Dave Meier menyajikan suatu sistem lengkap untuk
melibatkan kelima indra dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar
secara alami yang dikenal dengan model SAVI, yaitu, Somasi, Auditori, Visual, dan
Intelektual. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, belajar
dengan berbicara dan mendengar. Visual, artinya belajar mengamati dan
menggambarkan. Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan masalah dan
menerangkan.
76 Jurnal
Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI
Jurnal 77
Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih
KERANGKA KONSEPTUAL
Kemampuan Menghafal
Dalam proses pembelajaran di sekolah kemampuan yang dimiliki setiap peserta
didik dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat perkembangannya.
Adapun kemampuan berasal dari kata “mampu” yang mempunyai arti dapat atau
bisa. Menurut (Susanto, 2011: 97) menjelaskan bahwa istilah kemampuan
merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil pembawahan dan
latihan.
Sedangkan ditinjau dari kamus bahasa Indonesia, kemampuan merupakan
kesanggupan seseorang untuk berinteraksi disuatu masyarakat bahasa, antara lain
mencakupi sopan santun memahami giliran bercakap-cakap.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kemampuan
adalah kecakapan atau potensi menguasai sesuatu keahlian yang merupakan bahwa
sejak lahir dalam melakukan pekerjaan.
Kata menghafal berasal dari kata حفظا – يحفظ – حفظyang berarti menjaga, dan
melindungi (Yunus, 1990: 105). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata
menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang
pelajaran atau dapat mengucapkan diluar kepaala tanpa melihat buku atau catatan
lain (Anwar, 2003: 318). Kemudian mendapat awalan me- menjadi menghafal yang
artinya adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat.
Kemampuan dalam menghafal adalah kesanggupan atau kecakapan seorang
individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan dengan menghafal yakni mengucapkan di luar
kepala tanpa melihat buku atau catatan lain dalam pengajaran pelajaran tersebut.
78 Jurnal
Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI
memberi, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal
salih.
Tujuan pembelajaran Al-Qur’an-Hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah agar
siswa mampu membaca, menulis, menghafal, mengartikan, memahami, dan terampil
melaksanakan isi kandungan Al-Qur’an-Hadits dalam kehidupan sehari-hari
sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Inti
ketakwaan itu ialah berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Jurnal 79
Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih
Indikator Ketercapaian
Berdsarkan hasil pre test 12 siswa, rumusan masalah, dan tujuan penelitian ini,
dapat ditetapkan indikator ketercapaian, yaitu: (1) terjadi peningkatan aktifitas siswa,
(2) ketuntasan minimal yang diharapkan peneliti mencapai 50% siswa atau lebiih
telah mampu menghafal hadits tentang persaudaraan dan minimal mencapai nilai
75.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini di laksanakan untuk melakukan penelitian
pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran. Di dalam PTK
ini seorang guru harus intropeksi, bercermin, merefleksi, atau mengevaluasi dirinya
sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang pengajar diharapkan cukup
profesional. Dengan peningkatan kemampuan diri tersebut, secara tidak langsung
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek
penalaran, keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek yang
lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.
Dalam penelitian ini, peneliti bermitra dengan guru, yakni menggunakan
bentuk kolaboratif. Ditinjau dari pendekatan yang digunakan, penelitian ini
termasuk penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif digunakan
untuk membuktikan apakah suatu teknik pembelajaran bisa diterapkan dan
bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Sedangkan penelitian kualitatif
digunakan untuk mencari sumber yang paling umum. Menurut (Emzir, 2012: 37)
menjelaskan analisis data kualitatif tergantung pada keterampilan integratif dari
peneliti. Interprestasi diperlukan karena data yang dikumpulkan jarang berbentuk
angka dan karena data kaya rincian dan panjang. Data ini berupa lembar pengamatan
aktivitas siswa, aktivitas guru, wawancara.
Penelitian ini di laksanakan di MI Darun Najah Kajeksan Tulangan Sidoarjo
tahun pelajaran 2014-2015. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Mei semester genap 2014-2015. Sedangkan subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas
III sebanyak 12 orang dengan pokok bahasan menghafal hadits tentang
persaudaraan.
Rancangan Penelitian
Peneliti menggunakan model penelitian tindakan kelas dalam melaksanakan
meodel SAVI, “guru sebagai observer dan peneliti sebagai guru” dengan acuan model
siklus PTK yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, (Purwati, 2009: 12) yang
menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu: 1)
80 Jurnal
Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Refleksi Tindakan
Siklus 1
Observasi
Perencanan Ulang
Jurnal 81
Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Rencana
Pelaksanaan Pelajaran), lembar observasi, lembar wawancara, lembar kegiatan siswa,
lembar penilaian non tes (rubrik penilaian sikap, rubrik penilaian hafalan, dan rubrik
penilaian unjuk kerja kelompok).
Siklus I
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mencari guru yang akan dijadikan kolaborasi untuk
mencari masalah atau kesulitan yang dihadapi guru didlam kelas sebagai sumber PTK
dan juga menjadi observer.
82 Jurnal
Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI
Jurnal 83
Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih
84 Jurnal
Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI
Tabel 4: Tabulasi Hasil Nilai Siswa pada Siklus I yang didapat dari Penjumlahan Nilai
Hafalan, Sikap dan Unjuk Kerja Kelompok dibagi 3
Nilai Jumlah Siswa Ketuntasan
100 2 Tuntas
92,6 1 Tuntas
90,3 2 Tuntas
86 1 Tuntas
76,3 1 Tuntas
72,6 1 Belum Tuntas
69,7 1 Belum Tuntas
69,4 1 Belum Tuntas
56,3 1 Belum Tuntas
51,1 1 Belum Tuntas
Jumlah Seluruh Nilai 954,6
Jumlah siswa yang tuntas 7
Jumlah siswa yang belum tuntas 5
Rata-rata nilai siswa 79,55
Presentasi ketuntasan 58,3 %
80%
70%
60%
50%
40% Pra Siklus
30% Siklus I
20%
10%
0%
Tuntas Belum Tuntas
Ketuntasan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah 50% siswa MI Darun Najah
minimal mencapai nilai 75. Dari tabel dan grafik di atas di peroleh nilai rata-rata
siswa 79,55 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 58,3%. Hasil ini menunjukkan
peningkatan yang sedikit lebih baik dari apa yang dialami guru mata pelajaran yang
sebelumnya ketuntasan belajarnya masih mencapai 25%. Adanya peningkatan hasil
belajar ini karena siswa lebih bersemangat untuk menghafal hadits melalui gerakan.
Pada saat berkelompok untuk mengerjakan unjuk kerja siswa juga bersemangat
mengerjakan karena sibuk mengingat-ingat hafalan hadits beserta terjemahannya
serta isyarat gerakan dari hadits dan terjemahannya tersebut.
Jurnal 85
Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih
Refleksi
Dalam tahap ini akan dikaji apa yang terlaksana dengan baik maupun yang
masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran
SAVI. Dari data-data yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: (1) guru belum
bisa mengelola waktu dengan baik karena membutuhkan waktu yang lama, melebihi
alokasi waktu yang di sediakan. (2) model ini menuntut adanya guru yang sempurna
dalam menyampaikan pembelajaran. (3) selama proses belajar mengajar semua
pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Meskipun ada beberapa hal yang belum
sempurna, tetapi prosentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar
dari 25% menjadi 58,3% siswa yang tuntas. (4) berdasarkan hasil pengamatan pada
saat pembelajaran berlangsung siswa sangat aktif, tertarik dan bersemangat untuk
menghafal serta tidak merasa membosankan hanya melihat buku, membaca dan
menghafalnya seperti halnya yang di perintah guru dalam pembelajran sebelumnya.
Perbedaannya dengan pembelajaran ini adalah siswa menghafal tanpa melihat dan
membaca buku akan tetapi langsung menghafal lafadz beserta terjemahannya
perkata/perlafadz melalui gerakan yang dibimbing guru. (5) siswa lebih termotivasi
untuk belajar lebih baik.
Revisi
Adapun langkah perbaikan yang dilakukan pada siklus ini adalah peneliti telah
menerapkan pembelajaran model SAVI melafadzkan dan menerjemahkan hadits
tentang persaudaraan menggunakan gerakan tubuh dan bekerja kelompok sehingga
peserta didik mampu menghafal hadits tentang persaudaraan beserta terjemahannya
tapi lafadz/kata dan keseluruhannya dengan cepat, baik dan benar serta sempurna.
Dilihat dari kativfitas siswa pada proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak dibutuhkan revisi yang terlalu banyak, hanya saja kurang baik dalam
mengelola waktu karena terlalu banyak membutuhkan waktu dan yang diperlukan
untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang
telah ada dengan tujuan agar pada pembelajaran selanjutnya dapat tercapai dengan
baik.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh peserta didik menunjukkan bahwa
penerapan model SAVI berimplikasi positif dalam meningkatkan kemampuan
menghafal siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin cepatnya menghafal hadits
dengan mengingat gerakan yang telah dipraktekkan oleh guru dan siswa. Siswa lebih
bersemangat untuk menghafal hadits melalui gerakan. Pada saat berkelompok untuk
mengerjakan unjuk kerja siswa juga bersemangat mengerjakan karena sibuk
mengingat-ingat hafalan hadits beserta terjemahannya serta isyarat gerakan dari
hadits dan terjemahannya tersebut Terbukti dengan semakin nilai rata-rata siswa yang
diperoleh 79,55 dan ketuntasan belajar siswa 58,3%. Hasil ini menunjukkan
86 Jurnal
Pembelajaran PAI Melalui Model SAVI
peningkatan yang sedikit lebih baik dari apa yang dialami guru mata pelajaran yang
sebelumnya ketuntasan belajarnya masih mencapai 25%. .
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
SAVI dalam siklus ini mengalami peingkatan dari permasalahan sebelumnya. Hal ini
berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam menghafal hadits.
Dapat dilihat dari meningkatnya prosentase yang biasanya yang dicapai guru tersebut
25% namun pada pembelajaran ini mencapai 58,3%.
Berdasarkan aktifitas data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
menghafal hadits tentang persaudaraan menggunakan model SAVI yang yang paling
dominan adalah pada saat siswa menghafal hadits melalui gerakan yang menjadikan
semangat baru bagi anak untuk menghafal yang tidak membosankan, dan juga pada
saat mereka mengerjakan lembar kegiatan menyusun hadits tentang persaudaraan
dan terjemahannya siswa sangat antusias karena saling bersaing dan bekerja keras
mencari jawaban dengan mengingat-ingat kemabali hadits tersebut beserta
gerakannya.
Sedangkan aktifitas guru selama pembelajaran berlangsung melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran menggunakan model SAVI dengan baik. Hal ini
terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya aktifitas membimbing dalam
menghafal melalui gerakan dengan penuh semangat dan nada yang tidak
membosankan, mengamati siswa dalam pembelajaran tersebut melalui rubrik
penilaian (penilaian sikap, hafalan, dan unjuk kerja),
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran dengan menggunakan model SAVI memiliki dampak positif
dalam meningkatkan aktifitas kemampuan menghafal hadits siswa MI Darun Najah
yang ditandai pada saat pre test nilai rata-rata siswa 70,4 dan ketuntasan belajar siswa
masih mencapai 25%. Sedangkan di siklus I rata-rata nilai siswa yang mencapai
79,55, sedangkan prosentase ketuntasan belajar siswa mencapai 58,3%. Jadi
peningkatan secara klasikal dari pre test yang dilakukan oleh guru dan siklus pertama
yang dilakukan oleh peneliti sebanyak 33,3%.
Saran
Model, strategi, metode untuk mengaktifkan siswa dikelas sekarang sudah
banyak sekali, maka dari itu sebaiknya seorang guru harus kreatif untuk menggali
dan mencari model-model pembelajaran yang kreatif dan innovatif sehingga mampu
mengaktifkan siswa didalam kelas, pembelajaran menjadi menarik, bersemangat,
siswa pun tidak ,membosankan.
Model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Auditori) merupakan salah satu
cara yang tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan menghafal hadits siswa.
Jurnal 87
Siti Mariati - Amaliya Iranty Ningsih
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Thahir, Ahmad. 2014. Fikih Sunnah untuk Anak. Surakarta: Ziyad Visi Media.
Desy anwar. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, cet. II. Surabaya: Amelia.
Eni Purwati, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Paket 5. Surabaya: LAPIS PGMI.
Khoirotul Idawati. 2011. Teknik Menghafal Al-Quran Model File Komputer Metode
Hanifida.
Mahmud Yunus. 1990. Kamus Arab-Indonesia, cet. II. Jakarta: PT. Mahmud Yunus
Wadzuhryah.
Suryani. 2012. Hadits Tarbawi, Analisis Pedagogis Hadits-Hadits Nabi. Yogyakarta: Teras
Emzir. 2012. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
88 Jurnal