Anda di halaman 1dari 1

IRONI MEMAKNAI RAMADHAN

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu bagi seluruh umat muslim di Dunia. Pada bulan ini
seluruh umat berlombah memperbanyak amal kebaikan. Banyak terjadi perubahan pola hidup pada
bulan ini. Dari mulai pola makan, bola berpakaian, hingga pola beribadah.

Menjelang bulan ramadhan, untuk menunjang umat dalam beribadah, banyak masjid diperbaiki, mulai
dari hanya sekadar dicat hingga berusaha merampungkan pengerjaan renovasi sebaik mungkin. Masjid
dibuat seindah mungkin. Banyak masjid bahkan di dalamnya diberi karpet dengan tebal hingga 5 cm.
Takmir masjid tak kalah repot menyiapkan daftar penceramah terbaik untuk disuguhkan pada umat.

“ pada momentum kali ini, dengan berpuasa, kita diajarkan untuk menahan nafsu”. Kata kata semacam
ini menjadi hal yang biasa kita dengar saat berada di tengah ceramah. Para penceramah sering
mengatakannya bahwa kita diajarkan untuk menahan nafsu, agar kita dapat memahami kehidupan orang
orang di bawah kita. Namun benarkah demikian?

Nyatanya pengeluaran kita jauh lebih banyak di bulan ini, kita cenderung membelanjakan harta lebih
banyak dari bulan bulan di luar bulan Ramadhan. Lihatlah bagaimana isi perut kita pasca berbuka. Saat
berbuka kita dengan serakah memasukkan segala macam jenis makanan untuk memenuhi isi perut kita.
Segala macam makanan terpampang di depan mata. Kita seakan berpesta mencapai kemenangan
setelah seharian berperang melawan hawa nafsu. Tapi benarkah kita sudah benar benar menahan hawa
nafsu?

Nyatanya justru dibulan ini dijadikan sebagai momentum untuk berpesta pora. Di bulan ini manusia
cenderung menjadi manusia dengan pola hidup yang konsumtif. Semakin mendekati berakhirnya bulan
ramadhan justru kita sibuk mendatangi mall mall diikuti dengan belanja sana sini dengan dalih untuk
mempersiapkan datangnya bulan Syawal. Padahal saat itu kita masih berada di tengah bulan Ramadhan.

Mana itu melatih hidup prihatin? Kita justru sibuk dengan nafsu pribadi. Dengan berdalih kita telah
melakukan banyak shodaqoh, lalu apakah kita boleh membelanjakan harta kita tanpa memperhatikan
esensi sebenarnya pada bulan Ramadhan ini? Bisa jadi apa yang kita belanjakan pada bulan Ramadhan
ini jauh lebih banyak dari apa yang kita terima.

Kita ternyata masih sibuk melayani nafsu dan kepentingan diri.

Semoga puasa kita adalah puasa yang “membekas” dalam perilaku yang diajarkan oleh para penceramah
tentang bagaimana kita menyikapi Ramadhan, bukan puasa yang hanya menahan haus dan lapar.

Anda mungkin juga menyukai