Anda di halaman 1dari 87

Aspek radiologis

pada penyakit /
gangguan sistem
syaraf

dr. Indriasari, SpRad


17 April 2019
FK UNIBA Batam
Anatomi

sistem
syaraf
Ventrikel
CCS

(cairan
cerebrospinal
Meningen
Skull (postero-anterior)
Skull (lateral)
Anatomi CT scan
Gangguan / penyakit SSP
• Trauma
• Vaskular (stroke)
• Tumor
• infeksi
I. Trauma
Cedera kepala traumatik
Fraktur Kranium
• Diakibatkan dari trauma kepala
• Klasifikasi : linear, depressed atau fraktur basis kranium
• Fraktur linear biasanya tidak berkomplikasi dan tidak
membutuhkan pengobatan, akan tetapi fraktur
tulang temporal bisa mengakibatkan extradural
hematoma (EDH)
• Fraktur depress membutuhkan tindakan operasi untuk
mengangkat fragmen tulang dan mencegah
kerusakan otak lebih lanjut
• Fraktur basis kranium membutuhkan antibiotik
profilaksis untuk menurunkan resiko terjadinya
meningitis
Foto schedel/skull

Fraktur linear
Fraktur linear
CT scan 3D
Fraktur depress
Depress skull fracture
Fraktur basis cranii
Tanda klinis fraktur basis kranium
• Rhinorea CCS
• Hemotympanum
• Perdarahan dari meatus auditorius externa
• “Racoon” eyes
• Perdarahan subconjungtiva
• Battle’s sign (memar pada area mastoid)
• Defisit nervus kranial
Hematosinus
Perdarahan intracranial (trauma)
1. Epidural Hematoma /extradural hematoma (EDH)
• EDH mucul di ruang potensial antara skull dan dura
• >> usia muda
• 2% dari cerera serius
• 75 – 95% berhubungan dengan fraktur cranium yang
berdekatan
• >>> perdarahan dari a/v meningeal media, dari fraktur
pada calvaria yang berdekatan
• Diagnosis awal sangat diperlukan, prognosis baik
dengan intervensi awal. Keterlambatan diagnosa !
herniasi cerebral dan kompresi batang otak
Epidural Hematoma /extradural
hematoma (EDH)

Koleksi hyperdens dengan batas tegas berbentuk biconvex (lenticular


2. SubDural Hematoma(SDH)
• SDH muncul diantara lapisan dalam dura
dengan membran arahnoid
• Perdarahan dari pecahnya bridging vein yang
menyebrang ruang potensial antara cortex
cerebri dan sinus vena dural
• SDH akut ! mortalitas dan morbiditas tinggi
• SDH sering pada usia tua dan alkoholik
• Pasien mengalami penurunan kesadaran
dengan defek neurologis fokal/ kejang
SubDural Hematoma(SDH)

Koleksi hyperdens periferal bentuk bulan sabit (crescentic)


diantara skull dan hemisfer cerebri
SDH
3. SubArachnoid Hemorrhage (SAH)
• 10% dari CVA
• Etiologi : spontan (ruptur aneurismal (72%),
AVM (10%) dan hypertensif ) dan traumatik
• Darah memasuki ruang subarahnoid (diantara
piamater dan arachnoid mater), bisa
mengakibatkan peningkatan tekanan
intrakranial karena obstruksi aliran ventrikel
• Morbiditas bisa parah dan meningkat dengan
re-bleeding
SubArachnoid Hemorrhage
(SAH)

Koleksi hyperdens di ruang subarachnoid (sisterna basal, fissura


interhemisferik, fissura sylvii dan convexity cerebral)
4. Kontusio Parenkimal (cerebral
hemorrhagic contusion)
• Cedera traumatik pada permukaan
kortikal otak
• Paling sering terjadi pada trauma kepala
• Diakibatkan akselerasi linear/ tenaga
deselarasi / trauma tembus
• Sekunder dari fraktur depressed
Kontusio Parenkimal

Fokus hipodens multiple (odema) yang saling bergabung


dengan area kecil hyperdens (perdarahan petekial)
DAI (diffuse
axonal injury)
CKT fokal (baris
pertama) dan difus
(baris kedua).
Cedera fokal: (A)
Kontusio pada
frontalis. (B)
Hematoma epidural
frontal kanan (C)
hematoma subdural
frontotemporopariet
al kanan. Cedera
difus: (D) DAI (F)
Perdarahan
subarahnoid difus.
(F). Edema difus.
II. Vaskular (stroke)

Stroke
• Stroke hemoragik
• Stroke non-hemoragik (iskemik)
Stroke hemoragik
• Mortalitas ke-3 pada usia dewasa
• Disabilitas permanen
• Stroke : 10-20% hemoragik
• Etiologi ter>> : hipertensi
• Tingkat mortalitas tinggi
Mortalitas
• Misbach & wendra : kasus fatal stroke 23,3
per 100.000 individu di Indonesia (1997)
• Lmasudin : tingkat mortalitas ICH = 51.2 %
• Tingkat mortalitas 30 hari tergantung pada
lokasi dan ukuran perdarahan
• ICH di pontin dan struktur batang otak
lainnya mempunya tingkat mortalitas 75%
pada 24 jam
Perdarahan e.c hipertensif
• Paling sering pada ganglia basalis dan
thalamus
• Jarang pada substansia alba cerebri
Studi imaging
• Brain imaging merupakan langkah krusial
dalam evaluasi pasien
• Harus dilakukan pada basis emergensi
• Brain imaging membantu menegakkan
diagnosis perdarahan
• Dapat juga mengidentifikasi komplikasi :
perdarahan intraventrikel, odema cerebri/
hidrosefalus
Pontine hemorrhage
Stroke iskemik (infark)
• Penyebab kematian ketiga terbanyak di UK dan
penyebab utama disabilitas
• 80% stroke merupakan stroke iskemik
• Bisa sekunder dari penyakit trombosis dan emboli
• Transient ischaemic attacks (TIA) mendahului
seperempat stroke iskemik, dan > 40% terjadi 7 hari
sebelum stroke. Resiko lebih tinggi pada pasien
dengan stenosis karotis dan artrial fibrilasi
• Insidens stroke meningkat dengan usia
• Faktor resiko : hipertensi, merokok, diabetes,
hyperlipidemia, fibrilasi atrium, konsumsi pil
kontrasepsi dan obesitas
• TIA : sindroma klinis bertahan kurang dari
24 jam, meskipun dalam cerebral imaging
bisa ditemukan infark
• Klinis : kelemahan unilateral, disfasia, defek
lapangan pandang.
• Temuan CT : area hypodensitas
Infark cerebri
III. TUMOR
Tumor sistem syaraf pusat
• TUMOR SISTEM SYARAF PUSAT (SSP)
TUMOR SOLID TERBANYAK PADA ANAK
• SITOLOGI SANGAT KOMPLEKS
• HASIL TERAPI KURABEL SAMPAI PROGNOSIS
BURUK
• KEMATIAN AKIBAT TUMOR SSP 0,8 PER
100.000 PADA TAHUN 1995
• EVALUASI PENGOBATAN CUKUP KOMPLEKS
• KESULITAN PENGANGKATAN TUMOR
• KOMPLIKASI AKIBAT PENGANGKATAN
TUMOR
• RESPON TERAPI YANG RENDAH PADA
KASUS-KASUS TERTENTU
• PERLU KERJA SAMA MULTI DISIPLIN
TUJUAN PEMERIKSAAN DENGAN
IMEJING
• PRE TREATMENT : DX SENSITIF & SPESIFIK
ADA / TIDAK TUMOR
LOKASI
LUAS
BENIGN / MALIGNANT, BIOPSI ?
DX IMEJING PILIHAN TERAPI
OPERABILITAS : PENGARUH STRUKTUR PENTING
SEKITAR TUMOR
PROGNOSIS
• POST TREATMENT
INJURY POST TREATMENT / RECCURENT NEOPLASM
LOKASI TUMOR FOSSA POSTERIOR
Tumor otak, medulloblastoma

Radiological features (a) Hyperdense on plain CT imaging;


(b) Hyperintense signal intensity tumor on T2- weighted MRI -
soft consistency
Hydrocephalus
• Hydrosefalus terjadi karena kelebihan CCS, karena
ketidakseimbangan produksi dan absorbsi CCS, yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraventrikular
• Diklasifikasikan menjadi communicating hydrocephalus
dan non-communicating hydrocephalus
• Communicating hydrocephalus : peningkatan tekanan
intraventrikel sekunder dari obstruksi CCS didistal
keluaran ventrikel 4. bisa karena ganguan aliran
maupun resorbsi CCS oleh vili arahnoidales
• Penyebab : SAH, meningeal metastase, granuloma
meningitis
• Non communicating hydrocephalus : terhambatnya
aliran CCS karena tersumbatnya aliran didalam sistema
ventrikel, terjadi dilatasi proksimal dari obstruksi tersebut
LOKASI TUMOR FOSSA POSTERIOR
IV. Infeksi
• Meningitis adalah suatu penyakit neurologik yang terjadi bila
suatu mikroorganisme mengadakan invasi pada selaput otak
(meningen), dan menyebabkan terjadinya radang berat
pada selaput otak.
- Leptomeningitis: Yang terkena piamater dan membrana
arachnoid.
- Pachymeningitis: Yang terkena duramater.

• Bila keradangan juga mengenai otak, maka diagnosa-nya


adalah meningoencephalitis.

• Bila terbentuk abses pada otak, diagnosa-nya adalah abses


otak.
Peran Neuroradiologi:

• CT scan: Sangat efektif untuk identifikasi perkapuran


periventrikuler; hidrosefalus; cerebritis; abses.

• USG: Bisa dengan mudah meng-identifikasi non-


communicating atau communicating hidrosefalus,
seperti juga CT scan.

• MRI: Sangat sensitif untuk jaringan lunak. Dapat


mendeksi kelainan-kelainan kecil yang tidak terdeteksi
oleh CT atau USG.
Klinis:

- panas tinggi
- sakit kepala berat
- nausea
- muntah-muntah
- kaku kuduk
- Kejang-kejang
- Tanda-tanda adanya peningkatan tekanan
intracranial
Etiologi

• Infeksi bakteri
• Penyakit Granulomatosa
• Infeksi Jamur
• Infeksi Parasit
• Infeksi Virus
• AIDS
Infeksi neonatal
Meningitis neonatal:

Etiologi: Paling sering Group B streptococcus.

Komplikasi dini: Infark, sinus venous thrombosis,


subdural effusion.

Late komplikasi: Atrophy, perkapuran, ventrikulomegali,


ventrikulitis, cystic encephalomalacia, abses cerebri
normal
normal
Infeksi Prenatal.
•TORCH = Toxoplasmosis ( parasit ).
Others ( AIDS ).
Rubella ( virus ).
Cytomegalovirus ( CMV ).
Herpes simplex ( HS virus ).
Toxoplasmosis Kongenital:

• Urutan kedua terbanyak infeksi in utero.


• 50% akan menderita kelainan SSP.
• Infeksi pada trimester pertama kehamilan:
- Perkapuran-perkapuran periventrikuler dan
multifokal.
- Hidrosefalus, mikrosefalus
Normal
Toxoplasmosis Kongenital

CT scan kepala tanpa kontrast menunjukkan adanya perkapuran-perkapuran didaerah periventrikuler;


Normal
ventrikel melebar; subdural effusion; dan microcephaly.
Toxoplasmosis dengan
Hydrocephalus

CT scan, bayi H. 7 bulan


normal
Abses cerebri
• Sebagai komplikasi dari meningitis.
• Biasanya rongga abses besar dengan kapsul
yang rata.

• CT: Prekontrast, dinding abses cenderung


hiperdens.

• MRI: Dinding abses tipis, rata, menyangat


kontrast, hipointens pada T2W.
normal
Abses cerebri:
Ada hubungannya dengan: -
penyakit jantung cyanotic
- otitis media
- mastoiditis
- sinusitis ( terutama frontal dan sphenoid )
Abses serebri
Cerebritis dengan abses
Kesimpulan infeksi SSP

• Diagnosa klinis sangat penting.


• Imejing seyogianya dilakukan untuk konfirmasi,
bukan untuk substitusi.
• Imejing hanya dapat menduga jenis micro-
organisme penyebab infeksi.
• Pemeriksaan dengan kontrast perlu dilakukan,
untuk melihat proses lebih jelas dan untuk
menentukan ada-tidak-nya kerusakkan Blood
Brain Barrier.
thanksyouforyourattention

Anda mungkin juga menyukai