Anda di halaman 1dari 3

ANTIBIOTIKA PROPILAKSIS

NO. Dokumen NO. Revisi Halaman


1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


RSI Namira
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr.H. Utun Supria, M.Kes
NIK.201661173

PENGERTIAN Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca


operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-
tanda infeksi

TUJUAN
1. Mencegah terjadi infeksi luka operasi. Diharapkan pada saat
operasi antibiotik dijaringan target operasi sudah mencapai
kadar optimal yang efektif untuk menghambat pertumbuhan
bakteri.
2. Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis selain tepat dalam
pemilihan jenis juga mempertimbangkan konsentrasi
antibiotik dalam jaringan saat mulai dan selama operasi
berlangsung.

KEBIJAKAN
1. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. SK Menkes No. 1331 th 1999 tentang penerapan standar
Pelayanan Rumah Sakit
3. Standar Pelayanan Medis Dit Yan Med Depkes tahun 1996
4. Standar Pelayanan Medis URJ Orthopedi dan Traumatologi
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/ MENKES/ PER/ XII/ 2011

PELAKSANA 1. Perawat Ruangan Rawat Inap


2. Perawat Ruangan IGD
3. Perawat Ruangan Operasi
PROSEDUR 1. Indikasi penggunaan antibiotik profilaksis didasarkan kelas
operasi, yaitu operasi bersih dan bersih kontaminasi.
2. Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis:
Gunakan sefalosporin generasi I–II untuk profilaksis bedah.
Generasi ke I, yang termasuk dalam golongan ini adalah Se-
falotin dan sefazolin, sefradin, sefaleksin dan sefadroxil. Zat-
zat ini terutama aktif terhadap cocci Gram positif, tidak
berdaya terhadap gonococci, H. Influenza, Bacteroides dan
Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap lakta-
mase. Generasi ke II, terdiri dari sefaklor, sefamandol,sef-
metazol, dan sefuroksim (Anbacim®).
Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan bakteri an-
aerob dapat ditambahkan metronidazol.
3. Rute pemberian: Antibiotik profilaksis diberikan secara
intravena. Untuk menghindari risiko yang tidak diharapkan di-
anjurkan pemberian antibiotik intravena drip dalam NaCL
100 cc, dan dapat dilakukan tanpa skin test antibiotik terlebih
dahulu.
4. Waktu pemberian: Antibiotik profilaksis diberikan ≤ 30 menit
sebelum insisi kulit. Idealnya diberikan pada saat induksi
anestesi.
5. Dosis pemberian untuk menjamin kadar puncak yang tinggi
serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik,maka di-
perlukan antibiotik dengan dosis yang cukup tinggi. Pada
jaringan target operasi kadar antibiotik harus mencapai kadar
hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi.
6. Lama pemberian: Durasi pemberian adalah dosis tunggal,
dengan kecepatan 60 tetes makro per menit
7. Dosis ulangan dapat diberikan atas indikasi perdarahan lebih
dari 1500 ml atau operasi berlangsung lebih dari 3 jam.

UNIT TERKAIT 1. Farmasi


2. Ruang Bedah
3. Ruang Rawat Inap
DAFTAR PUSTAKA 1. Avenia, N., Sanguinetti, A., Cirocchi, R., Docimo, G., Ra-
gusa, M., Ruggiero, R., dkk., 2009. Annals of Surgical Inno-
vation and Research. Annals of surgical innovation and re-
search, 3: 10-15.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/ MENKES/ PER/ XII/ 2011 Tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/ MENKES/ PER/ XII/ 2011 Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Nomor :
HK.03.05/III/569/11 Tentang Pelayanan Kefamasian untuk
Terapi Antibiotik

Anda mungkin juga menyukai