Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENGAMATAN PERGESERAN ARAH KIBLAT

(MASJID AL – MUTAQIN)
SEKARAN, GUNUNGPATI, SEMARANG
Rabu, 17 Juli 2019

Disusun Oleh:
Nita Amalia (4201416008)
Berliana Sintia Devi (4201416096)
Fatin Noor Ulya (4201417042)
PERGESERAN ARAH KIBLAT

Tujuan

Mengetahui pergeseran arah kiblat masjid Al – Muttaqin (17 juli 2019) pukul 16.17 WIB

Alat dan Bahan

1. Kayu kecil
2. Karet
3. Bandul
4. Busur
5. Kertas
6. Pensil

Latar Belakang

KIBLAT adalah hal utama yang harus diperhatikan sebelum menunaikan shalat,
sebagaimana dijelaskan Allah Swt dengan firman-Nya, “Dan dari mana saja engkau ke luar (untuk
shalat), maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram, dan sesungguhnya itu benar-benar
ketentuan dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu
lakukan.” (QS. Albaqarah: 149).
Bermacam interpretasi muncul dalam penafsiran ayat ini didukung dengan penjelasan dari
hadis Nabi saw. Khilafiah pendapat pun menjadi hal yang lumrah, terutama berkenaan dengan arah
kiblat bagi mereka yang tidak dapat melihat Kakbah. Terlepas dari khilafiah pendapat tersebut,
Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Fatwa Nomor 5 Tahun 2010 telah menetapkan tiga hal
terkait masalah kiblat: Pertama, kiblat bagi orang shalat dan dapat melihat Kakbah adalah
menghadap ke bangunan Kakbah (ainul Ka’bah); Kedua, kiblat bagi orang yang shalat dan tidak
dapat melihat Kakbah adalah arah Kakbah (jihat al-Ka’bah); dan Ketiga, letak georafis Indonesia
yang berada di bagian timur Kakbah atau Mekkah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah
menghadap ke arah Barat Laut dengan kemiringan bervariasi sesuai dengan posisi kawasan
masing-masing.
Catatan yang harus diperhatikan bahwa setiap 1 derajat pada busur atau kompas bergeser arah
kiblatnya, maka bergeserlah arah kiblat sekitar 93 kilometer (km) ke selatan atau utara Kakbah.
Bisa dibayangkan jika kesalahan arah kiblat mencapat 10 derajat, maka pergeserannya mencapai
sekitar 930 km dari Kakbah.
Dengan dikeluarkannya revisi fatwa ini, diharapkan bisa menjadi acuan bagi muslim
Indonesia secara umum dan Aceh khususnya dalam penentuan arah kiblat ketika hendak
melaksanakan shalat. Namun, yang menjadi persoalan, bagaimana dengan kiblat yang sudah ada
di masjid-masjid atau mushala. Apakah serta merta harus dibongkar dan diubah mihrab-nya, atau
cukup mengubah arah saf saja menjadi sedikit condong ke kanan atau membiarkan seperti yang
ada?
Rekomendasi Fatwa Nomor 5 Tahun 2010, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah
menjawab bahwa masjid/mushalla yang kurang tepat arah kiblatnya, cukup dibenarkan posisi
kiblat di dalam masjid, tanpa perlu mengubah bangunan masjidnya. Pengukuran arah kiblat dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara. Konon lagi dewasa ini terdapat aplikasi handphone yang
dapat mengukur arah kiblat dengan kompas kiblatnya. Selain itu, bagi para pemerhati falak,
pengukuran arah kiblat dilakukan dengan ilmu ukur segitiga bola, rumus Tangen, menggunakan
theodolit hingga dengan menunggu bayang-bayang matahari.
Istiwa adalah fenomena astronomis saat posisi matahari melintasi Meridian langit. Pada
saat-saat tertentu pergerakan musiman matahari akan menyebabkan pada suatu ketika posisi
matahari berada tepat di atas Kakbah di kota Mekkah. Selama setahun terjadi dua kali peristiwa
istiwa a’zam matahari tepat di atas Kakbah atau yang disebut dengan istiwa a’zam atau zawal atau
rasdhul qiblah.
Istiwa a’zam yang terjadi di Kota Mekkah dimanfaatkan oleh kaum muslimin di negara-
negara sekitar Arab khususnya yang berbeda waktu tidak lebih dari lima jam untuk menentukan
arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan matahari.

Cara Kerja

1. Merangkai alat yang terdiri dari tiga buah batang sebagai penyangga dan satu buah
bandul
2. Meletakkan alat yang sudah di rangkai diatas kertas putih
3. Membuat garis yang sejajar dengan kiblat masjid
4. Meletakkan alat dan kertas di paparan sinar matahari pukul 16.17 WIB
5. Mengamati bayangan yang terbentuk dari bandul
6. Menggarisi bayangan yang dihasilkan oleh bandul
7. Mengukur pergeseran sudut yang dihasilkan antara garis yang sejajar masjid dengan garis
bayangan yang dihasilkan oleh bandul

Hasil

Pengamatan pergeseran kiblat dilakukan dimasjid Al-Mutaqqin pada pukul 16.17 WIB.
Setelah dilakukan percobaan. Diketahui bahwa arah kiblat mengalami pergeseran sebesar 6o.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai