Anda di halaman 1dari 24

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING

TIPE MODELING THE WAY DALAM MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SEMESTER GASAL
PADA MATERI POKOK PENGUKURAN DI SMA NU 03 UALLIMIN
WELERI KENDAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

i
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan model


pembelajaran Active Learning Tipe Modeling The Way dalam meningkatkan
hasil hasil belajar.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis uji
perbandingan dua rata-rata/bisa disebut uji t. Adapun bentuk penelitian ini
adalah penelitian eksperimen, yaitu membandingkan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X A dan X B SMA NU 03 Muallimin Weleri Kendal. Pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik Sampel Total. Data penelitian yang terkumpul
dianalisis dengan menggunakan teknik statistik yang sebelumnya terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
Pada uji normalitas diperoleh kelompok eksperimen F2hitung = 4,1119
dan kelompok kontrol F2 hitung = 6,4059 dengan α= 5% dan dk = 6-3 = 3,
sedangkan χ2 tabel = 7,81, sehingga F2 hitung < F2 tabel. Maka dapat
disimpulkan data tersebut berdistribusi normal. Uji homogenitas antara
kelompok eksperimen dan kontrol dengan menggunakan uji kesamaan dua
varian, diperoleh Fhitung = 1,8444 dan Ftabel = 3,841 pada α= 5%, maka
Fhitung < Ftabel. Artinya kedua kelompok homogen. Pengujian hipotesis
penelitian menggunakan analisis uji t. Uji t dilakukan untuk membandingkan
hasil pretes dan postes antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk
melihat tingkat keberhasilan suatu metode, pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa dari hasil postes yang telah dilakukan diperoleh hasil rata-rata hasil
belajar kelompok eksperimen adalah 75,68, sedang rata-rata kelompok kontrol
adalah 71,47. Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah hasil
belajar kognitifnya.
Dilihat dari hasil akhir dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Fisika
kedua kelompok berbeda secara nyata dan signifikan, yaitu kelompok
eksperimen memperoleh data hasil lebih baik dari pada kelompok kontrol
sehinga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Fisika dengan model
pembelajaran Active Learning Tipe Modeling The Way terdapat efek positif
pada hasil belajar.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------------------------------------


i
HALAMAN PENGESAHAN -----------------------------------------------------------------------
ii
HALAMAN ABSTRAK ------------------------------------------------------------------------------
iii
HALAMAN KATA PENGANTAR -----------------------------------------------------------------
iv
DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------------------------
vi
BAB I : GAMBAR
DAFTAR PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------
1
----------------------------------------------------------------------------------
A. Latar Belakang Masalah --------------------------------------------------------------
1
B. Rumusan Masalah ----------------------------------------------------------------------
3
C. Tujuan Penelitian -----------------------------------------------------------------------
4
D. Manfaat Penelitian----------------------------------------------------------------------
4
BAB II : LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS -------------------------------
5
A. Deskripsi Teori--------------------------------------------------------------------------
5
B.Hipotesis Penelitian ---------------------------------------------------------------------
20
BAB III : METODE PENELITIAN ----------------------------------------------------------------
21
A. Jenis Penelitian--------------------------------------------------------------------------
21
B. Tempat dan Waktu Penelitian --------------------------------------------------------
21
C. Populasi dan Sempel Penelitian ------------------------------------------------------
21
D. Variabel dan Indikator Penelitian ----------------------------------------------------
22
E. Pengumpulan Data Penelitian --------------------------------------------------------
23
F. Pro sedur Penelitian -------------------------------------------------------------------
24
G. Analisis Data Penelitian ---------------------------------------------------------------
26
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN --------------------------------------
35
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ------------------------------------------------------
35
B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ------------------------ 42
C. Pembahasan Hasil Penelitian ----------------------------------- 44
D. Keterbatasan Penelitian ------------------------------------------ 48
BAB V : KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP ---------------------- 49
A. Kesimpulan--------------------------------------------------------- 49
B. Saran ----------------------------------------------------------------49
C. Penutup -------------------------------------------------------------50

ii
DAFTAR KEPUSTAKAAN------------------------------------------------------51

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan usaha untuk menumbuh kembangkan potensi
sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan memegang
peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu
setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan secara
maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan. Upaya-upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan tersebut salah satunya dengan menerapkan
strategi pembelajaran yang efektif yang sesuai dengan pendekatan cara
belajar peserta didik aktif.
Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahaan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar
dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, serta perubahan aspek aspek yang lain.
Salah satu perubahan paradigma belajar tersebut adalah orientasi
belajar yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat
pada murid (student centered), metodologi yang bersifat ekspositori
berganti ke partisipatori, dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat
tekstual berubah menjadi konstektual. 1
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami peserta
didik, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek,
bentuk dan manifestasi mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para
guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses
belajar akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang

1
dicapai peserta didik.
Keberhasilan proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya adalah strategi belajar mengajar yang digunakan oleh guru. Guru
memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan
kuantitas pengajaran yang dilaksanakannya. 3 Oleh sebab itu guru harus
memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan
kesempatan belajar bagi peserta didiknya dan memperbaiki kualitas
mengajarnya. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang
baru yang dapat membantu meningkatkan pembelajaran dan meningkatkan
motivasi peserta didik untuk belajar. Agar peserta didik dapat belajar dengan
baik, maka metode pembelajaran harus diusahakan yang tepat dan seefektif
mungkin.
Mata pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam
rumpun Sains, yang mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif
dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa
alam sekitar. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala
gejala alam dan interaksi di dalamnya. Mata pelajaran Fisika di SMA/MA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar guru mampu mengembangkan suatu strategi dalam
mengajar yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik, sehingga
keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar meningkat.
Pengukuran merupakan materi Fisika yang tergolong dalam besaran
dan satuan. Materi ini sering kali dijumpai dalam kehidupan sehar-hari.
Materi pengukuran termasuk dalam kurikulum KTSP pada jenjang SMA/MA
kelas X semester gasal. Dalam pelaksanaan materi ini, banyak peserta didik
yang masih mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan banyak peserta didik
yang kurang memahami konsep. Mereka hanya menghafal rumus-rumus
tekstual yang diberikan guru, sehingga apabila dihadapkan pada
permasalahan yang lain, mereka cenderung tidak dapat menyelesaikannya.
Meskipun Dalam kenyataannya pelaksanaan pembelajaran Fisika di
SMA NU 03 Muallimin Weleri Kendal sudah menggunakan model model

2
belajar yang ada, namun belum sepenuhnya efektif. Padahal dalam
pembelajaran Fisika, proses dan produk sama pentingnya serta tidak dapat
dipisahkan. Oleh karena itu, penggunaan metode dan pendekatan
pembelajaran yang tepat dan bervariasi diharapkan akan meningkatkan
aktivitas belajar peserta didik, dan dengan meningkatnya aktivitas selama
pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Selain itu masih banyak anggapan bahwa mata pelajaran Fisika
merupakan sesuatu yang membosankan dan momok atau pelajaran yang
menakutkan, yang berisi rumus dan hitung - hitungan yang rumit. Ditambah
lagi peserta didik tidak berperan aktif dalam pembelajaran Fisika karena
pembelajaran masih didominasi / berpusat oleh guru.
Pembelajaran yang demikian ini sudah saatnya untuk diubah. Peserta
didik haruslah lebih aktif dalam pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran
tercapai, maka guru perlu memilih model pembelajaran yang tepat.
Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran.
Model-model pembelajaran tersebut sangat bergantung pada tujuan yang
akan dicapai oleh guru. model belajar tersebut diantarannya adalah model
pembelajaran Active Learning tipe Modeling The Way dan masih banyak
lagi model belajar yang lain.
Melihat dari permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengangkat
judul “EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE
LEARNING TIPE MODELING THE WAY DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SEMESTER GASAL
PADA MATERI POKOK PENGUKURAN DI SMA NU 03
MUALLIMIN WELERI KENDAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah model pembelajaran Active Learning tipe
Modeling the Way efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik
kelas X semester gasal pada materi pokok pengukuran di SMA NU 03
Muallimin Weleri Tahun pelajaran 2011/2012 ?

3
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang
hendak dicapai peneliti adalah untuk mengetahui efektivitas model
pembelajaran Active Learning tipe Modeling the Way dalam meningkatkan
hasil belajar peserta didik kelas X semester gasal pada materi pokok
pengukuran di SMA NU 03 Muallimin Weleri Kendal Tahun pelajaran
2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Bagi Peserta Didik
a. Peserta didik diharapkan dapat lebih aktif dan kreatif dalam
pembelajaran Fisika.
b. Hasil belajar peserta didik kelas dapat ditingkatkan, khususnya hasil
belajar kognitif.
2. Manfaat Bagi Guru
a. Meningkatkan kreatifitas guru dalam memilih strategi pembelajaran
yang sesuai dan bervariasi.
b. Memberikan wacana untuk menambah variasi mengajar.
3. Manfaat Bagi Peneliti
a. Mengetahui efektivitas model pembelajaran Modeling The Way.
b. Mendapat pengalaman langsung dalam melaksanakan model
pembelajaran Modeling The Way.
4. Manfaat Bagi Sekolah
a. Dapat memberi sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka
memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi peserta
didik.
b. Dapat digunakan sebagai acuan penelitian.

4
BAB II
LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. Diskripsi Teori
1. Belajar dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belaj ar
a. Pengertian Belajar
Ada banyak definisi belajar dari para ahli yang berbeda.
Perbedaan ini disebabkan karena sudut pandang dan penekanan masing-
masing ahli berbeda.
1)Menurut Gagne, sebagaimana dikutip oleh Agus Suprijono belajar
adalah disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktifitas. Perubahan disposisi tersebut akan diperoleh secara
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
2)Chaplin dalam Dictionary of Psikologi, sebagaimana dikutip oleh
Muhibbin Syah, membatasi belajar dengan dua macam rumusan.
Rumusan pertama berbunyi: “ learning is any relatively permanent
chage in behavioras that is the result of past and exsperience “.
Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan
keduannya “ proces of acquiring as a result of special partice ”.
Belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat
adanya latihan khusus.
3)Hilgard dan bower, dalam buku Theorys of learning, sebagaimana
dikutip oleh Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa “ Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku
tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan,
pengaruh obat, dan sebagainnya)”.
4) Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar sebagaimana

5
dikutip oleh Syaiful Bachri Djamarah. Menurutnya belajar adalah
suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam reaksi dengan lingkungannya.
5) Menurut Clifford T. Morgan “learning is any relatively permanent
change in behavior that is the result of past experience”. 8 Belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap bahkan merupakan
pengalaman masa lalu.
Dari definisi para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengertian belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan yang ditampakkan dalam peningkatan kecakapan
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir,
dan kemampuan lain, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya, dimana perubahan tersebut relatif
menetap.
b. Prinsip Belajar
Belajar seperti halnya perkembangan berlangsung seumur
hidup, dimulai sejak ayunan (buaian) sampai dengan liang lahat
(meninggal). Apa yang dipelajari dan bagaimana cara belajarnya pada
setiap fase perkembangan berbeda-beda.
Prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan
jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinnya.
kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta
kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar,
sedangkan kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan
secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan menurut Agus Suprijono prinsip belajar mencakup
tiga hal:
Pertama, Prinsip belajar adalah perubahan perilaku dari hasil
belajar yang memiliki ciri ciri :

6
1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang di
sadari.
2) Kontinue atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4) Positif atau berakumulasi.
5) Aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6) Permanen atau tetap sebagaimana dikatakan oleh witig, belajar
sebagai any relatively permanent change in on organism
behavioralb reperoir that occurs as a result of exsperience.
7) Bertujuan dan terarah.
8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, Belajar merupakan proses, belajar terjadi karena
didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah
Proses yang di maksudkan adalah proses sistemik yang dinamis,
konstruktif, dan organik.
Ketiga, Belajar merupakan bentuk pengalaman, dan pada
dasarnya mrrupakan hasil dari interaksi antara peserta didik dan
lingkungan.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu
diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. 12
Hasil belajar adalah pola pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pada pemikiran Gagne, hasil
belajar dapat berupa :
1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempersentasikan
konsep dan lambing.
3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktifitas kognitifnya sendiri.
4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian

7
gerak jasmani dalam melakukan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Dari bentuk-bentuk hasil belajar di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya aspek potensi kemanusiaan saja.
d. Faktor yang memengaruhi hasil belajar
Menurut Muhibbin Syah, secara global faktor yang
mempengaruhi belajar peserta didik dapat kita bedakan menjadi tiga
macam yaitu:
1) Faktor Internal peserta didik (faktor dari dalam peserta didik)
Faktor Internal peserta didik yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri peserta didik sendiri baik mengenai keadaan jasmani dan
rohani.
a). Keadaan Jasmani
Kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam
mengikuti pelajaran.
b).Keadaan Rohani atau Psikologi
Faktor-faktor rohani peserta didik yang dipandang lebih esensial
adalah sebagai berikut:
(1). Intelegensi peserta didik
Tingkat kecerdasan atau intelegensi peaserta didik sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik. Semakin tinggi
kemampuan intelegensi peserta didik maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi
peserta didik maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
(2). Sikap peserta didik
Perwujudan perilaku belajar peserta didik akan ditandai dengan

8
munculnya sikap terhadap ilmu pengetahuan.
(3). Bakat peserta didik
Bakat akan dapat memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
bidang studi tertentu. Oleh karena itu, tidak bijaksana apabila
memaksakan kehendak tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat
yang dimiliki peserta didik.
(4). Minat
Peserta didik yang mempunyai keinginan yang kuat di dalam
usaha belajarnya akan lebih baik dan sukses dibanding dengan peserta
didik yang tidak punya atau kurang minat dalam belajar. Dapat dikatakan
bahwa di dalam mempelajari segala sesuatu agar dapat berhasil dengan
baik, sangat dibutuhkan adanya minat yang sungguh-sungguh.
Motivasi peserta didik
Motivasi sangat penting di dalam segala aktivitas peserta didik
karena untuk mencapai prestasi yang diinginkan.
2) Faktor eksternal peserta didik (faktor dari luar peserta didik)
Faktor eksternal peserta didik yaitu faktor yang berpengaruh dalam
belajar yang datang dari luar diri peserta didik meliputi lingkungan sosial dan
non sosial.
a). Lingkungan sosial
Lingkungan sosial peserta didik adalah guru, masyarakat, tetangga, teman
sebaya, orang tua, dan keluarganya. Dan lingkungan sosial yang lebih
banyak mempengaruhi belajar peserta didik adalah orang tua dan keluarga
peserta didik itu sendiri.
b).Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah
dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta didik dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta
didik.
3) Faktor Pendekatan Belajar
Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar peserta didik yang

9
meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan
kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Faktor pendekatan belajar sangat memengaruhi hasil belajar peserta
didik, sehingga semakin mendalam cara belajar peserta didik maka semakin
baik. Faktor pendekatan itu meliputi pendekatan tinggi, pendekatan sedang
dan pendekatan rendah.
a). Pendekatan tinggi
Pendekatan tinggi yaitu pendekatan yang diperoleh melalui ambisi pribadi
yang besar dalam meningkatkan prestasi dengan cara meraih indeks
prestasi setinggi-tingginya.
b).Pendekatan sedang
Pendekatan sedang yaitu belajar karena memang tertarik dan merasa
membutuhkan.
c). Pendekatan rendah
Pendekatan rendah yaitu belajar yang gayanya santai, asal hafal dan tidak
mementingkan pemahaman yang mendalam. Pendekatan ini didorong dari
luar, misalnya takut tidak lulus ujian.
2. Model Active Learning tipe Modeling the Way
Active Learning terdiri dari dua kata yaitu Active dan Learning.
Active berarti doing things;busy or energetic. 15 Sedangkan Learning
berarti wide knowledge gained by careful study.
Dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia kata Active berarti aktif,
giat, bersemangat. Sedangkan Learning berasal dari bahasa Inggris learn,
learned/learnt yang artinya mempelajari, Learning itu sendiri artinya
pengetahuan.
Lebih dari 2400 tahun yang lalu Konfucius menyatakan:
a. Yang saya dengar, saya lupa.
b. Yang saya lihat, saya ingat.
c. Yang saya kerjakan, saya pahami.
Tiga pernyataan sederhana ini membicarakan bobot penting
belajar aktif. Terdapat beberapa alasan yang kebanyakan orang cenderung

10
melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling
menarik adalah perbedaan tingkat kecepatan bicara pengajar dengan
tingkat kecepatan kemampuan peserta didik mendengarkan.
Melalui ketiga poin tersebut dapat diketahui bahwa belajar akan
lebih berkesan dan bermanfaat apabila peserta didik dapat menggunakan
semua alat indra yang dimiliki dengan maksimal. Dengan menggunakan
alat indra, telinga, mata, sekaligus menggunakan otak untuk berfikir
mengolah informasi yang didapat dan ditambah dengan mengerjakan
tugas. Maka dalam proses belajar mengajar akan menyenangkan tanpa
adanya beban bebab dalam benak peserta didik dan peserta didik akan
lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
Jadi pembelajaran aktif (active learning) adalah segala bentuk
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan secara aktif
dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar
peserta didik maupun peserta didik dengan guru dalam proses
pembelajaran.
Model pembelajaran Active Learning tipe Modeling the Way
MERUPAKAN model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mempraktikan keterampilan spesifik yang dipelajari di
kelas melalui demonstrasi. Peserta didik diberi waktu untuk menciptakan
skenario sendiri dan menentukan bagaimana mereka mengilustrasikan
keterampilan dan teknik yang baru saja dijelaskan. Ini akan sangat baik
jika digunakan untuk mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan
tertentu.
Langkah-langkah model pembelajaran Active Learning tipe
Modeling the Way adalah sebagai berikut:
a. Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang
menuntut peserta didik untuk mencoba atau mempraktekkan
keterampilan yang baru diterangkan.
b. Bagilah peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan
jumlah mereka. Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan

11
suatu keterampilan tertentu sesuai dengan skenario yang dibuat.
c. Berikan kepada peserta didik waktu 10-15 menit untuk menciptakan
skenario kerja.
d. Berikan kepada peserta didik waktu 5-7 menit untuk berlatih.
e. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan
kerjamasing-masing. Setelah selesai, beri kesempatan kepada
kelompok lain untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi
yang dilakukan.
f. Guru memberi penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi.
Keberhasilan pembelajaran Active Learning tipe Modeling the Way juga
merupakan keberhasilan bersama dalam sebuah kelompok. Setiap anggota
kelompok tidak hanya melaksanakan tugas masing-masing tetapi perlu
adanya kerjasama anggota kelompok.
Kelebihan model Active Learning tipe Modeling the Way adalah:
a. Melatih berpikir dan bertindak kreatif.
b. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk
menghadap masalah yang dihadapi secara tepat.
c. Melatih kerjasama keterampilan peserta didik.
Kekurangan model Active Learning tipe Modeling the Way
adalah:
a. Membutuhkan keaktifan dari masing-masing peserta didik dalam
pembelajaran.
b. Peserta didik yang pasif, tentu seluruh anggotanya akan pasif, sehingga
akan menyulitkan mereka dalam proses belajar.
3. Materi Pokok Pengukuran
Fisika seperti halnya Matematika merupakan disiplin ilmu yang
banyak melibatkan angka dan perhitungan, perbedaanya adalah, di dalam
Fisika angka dan perhitungan pada umumnya diperoleh dari hasil
pengukuran dan percobaan (secara langsung ataupun tidak dan percobaan
riil ataupun dalam fikiran), sedangkan dalam Matematika kita tidak harus
melakukan pengukuran dan percobaan. Dapat kita katakan bahwa

12
Matematika merupakan suatu “alat” yang digunakan Fisika.
Pengukuran merupakan kegiatan sederhana tetapi sangat penting
dalam kehidupan kita. Pengukuran adalah membandingkan nilai besaran
yang diukur dengan besaran lain yang sejenis yang dipakai sebagai satuan
standar. Misalnya, kita mengukur panjang meja dengan mistar, dip eroleh
panjang meja 121,2 cm. Panjang meja merupakan besaran, angka 121,2
merupakan nilai dari pengukuran, dan cm adalah satuan pengukuran
dengan menggunakan mistar.
To measure length of an object, we can use ruler, vernier caliper,
or micrometer. The selection of instruments is based on the size and the
property of the object that will be measured.
Untuk mendapatkan pengukuran yang akurat perlu diperhatikan
beberapa aspek pengukuran, yaitu sebagai berikut:
a. ketepatan (akurasi),
b. kalibrasi (alat),
c. ketelitian (presisi),
d. kepekaan (sensitivitas).
Selain hal tersebut hal yang tidak kalah penting dalam
pengukuran adalah memilih insrumen yang sesuai.
Bila mengukur sesuatu, fisikawan harus sangat berhati-hati agar
hanya menghasilkan gangguan sekecil mungkin terhadap sistem yang
sedang diamatinya. Sebagai contoh, bila kita mengukur suhu suatu benda,
kita menempatkan benda sehingga terjadi kontak dengan termometer;
tetapi ketika kita menempelkan keduanya terjadi pertukaran energi antara
benda dan termometer; dan karenanya suhu benda yang justru merupakan
besaran yang ingin kita ukur, sedikit berubah.
Selanjutnya semua pengukuran sedikit banyak dipengaruhi oleh
kesalahan eksperimental karena ketidaksempurnaan yang tak terelakkan
dalam alat ukur atau karena batasan yang ada pada indera kita
(penglihatan dan pendengaran), yang harus merekam informasi tadi. Oleh
karena itu seorang fisikawan merancang suatu teknik pengukuran

13
sedemikian sehingga gangguan pada besaran yang diukur lebih kecil dari
pada kesalahan eksperimental.
5. Mengukur Panjang
Satuan panjang dalam SI adalah meter. Untuk mengukur
panjang suatu benda, kita harus memilih alat ukur yang sesuai dengan
panjang benda yang diukur. Perhatikan tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Alat ukur dan ketelitiannya.
No Batas alat ukur Nama alat ukur yang Ketelitian
digunakan
1 Beberapa meter Meteran pita 0,1 cm
2 Beberapa cm sampai 1 m Mistar 0,1 cm
3 Antara 1 cm sampai 10 cm Jangka sorong 0,01 cm
4 Kurang dari 2 cm Micrometer sekrup 0,00 1 cm
1) Meteran pita
Meteran pita merupakan alat ukur yang mempunyai ketelitian 0,5 mm.
Meteran pita digunakan dalam pengukuran panjang suatu benda yang biasanya
memiliki ukuran sampai beberapa meter.
2) Mistar
Mistar/penggaris berskala terkecil 1 mm mempunyai ketelitian 0,5
mm. Ketelitian pengukuran menggunakan mistar/penggaris adalah setengah
nilai skala terkecilnya. Dalam setiap pengukuran dengan menggunakan mistar,
usahakan kedudukan pengamat (mata) tegak lurus dengan skala yang akan
diukur. Hal ini untuk menghindari kesalahan penglihatan (paralaks). Paralaks
yaitu kesalahan yang terjadi saat membaca skala suatu alat ukur karena
kedudukan mata pengamat tidak tepat.
Pada mistar 30 cm terdapat dua gores/strip pendek berdekatan yang
merupakan skala terkecil dengan jarak 1mm atau 0,1 cm. Ketelitian mistar
tersebut adalah setengah dari skala terkecilnya.
Jadi ketelitian atau ketidakpastian mistar adalah (½ x 1 mm) = 0,5
mm atau 0,05 cm

14
Gambar 2.1 Mistar.
Cara mengukur dengan mistar geser:
a) Letakan benda yang akan diukur pada tepi skala mistar.
b) Pastikan bahwa benda telah sejajar dengan mistar dan salah satu
ujung benda tepat berada di angka nol (0)

Gambar 2.2 Mistar digunakan untuk mengukur panjang benda.


c) Baca skala mistar yang terletak diujung lain benda (bukan ujung
yang di titik nol mistar). 28
Contoh, benda di atas menunjukan angka 6 cm + 3 mm. Dengan
demikian panjang benda tersebut adalah 6,3 cm atau 63 mm. 3)
Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri atas dua rahang, yang pertama adalah
rahang tetap yang tertera skala utama dimana 10 skala utama
panjangnya 1 cm. Kedua rahang geser dimana skala nonius berada.
10 skala nonius panjangnya 0,9 cm sehingga beda panjang skala
utama dan nonius adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Jadi skala terkecil pada jangka sorong 0,1 mm atau 0,01 sm
sehingga ketelitiannya adalah ( ½ x 0,1 mm ) = 0,05 mm atau
0,005 cm.

15
Gambar 2.3 Jangka Sorong.
Kegunaan jangka sorong adalah:
a) untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
b) untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada
pipa, maupun lainnya) dengan cara diukur;
c) untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur.
Bagian pengukur tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi
pemegang.
4) Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan alat ukur ketebalan benda yang relatif
tipis, misalnya kertas, seng, dan karbon. Pada mikrometer sekrup terdapat dua
macam skala, yaitu skala tetap dan skala putar (nonius).
Skala tetap (skala utama) Skala tetap terbagi dalam satuan milimeter
(mm). Skala ini terdapat pada laras dan terbagi menjadi dua skala, yaitu skala
atas dan skala bawah.
Skala putar (skala nonius) Skala putar terdapat pada besi penutup
laras yang dapat berputar dan dapat bergeser ke depan atau ke belakang. Skala
ini terbagi menjadi 50 skala atau bagian ruas yang sama. Satu putaran pada
skala ini menyebabkan skala utama bergeser 0,5 mm. Jadi, satu skala pada
skala putar mempunyai ukuran: 1/50 .0,5 mm = 0,01 mm. Ukuran ini
merupakan batas ketelitian mikrometer sekrup.

16
Gambar 2.4 Mikrometerskrup.
Keterangan dari bagian-bagian mikrometer skrup:
a) Bingkai (fram),
bingkai ini berbentuk huruf C terbuat dari bahan logam yang tahan panas
serta dibuat agak tebal dan kuat. Tujuannya adalah untuk meminimalkan
peregangan dan pengerutan yang mengganggu pengukuran. Selain itu,
bingkai dilapisi plastik untuk meminimalkan transfer panas dari tangan
ketika pengukuran karena jika Anda memegang bingkai agak lama sehingga
bingkai memanas sampai 10 derajat celcius, maka setiap 10 cm baja akan
memanjang sebesar 1/100 mm.
b) Landasan (anvril), Landasan ini berfungsi sebagai penahan ketika benda
diletakan dan diantara anvil dan spindle
c) Spindle (gelendong), Spindle ini merupakan silinder yang dapat digerakkan
menuju landasan.
d) Pengunci (lock), Pengunci ini berfungsi sebagai penahan spindle agar tidak
bergerak ketika mengukur benda.
e) Sleeve, yaitu temp at skala utama.
f) Thimble, yaitu Tempat skala nonius berada.
g) Ratchet Knob, yaitu untuk memajukan atau memundurkan spindel agar sisi
benda yang akan diukur tepat berada diantara spindle dan anvil.
Cara menggunakan mikrometer skrup:
a) Membuka pengunci mikrometer skrup kemudian membuka celah antara
spindle dan anvil sedikit lebih besar dari benda yang akan diukur dengan

17
cara memutar Ratchet Knob.
b) Masukan benda yang akan diukur diantara spindle dan anvil.
c) Geserkan spindle ke arah benda dengan cara memutar ratchet
knob sampai terdengar bunyi klik. Jangan sampai terlalu kuat,
cukup sampai benda tidak jatuh saja.
d) Kunci mikrometer skrup agar spindle tidak bergerak.
e) Keluarkan benda dari mikrometer skrup dan baca skalanya.
6.Mengukur Massa Benda
Untuk mengukur massa suatu benda, kita dapat menggunakan
beberapa alat ukur,bergantung benda yang akan diukur. Alat untuk mengukur
benda antara lain neraca ohaus dan neraca dua lengan. 1) Neraca Analitis Dua
Lengan

Gambar 2.5 Neraca dua lengan.


Jenis neraca ini biasanya digunakan untuk mengukur massa emas dan kristal
dengan ketelitian mencapai 0,1 gram.
2) Neraca Ohauss

18
.

Gambar 2.6 Neraca Ohauss.


Neraca Ohauss ini biasanya digunakan dalam praktek di lab
oratorium. Jadi sebaiknya Anda mempelajari lebih dalam mengenai
neraca jenis ini. Neraca Ohauss memiliki batas ukur mencapai 311
gram dengan ketelitian 0,1 gram.
7. Mengukur Waktu
Dalam kegiatan sehari-hari kita biasanya menggunakan jam
tangan untuk menunjukan waktu. Contoh alat ukur waktu yang lainnya
adalah jam dinding, jam ayun, stop watch, jam digital, jam analog, dan
jam matahari.

Gambar 2.7 Jam dinding analog


Gambar 2.8 Jam dinding digital
4. Penerapan model Active Learning tipe Modeling the Way pada
pembelajaran Fisika materi pokok pengukuran
Dalam pembelajaran model Active Learning tipe Modeling the Way,
peserta didik tidak hanya diam atau pasif saja, tetapi mereka dilatih untuk
aktif terutama memperagakan atau mendemonstrasikan keterampilan kepada
peserta didik yang lain melalui alat peraga. Diharapkan dengan penerapan
pembelajaran ini mempermudah pemahaman peserta didik dalam materi
pokok pengukuran
Langkah-langkah pembelajaran Fisika dalam penelitian ini adalah:
a. Guru menyampaikan tujuan dari kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyampaikan materi kepada peserta didik.
c. Sesuai instruksi guru, peserta didik dibagi berkelompok terdiri dari 4-5
perserta didik.
d. Guru membagikan alat peraga kepada masing-masing kelompok.
e. Guru menjelaskan apa yang harus dilakukan peserta didik dalam

19
kelompok.
f. Guru memantau jalannya diskusi dan membantu jika ada peserta didik
yang kesulitan.
g. Peserta didik mendiskusikan skenario kerja dalam kelompok dan berlatih
dan berlatih sebelum maju ke depan.
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kerja masing-masing
secara bergiliran.
i. Kelompok yang tidak mendapat giliran maju ke depan dapat memberikan
masukan kepada kelompok yang persentasi.
j. Guru mengarahkan hasil kerja tiap-tiap kelompok dan memberikan
feedback.
k. Evaluasi.

B. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga
salah. Hipotesis akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika
fakta-fakta membenarkannya.
Hipotesis dapat di artikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
yang terkumpul.
Berdasarkan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan penelitian yang
relevan maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho: model pembelajaran Active Learning tipe Modeling the Way tidak
efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X pada materi
pokok pengukuran di SMA NU.
Ha: model pembelajaran Active Learning tipe Modeling the Way efektif
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X pada materi pokok
pengukuran di SMA NU.

20

Anda mungkin juga menyukai