Anda di halaman 1dari 95

BUKU INFORMASI

KIMIA ANORGANIK

MELAKSANAKAN ANALISIS JENIS (KONVENSIONAL)


MENGIKUTI PROSEDUR
M.749000.024.01

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Jl. Widya Chandra VIII No. 34 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Jakarta Selatan - 12950
Telp. 021 5272785
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
----------------------------------------------------------------------------------------------------
2
BAB I PENDAHULUAN
5
A. Tujuan Umum
5
B. Tujuan Khusus
5
BAB II KIMIA ANORGANIK
6
A. Sistem Periodik Unsur
6
B. Logam
11
C. Logam Golongan s
14
1. Logam Alkali
15
2. Logam Alkali Tanah
17
D. Logam Golongan 13
20
E. Logam Golongan 14 dan 15
22
F. Logam Golongan d (Unsur-unsur Transisi)
24
G. Unsur Nitrogen dan Senyawanya
35
H. Unsur Fosfor dan Senyawanya
40
I. Unsur Oksigen dan Senyawanya
44
J. Unsur Belerang dan Senyawanya
46
K. Unsur Halogen dan Senyawanya
53
L. Unsur Gas Mulia dan Senyawanya
59
BAB III MENYIAPKAN ANALISIS --------------------------------------------- 59
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menyiapkan Analisis
-----------------------------------------------------------------------------------
59
1. Penggunaan Alat pelindung diri (APD) di laboratorium
59
2. Pengamatan kondisi fisik sampel ------------------------------------------- 61
3. Penentuan sifat kimia dari sifat fisik sampel dan asal-usul sampel - 62
4. Identifikasi sifat kimia sampel -------------------------------------------- 62
5. Pencatatan pengamatan analisis ----------------------------------------- 64
6. Penyiapan peralatan untuk analisis -------------------------------------- 64
B. Keterampilan yang Diperlukan untuk Menyiapkan Analisis
66
C. Sikap Kerja dalam Menyiapkan Analisis
66
BAB IV MELAKSANAKAN UJI PIPA TIUP ----------------------------------- 67
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksankan Uji Pipa Tiup ------- 67
1. Persiapan blok arang dan nyala bunsen
--------------------------------------------------------------------------------
67
2. Penggunaan Uji Pipa Tiup ------------------------------------------------- 67
3. Pencatatan hasil Uji Pipa Tiup -------------------------------------------- 67
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Pipa Tiup
------------------------------------------------------------------------------------
68
C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Uji Pipa Tiup
------------------------------------------------------------------------------------
68
BAB V MELAKSANAKAN UJI MUTIARA --------------------------------------------- 69
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Mutiara
----------------------------------------------------------------------------------------
69
1. Pemilihan Uji Mutiara
---------------------------------------------------------------------------------
69
2. Pelaksanaan Uji Mutiara ---------------------------------------------------- 69
3. Pencatatan hasil Uji Mutiara ------------------------------------------------ 70
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Mutiara -------- 70
C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Uji Mutiara ------------------------------- 70
BAB VI MELAKSANAKAN UJI LEMPENG TETES ------------------------------------- 71
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Lempeng Tetes
-----------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------
71
1. Pemilihan Lempeng Tetes
71
2. Pemilihan Pereaksi ----------------------------------------------------------- 71
3. Pengujian Lempeng Tetes --------------------------------------------------- 71
4. Pencatatan Hasil Uji Lempeng Tetes --------------------------------------- 72
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Lempeng Tetes 72
C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Uji Lempeng Tetes --------------------- 72
BAB VII MELAKSANAKAN UJI NYALA ------------------------------------------------ 73
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Nyala
----------------------------------------------------------------------------------------
73
1. Penyiapan nyala burner
73
2. Penyiapan sampel ---------------------------------------------------------- 74
3. Pelaksanaan Uji Nyala ------------------------------------------------------ 74
4. Pencatatan Hasil Uji Nyala ------------------------------------------------ 75
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Nyala --------- 75
C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Uji Nyala -------------------------------- -76
BAB VIII MELAKSANAKAN PEMISAHAN GOLONGAN-------------------------------77
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Pemisahan
Golongan
------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------
77
1. Penyiapan sampel dalam bentuk larutan

77
2. Pemisahan golongan ion ------------------------------------------------- 77
3. Pencatatan hasil Pemisahan Golongan ---------------------------------- 89
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Pemisahan
Golongan ----------------------------------------------------------------------- 89
C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Pemisahan Golongan ---------------- 89
BAB IX MENYIMPULKAN HASIL PENGAMATAN -------------------------------- ---90
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menyimpulkan Hasil
Pengamatan
------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------
90
1. Menghimpun semua informasi

90
2. Menyesuaikan sifat uji dengan tabel sifat fisik analit tertentu ------ 90
3. Membuat kesimpulan ------------------------------------------------------ 90
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menyimpulkan Hasil Pengamatan 90
C. Sikap Kerja dalam Menyimpulkan Hasil Pengamatan ------------------- 90
DAFTAR PUSTAKA

91
DAFTAR PERALATAN DAN BAHAN

92
A. Daftar Peralatan
--------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------
92
B. Daftar Bahan
--------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------
92
LAMPIRAN
----------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------
94
DAFTAR PENYUSUN
----------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------
95
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan memahami kimia
anorganik dan mampu Melaksanakan Analisis Jenis (Konvensional)
Mengikuti Prosedur

B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Kimia Anorganik
: Melaksanakan Analisis Jenis (Konvensional) Mengikuti Prosedur ini guna
memfasilitasi peserta didik sehingga pada akhir pendidikan diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut: Melakukan pengujian-pengujian dasar dan prosedur
dengan menggunakan metode standar yang meliputi menyiapkan analisis,
melaksanakan uji pipa tiup, uji mutiara, uji lempeng tetes, uji nyala, pemisahan
golongan dan menyimpulkan hasil pengamatan.
BAB II
KIMIA ANORGANIK

A. Sistem Periodik Modern


Pada tahun 1789 Lavoisier mencatat ada 26 unsur, pada tahun 1870 dikenal ada 60 unsur,
dan kini menjadi 118 unsur. Unsur-unsur dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu logam,
metaloid (semilogam) dan nonlogam. Logam identik dengan bahan yang “keras” dan dapat
ditempa, dapat menghantarkan panas dan listrik, dan mempunyai densitas dan titik leleh yang
tinggi. unsur logam terletak pada sebelah kiri sistem periodik. Unsur non logam terletak di
sebelah kanan sistem periodik dan umumnya tidak memiliki sifat logam dan dijumpai dalam
bentuk serbuk dan gas pada keadaan normal. Unsur metaloid berada diantara sifat logam dan
nonlogam.

Gambar 1. Tabel periodik unsur [Sumber : https://www.ptable.com]

Beberapa Sifat Unsur


(1) Ukuran Atom dan Ion
Atom dan ion berbentuk bola sehingga ukurannya disebut sebagai jari-jari atom atau jari-jari
ion. Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom ke elektron terluar dalam suatu molekul atau kisi
padatan. Jika atom berbentuk ion maka ukuran atom dikenal sebagai jari-jari ion. Pada kristal
logam ukuran atom dikenal sebagai jari-jari logam sedangkan pada bentuk molekul atau kisi
ikatan kovalen yang umum dibentuk oleh unsur-unsur nonlogam disebut sebagai jari-jari kovalen.

Gambar 1. Jari-jari atom

Gambar 2. perbandingan ukuran atom netral, anion dan kation. [Sumber :


http://wps.prenhall.com]

(2) Energi Ionisasi


Energi yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron yang tidak terikat kuat suatu atom
berbentuk gas disebut energi ionisasi atau potensial ionisasi. Unsur-unsur logam cenderung
membentuk ion positif dengan melepaskan elektron terluarnya.
Mg (g) + EI1 --> Mg+ (g) + e Ei1 : energi Ionisasi pertama
Mg+ (g) + EI2 --> Mg2+ (g) + e Ei1 : energi Ionisasi kedua
Gambar 3. energi ionisasi unsur

(3) Afinitas Elektron


Unsur nonlogam umumnya membentuk ion bermuatan negatif dan proses
pembentukkannya melibatkan sejumlah energi untuk menangkap elektron. Energi yang diserap
atau dilepaskan dalam pembentukan ion negatif disebut sebagai afinitas elektron.

Tabel 1. Afinitas unsur Halogen


Afinitas elektron (kJ mol -1)
F (g) + e -> F-(g) -354
Cl (g) + e ->Cl-(g) -370
Br (g) + e ->Br-(g) -348
I (g) + e ->I-(g) -320

(4) Keelektronegatifan
Kecenderungan suatu atom untuk menarik elektron saat membentuk senyawa dengan atom
lain merupakan sifat keelektronegatifan. Keelektronegatifan dapat dinyatakan dalam skala
pauling, skala Huggins, skala Mulliken, dan skala Sanderson.
Gambar 4. Kelektronegatifan unsur
(5) Potensial elektroda
Nilai potensial elektroda terkait dengan energi sublimasi padatan, energi ionisasi, dan energi
hidrasi. Potensial elektrode adalah selisih potensial yang terbentuk antara elektrode dan larutan
elektrolit.
Tabel 2. Potensial elektrode standar pada 25C
Reaksi elektrode E (volt) Reaksi elektrode E (volt)
Li+ + e ↔ Li -3,04 Zn2+ + 2e ↔Zn -0,76
K+ + e ↔K -2,92 Cr3+ + 3e ↔Cr -0.74
Ba2+ + 2e ↔Ba -2,90 Fe2+ + 2e ↔Fe -0,44
Sr2+ + 2e ↔Sr -2,89 Ni2+ + 2e ↔Ni -0,25
Ca2+ + 2e ↔Ca -2,87 Sn2+ + 2e ↔Sn -0,14
Na+ + e ↔Na -2,71 Pb2+ + 2e ↔ Pb -0,13
Mg2+ + 2e ↔ Mg -2,37 Cu2+ + 2e ↔ Cu +0,34
Be2+ + 2e ↔ Be -1,85 Fe3+ + e ↔Fe2+ +0,77
Al3+ + 3e ↔Al -1,66 Ag+ + e ↔ Ag +0,80
Mn2+ + 2e ↔Mn -1,18 Au3+ + 3e ↔Au +1,50

Potensial elektroda dapat digunakan untuk memperkirakan apakah reaksi akan berlangsung
atau tidak. +0,77 -0,44
Fe3+--------->Fe2+ ---------->Fe
Arti diagram tersebut adalah
Fe2+ + H+ ( 1M) --------->Fe3++ H2(g) E = -0,77 (reaksi tidak berlangsung)

Asam H+ ( 1M) tidak dapat mengoksidasi Fe 2+ menjadi Fe3+.Sementara reaksi kebalikannya yaitu
gas H2 dalam Asam H+ ( 1M) dapat mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ .

(6) Daya Mempolarisasi dan dipolarisasi


Polarisasi adalah peristiwa penarikan awan elektron dari suatu anion oleh kation pada
pembentukan suatu ikatan. Makin besar derajat polarisasi maka ikatan yang terjadi makin
bersifat kovalen karena polarisasi yang kuat akan menghasilkan pemakaian bersama pasangan
elektron antara kation dan anion.
Daya mempolarisasi dipengaruhi oleh muatan (q) dan ukuran (r) ion. Makin besar muatan dan
atau makin kecil ukuran suatu kation maka kemampuan mempolarisasi suatu anion makin besar.
sementara itu, makin besar ukuran dan atau makin kecil muatan suatu anion maka kemampuan
untuk dipolarisasi oleh kation akan makin kecil. Daya mempolarisasi dapat dilihat dari potensial
ionic,ᴓ.

dengan q adalah muatan ion dan r adalah jari-jari ion. Urutan kekuatan daya mempolarisasi
kation sebagai berikut :
B3+ > Be2+ > Li+ dan Li+ > Na+ > K+
Urutan kemudaaan anion dipolarisasi :
P3- > S2- > Cl- dan I- > Br- > Cl- > F-
Gambar 5. (a) Polarisasi anion oleh kation dan (b) ikatan kovalen
[sumber : www.chem.uwimona.edu.jm]
B. Logam
Logam adalah unsur yang jumlah elektron di kulit terluar atom lebih kecil atau sama dengan
nomor periode. Unsur logam dapat membentuk ion positif. Umumnya logam terdapat sebagai
senyawa bersama unsur lainnya. Hanya emas (Au) dan logam golongan platina (Ru, Rh, Pd, Os
dan Pt) yang ditemukan dalam keadaan bebas di alam.

Metalurgi
Kelimpahan logam di alam tergantung dari reaktivitas dari logam, kelarutan garam dan
kemudahan garamnya bereaksi terhadap oksidasi atau dengan air. Logam yang tidak reaktif
berada dalam keadaan bebas sebagai unsurnya yaitu emas (Au), perak (Ag), platina (Pt). logam
yang agak reaktif berada dalam bentuk sulfida seperti ZnS, PbS dan Cu2S. logam yang sedikit
reaktif berada dalam bentuk oksidanya, seperti Al2O3, MnO2, TiO2. Sedangkan logam-logam
reaktif berada dalam bentuk garamnya, seperti garam karbonat, sulfat, silikat, halida.
Metalurgi adalah ilmu yang mempelajari tentang logam, mulai tahap produksi dari bijih,
pemurnian logam serta sifat dan kegunaannya. Produksi logam terdiri dari 3 tahap yaitu
pemekatan bijih, ekstraksi logam dari bijih termasuk reduksi logam dan pemurnian logam.
Tabel 3. Sumber Mineral Utama Beberapa Logam
Logam Mineral dan Komposisi Pengolahan
Al Bauksit, Al2O3 Elektrometalurgi
Tembaga Chalkosit, Cu2S Elektrometalurgi
Chalkopirit, CuFeS2
Malachit, Cu2CO3(OH)2
Zink Sfalerit / Zinkblende, ZnS Hidrometalurgi
Smitsonit, ZnCO3
Besi Hematit, Fe2O3 Pirometalurgi
Magnetit, Fe3O4
Timbal Galena, PbS Pirometalurgi
Mangan Pirolusit, MnO2 Pirometalurgi
Kromium Kromit, FeCr2O4 Hidrometalurgi (logam murni)
Pirometaluri (paduan Cr – Fe)
Timah Kassitterit, SnO2 Pirometalurgi
Titanium Rutil, TiO2 Pirometalurgi (Proses Wilhem Kroll)
Ilmenit, FeTiO3
(1) Pemekatan bijih
Bijih dipisahkan dari batu reja yang tidak diinginkan (gangue) melalui cara fisika atau cara
kimia. Pada pemisahan cara fisika, setelah ukuran batu diperkecil hingga mencapai 100 – 10 mm
melalui proses crushing dan grinding, mineral batuan dipekatkan melalui pencucian dan
penyemprotan air untuk membersihkan mineral dari batu reja. Kemudian dilakukan flotasi
melalui pencampuran bijih dengan zat aktif permukaan/surfaktan atau zat pembusa, bijih akan
terbawa oleh busa atau gelembung udara ke permukaan sehingga dapat dipisahkan dari
pengotor. Cara fisika lainnya yaitu menggunakan elektromagnetik yang akan memisahkan bijih
besi dari mineral.
Pemisahan cara kimia seperti pada pengolahan bauksit menjadi alumina. Bauksit diolah
dengan larutan NaOH pekat hingga menghasilkan ion aluminat, AlO2-.
Al2O3 (s) + 2OH- (aq) à 2 AlO2- (aq) + H2O (aq)
Setelah batu reja dipisahkan maka campuran diasamkan hingga terbentuk Al(OH) 3. Pemijaran
lebih lanjut menghasilkan alumina, Al2O3, yang telah murni.

(2) Ekstraksi
Logam yang terkandung dalam bijih pekat perlu dilakukan proses ekstraksi dengan
melibatkan proses reduksi logam dari tingkat oksidasi positif menjadi logam bebasnya. Sebelum
tahap reduksi maka dilakukan tahapan sintering dan kalsinasi lebih dahulu. Sintering
(pelengketan) adalah pemanasan mineral, tidak sampai meleleh, untuk membentuk partikel yang
lebih besar. Kalsinasi adalah pemanasan untuk menghilangkan gas atau produk yang mudah
menguap. Contoh :
4 FeCO3 (s) + O2 (g) à 2 Fe2O3 (s) + 4 CO2 (g)
Tahap berikutnya adalah pemanggangan bijih (roasting). Pada tahap ini, bijih akan
mengalami reaksi kimia oksidasi dan reduksi dengan gas yang terdapat pada tungku. Setelah
pemanggangan bijih dan dihasilkan leburan logam yang terpisah dari terak (slag) maka dilakukan
proses peleburan.
2 PbS (s) + 3 O2 (g) à 2 PbO (s) + 2 SO2 (g)
Proses ektraksi, reduksi dan pemurnian logam terdiri dari 3 metode yaitu pirometalurgi,
hidrometalurgi dan elektrometalurgi. Pirometalurgi adalah teknik merubah atau mereduksi
mineral dengan menggunakan suhu tinggi. Bijih logam akan mengalami proses smelting
(peleburan atau pelelahan), tereduksi menghasilkan lelehan logam yang dapat dipisahkan dari
pengotor. Proses reduksi umumnya menggunakan karbon atau logam lainnya. Selain karbon juga
ditambahkan fluks (senyawa karbonat, seperti CaCO3) yang membantu memisahkan pengotor
melalui pembentukan slag (terak atau ampas bijih).
SiO2 (s) + CaCO3 (s) à CaSiO3 (l) + CO2 (g)
pengotor fluks slag
Lelehan logam dan slag akan membentuk lapisan yang terpisah sehingga dapat dipisahkan.
Contoh pengolahan logam secara pirometalurgi adalah pengolahan besi dengan tanur hembus,
pengolahan tembaga dan zink.
Hidrometalurgi adalah proses ekstraksi dan reduksi bijih logam dengan media air. Logam
terlepas dari bijih menjadi larutan logam dengan bantuan larutan peluluh (leaching) seperti
penggunaan asam sulfat dalam peluluhan tembaga dari bijih tembaga. Pada peluluhan emas
digunakan larutan sianida untuk memisahkan logam emas dari pengotornya.
4 Au (s) + 8 CN- (aq) + O2 (g) + H2O (l) à 4 [Au(CN)2]- (aq) + 4 OH- (aq)
Larutan ion logam akan direduksi menggunakan logam lain yang lebih reaktif (pereduksi yang
lebih luat).
2 [Au(CN)2]- (aq) + Zn (s) à 2 Au (s) + [Zn(CN)4]- (aq)
Keuntungan pengolahan logam secara hidrometalurgi adalah :
 Tanpa pemekatan bijih, hanya dihancurkan menjadi bagian-bagian kecil
 Dapat mengurangi atau menghilangkan pemakaian batu bara dan kokas
 Lebih ramah lingkungan, dibandingkan proses pirometalurgi yang menghasilkan
belerang dioksida, arsenic(III) oksida dan debu hasil pemanggangan.
 Efektif untuk bijih-bijih berkadar rendah
Elektrometalurgi adalah proses pengolahan logam dari bijihnya dengan menggunakan
energi listrik yaitu elektrolisis. Contoh pada pengolahan logam natrium (Na) yang melalui
elektrolisis lelehan natrium klorida (NaCl) dikenal dengan proses Downs.
(3) Pemurnian Logam
Pemurnian logam (refining) perlu dilakukan untuk menghilangkan pengotor pada logam
kasar agar logam dapat digunakan dengan baik, seperti adanya sedikit pengotor arsenic pada
logam tembaga, 10 – 20%, dapat menurunkan konduktivitas listrik tembaga. Selain itu, pengotor
pada logam seringkali merupakan logam yang berharga, seperti perak sebagai hasil samping pada
pengolahan tembaga dan timbel. Metode pemurnian logam dapat dilakukan dengan cara
elektrolisis (pada logam tembaga), oksidasi zat pengotor (pada pengolahan besi), cara distilasi
logam dengan titik didih rendah seperti raksa, zink dan nikel, serta pemurnian dengan cara zone
refining. Pada pemurnian dengan zone refining, batangan logam yang dimurnikan dilewatkan
melalui kumparan pemanas listrik hingga logam dan pengotor meleleh, batangan logam yang
meleleh akan terus bergerak keluar kumparan dan menjadi dingin dan logam mengeras kembali
sementara pengotor tetap berada dalam bentuk lelehan dan dikumpulkan dibagian akhir
batangan logam sehingga dapat dipisahkan melalui pemotongan saat logam telah dingin.

Gambar 6. Zone refining logam [sumber : www.quora.com]

C. Logam Golongan s
Unsur-unsur dalam sistem periodik yang dipertimbangkan bersifat logam adalah unsur-unsur
golongan s (alkali = golongan 1 dan akali tanah = golongan 2) sebagian golongan p (seperti Al
golongan 13, Sn dan Pb = golongan 14), unsur-unsur golongan d (golongan 4-12 dan golongan 3
(Sc, Yu, Lu)) serta golongan f.
1. Logam Alkali
Alkali memiliki sifat yang berkebalikan dengan sifat logam secara umum, yaitu sangat lunak
(semakin lunak dengan naiknya nomor atom), densitas (rapat massa) rendah, titik leleh rendah
(semakin rendah dengan naiknya nomor atom) dan sangat reaktif. Logam alkali (Li, Na, K, Rb, Cs
dan Fr) tampak mengkilat, berwarna keperakan, dan konduktor listrik dan panas yang baik.
Logam alkali dengan segera membentuk lapisan oksida ketika kontak dengan udara, maka
logam alkali umumnya disimpan dalam minyak.
4X (s) + O2 (g) --> 2X2O (s)
Logam alkali reaktif dengan air dan bersifat eksotermik, kereaktifan bertambah dengan
naiknya nomor atom. Logam alkali membentuk ion bermuatan +1 dan dapat larut di dalam air.
Logam alkali adalah reduktor yang kuat dengan logam litium sebagai reduktor terkuat
dengan potensial elektroda sebesar -3,05 volt. Logam litium lebih mudah berubah menjadi Li +
(aq) dan banyak digunakan sebagai baterai rechargeable, seperti baterai Li-polimer pada gawai
(Hp) dan laptop.
Alkali menghasilkan warna nyala yang khas dalam nyala api reduksi. Uji nyala tersebut untuk
mengidentifikasi logam alkali, seperti merah tua (litium), kuning (natrium), lilak (kalium), merah
violet (rubidium) dan biru (sesium).
Logam alkali tidak ditemukan di alam dalam keadaan bebas karena kereaktifannya yang
tinggi, umumnya berada dalam bentuk mineralnya seperti litium pada mineral spodumene
(LiAlSi2O6), natrium dan kalium pada air laut. Pengolahan logam alkali dapat dilakukan secara
elektrolisis lelehan maupun larutan logamnya seperti natrium dengan proses Downs, yaitu
elektrolisis lelehan NaCl.

Tabel 4. Sifat-sifat fisika Logam Alkali


Li Na K Rb Cs
Jari-jari kovalen / pm 134 154 196 211 225
Jari-jari ion / pm (M+) 60 95 133 148 169
Titik leleh / K 454 371 336 312 302
Kerapatan (g cm-3) 0,53 0,97 0,86 1,59 1,90
Titik didih / K 1604 1163 1040 975 960
Energi ionisasi pertama (kJ mol-1) 519 498 418 401 376
Kelektronegatifan 1,0 0,9 0,8 0,8 0,7
Potensial elektroda standard (V) -3,02 -2,71 -2,93 -2,93 -2,92
Daya hantar moar (ohm-1 cm2 mol-1) 38,7 60,1 73,5 77,8 77,3
Jumlah isotop 2 1 3 2 1

Logam alkali dapat membentuk senyawa oksida (M 2O), peroksida (M2O2) dan superoksida
(MO2). Makin besar bobot atom logam maka makin mudah terbentuk senyawa superoksida
seperti K, Rb dan Cs.
2 Li (s) + O2 (g) à Li2O

4 Na (s) + O2 (g) à Na2O + Na2O2


3 K (s) + 2 O2 (g) à K2O2 + KO2
Rb (s) + O2 (g) à RbO2
Cs (s) + O2 (g) à CsO2
Senyawaan oksida alkali yang terbentuk cenderung bersifat basa, dikenal sebagai oksida basa.
Oksida basa adalah oksida yang menghasilkan basa ketika bereaksi dengan air.
Na2O (s) + H2O (l) à NaOH (aq) + H2 (g)
Logam alkali bereaksi dengan air, litium lambat bereaksi, natrium meleleh dalam air dan
logam alkali lainnya akan menyala saat bereaksi dengan air.
2 M + 2 H2O à 2 MOH + H2
Reaksi logam alkali dengan air menghasilkan senyawa basa, MOH dan gas hidrogen.
Logam alkali bereaksi dengan asam encer secara eksotermik, disertai ledakan. Logam alkali
dapat bereaksi dengan ammonia pada 400°C dan bereaksi dengan aluminium klorida dengan
pemanasan.
2 M + 2 H + à 2 M + + H2
2 M + 2 NH3 à 2 MNH2 + H2
3 M + AlCl3 à 3 MCl + Al
Senyawa alkali yang umum digunakan seperti NaOH digunakan untuk pembuatan sabun,
pembuatan senyawa natrium lainnya seperti NaOCl, NaClO 3 dan Na2CO3 dan pembuatan rayon,
serat, pulp dan kertas. Senyawa Na2CO3 dapat digunakan untuk menghilangkan kesadahan air.

Identifikasi logam alkali. Kalium dan natrium tidak dapat bereaksi dengan asam klorida, hidrogen
sulfida, amonium sulfida atau amonium karbonat. Kalium dapat diidentifikasi dengan pereaksi
natrium heksanitritokobaltat(III) Na3[Co(NO2)6] menghasilkan endapan kuning kalium
heksanitritokobaltat(III).
3K+ + [Co(NO2)6]3- --> K3[Co(NO2)6] (s)
Endapan kuning
Natrium dapat diidentifikasi melalui pembentukan endapan kristalin kuning, natrium
magnesium uranil asetat dengan pereaksi uranil magnesium asetat.
Na+ + Mg2+ + 3UO22+ + 9CH3COO- --> NaMg(UO2)3(CH3COO)9 (s)
Endapan kuning

2. Logam Alkali Tanah


Logam alkali tanah tidak terdapat bebas dialam sebagaimana logam alkali. Berilium terdapat
pada batu permata beril, Be3Al2Si6O18, magnesium pada karnalit, MgCl2.KCl.6H2O dan dolomit,
MgCO3.CaCO3, kalsium pada dolomit, dan antasit, CaCO 3.
Alkali tanah terdiri dari Be, Mg, Ca, Sr, Ba dan Ra. Berilium hampir semilogam sementara
radium bersifat radioaktif. Alkali tanah membentuk ion bermuatan +2. Jika dibandingkan logam
alkali, sifat kereaktifan, keelektropositifan, ikatan metalik, dan kelarutannya dalam air dari logam
alkali tanah kurang dibandingkan dengan logam alkali. Garam-garam logam alkali tanah ada
dalam bentuk terhidrat, mengikat molekul air dengan jumlah 2-12 molekul. Seperti BaCl 2.2H2O,
CaCl2.6H2O, SrCl2.6H2O, MgCl2.12H2O, MgSO4. 12H2O dan CaSO4. 2H2O.
Logam alkali tanah membentuk senyawaan yang satbil dan padatannya bersifat ionik. Namun
ikatan kovalen dapat dijumpai pada senyawa Mg dan sebagian besar Be, terkait dengan
kemamampuan daya mempolarisasi ion Mg dan Be yang tinggi terhadap anion. Kecilnya ukuran
ion Be2+ dan besarnya muatan (+2) mengakibatkan sebagian besar senyawa Be bersifat kovalen
seperti BeH2, BeCl2, BeBr2.

Tabel 5. Sifat-sifat fisika Logam Alkali Tanah


Be Mg Ca Sr Ba
Jari-jari kovalen / pm 90 130 174 192 198
Jari-jari ion / pm (M+) 3 65 99 113 135
Titik leleh / K 1553 924 1124 1073 1123
Kerapatan (g cm-3) 1,86 1,74 1,55 2,54 3,59
Titik didih / K 3040 1380 1710 1650 1910
Energi ionisasi pertama (kJ mol-1) 900 740 590 548 502
Energi ionisasi kedua (kJ mol-1) 1760 1450 1150 1061 8361,5
Kelektronegatifan 1,5 1,2 1,0 1,0 0,9
Potensial elektroda standard (V) -1,70 -2,34 -2,87 -2,89 -2,90
Daya hantar moar (ohm-1 cm2 mol-1) 90,0 106,1 119,0 118,9 127,2
Jumlah isotop 1 3 6 4 7

Reaksi logam alkali tanah dengan asam encer menghasilkan gas hidrogen. Kereaktifannya
dan sifat logam bertambah dari Be ke Ba. Berilium bereaksi sangat lambat dengan air karena
kuatnya kemampuan mempolarisasi Be terhadap oksigen sehingga kecenderungan akan segera
membentuk lapisan oksida, BeO saat bereaksi dengan air. Lapisan oksida tersebut dapat
melindungi permukaan logam dari reaksi lebih lanjut..
M (s) + 2 H+ à M2+ (aq) + H2 (g)
Logam alkali tanah dapat membentuk oksida (MO) saat bereaksi dengan oksigen. Namun
hanya Ba yang dapat membentuk superoksida, MO2.
2 Be (s) + O2 (g) à 2 BeO (s)
2 Mg (s) + O2 (g) à 2 MgO(s)
2 Ca (s) + O2 (g) à 2 CaO (s)
2 Ba (s) + O2 (g) à 2 BaO (s)
Ba (s) + O2 (g) à BaO2 (s)
Senyawa oksida alkali tanah sebagaimana oksida alkali, bersifat basa (oksida basa) kecuali BeO
yang merupakan oksida amfoter. BeO dapat bereaksi baik dengan asam maupun dengan basa.
CaO (s) + H2O (l) à Ca(OH)2 (aq)
senyawa basa

BeO (s) + H2O (l) + 2 H3O+ (aq) à [Be(H2O)4]2+


asam
BeO (s) + H2O (l) + 2 OH- (aq) à [Be(OH)4]2-
basa

Garam alkali tanah yang larut adalah garam nitrat dan garam klorida, sedangkan yang sukar
larut adalah garam karbonat dan fosfat. Kelarutan garam sulfat alkali tanah cenderung makin
sukar larut dari atas ke bawah dalam satu golongan (Be ke Ba), sedangkan kelarutan garam
hidroksida kebalikannya yaitu makin mudah larut dari Be ke Ba.

Tabel 6. Ksp sulfat dan hidroksida alkali tanah


Sulfat Ksp Hidroksida Ksp
BeSO4 Sangat besar Be(OH)2 1 x 10-19
MgSO4 10 Mg(OH)2 8,9 x 10-12
CaSO4 3 x 10-5 Ca(OH)2 1,3 x 10-6
SrSO4 7,6 x 10-7 Sr(OH)2 3,2 x 10-4
BaSO4 1,5 x 10-9 Ba(OH)2 5,0 x 10-2

Garam karbonat logam alkali memiliki kestabilan yang tinggi. Hal tersebut dapat terlihat dari
suhu dekomposisi senyawa karbonat alkali tanah. Kestabilan garam karbonat meningkat dari Be
ke Ba.
Tabel 7. Kestabilan Garam Karbonat
Karbonat Suhu Dekomposisi
BeCO3 Kurang dari 100°C
MgCO3 540°C
CaCO3 900°C
SrCO3 1290°C
BaCO3 1360°C

Penggunaan beberapa senyawaan alkali tanah seperti magnesium hidroksida, Mg(OH) 2


banyak digunakan sebagai antasida untuk menetralkan kelebihan asam lambung. Kelarutan
Mg(OH)2 yang rendah memungkinkan hanya sedikit konsentrasi ion hidroksida yang dilepaskan
sehingga cukup aman untuk menetralkan asam lambung. CaO atau Ca(OH) 2 digunakan untuk
bahan pembuatan semen, untuk merekatkan batu bata atau batu kerikil. Semen Portland
tersusun dari dikalsium silikat, Ca 2SiO4 (~26%), trikalsium silikat, Ca 3SiO5 (~51%), dan trikalsium
aluminat, Ca3Al2O6 (1%).

Identifikasi logam alkali tanah. Kation dari kalsium, stronsium dan barium dapat diendapkan
dengan amonium karbonat menghasilkan endapan putih : kalsium karbonat CaCO 3, stronsium
karbonat SrCO3, dan barium karbonat BaCO3.
Ca2+ + CO32- --> CaCO3 (s)
Sr2+ + CO32- --> SrCO3 (s)
Ba2+ + CO32- --> BaCO3 (s)
Barium dan stronsium dapat bereaksi dengan larutan kalium kromat menghasilkan endapan
kuning barium kromat dan stronsium kromat, sedangkan kalsium tidak terjadi reaksi.
Ba2+ + CrO42- --> BaCrO4 (s) (endapan tidak larut dalam asam asetat encer)
Sr2+ + CrO42- --> SrCrO4 (s) (endapan larut dalam asam asetat encer)
Ca2+ + CrO42- --> tidak bereaksi
Magnesium dapat membentuk endapan gelatin putih Mg(OH)2 dengan larutan amonia.
Mg2+ + NH4OH --> Mg(OH)2 (s)

D. Logam Golongan 13
Unsur golongan 13 terdiri dari boron, aluminium, gallium, indium dan talium. Boron
merupakan satu-satunya unsur golongan 13 yang nonlogam dan termasuk dalam unsur
semilogam. Golongan 13 membentuk senyawaan dengan tingkat oksidasi +3, sementara Ga, In
dan Tl dapat pula membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1. Boron yang semilogam,
umumnya membentuk senyawa melalui ikatan kovalen. Beberapa unsur lain dalam golongan ini
juga ada yang membentuk ikatan kovalen karena efek muatan yang besar (+3) dan kecilnya
ukuran ion logam sehingga sangat kuat mempolarisasi anion. Kecenderungan sifat fisika
golongan 13 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sifat-sifat fisika Logam golongan 13


5B 13Al 31Ga 49In 81Tl
Jari-jari kovalen / pm (80-90) 143 122 163 170
Jari-jari ion / pm (M3+) 25 51 62 76 95
Titik leleh / °C 2180 660 30 157 303
Kerapatan (g cm-3) 2,35 2,73 5,9 7,3 11,5
Titik didih / °C 3650 2467 2403 2080 1457
Energi ionisasi pertama (kJ mol-1) 800,6 577,6 578,8 558,3 589,3
Energi ionisasi kedua (kJ mol-1) 3659,8 2744,8 2963 2705 2878
Kelektronegatifan 2,0 1,5 1,8 1,5 1,4
Potensial elektroda standard (V) -0,87 -1,66 -0,53 -0,343 -0,719

Logam Aluminium
Aluminium terdapat pada mineral bauksit( AlO(xOH) 3-2x, 0<x<1) mineral lainnya yaitu feldspar
dan mika seperti kaolin, spinel, garnet, beril, korondum dan kriolit. . logam alumunium berwarna
putih, mengkilat, titik leleh tinggi (660°C), agak lunak dalam keadaan murninya, tetapi menjadi
keras dan kuat jika dipadukan dengan logam lain. Logam aluminium tahan terhadap korosi udara
karena ketika kontak dengan udara dengan segera terbentuk lapisan oksida, Al 2O3, yang cukup
mencegah permukaan logam dari korosi.
Logam aluminium bersifat amfoter yaitu bereaksi dengan sama kuat menghasilkan gas
hydrogen, dan bereaksi dengan basa kuat menghasilkan senyawa alumina dan gas hidrogen.
2 Al (s) + 6 H3O+ (aq) à 2 Al+ (aq) + 6 H2O (l) + 3 H2 (g)
2 Al (s) + 2 OH- (aq) + 6 H2O (l)à 2 A[l(OH)4]- (aq) + 3 H2 (g)
Logam aluminium bereaksi dengan oksigen, menghasilkan oksida yang bersifat amfoter yaitu
dapat bereaksi baik dengan asam maupun basa.
4 Al (s) + 3 O2 (g) à 2 Al2O3 (s)
Aluminium diolah melalui proses Bayer yang terdiri dari dua tahap yaitu tahap 1) tahap
ekstraksi, pemurnian dan dehidrasi, dan tahap 2) tahap elektrolisis. Pada tahap pertama bijih
bauksit kasar dan tidak murni digiling (grinding), lalu ditambahkan NaOH agar terbentuk larutan
aluminat, {Al(OH)4]-, pengotor berupa padatan dipisahkan dengan penyaringan. Sedangkan
pengotor silikat, SiO32- dalam larutan dihilangkan dengan penambahan gas CO 2, sehingga
terbentuk Al(OH)3 berupa endapan. Endapan Al(OH)3 dikeringkan dan dipanaskan sampai
terbentuk oksida Al2O3. setelah terbentuk oksida dilanjutkan ke tahap elektrolisis.
Reaksi :
Al2O3 (s) + 2 OH- (aq) + 3 H2O (l) à 2 [Al(OH)4]- (aq)
SiO2 (s) + 2 OH- (aq) à SiO32- (aq) + H2O (l)
2 [Al(OH)4]- (aq) + CO2 (g) à 2 Al(OH)3 (s) + CO32- (aq)
2 Al(OH)3 (s) à Al2O3 (s) + 3 H2O (g)
Kriolit, Na3[AlF6] digunakan untuk menurunkan titik leleh Al 2O3 (2045°C) sehingga reaksi
elektrolisis dapat berjalan pada temperatur 950°C.
Katoda : Al3+ (Na3[AlF6]) + 3e à Al (l) ] x3
Anoda : 2 O2- (Na3[AlF6]) à O2 (g) + 4e ] x4 +
Reaksi total : 2 Al2O3 (l) à 4 Al (l) + 3 O2 (g)
Logam aluminium banyak digunakan sebagai bahan baku pada alat-alat rumah tangga,
kerangka pintu dan jendela, sebagai bahan pembungkus makanan (aluminium foil), pembungkus
pasta gigi. Logam Al dicampur dengan NH 4ClO4 dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk
mendorong roket. Dalam bentuk senyawa seperti tawas, KAl(SO 4)2.12H2O, untuk membantu
proses penjernihan air.

Identifikasi aluminium. Kation logam aluminium dapat bereaksi dengan amonium sulfida
menghasilkan endapan putih Al(OH)3.
2Al3+ + 3S2- + 6H2O --> 2Al(OH)3 (s) + 3H2S (g)
Reaksi spesifik dengan aluminon (garam amonium dari asam aurina trikarboksilat) menghasilkan
kompleks berwarna merah terang.

E. Logam Golongan 14 dan 15


Unsur golongan 14 terdiri dari karbon, silikon, germanium, timah dan timbel. Karbon bersifat
nonlogam sementara silicon dan germanium merupakan semilogam. Unsur golongan 14 yang
bersifat logam adalah timah (Sn) dan timbel (Pb). Sementara pada golongan 15 yang terdiri dari
nitrogen, fosfor, arsenic (As), antimony (Sb) dan bismuth, hanya bismuth (Bi) yang bersifat logam.
As dan Sb bersifat semilogam sedangkan N dan P merupakan nonlogam.

Tabel 9. Sifat-sifat fisika Logam golongan 14 dan 15


Sn
50 Pb
82 Bi
83
Jari-jari kovalen / pm 141 175 155
Jari-jari ion / pm (M2+) 93 120 96 (M3+)
Titik leleh / °C 232 327 271
Kerapatan (g cm-3) 7,28 11,29 9,80
Titik didih / °C 2270 1620 1560
Energi ionisasi pertama (kJ mol-1) 0,7086 0,7155
50Sn 82Pb 83Bi
-1
Energi ionisasi kedua (kJ mol ) 1,4118 1,4504
Energi ionisasi keempat (kJ mol-1) 3,9303 4,0830
Kelektronegatifan 1,7 1,6 1,9
Potensial elektroda standard (V) -0,136 -0,126 -0,32*
*BiO+ + 2H+ + 3e à Bi (s) + H2O
Timah. Logam Timah bersifat logam tetapi lunak, titik lelehnya rendah (232°C), tidak terlalu
kuat disbanding logam lainnya, mudah ditempa, tahan korosi. Terdapat 3 jenis timah, yaitu timah
abu-abu (bentuk kristal kubus), timah putih-rapuh (bentuk kristal rombik) dan timah putih lunak
(bentuk kristal tetragonal). Ketiga timah tersebut memiliki kerapatan yang berbeda yaitu 5,75,
6,79, dan 7,28 g cm -3. Timah juga bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam kuat dan
basa kuat.
Timah digunakan sebagai bahan aditif pasta gigi, bentuk oksidanya, SnO 2 sebagai bahan
ampelas, bahan campuran keramik, bentuk sulfidanya, SnS 2 digunakan pada proses penyepuhan.
Timah digunakan pada beberapa paduan logam (aloi) seperti perunggu (Cu – Sn, kadar Sn 5-
10%), solder (Sn – Pb, kadar Sn 2-63%), babit/ bahan pembuat kompas (Sn – Cu –Pb), pewter
(90% Sn – Sb – Cu).
Timbel. Logam timbel (Pb) bersifat logam yang lembek, nampak mengkilat, densitasnya
tinggi (11,34 g cm-3), membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 (lebih stabil) dan +4.
Timbel diperoleh dari mineral galena, PbS, kerusit, PbCO 3, anglesit, PbSO4. Timbel dapat
menahan sinar-x dan sinar-Ƴ sehingga dapat digunakan sebagai pelindung radioaktif. Timbel juga
digunakan sebagai pigmen pewarna, seperti: PbCrO4 sebagai pewarna kuning, meni, Pb3O4, cat
dasar yang menghambat korosi, PbO2 sebagai sel aki (pelat katoda).
Bismuth. Logam bismut (Bi) mempunyai sifat metalik rendah, berwarna putih kemerahan,
rapuh, merupakan penghantar listrik yang lemah. Bismut terdapat dalam bentuk bijih sulfidanya,
Bi2S3, dan dalam bijih bersama tembaga, timah dan timbel. Bismut digunakan dalam kosmetik,
BiOCl, paduan logam (aloi) dengan Pb, Sn, Cd yang menghasilkan aloi dengan titik leleh yang
rendah sehingga digunakan pada sekering listrik (fuse), solder, penyemprot air otomatis
(sprinkler).

Identifikasi kation Sn4+, Pb2+, dan Bi3+. Kation Pb2+ dapat menghasilkan endapan putih timbal
klorida, PbCl2 dengan HCl encer. Endapan dapat larut dalam air panas (kelarutan 33,4 g/L pada
100C), dan membentuk kristal seperti jarum setelah dingin.
Pb2+ + 2Cl- --> PbCl2 (s)
Kation Pb2+ dapat bereaksi dengan reagensia kalium iodida, KI menghasilkan endapan kuning,
timbel iodida.
Pb2+ + 2I- --> PbI2 (s)
Endapan dapat larut dalam reagensia pekat dan berlebih.
PbI2 (s) + 2I- --> [PbI4]2- (aq)
Kation Bi3+ bereaksi dengan amonia menghasilkan endapan garam basa putih.
Bi3+ + 2OH- --> Bi(OH)3 (s)
Kation Bi3+ bereaksi spesifik dengan natrium tetrahidroksostanant(II) menghasilkan endapan
hitam logam bismut. Mula-mula terbentuk endapan Bi(OH)3 antara ion bismut (III) dengan bsa
dalam reagensia. Selanjutnya terjadi reduksi ion bismut(III) menjadi logam bismut.
Bi(OH)3 (s) + 3[Sn(OH)4]2- --> 2Bi(s) + 3[Sn(OH)6]2-
Kation Sn4+ akan mengendap dengan NaOH menghasilkan endapan gelatin putih, Sn(OH)4.
endapan larut dalam reagensia berlebih menghasilkan ion kompleks heksahidroksostanat(IV).
Sn4+ + 2OH- --> Sn(OH)4 (s)
Sn(OH)4 (s) + 2OH- --> [Sn(OH)6]2-

F. Logam Golongan d (Unsur-unsur Transisi)


Kelompok unsur transisi terbagi 3 yaitu, unsur transisi pertama (3d, Sc - Zn), transisi kedua
(4d, Y - Cd) dan transisi ketiga (5d, Lu - Hg)). Pada materi ini fokus pada logam transisi pertama
(3d) yaitu Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn. Unsur transisi didefinisikan sebagai unsur-unsur
yang mengandung konfigurasi elektronik belum penuh pada orbital d baik bentuk atom netral
maupun dalam senyawa. Elektron belum penuh tersebut yang terkait dengan sifat-sifat khas
unsur transisi.
Table 10. Sifat-sifat fisika unsur-unsur transisi
Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
Jari-jari kovalen / pm 161 145 132 127 124 124 125 125 128 133
Jari-jari ion / pm (M+) 91
Ion M2+ 100 93 87 81 75 79 83 87
94 97 92 89
Ion M3+ 89 81 78 76 72 69 69
79 79 75
Titik leleh / °C 1540 1680 1900 1890 1240 1540 1500 1450 1080 420
Kerapatan (g cm-3) 3,0 4,5 6,1 7,2 7,4 7,9 8,9 8,9 8,9 7,1
Titik didih / °C 2730 3260 3400 2480 2100 3000 2900 2730 2600 910
Energi ionisasi pertama (kJ mol-1) 631 658 650 653 717 759 758 737 746 906
Potensial elektroda standard (V) +0,52
M+ --> M
M2+ --> M -1,36 -1,18 -0,91 -1,19 -0,44 -0,28 -0,23 +0,34 -0,76
M3+ --> M -2,08
Logam transisi bersifat elektropositif, namun lebih rendah dari unsur alkali, titik leleh yang
tinggi, titik didih lebih tinggi, ikatan metalik yang kuat sehingga dapat ditempa dan kuat, densitas
logam tinggi, dapat bereaksi dengan asam kuat encer (1,0 M HCl) membebaskan gas hidrogen,
H2. Beberapa oksida bersifat asam seperti CrO 3 dan Mn2O7. logam transisi memiliki sifat-sifat khas
sebagai berikut :
(i) Umumnya memiliki warna yang khas baik bentuk padatannya maupun larutannya. Warna
tersebut terkait dengan elektron pada orbital d yang tidak berpasangan. Zn memiliki
konfigurasi elektron penuh (Ar) 4s23d10 sehingga senyawaannya tidak berwarna.
(ii) Tingkat oksidasi unsur transisi bervariasi. Elektron terluar unsur transisi mengisi orbital 4s
dan 3d(1-10), dapat membentuk ion bermuatan (+) dengan berbagai tingkat oksidasi,
pelepasan elektron didahului elektron terluar 4s yang memiliki energi lebih tinggi kemudian
baru dilanjutkan ke 3d pada pelepasan elektron berikutnya.
Tabel 11. Tngkat oksidasi unsur golongan d
Unsur Lambang Konfigurasi Ion yang Tingkat oksidasi
elektronik umum
Skandium 21Sc [18Ar] 3d1 4s2 Sc 3+
+3
Titanium 22Ti [18Ar] 3d2 4s2 Ti4+ +2, +3, +4
Vanadium 23V [18Ar] 3d3 4s2 V3+ +2, +3, +4, +5
Kromium 24Cr [18Ar] 3d5 4s1 Cr3+ +2, +3, +6
Mangan 25Mn [18Ar] 3d5 4s2 Mn2+ +2, +3, +4, +6, +7
Besi 26Fe [18Ar] 3d6 4s2 Fe2+, Fe3+ +2, +3
Kobalt 27Co [18Ar] 3d7 4s2 Co2+, Co3+ +2, +3
Nikel 28Ni [18Ar] 3d8 4s2 Ni2+ +2,
Tembaga 29Cu [18Ar] 3d10 4s1 Cu2, Cu2+ +1, +2
Zink 30Zn [18Ar] 3d10 4s2 Zn2+ +2

(iii) Sifat katalitik. unsur transisi dapat berperan sebagai katalis yang dapat membantu
berlangsungnya suatu reaksi menjadi lebih cepat atau lebih mudah, namun zat tersebut
dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi. Terdapat dua jenis katalis, yaitu katalisator
homogen, katalis dan reaktan merupakan satu fase dan bekerja melalui pembentukan
senyawa kompleks.

CH3OH + CO à CH3COOH

Katalisator heterogen, katalis berbentuk padatan berupa logam murni, paduan (aloi) dan
senyawa oksida logam yang membantu berlangsungnya reaksi-reaksi fase gas di industri.
H2 (g) + O2 (g) à 2H2O (g)

(iv) Sifat magnetik. Elektron yang terdapat pada orbital d mempengaruhi sifat magnetik
unsur transisi. Unsur transisi sebagian bersifat paramagnetik,dapat ditarik oleh medan
magnetik. Namun beberapa lainnya bersifat diamagnetik, tertolak oleh medan magnetik.sifat
magnetik dapat diukur melalui besaran monem magnetik, yaitu :
BM

= bilangan kuantum spin dan n = banyaknya electron tidak berpasangan.

Tabel 12. Nilai Momen Magnetik spin, , senyawa unsure-unsur transisi


3dx n BM ion
3 d0 0 0 Sc3+, Ti4+, V5+
3 d1 1 1,73 Ti3+, V4+
3 d2 2 2,83 Ti2+, V3+
3 d3 3 3,87 Cr3+, V2+
3 d4 4 4,90 Cr2+, Mn3+
3 d5 5 5,92 Mn2+, Fe3+
3 d6 4 4,90 Fe2+, Co3+
3 d7 3 3,87 Co2+
3 d8 2 2,83 Ni2+
3 d9 1 1,73 Cu2+
3 d10 0 0 Cu+, Zn2+

(v) Membentuk senyawa kompleks (senyawa koordinasi). Senyawa kompleks tersusun dari
ion logam positif sebagai atom pusat dan ligan berupa anion atau molekul netral. Ligan
merupakan basa lewis dengan minimal 1 pasang electron nonikatan (electron bebas). Jumlah
ikatan kovaeln koordinasi yang dapat dibentuk disebut sebagai bilangan koordinasi dari atom
pusat. Missal, ion Cu2+ memiliki bilangan koordinasi 4 pada [Cu(H 2O)4]2+, [Cu(NH3)4]2+, dan
[CuCl4]2-.
Tabel 13. Beberapa jenis ligan
Ligan Radikal Nama Ligan Ligan Netral Nama Ligan
CH3 metil NH3 ammin
C6H5 fenil H2O aqua
Ligan Anion Nama Ligan CO karbonil
-
F fluoro NO nitrosil
Cl- kloro (CH3)2SO dimetilsulfaksida
Br- bromo C5N2N piridin
CH3COO- asetato (C6H5)3P trifenilfosfin
CN- siano N2 dinitrogen
OH- hidrokso O2 dioksigen
CO2- karbonato
C2O4- oksalato

Senyawa komples memiliki tata nama yang khas, 1) ligan disusun berdasarkan abjad (ligan
netral lebih dahulu, baru ligan anion) dilanjutkan logamnya, 2) Kompleks netral/kation,
setelah nama ligan diikuti nama logam dan tingkat oksidasi dalam tanda kurung, seperti :
[Cu(H2O)4]2+ tetraakuatembaga (II)
Sedangkan kompleks anion, nama logam diberi akhiran “at”
[CuCl4]2- tetraklorokuprat (II)
Senyawa kompleks umumnya memiliki warna karakteristik, jika ligan yang terikat pada atom
pusat berbeda maka warna kompleks yang terbentuk berbeda. Ada beberapa senyawa
kompleks yang tidak berwarna seperti [Zn(H2O)4]2+.
[Cu(H2O)4}2+ [CuCl4]2-
biru muda hijau

Titanium. Unsur titanium merupakan logam golongan 4 dengan tingkat oksidasi +2, +3 dan +4
(tingkat oksidasi paling stabil) ditemukan dalam bijih ilmenit, FeTiO 3, rutil, TiO. titanium
merupakan logam yang keras dan kuat, berwarna putih keperakan, dan densitas logam yang
terendah diantara logam transisi lainnya (4,5 g cm -1). Logam titanium dimanfaatkan sebagai
bahan pembuatan pesawat terbang karena sifat logamnya yang keras-kuat dengan densitas
rendah. TiO2 juga digunakan sebagai bahan cat yang lebih aman dan dapat untuk menggantikan
timbel (Pb) yang bersifat toksik. Logam titanium diperoleh dari oksida TiO 2, dengan reaksi reduksi
sebagai berikut :
Tahap 1 : perubahan titanium(IV) oksida menjadi titanium (IV) klorida, melalui pemanasan
TiO2 (s) + 2C (s) + 2 Cl2 (g) --> TiCl4 (g) + 2 CO (g)
Tahap 2 : reduksi menjadi logam Ti dengan menggunakan logam Mg
TiCl4 (g) + 2 Mg (l) --> Ti (s) + 2 MgCl2(l)
Logam Ti dapat dipisahkan dari MgCl 2 dengan menambahkan asam encer yang akan melarutkan
MgCl2 dan pengotor logam lainnya.

Vanadium. Unsur vanadium merupakan logam golongan 5 dengan konfigurasi [ 18Ar] 3d34s2
sehingga dapat melepaskan 2 sampai 5 elektronnya menjadi bentuk ion +2, +3, +4 atau +5.
Vanadium merupakan oksidator yang kuat, seperti V2O5 digunakan sebagai oksidator pada
pengolahan besi. Vanadium dapat bersenyawa dengan karbon (V 3C4) dalam baja sehingga
menghasilkan paduan logam (aloi) baja vanadium yang keras, tahan lama, dan tahan sobekan,
paduan ini banyak digunakan sebagai bahan pisau atau bahan pertukangan lainnya. Logam
vanadium diperoleh sebagai produk samping pengolahan logam lainnya, karena kecenderungan
vanadium terdapat bersama-sama dengan logam lain dalam mineral logam seperti dalam mineral
vanadinat, PbCl2.3Pb3(VO)4, karnonit, K(UO2)(VO4).1,5H2O. Ektraksi logam vanadium :
Tahap 1 : pembentukan oksida V2O melalui proses pemanggangan (roasting).
Tahap 2 : proses reduksi V2O5 menjadi logam
2 V2O5 + 5 Si + Fe + 5 CaO --> 4 V + Fe + 5 CaSiO3
terak/slag
Logam yang diperoleh adalah ferovanadium (V dan Fe dengan kadar V = 35-95%) yang digunakan
sebagai zat aditif pada baja. Jika reduksi dilakukan dengan logam Ca maka akan diperoleh logam
vanadium murni, rekasi :
V2O5 (s) + 5 Ca(s) --> 2 V(l) (s) + 5 CaO(s)

Kromium. Kromium merupakan logam golongan 6 berupa logam berwarna putih perak dan lunak
dengan titik leleh 1900°C dan titik didih 2690°C. Logam kromium bersifat tahan terhadap korosi
karena dapat bereaksi dengan oksigen membentuk lapisan oksida nonpori, Cr 2O3 yang dapat
melindungi logam dibawah permukaan. Dengan sifat tersebut maka logam ini banyak digunakan
sebagai pelapis logam lain melalui proses elektroplating.
Kromium dapat diperoleh dalam bentuk paduan logam ferokrom (Fe-Cr) dari reduksi kromit
dengan batubara dalam tanur listrik. Ferokrom digunakan sebagai bahan aditif pada pembuatan
baja stainless.
FeCr2O4 (s) + C (s) --> 2 Cr (s) + Fe (s) + 4 CO (g)
Logam murni kromium diperoleh melalui reaksi berikut :
FeCr2O4 (s) + 2 Na2CO3 (aq) + O2 (g) --> 2 Na2CrO4 (aq) + 2CO2 (g) + Fe (s)
2 Na2CrO4 (aq) + H2O (l) --> 2 Na2Cr2O7 (s) + 2 NaOH (aq)
2 Na2Cr2O7 (s) + 2C (s) --> Cr2O3 (s) + Na2CO3 (s) + CO (g)
Cr2O3 (s) + 2 Al (s) --> 2 Cr(l) (s) + Al2O3 (s)

Logam kromium dapat dipadukan dengan molibdenum dan wolfram menjadi aloi baja yang kuat
dan keras seperti stainless steel untuk alat-alat rumah tangga. Senyawa CrO 2 merupakan
konduktor listrik yang tinggi dan bersifat magnetik sehingga dapat digunakan sebagai bahan pita
rekaman. seperti Cr2O3 dan PbCrO4 sebagai pewarna cat dan gelas. Garam Na 2C2O7 umum
digunakan sebagai oksidan di industri, seperti industri kulit, dalam proses penyamakan kulit yang
telah disamak dibasahi dengan larutan dikromat dan dilanjutkan dengan proses reduksi
menggunakan gas SO2 sehingga dihasilkan Cr(OH)SO4 yang membuat kulit bersifat liat, lentur dan
tahan terhadap kerusakan biologis.

Mangan. Mangan merupakan logam golongan 7 disamping teknisium dan renium. Mangan
merupakan logam berwarna utih seperti perak, memiliki titik leleh 1244C dan titik didih 1962C,
bersifat metalik, sangat keras namun mudah patah, mudah teroksidasi dengan udara, bereaksi
lambat dengan air dan dapat membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi bervariasi dari +2
hingga +7.
Mangan diperoleh dari kerak bumi berupa mineral pirolusit, MnO 2, braunit, Mn2O3, franklit,
(Fe,Mn,Zn)O, manganit Mn2O3.H2O atau MnO(OH). Pengolahan logam mangan melalui proses
termit dengan bahan baku pirolusit.
Tahap 1 : reduksi MnO2 menjadi Mn3O4
2 MnO2 (s) à Mn3O4 (s) + O2 (g)
Tahap 2 : reduksi menggunakan logam aluminium, menghasilkan Mn
3 Mn3O4 (s) + 8 Al (s) à 4 Al2O3 (s) + 9 Mn (l)
Lelehan logam Mn dapat dipisahkan dari Al 2O3 karena titik lelehnya tinggi (2045°C). pemurnian
logam mangan dilakukan secara distilasi.

Besi. Besi merupakan golongan 8 bersama dengan unsur ruthenium dan osmium. Logam besi
bersifat lunak dan mudah dibentuk, tampak berkilauan dan berwarna keperakan, dapat bereaksi
dengan asam nonoksidator dan asam oksidator, bersifat magnetik. Besi terdapat di kerak bumi
dalam bentuk oksida dan karbonat seperti hematite, Fe 2O3, magnetit, Fe3O4, limonit,
2Fe2O3.3H2O, siderite, FeCO3 dan pirit, FeS2.
Proses pengaratan besi merupakan hasil reaksi oksidasi besi oleh dioksigen di udara. Pada proses
oksidasi tersebut akan terbentuk oksida terhidrat, Fe(OH) 3 atau FeO(OH) secara elektrokimia
dengan adanya dioksigen, air dan zat elektrolit. Ketiga komponen tersebut merupakan pemicu
terjadinya pengaratan pada besi, jika dihilangkan salah satu maka proses pengaratan dapat
dihambat.
Kobalt. Logam kobalt, rodium, dan iridium merupakan golongan 9. Logam kobalt tampak
mengkilat dan sedikit kebiruan, relative lunak namun cukup keras dibandingkan besi, dan kurang
reaktif dibandingkan besi. Kobalt membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3.
Kobalt(III) merupakan oksidator, yang dapat mengoksidasi air dengan membebaskan gas oksigen.
Garam kobalt(III) dengan 6 ligan H2O akan membentuk geometri oktahedral sehingga
menghasilkan warna pink, dan akan menghaasilkan warna biru saat membentuk geometri
tetrahedral dengan mengikat 4 ligan Cl. Perubahan tersebut dapat dipengaruhi temperatur ketika
dalam keadaan kesetimbangan.

[Co(H2O)6]2+ (aq) + 4 Cl- (aq) [CoCl4]2- (aq) + 6 H2O (l)

Pink biru

Nikel. Logam nikel, palladium dan platina merupakan unsur golongan 10. Logam golongan 10
berwarna putih keperakan, mengkilat, mudah ditempa, tahan terhadap korosi, dan dalam bentuk
serbuk merupakan katalis yang sangat aktif. Nikel dapat bereaksi dengan unsur-unsur B, Si, P, S
dan halogen (Cl2, Br2, I2, namun dengan F2 lambat bereaksi) dengan pemanasan. Senyawa
kompleks nikel memiliki warna khas seperti ion heksaakuonikel(II) berwarna hijau sementara ion
heksaaminanikel(II) berwarna biru, pergantian ligan umumnya akan mengakibatkan perubahan
geometri sehingga menghasilkan warna ion yang berbeda.
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 6 NH3 (aq) à [Ni(NH3)6]2+ (aq) + 6 H2O (l)
hijau biru

Gambar 7. Senyawa kompleks [Ni(NH3)6]2+(biru) dan [Ni(H2O)6]2+ (hijau)

Reaksi kompleks yang khas antaran nikel(II) dengan larutan dimetilglioksim (C4N2O2H8 = DMGH)
dapat digunakan untuk mengidentifikasi ion nikel(II).
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2 DMGH (aq) + 2 OH- (aq) à [Ni(DMG)2] (s) + 8 H2O (l)
endapan merah pink

Tembaga. Unsur tembaga, perak dan emas merupakan unsur golongan 11. Logam golongan ini
dikenal sebagai bahan baku mata uang karena merupakan logam berharga (kelimpahannya
sangat kecil di alam), tidak reaktif secara kimiawi, dapat ditempa sesuai desain yang diharapkan,
terdapat dalam bentuk logamnya di alam. Tembaga dapat ditemukan dalam bentuk sulfida,
oksida atau karbonat seperti kalkopirit, CuFeS 2, kalkosit, Cu2S, kuprit, Cu2O, dan malasit,
Cu2CO3(OH)2.
Karakteristik tembaga berbeda jauh dibandingkan dengan logam alkali dalam hal reaktivitas
kimia tembaga reaktivitasnya sangat rendah, sementara alkali sangat tinggi, kerapatan tembaga
tinggi (9-19 g cm-3) sementara alkali sangat rendah (0,5-1,9 g cm -3), titik leleh tembaga diatas
1000°C sedangkan alkali sangat rendah (181 – 29°C).
Tembaga banyak digunakan dalam paduan logam (aloi) untuk berbagai kebutuhan manusia,
seperti kuningan (77% Cu, 23% Zn), perunggu (80% Cu, 10% Sn, 10% Zn), mata uang nikel (75%
Ni, 25% Cu), dan mata uang perak (92,5% Ag, 7,5% Cu).
Tembaga diperoleh melalui proses ekstraksi secara pirometalurgi atau hidrometalurgi.
Pirometalurgi memiliki keuntungan yaitu teknologinya telah dikenal pada berbagai pengolahan
logam dan relatif lebih cepat. Sedangkan kelemahannya adalah bijih perlu dipekatkan lebih
dahulu, banyak bahan bakar yang digunakan karena membutuhkan temperatur tinggi,
menghasilkan polutan bagi lingkungan (gas SO2 dari penggunaan bahan bakar batu bara).
Ekstraksi tembaga didahului pemekatan bijih dilanjutkan proses roasting pada kondisi udara
terbatas.
4 CuFeS2 (s) + 9 O2 (g) à 2 Cu2S (l) + 2 Fe2O3 (s) + 6 SO2 (g)
Tahap berikutnya adalah merubah besi(III) oksida menjadi terak beri(III) silikat dengan
penambahan pasir (SiO2).
2 Fe2O3 (s) + SiO2 (s) à Fe2(SiO3)3 (l)
terak/slag
Lelehan terak berada dipermukaan sehingga dapat dipisahkan dari lelehan tembaga (I) sulfida.
Tahap berikutnya perubahan tembaga(I) sulfide menjadi tembaga(I) oksida melalui penambahan
udara sampai Cu2S teroksidasi. Selanjutnya terjadi reaksi redoks pada campuran Cu 2S dan
Cu2O dan didapatkan logam Cu.
2 Cu2S (l) + 3 O2 (g) à 2 Cu2O (s) + 2 SO2 (g)
Cu2S (l) + 2 Cu2O (l) à 6 Cu (l) + SO2 (g)

Zink. Logam golongan 12 terdiri dari zink, cadmium dan merkuri/raksa. Senyawaannya tidak
berwarna (kecuali jika anionnya berwarna). Zink dan cadmium sangat reaktif dan bersifat lunak.
Logam zink bersifat amfoterik. Zink dan magnesium memiliki banyak kesamaan sifat karena
kedua logam memiliki konfigurasi ns2 dan sama-sama membentuk ion +2.
Tabel 13. Kesamaan sifat-sifat fisika zink dan magnesium
Karakteristik Zink Magnesium
Jari-jari ionik 74 pm 72 pm
Tingkat oksidasi +2 +2
Warna ion Tak berwarna Tak berwarna
Garam yang larut Klorida, sulfat Klorida, sulfat
Garam sukar larut Karbonat Karbonat
Senyawa XCl2 Kovalen, higroskopik Kovalen, higroskopik
Hidroksida Amfoterik Basa

Logam zink diperoleh dari ekstraksi bijih zink blende, ZnS. Ektraksi diawali dengan
pemanggangan biji di udara pada 800°C.
2 ZnS (s) + 3 O2 (g) 2 ZnO (s) + 2 SO2 (g)
Tahap kedua adalah reduksi menggunakan kokas pada 1400°C.
ZnO (s) + C (s) Zn (g) + CO (g)
Gas Zn yang terbentuk didinginkan dengan penyemprotan timbel. Lelehan zink dan timbel dapat
dipisahkan karena perbedaan kerapatan, kerapatan zink (7 g cm -3) lebih rendah dari timbel (11 g
cm-3).
Logam zink digunakan sebagai pelapis besi untuk mencegah korosi. Proses pelapisan melalui
proses elektrokimia (proses galvanisasi).
Anode : Zn (s) à Zn2+ (aq) + 2 e E° = +0,76 V
Katode : Fe2+ (aq) + 2 e à Fe (s) E° = -0,44 V
Senyawaan zink, seperti zink klorida digunakan sebagai fluks pada pengelasan dan bahan
pengawet kayu gelondongan. Zink oksida digunakan sebagai pigmen putih, filter dalam karet dan
sebagai komponen dalam enamels dan antiseptik. Senyawa organometalik dietilzink, Zn(C 2H5)2,
digunakan untuk pengawetan buku.
Identifikasi katio-kation unsur transisi. Kation-kation diidentifikasi dengan pereaksi tertentu
yang menghasilkan pengamatan khas melalui pembentukan endapan, kompleks berwarna, atau
dihasilkan gas.

Tabel 14. reaksi identifikasi beberapa kation unsur transisi


Kation Identifikasi
Cr3+ 1. Amonia, menghasilkan endapan gelatin abu-abu hijau sampai abu-abu biru.
Endapan sedikit larut dengan reagensia berlebih.
Cr3+ + 3NH3 + 3H2O --> Cr(OH)3 (s) + 2NH4+
Cr(OH)3 (s) + 6NH3 --> [Cr(NH3)6]3+ + 3OH-
Endapan Cr(OH)3 dapat dioksidasi dengan H 2O2 menjadi ion kromat, CrO42-, yang jika
direaksikan dengan Pb-asetat akan membentuk endapan kuning PbCrO4.
2+
Mn 1. Larutan NaOH, membentuk endapan yang mula-mula berwarna putih, dengan cepat
teroksidasi di udara menjadi coklat.
Mn2+ + 2OH- --> Mn(OH)2 (s)
2. Natrium bismutat, akan menghasilkan larutan permanganat yang berwarna ungu.
2Mn2+ + 5 NaBiO3 + 14H+ --> 2MnO4- + 5Bi3+ + 5Na+ + 7H2O
Fe3+ 1. Amonia, membentuk endapan coklat merah.
Fe3+ + 2OH- --> Fe(OH)3 (s)
2. Amonium tiosianat, membentuk kompleks berwarna merah tua. Sedangkan ion
besi(II) tidak bereaksi.
Fe3+ + 3SCN- --> Fe(SCN) (aq)
Fe2+ + 2SCN- --> (tidak bereaksi)
2+
Co 1. Amonia, membentuk endapan garam basa yang dapat larut dalam reagensia
berlebih.
Co2+ + NH3 + H2O + NO3- --> Co(OH)NO3 (s) + NH4+
Co(OH)NO3 (s) + NH3 --> [Co(NH3)6]2+ + H+
2. Kalium nitrit, akan membentuk endapan kuning kalium heksanitritokobaltat(III).
Co2+ + 7NO2- + 2H+ + 3K+ --> K3[Co(NO2)6] (s) + NO (g) + H2O
Ni2+ 1. Amonia, membentuk endapan hijau yang dapat larut dalam reagensia berlebih.
Ni2+ + 2NH3 + 2H2O --> Ni(OH)2 (s) + 2NH4+
Ni(OH)2 (s) + 6NH3 --> [Ni(NH3)6]2+ + 2OH-
2. Dimetilglioksima (C4H8O2N2), akan membentuk endapan merah nikel
Kation Identifikasi
dimetilglioksima.
2+
Cu 1. Hidrogen sulfida, akan membentuk endapan hitam.
Cu2+ + H2S --> CuS (s) + 2H+
2. Natrium hidroksida, akan membentuk endapan biru tembaga(II)hidroksida yang
tidak dapat larut dalam reagensia berlebih.
Cu2+ + 2OH- --> Cu(OH)2 (s)
Zn2+ 1. Hidrogen sulfida, menghasilkan endapan zink sulfidaberwarna hitam
Zn2+ + H2S --> ZnS(s) + 2H+
2. Amonia, menghasilkan endapan putih. Endapan dapat larut dengan adanya
amonium klorida
Zn2+ + 2NH3 + 2H2O --> Zn(OH)2 (s) + 2NH4+
Zn(OH)2 (s) + 2NH3 --> [Zn(NH3)4]2+ + 2OH-

G. Unsur Nitrogen dan Senyawanya


Nitrogen adalah salah satu unsur golongan 15 atau V A periode 2, dan blok p yang
merupakan unsur nonlogam dan gas yang paling banyak di atmosfer bumi. Nitrogen terdapat
dalam bentuk unsur bebas di udara (78% volume), sebagai ammonia yang berasal dari senyawa –
senyawa nitrogen, serta dalam beberapa mineral, seperti kalium nitrat. Nitrogen merupakan unsur
yang relatif stabil, tetapi membentuk isotop – isotop yang 4 diantaranya bersifat radioaktif.

Sifat Fisika. Nitrogen merupakan gas yang tidak berbau dan tidak berwarna. Titik leleh nitrogen
sebesar -210oC, sedangkan titik didihnya sebesar -195oC. Massa jenis gas nitrogen (N2) adalah
0,001145 g/mL, titik leburnya 63,15 K, titik didih 77,36 Kdan titik kritisnya 126,21 K.

Sifat Kimia. Gas nitrogen termasuk kedalam gas yang inert (tidak reaktif ).Dalam keadaan
bebas, nitrogen merupakan molekul diatomik dengan ikatan kovalen rangkap 3.Kestablian
molekul nitrogen didukung oleh besarnya energi disosiasi ikatan.
N2(g) ---→ 2N(g) ∆H= +944 kJ/mol
Pada suhu rendah, hanya logam litium yang dapat bereaksi dengan nitrogen, namun tidak dengan
unsur lain,.
N2(g) + 6Li(s) ---→ 2Li3N(s)
Pada suhu tinggi, dapat bereaksi dengan beberapa logam alkali dan alkali tanah, oksigen dan
hidrogen.
6Na(s) + N2(g) ---→ 2Na3N (s)
6Ca(s) + 2N2(g) ---→ 2Ca3N2(s)
N2(g) + O2(g) ---→ 2NO(g)
N2(g) + 3H2(g) ---→ 2NH3(g)

Cara Memperoleh Nitrogen di laboratorium. Untuk mendapatkan gas nitrogen murni dalam
jumlah sedikit, dapat dilakukan reaksi di laboratorium. Beberapa reaksi yang menghasilkan
nitrogen, antara lain sebagai berikut:
3CuO(s) + 2NH3(g) --→ 3Cu(s) + 3H2O(l) + 2N2(g)
NaNO2(s) + NH4Cl(s) --→ NaCl(s) + 2H2O(l) + N2(g)
(NH4)2Cr2O7(s) --→ Cr2O3(s) + 4H2O(l) + N2(g) (dengan panas)
2NH4NO3(s) --→ 4H2O(l) + O2(g) + 2N2(g) ( dengan panas)

Pembuatan Nitrogen di industri. Pada skala industri, gas nitrogen diambil dari udara melalui
distilasi (penyulingan) udara cair. Mula-mula, udara dibersihkan dari debu dan partikel padat
lainnya. Udara yang sudah bebas debu dialirkan melalui KOH atau NaOH untuk menghilangkan
gas CO2 dan uap air didalamanya. Selain itu, untuk mengikat uap air, udara juga dapat dialirkan
melalui kristal CaCl2. Udara kering yang bebas dari CO2 dimampatkan dalam ruangan
menggunakan kompresor dengan tekanan 200 atm. Sambil didinginkan,udara dilepas dalam ruang
yang bertekanan 20 atm sehingga udara akan mencair.Udara cair kemudian dinaikan suhunya
secara bertahap sehingga akan menguap. Gas N2 akan menguap pada suhu sekitar -196oC,
kemudain dikompresi untuk dicairkan kembali menjadi nitrogen cair dan disimpan pada tabung
Dewar. Pada suhu sekitar -183oC, oksigen akan menguap. Uap tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam kompresor pendingin untuk dicairkan kembali dan disimpan sebagai oksigen cair.

Senyawa-senyawa Nitrogen dan Manfaatnya. Nitrogen dapat membentuk berbagai senyawa


dengan tingkat oksidasi bervariasi dari -3 sampai +5.
Tabel 15. Berbagai senyawa nitrogen dan bilangan oksidasinya

Senyawa Nama Biloks nitrogen


NH3/ NH4+ Amonia / ion amonium -3
N2H4 Hidrazin -2
NH2OH Hidroksilamin -1
N2 Nitrogen 0
Senyawa Nama Biloks nitrogen
N2O Dinitrogen oksida +1
NO Nitrogen monoksida +2
N2O3 / NO2– Dinitrogen trioksida / nitrit +3
Nitrogen dioksida / dinitrogen
NO2 / N2O4 +4
tetraoksida
N2O5 / NO3– Dinitrogen pentaoksida/ nitrat +5

Amonia (NH3)
Sifat fisika Amonia. Pada suhu kamar merupakan gas tidak berwarna; titik didihnya -33,4 oC; titik
bekunya -77,8oC;dan membentuk krital putih. Berbau khas menyengat dan beracun,
menimbulkan iritasi pada mata, mual dan dapat merusak paru-paru hingga menimbulkan
kematian. Gas amonia mudah larut dalamair (1.300 liter gas amonia dapat larut dalam satu liter
air). Larutan gas amonia membentuk larutan basa amonium hidroksida (NH4OH).

Sifat kimia Amonia. Amonia dapat membentuk ikatan hidrogen antarmolekul.Cukup stabil, tetapi
dapat terurai menjadi gas nitrogen dan hidrogen jika dipanaskan dengan katalis (1), mudah
terbakar di udara (2), Larut dalam air membentuk basa lemah (3), bereaksi dengan halogen (5)
dan logam alkali (6).
2NH3(g) --→ N2(g) + 3H2(g) (1)
4NH3(g) + 3O2(g) --→ 2N2(g) + 6H2O(l) (2)
NH3(g) + H2O(l) ↔ NH4+(aq) + OH–(aq) (3)
8NH3(g) + 3Cl2(terbatas) --→ 6NH4Cl(g) + N2(g) (4)
NH3(g) + 3Cl2(berlebih) --→ NCl3(g) + 3HCl(g) (5)
2Na(s) + 2NH3(g) --→ 2NaNH2(s) + H2(g) (6)

Pembuatan amonia. Dalam skala industri, amonia dibuat melalui proses Haber Bosch dengan
mereaksikan gas nitrogen dan hidrogen menggunakan katalis Pt-Rh. Gas hidrogen diperoleh dari
reaksi antaragas metana dengan uap air, sedangkan gas nitrogen diperoleh dari ditilasi udara cair.
Kedua proses itu berjalan bersama dalam satu proses dan hasilnya merupakan larutan amonia
pekat. Diperkirakan, sekitar 131 juta metrik ton amonia diproduksi di dunia untuk keperluan
berbagai macam industri.Kegunaan amonia antara lain bahan peledak (garam nitrat, azida,
dinamit, garam amonium), plastik (nitroselulosa, formaldehida,melamin),industri kertas
(amonium bisulfit), pupuk (ZA, urea, amonium nitrat), bahan pendingin dari lemari es dan bahan
pembersih asam (karena amonia bersifat basa).

Hidrazin
Hidrazin merupakan senyawa hidrida nitrogen selain amonia dengan rumus N2H4. Hidrazin
merupakan senyawa tidak berwarna dengan titik leleh 2oC dan titik didih 114oC. Pada suhu kamar,
hidrazin merupakan zat cair dan berbau seperti amonia.
Hidrazin bersifat basa yang lebih kuat daripada amonia; dapat menarik ion H+ menjadi N2H5+ dan
N2H62+; serta merupakan reduktor kuat yang dapat bereaksi eksotermis dengan gas oksigen.
N2H4(l) + O2(g) --→ N2(g) + 2H2O(l) ∆H= -666,6 kJ/mol
Salah satu senyawa hidrazin yang cukup dikenal adalah metilhidrazin ((CH 3)N2H3). Campuran
metilhidrazin dengan N2H4 digunakan sebagai bahan bakar roket atau bahan peledak jenis high
explosive. Pemanfaatan hidrazin lainnya adalah sebagai bahan pemicu timbulnya gas pada
kantung udara (airbag) mobi, bahan pembantu pada sintesis polimer (plastik, serat kain), dan
sebagai bahan antara pada insdustri farmasi.

Oksida nitrogen
Nitrogen dapat membentuk berbagai macam oksida. Beberapa oksida nitrogen ada yang stabil dan
ada yang tidak stabil. Tabel dibawah menunjukan beberapa oksida nitrogen dan sifat-sifatnya.
Tabel 16. Oksida Nitrogen dan Sifatnya

Nama dan Rumus


Sifat-sifat
Molekul
Dinitrogen oksida, Gas tidak berwarna, berbau khas, dan dapat merangsang syaraf
N2O tertawa sehingga dikenal sebagai ‘gas selak’
Nitrogen Gas tidak berwarna, relati stabil, dapat bergabung membentuk
monoksida, NO N2O4, dan tidak bereaksi dengan air (oksida indiferen)
Cairan biru yang stabil di suhu rendah. Pada suhu tinggi terurai
Dinitrogen
menjadi NO dan NO2. Cairan ini sangat beracun dan dapat larut
trioksida, N2O3
dalam air membentuk HNO2.
Nitrogen dioksida, Gas kuning – coklat, larut dalam air membentuk HNO 2 dan HNO3,
NO2 serta sangat beracun.
Dinitrogen Gas tidak berwarna, sangat beracun, korosi, mudah terurai
Nama dan Rumus
Sifat-sifat
Molekul
tetraoksida, N2O4 membentuk NO2, bereaksi dengan air membentuk HNO2 dan HNO3
Dinitrogen Zat padat tidak berwarna, mudah menyublim serta larut dapat
pentaoksida, N2O5 bereaksi dengan air membentuk HNO3

Senyawa N2O dapat dibuat dengan memanaskan amonium nitrat pada suhu sekitar 170oC.
NH4NO3(s) --→ N2O(g) + 2H2O(l) (disertai pemanasan)
Pada pemanasan, gas N2O terurai menghasilkan nitrogen dan oksigen. Oleh karena itu, gas N 2O
dikenal sebagai gas nitro-booster pada mobil untuk meningkatkan kecepatan (akselerasi).
N2O(g) --→ N2(g) + 1/2O2(g)
Gas nitrogen monoksida (NO) terbentuk di udara akibat adanya petir sehingga gas N 2 dan O2 di
udara bereaksi.
N2(g) + O2(g) --→ 2NO(g)
Selain itu, gas NO juga dapat disintesis di laboratorium dengan mereaksikan logam tembaga
dengan asam nitrat encer.
3Cu(s) + 8HNO3(aq) --→ 3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l)
Senyawa N2O3 dihasilkan dari reaksi antara NO dan NO2 pada suhu -21oC.
NO(g) + NO2(g) --→ N2O3(g)
Jika N2O3 direaksikan dengan NaOH, akan terbentuk natrium nitrit.
N2O3(g) + 2NaOH(s) --→ 2NaNO2(s) + H2O(l)
Nitrogen dioksida (NO2) dapat terbentuk di udara dan di dalam mesin kendaraan sebagai hasil
reaksi antara gas NO dengan O2.
NO(g) + ½ O2(g) → NO2(g)
Di laboratorium, gas NO2 dihasilkan dari reaksi antara logam misalnya Cu, dengan asam nitrat
pekat.
Cu(s) + 4HNO3(l) → Cu(NO3)2(aq) + 2H2O(l) + 2NO2(g)
Gas NO2 dapat bergabung membentuk dimer menjadi N2O4 yang tidak berwarna. Senyawa N2O4
yang diperoleh dari NO2 dimanfaatkan sebagai bahan bakar roket (propeler) jika dicampurkan
dengan hidrazin.
2NO2(g) ↔ N2O4(g)
Senyawa N2O5 dibuat dengan cara dehidrasi asam nitrat dengan P2O5 atau P4O10.
6HNO3(aq) + P2O5(s) → 3N2O5(g) + 2H3PO4(aq)
Asam nitrat dan garam nitrat. Asam nitrat dan garam nitrat merupakan salah satu senyawa
nitrogen yang penting dalam industri kimia. Asam nitrat dibuat melalui proses Ostwald karena
pertama kali dilakukan oleh Friedrich Ostwald pada tahun 1908. Bahan baku pada proses Ostwald
adalah amonia yang dibakar dengan oksigen untuk menghasilkan gas NO. Selanjutnya, gas NO
yang terbentuk direaksikan lagi dengan oksigen untuk membentuk gas NO2.
4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(l)
2NO(g) + O2(g) → 2NO2(g)
Gas NO2 yang terbentuk direaksikan dengan air untuk menghasilkan asam nitrat pekat, HNO3.
3NO2(g) + H2O(l) → 2HNO3(aq) + NO(g)
Asam nitrat merupakan asam kuat dan bersifat sebagai oksidator kuat. Campuran 1 bagian volume
asam nitrat pekat dengan 3 bagian volume asam klorida pekat dikenal dengan air raja (aqua regia)
yang dapat melarutkan logam mulia seperti emas atau platina.
2Au(s) + 2HNO3(aq) + 6HCl(aq) → 2AuCl3(aq) + 4H2O(l) + 2NO(g)
3Pt(s) + 4HNO3(aq) + 12 HCl(aq) → 3PtCl4(aq) + 8H2O(l) + 4NO(g)
Garam nitrat banyak dimanfaatkan untuk pupuk tanaman karena sifatnya yang mudah larut dalam
air dan mudah diserap tanaman. Garam nitrat yang banyak diproduksi untuk pupuk adalah garam
nitrat dari amonium (NH4NO3), natrium (NaNO3), Kalium (KNO3), dan kalsium (Ca(NO3)2).
Garam nitrat pada petasan dan kembang api yaitu Ca(NO3)2-merah, Ba(NO3)2-hijau, Sr(NO3)2-
merah ungu, NaNO3-kuning, KNO3-ungu. Garam nitrat untuk bahan baku roket NaNO3, KNO3,
NH4NO3.Sselain itu natrium nitrat digunakan untuk glasir pada industri keramik, dan sebagian
kecil digunakan untuk pengawet daging (curing).

H. Unsur Fosfor dan Senyawanya


Fosfor adalah unsur dalam sistem periodik yang memiliki simbol P dengan nomor atom 15.
Fosfor merupakan unsur non logam, bervalensi banyak, termasuk golongan 16 (atau VA), banyak
ditemui dalam batuan fosfat anorganik dan dalam semua sel hidup tetapi tidak pernah ditemui
dalam bentuk unsur bebasnya. Fosfor sangat reaktif, memancarkan pendar cahaya yang lemah
ketika bergabung dengan oksigen karena mengalami fosforesens, ditemukan dalam berbagai
bentuk, dan merupakan unsur penting dalam makhluk hidup.

Sifat Fisika. Fosfor terdapat dalam 3 alotrop fosfor merah, fosfor putih, fosfor hitam. Berwujud
padat dengan titik didih 550 K (2770C), titik leleh 317,3 K (44,20C), massa jenis 2,34
g/cm3(fosfor merah), 1,823 g/cm3(fosfor putih), 2,609 g/cm3(fosfor hitam), energi ionisasi1011,8
kj/mol(fosfor putih), fosfor putih mudah menguap dan larut dalam pelarut nonpolar benzena
sedangkan fosfor merah tidak larut dalam semua pelarut.

Sifat Kimia. Fosfor putih bersifat sangat reaktif, memancarkan cahaya, mudah terbakardi udara,
beracun. Fosfor putih digunakan sebagai bahan baku pembuatanasam fosfat di industri. Jika fosfor
putih dipanaskan sampai suhu 2500C berubah menjadi fosfor merah. Fosfor merah bersifat tidak
reaktif, kurang beracun. Fosfor merah digunakan sebagai bahan campuran pembuatan pasir halus
dan bidang gesek korek api. Fosfor merah tidak beracun. Tetapi sewaktu waktu, dengan perlakuan
atau keadaan tertentu, fosfor merah dapat kembali menjadi fosfor putih. Jadi penanganan terhadap
dua alotropi fosfor ini harus hati hati.

Siklus Fosfor di Alam. Fosfor dapat ditemukan di bumi di dalam air, tanah dan sedimen. Tidak
seperti senyawa materi lain, fosfor tidak dapat ditemukan di udara yang mempunyai tekanan
tinggi. Hal ini karena fosfor biasanya cair pada suhu dan tekanan normal. Hal ini terutama
melakukan siklus kembali melalui air, tanah dan sedimen. Dalam suasana siklus fosfor terutama
dapat ditemukan sebagai partikel debu yang sangat kecil, bergerak perlahan-lahan dari endapan di
darat dan di sedimen, organisme hidup, dan jauh lebih lambat daripada kembali ke air dan
sedimen. Siklus fosfor merupakan paling lambat, Fosfor yang paling sering ditemukan dalam
formasi batuan sedimen dan laut sebagai garam fosfat. Garam fosfat yang dilepaskan dari
pelapukan batuan melalui tanah biasanya larut dalam air dan akan diserap oleh tanaman.
Karena jumlah fosfor dalam tanah pada umumnya kecil, sering kali faktor pembatas bagi
pertumbuhan tanaman. Itu sebabnya manusia sering menggunakan fosfat sebagai pupuk pada
tanah pertanian. Fosfat juga faktor-faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman di ekosistem laut,
karena mereka tidak begitu larut dalam air. Hewan menyerap fosfat dengan makan tumbuhan atau
binatang pemakan tumbuhan Siklus fosfor melalui tanaman dan hewan jauh lebih cepat daripada
yang dilakukannya melalui batu dan sedimen. Ketika hewan dan tanaman yang mati, fosfat akan
kembali ke tanah atau lautan lagi selama pembusukan.
Setelah itu, fosfor akan berakhir di formasi batuan sedimen, tetap di sana selama jutaan
tahun. Akhirnya, fosfor yang dilepaskan kembali melalui pelapukan dan siklus dimulai lagi.

Reaksi Kimia Fosfor. Fosfor putih sangat reaktif sehingga dapat bereaksi dengan zat lain seperti
rekasi dengan oksigen di udara membentuk senyawa difosfor pentaoksida (1), reaksi oksida fosfor
dengan air menghasilkan asam fosfit (2) dan fosfat (3), reaksi dengan gas klorin menjadi fosfor
triklorida (4) dan reaksi lebih lanjut dengan gas klor berlebih membentuk fosfor pentaklorida (5).
P4 (g) + 4O2 (g) à 2P2O5 (s) (1)
P2O4 (s) + 3H2O (l) à 2H3PO3 (aq) (2)
P2O5 (s) + 3H2O (l) à 2H3PO4 (aq) (3)
P4 + 6Cl2 ===> 4PCl3 (4)
PCl3 + Cl2 ===> PCl5 (5)

Pembuatan fosfor putih. Produksi unsur fosfor adalah dengan proses electrothermal dan
membutuhkan energi sekitar 14 MWh per satu ton fosfor. Pembangkit listrik tenaga air yang
relatif murah digunakan untuk menekan biaya produksi. Mineral fosfor yang penting adalah
fluoroapatit, 3Ca3(PO4)2CaF2 dikenal sebagai ‘batu fosfat’. Mineral ini mengandung pengotor
seperti kalsium dan magnesium karbonat, besi (lll) oksida, aluminium oksida, dan silika. Tahap
ekstraksi melalui pemanasan mineral dalam tungku. Mula-mula batuan fosfat dipanaskan dalam
oven (calciner berputar) yang akan menghasilkan gabungan partikel kecil untuk membentuk
nodul keras yang dibutuhkan untuk operasi tungku yang memuaskan. Tungku, berisi tiga
elektroda karbon vertikal, dicampur dengan campuran arang, pasir dan batuan fosfat dalam rasio
massa, biasanya, 16: 30: 100. Sebuah tungku modern memiliki diameter sekitar 12 m dan 8 m
tinggi dan dapat menghasilkan 30 000 ton fosfor pertahun. Reaksi pembuatan fosfor dapat
dituliskan sebagai berikut:

slag
Fosfor gas dan karbon monoksida, dari atas tungku, dilewatkan ke dalam semprotan air pada
suhu 343 K. Sebagian fosfor (titik leleh 317 K) mengembun setelah dikondensasi. Karbon
monoksida dimanfaatkan baik dibakar atau didaur ulang sebagai sumber bahan bakar. Hal ini
dapat digunakan dalam proses produksi untuk penyusunan nodul dari batuan fosfat, atau dalam
beberapa kasus dijual kepada produsen listrik lokal.
Kalsium silikat slag cair dan paduan besi dan fosfor, yang dikenal sebagai ferrofosforus
dihilangkan secara terpisah dari dasar tungku. Ferro-fosfor dapat ditambahkan ke lembaran baja
untuk mencegah pelekatan lembaran atau ditambahkan ke besi untuk meningkatkan tingkat
kekerasan. Hal ini dapat meningkatkan machineability pada baja tertentu. Fosfor putih terbakar
secara spontan di udara, oleh karena itu disimpan di bawah air hangat sebagai lapisan cair yang
lebih rendah. Selama penyimpanan, campuran fosfor, air, padatan terakumulasi pada permukaan
air dan ini disebut ‘lumpur fosfor’ yang bisa baik dipompa kembali ke tungku untuk pemulihan
fosfor atau disuling untuk memisahkan ’lumpur’ dengan destilasi. ‘Phossy air’ yang timbul dari
kondensor dapat berisi unsur fosfor yang terlarut dan tersuspensi, serta fosfor oxy-asam, asam
heksaafluorosilicic, amonia, dan silika. air Phossy dinetralkan dengan kapur (kadang-kadang
amonia), menngendap, dan kemudian ditambahkan dengan klorin untuk menghilangkan sisa
sisa fosfor. Fosfor diangkut dalam tangki di bawah air, atau di bawah nitrogen, tangki dipanaskan
oleh pipa air panas.

Pembuatan fosfor merah. Fosfor merah, tidak seperti fosfor putih, tidak spontan mudah
terbakar, meskipun mudah tersulut. Fosfor merah dibuat dari fosfor putih yang dijalankan dari
tangki penyimpanan ke dalam panci baja (dalam kondisi tersimpan di bawah lapisan air). Sebuah
penutup yang dilengkapi dengan pipa pengaman, terpasang erat dan panci dipanaskan pada
suhu 550 K selama 3 sampai 4 hari. Air keluar sebagai uap melalui pipa pengaman dan uap fosfor
yang keluar dapat dicegah dengan sistem refluks kondensasi. Setelah 48 jam suhu dinaikkan
menjadi 673 K, ketika sebagian besar fosfor putih tidak berubah maka dilakukan penyulingan
(titik didih 553 K). Fosfor merah yang dihasilkan disimpan dalam kondisi basah (bubur fosfor
merah), selanjutnya sebagian besar air didekantasi, dengan penambahan natrium karbonat. Pada
keadaan mendidih, fosfor putih yang tersisa dihancurkan. Akhirnya, fosfor merah diambil dan
disimpan dalam vakum kering.

Gambar 8. Bubuk fosfor merah

Penggunaan fosfor. Batuan fosfat digunakan untuk membuat pupuk. Pupuk sintetis yang
digunakan petani modern saat ini mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium, tiga elemen penting
untuk tanaman tumbuh. Fosfor dan senyawanya memiliki kegunaan lain. Misalnya, senyawa yang
dikenal sebagai fosfor pentasulfide (P2S5) dan fosfor sesquisulfide (P4S3) digunakan untuk
membuat kayu dan kertas korek api biasa. Senyawa ini melapisi ujung korek api. Ketika korek
api tergores di permukaan, fosfor pentasulfide atau fosfor sesquisulfide pecah dan terbakar. Ia
terbakar oleh bahan kimia lainnya pada kepala korek. Senyawa fosfor lain dengan sejumlah
kegunaan adalah fosfor oksiklorida (POCl3). Senyawa ini digunakan dalam pembuatan aditif
bensin, dalam produksi beberapa jenis plastik, sebagai agen tahan api, dan dalam pembuatan
transistor untuk perangkat elektronik.

Gambar 9. Kepala Korek Api Terbuat dari Fosfor

I.Unsur Oksigen dan Senyawanya


Oksigen membentuk molekul diatom (O2) dan molekul triatom (ozon, O3). Di antara
unsur-unsur golongan 16 atau VI A, hanya oksigen yang berwujud gas pada suhu kamar. Oksigen
merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa, dan unsur paling
melimpah di kerak Bumi. Sebagai unsur bebas (O2) terdapat dalam udara, yaitu kira-kira 21%volume
udara. Unsur golongan VI A ini, sangat penting bagi proses pernafasan makhluk hidup. Oksigen
lebih banyak berada dalam keadaan senyawanya daripada sebagai unsur bebas. Oksigen terdapat
dalam senyawa organik seperti protein, karbohidrat, dan lemak, dan dalam senyawa anorganik
yang terdapat pada mineral karbonat, sulfat dan oksida.

Sifat Fisika. Oksigen berbentuk gas ini tidak berwarna, tidak berbau dan dan lebih ringan dari
udara, titik didih -183oC, kerapatan 1,429 g/cm3, titik beku -219oC pada tekanan 1 atm. Energi
ionisasi pertama oksigen 1316 kj/mol sedangkan energi ionisasi kedua sebesar 3396 kJ/mol.
Keelektronegatifan oksigen dalam skala pauling sebesar 3,5 atau unsur dengan keelektronegatifan
terbesar kedua setelah unsur flour (4,0).

Sifat Kimia. Ada tiga isotop oksigen yang terdapat di alam 16O (99,76%), 17O (0,04%), dan 18O
(0,2%). Pada Temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen,
yaitu senyawa gas diatomik dengan rumus O2. Oksigen mudah bereaksi dengan berbagai
unsur,bahkan tanpa ada unsur lain jika di dunia ini memiliki kadar oksigen berlebih, oksigen akan
mudah menimbulkan kebakaran meski api sekecil apapun.
Pembuatan gas oksigen. Oksigen dapat dibuat secara laboratorium dengan rekasi termal
menggunakan bahan-bahan yang banyak mengandung oksigen seperti KMnO4, KClO3, atau
KNO3.
2KMnO4 (s) --> K2MnO4 (s) + MnO2 (s) + O2 (g)
2KClO3 (s) --> 2KCl (s) + 3O2 (g)
2KNO3 (s) --> 2KNO2 (s) + O2 (g)
Oksigen juga dapat dihasilkan dari reaksipenguraian katalitik hidrogen peroksida.
2H2O2 (l) --> 2H2O (l) + O2 (g)
Pembuatan oksigen secara industri, dapat melalui proses distilasi udara cair (komposisi oksigen
sekitar 21% dalam udara) atau sumber terbesar kedua adalah air (H 2O), melalui proses elektrolisis
air menghasilkan gas oksigen dan gas hidrogen.
Katoda (reduksi) : 4H2O (l) + 4e- --> 2 H2 (g) + 4OH- (aq) E = -0,83 V
Anoda (oksidasi) : 2H2O (l) --> O2 (g) + 4H+ (aq) + 4e- E = -0,40 V
2H2O (l) --> 2H2 (g) + O2(g)
Senyawa oksigen. Oksigen dapat bersenyawa dengan unsur logam maupun non logam lainnya
membentuk oksida. Terdapat enam macam oksida yaitu :
(1) Oksida asam, oksida yang terbentuk dari unsur nonlogam atau unsur logam bervalensi tinggi
seperti Cr(VI). Oksida asam menghasilkan ion H+ saat bereaksi dengan air (bersifat asam).
SO3 (g) + H2O(l) --> H2SO4 (aq)
CO2 (g) + H2O(l) --> H2CO3 (aq)
CrO3 (g) + H2O(l) --> H2CrO4 (aq)
(2) Oksida basa, suatu oksida yang bereaksi dengan air membentuk basa. Umumnya oksida ini
terbentuk pada unsur logam alkali dan alkali tanah.
CaO (s) + H2O(l) --> Ca(OH)2(aq)
Na2O (s)+ H2O(l) --> 2NaOH (aq)
(3) Oksida amfoter. Oksida yang dapat bereaksi dengan asam maupun basa, contoh ZnO, Al2O3,
H2O, BeO.
ZnO (s) + 2HCl (aq) --> ZnCl2 (g) + H2O (l)
ZnO (s) + 2OH- (aq) + H2O (g) --> Zn(OH)42- (aq)
(4) Oksida netral. Oksida ini tidak dapat bereaksi dengan asam maupun basa, contoh : CO, NO
dan N2O.
(5) Peroksida. Suatu senyawa oksida dengan bilangan oksidasi oksigen -1, contoh : H2O2, BaO2.
(6) Superoksida. Senyawa oksida dengan bilangan oksidasi oksigen -1/2, contoh :RbO2, CsO2.
Kegunaan Oksigen. Oksigen merupakan kebutuhan vital bagi makhluk hidup di bumi baik untuk
sistem pernafasan dan mendukung fungsi seluruh sel-sel tubuh manusia dan makhluk hidup.
Udara yang diperkaya dengan oksigen lazim digunakan dalam peralatan oksigen untuk peranti
pernapasan di rumah sakit, pesawat terbang, tambang, alat bantu menyelam dan kapal selam. Oksi
gen membantu proses pembakaran yang terjadi baik secara alami maupun pada mesin dan peralat
an. Syarat terjadinya pembakaran ada tiga komponen penting, yaitu sumber panas, bahan bakar
serta oksigen. Maka oksigen membantu proses pembakaran bahan bakar pada pesawat, roket dan
kendaraan lainnya. Oksigen murni yang digunakan secara bersamaan dengan gas asitilena untuk
mengelas. Pada industri baja, oksigen murni dalam jumlah yang besar digunakan untuk
membakar kelebihan arang dari dalam lelehan besi dalam pabrik baja.

J. Unsur Belerang dan Senyawanya


Belerang atau sulfur (S) masih satu golongan dengan oksigen yaitu golongan 16 atau VI A.
belerang ditemukan sebagai unsur bebas maupun sebagai bijih sulfida, FeS 2, PbS, ZnS atau
sebagai sulfat CaSO4.2H2O dan MgSO4.7H2O. Belerang dapat ditemukan pada lapisan tanah di
kedalaman kurang lebih 150 m sehingga penambangan belerang berbeda dari unsur lainnya.

Sifat Fisika. Kristal belerang merupakan molekul S8 yang berbentuk cincin belerang. Kristalnya
mempunyai dua alotropi, yaitu kristal monoklin dan kristal rhombis, yang berada dalam keadaan
setimbang pada suhu 96oC. Peristiwa ini disebut juga dengan enantiotropi, yaitu dua bentuk
kristal alotropi yang berada dalam keadaan setimbang.
S8(monoklin) ↔ S8(rhombis) ( pada suhu 96oC)
Pada pemanasan belerang, mula-mula akan terbentuk cairan kuning yang jernih. Pada peristiwa
ini, terjadi pembukaan cincin S8 menjadi rantai terbuka. Jika pemanasan dilanjutkan, warna
cairan akan menjadi semakin coklat dan kental karena adanya penggabungan rantai-rantai tersebut
menjadi molekul raksasa. Pada suhu yang sangat tinggi, rantai raksasa tersebut akan terpotong
menjadi S4. Uap belerang pada suhu rendah merupakan molekul S8, tetapi pada suhu tinggi akan
berubah menjadi S2 seperti oksigen.
Sifat Kimia. Belerang hanya memerlukan dua elektron lagi untuk mencapai konfigurasi s 2p4 dari
gas mulia. Jika belerang bereaksi dengan logam maka belerang bertindak sebagai penerima
elektron. Belerang mudah bereaksi dengan semua unsur kecuali emas, platinum dan gas mulia.
Belerang bereaksi lebih kuat dengan logam (1), reaksi dengan nonlogam (2) seperi karbon,
oksigen dan halogen membentuk belerang monoklorida, dan belerang heksa fluorida, serta reaksi
dengan hidrogen .
Fe(s) + S(s) → FeS(s)
C(s) + S(s) → CS2(s)
S (s) + O2 (g) à SO2 (g)
S (s) + O2 (g) à SO3 (g)
S (s) + Cl2 (g) à SCl (g)
S (s) + Cl2 (g) à SF6 (g)
H2(g) + S(s) → H2S(g)
Belerang dapat diperoleh secara langsung di kawah gunung atau dari deposit belerang di
bawah tanah dengan cara Frasch yaitu dengan memompakan air super panas bertekanan tinggi
(pada kondisi tekanan tinggi ini, air dibuat bersuhu sekitar 147oC) sehingga belerang meleleh
(titik leleh belerang 120oC). Adanya tekanan tinggi mengakibatkan lelehan belerang keluar
melalui pori-pori tanah dan membeku di permukaan tanah.
Belerang juga dapat dipisahkan dari hidrokarbon (gas alam) yang mengandung H2S dalam
kadar tinggi. Sebagai contoh, di Kanada terdapat sumber gas alam yang mengandung H 2S 30%.
Belerang dari gas alam diperoleh dengan cara mereaksikan gas H 2S tersebut dengan gas SO2 yang
diperoleh dari pembakaran belerang di udara.
S(g) + O2(g) → SO2(g)
2H2S(g) + SO2(g) → 3S(s) + 2H2O(l)

Senyawaan sulfur. Asam sulfat merupakan salah satu senyawa sulfur yang banyak digunakan
dalam industri. Proses pembuatan asam sulfat akan dilakukan dengan dua cara, yaitu proses kamar
timbal / bilik timbal dan proses kontak.
Proses kamar timbal / bilik timbal saat ini sudah mulai ditinggalkan karena secara ekonomis
hasilnya kurang menguntungkan, sebab hanya dihasilkan H2SO4 berkadar maksimum 77%.
Sementara itu pada proses kontak, dapat diperoleh H2SO4 dengan kadar 98-99%. Perbedaan utama
dari kedua proses tersebut adalah pada penggunaan katalisator, dimana pada proses kamar timbal
digunakan uap nitrosa (NO dan NO2), sedangkan pada proses kontak digunakan katalisator
vanadium (V )oksida, V2O5.
Tiga langkah utama dalam proses kontak, yaitu:
(1) Pembakaran belerang menajdi belerang dioksida.
S(s) + O2(g) → SO2(g)
Gas SO2 juga dapat diperoleh dari proses pengolahan tembaga.
(2) Oksidasi SO2 menjadi SO3.
2SO2(g) + O2(g) ↔ 2SO3(g) ∆H = -196,6 kJ/mol
(3) Reaksi SO3 dengan air menjadi H2SO4.
SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq)
Proses yang paling menentukan adalah proses yang kedua karena reaksi tersebut menyangkut
kesetimbangan yang perlu penanganan khusus agar hasilnya optimum dan tidak terurai kembali.
Untuk meningkatkan produksi, laju pembentukan gas SO3 merupakan hal yang penting. Oleh
karena itu, perlu ditinjau asas Le Chatelier dari reaksi kesetimbangan tersebut. Reaksi (2)
merupakan reaksi eksoterm yang menyangkut perubahan 2 mol gas SO 2 dengan 1 mol gas
O2menjadi 3 mol SO3 sehingga hasilnya akan maksimum jika:
(1) Tekanan diperbesar
Reaksi akan bergeser ke kanan jika tekanannya dinaikkan. Pada kenyataannya reaksi ini dapat
berlangsung dengan baik pada tekanan 1 atmosfer (1 atm). Kenaikan tekanan menyebabkan
kenaikan jumlah produk yang kurang berarti dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
Oleh karena itu, proses kontak dilakukan pada tekanan 1 atm.
(2) Reaksi berlangsung pada suhu rendah
Reaksi (2) akan bergeser ke kanan jika suhu diturunkan. Akan tetapi, jika suhu diturunkan
reaksi akan berjalan lambat. Hal ini sesuai dengan azas laju reaksi, ketika suhu semakin turun,
reaksi akan berlangsung semakin lambat. Untuk mengatasi hal ini, maka ditambahkan katalis
V2O5. Penambahan katalis menyebabkan jalannya reaksi berubah, tetapi dengan energi
pengaktifan lebih rendah.
Tahap 1: SO2(g) + V2O5(s) → SO3(g) + V2O4(s)
Tahap 2: V2O4(s) + ½ O2(g) → V2O5(s)
Reaksi total : SO2(g) + ½ O2(g) → SO3(g)
Proses reaksi SO3 dengan air berlangsung eksoterm sehingga suhu dalam proses reaksi akan naik.
Kenaikan suhu mengakibatkan gas SO3 terurai kembali menjadi SO2 dan O2. Untuk mencegah hal
tersebut, proses reaksi SO3 dengan H2O tidak dilakukan secara langsung, tetapi melalui
pengenceran SO3 dalam H2SO4. Larutan uap SO3 dalam H2SO4 encer ini dikenal dengan H2SO4
pekat atau oleum. Kadar asam sulfat dalam oleum ini mencapai 98% dan lebih dikenal sebagai
asam sulfat berasap.
Kegunaan sulfur. Senyawa sulfur, asam sulfat digunakan dalam berbagai proses seperti : proses
penyulingan minyak bumi, proses pembuatan plastik sintetis, proses pengolahan dan pengecoran
logam, bahan pembuat cat, pembuatan pupuk, penyamakan kulit, serta proses pembuatan tekstil.
Sulfur dapat mengikat molekul-molekul karet yang panjang sehingga tidak selip melalui proses
vulkanisir. Karet menajdi lebih keras, kuat dan mudah dicetak, tetapi tetap elastis. Karet vulkanisir
digunakan pada ban mobil, truk dan pesawat terbang; bumper karet mobil; penghapus pensil; dan
sarung tangan lateks.

K. Unsur Halogen dan Senyawanya


Unsur halogen disebut halogen (Yunani; halogen= garam), karena umumnya ditemukan
dalam bentuk garam anorganik. Unsur Halogen merupakan golongan ke 17 atau VII A terdiri dari
fluor (F), chlor (Cl), brom (Br), iod (I), dan astatin (As). Halogen dalam bentuk bebas selalu
berupa diatomik (X2), karena tiap atom memerlukan 1 elektron untuk membentuk ikatan kovalen.
Unsur-unsur halogen mempunyai konfigurasi elektron ns2 np5 dan merupakan unsur-unsur
yang paling elektronegatif, oleh karena itu selalu mempunyai bilangan oksidasi (-1), kecuali fluor
yang selalu univalen, unsur-unsur ini dapat juga mempunyai bilangan oksidasi (+1), (+III), (+V)
dan (+VII). Bilangan oksidasi (+IV) dan (+VI) merupakan anomali, terdapat dalam oksida ClO 2,
Cl2O6, dan BrO3. Kecenderungan kuat dari atom F dan Cl untuk menarik elektron mengakibatkan
bentuk yang sering ditemukan di alam adalah bentuk ion F- dan Cl-, serta kesulitan dalam
pembuatan unsur murni dari bentuk ionnya.

Garam halida. Garam halida terbetukdari reaksi logam dengan halide (1), dan reaksi asam dan
basa membentuk garam (2)
Br2 + 2 Na (s) à 2 NaBr (s) (1)
HCl + NaOH à NaCl + H2O (2)
Halida dibedakan menjadi dua kategori, yaitu halida ionik dan halida kovalen. Fluorida dan
klorida dari unsur logam, terutama unsur Alkali dan Alkali Tanah (kecuali Berilium) merupakan
halida ionik. Sementara, flurida dan klorida dari unsur nonlogam, merupakan halida kovalen.

Asam halida. Asam Halida (HX), terbentuk dari halogen yang bereaksi dengan hydrogen
membentuk hidrogen halida.
H2 + X2 à 2 HX
H2 + Cl2 à 2 HCl
H2 + I2 à 2 HI
Fluorin dan klorin bereaksi dengan cepat disertai ledakan, tetapi bromine dan iodine bereaksi
dengan lambat.
Tabel 17. Data sifat disosiasi asam halida
Asam Halida % Disosiasi
HF Sangat kecil
HCl 0,0014
HBr 0,5
HI 33

Dari data % disosiasi hidrogen halida dapat diketahui urutan keasaman hidrogen halida adalah :
HF < HCl < HBr < HI.

Asam Oksihalida (HXO). Asam oksihalida terbentuk hanya pada halogen yang mempunyai
bilangan oksidasi positif yang bereaksi dengan air.
Cl2O + H2O à 2 HCl
Cl2O3 +H2O à 2 HClO2
Cl2O5 +H2O à 2 HClO3
Cl2O7 +H2O à 2 HClO4
Kekuatan asam oksi bertambah dengan bertambahnya oksigen pada asam.
HClO < HClO2 < HClO3 < HClO4

Tabel 18. Bilangan oksidasi halogen, oksi halogen dan asam oksi halogen
Bilangan Oksidasi halogen Asam oksi halogen Nama umum
oksidasi F Cl Br I Cl Br I
+1 - Cl2O Br 2O I 2O HClO* HBrO* HIO* Asam hipohalit
+3 - Cl2O3 Br 2O3 I 2O3 HClO2* HBrO2* HIO2* Asam halit
+5 - Cl2O5 Br 2O5 I 2O5 HClO3* HBrO3* HIO3* Asam halat
+7 - Cl2O7 Br 2O7 I 2O7 HClO4* HBrO4* HIO4* Asam perhalat
*
) hanya terdapat sebagian larutan encer dan tidak stabil

Senyawa Antarhalogen. Senyawa yang terbentuk dari halogen dengan keelektronegatifan besar
bereaksi dengan halogen dengan keeloktronegatifan kecil. contoh : IF5, BrCl, BrCl3, CIF3, CIF,
IF7.
X2 + nY2 à 2XYn

Antar halogen dapat mengalami reaksi kimia, oleh karena kekuatan oksidator menurun dari
Fluor sampai Iod. Halogen dapat mengoksidasi Ion Halida yang terletak di
bawahnya (displacement reaction). Dengan demikian, reaksi yang terjadi antar halogen dapat
disimpulkan dalam beberapa pernyataan di bawah ini :
o F2 dapat mengoksidasi Cl- menjadi Cl2, Br- menjadi Br2, serta I- menjadi I2.
o Cl2 dapat mengoksidasi Br- menjadi Br2, serta I- menjadi I2. Cl2 tidak dapat mengoksidasi
F- menjadi F2.
o Br2 dapat mengoksidasi I- menjadi I2. Br2 tidak dapat mengoksidasi F- menjadi F2 maupun
Cl- menjadi Cl2.
o I2 tidak dapat mengokisdasi F- menjadi F2, Cl- menjadi Cl2, serta Br- menjadi Br2.
F- + I+ à IF
3F- + I3+ à IF3

Pembuatan gas Fluorin dan Klorin. Gas F2 dapat diperoleh dari elektrolisis cairan (bukan
larutan). Hidrogen Fluorida ditambahkan sejumlah padatan Kalium Fluorida, untuk
meningkatkan konduktivitas pada temperatur di atas 70°C. Di katoda, ion H + akan tereduksi
menjadi gas H2, sedangkan di anoda, ion F - akan teroksidasi menjadi gas F2. Gas Cl2 dapat di
peroleh melalui elektrolisis lelehan NaCl maupun elektrolisis larutan NaCl. Melalui kedua
elektrolisis tersebut, ion Cl- akan teroksidasi membentuk gas Cl2 di anoda. Gas Cl2 juga dapat
diperoleh melalui proses klor-alkali, yaitu elektrolisis larutan NaCl pekat (brine).
Reaksi yang terjadi pada elektrolisis brine adalah sebagai berikut :
2 NaCl(aq) + 2 H2O(l) ——> 2 NaOH(aq) + H2(g) + Cl2(g)
Gas klor dapat dibuat juga melalui cara Dekon melalui reaksi antara HCl dengan oksigen (1), cara
Weldon yaitu reaksi asam halide dengan logam Mn dengan adanya oksigen (2), dan reaksi
KMnO4 dengan HCl (3).
2HCl + O2→ Cl2 + H2O (1)
Mn + 4 HCl + 2 O2===> Cl2 + MnCl2 + 2H2O2 (2)
2KMnO4 + 16HCl → 5Cl + 2MnCl2 + 2 KCl + 8H2O (3)

Pembuatan Halogen. Di laboratorium, unsur klor, brom, dan iod dapat diperoleh melalui reaksi
alkali halida (NaCl, NaBr, NaI) dengan asam sulfat pekat yang dipercepat dengan penambahan
MnO2 sebagai katalis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
MnO2(s) + 2 H2SO4(aq) + 2 NaCl(aq) à MnSO4(aq) + Na2SO4(aq) + 2 H2O(l) + Cl2(g)
MnO2(s) + 2 H2SO4(aq) + 2 NaBr(aq) à MnSO4(aq) + Na2SO4(aq) + 2 H2O(l) + Br2(l)
MnO2(s) + 2 H2SO4(aq) + 2 NaI(aq) à MnSO4(aq) + Na2SO4(aq) + 2 H2O(l) + I2(s)

Halogen secara umum dapat juga dibuat melalui reaksi antara mangan (IV) oksida atau kalium
permanganat dengan asam klorida, asam bromida atau asam iodida.
MnO2 + aHx Mn X2 + X2 + 2H2O.
2KMnO4 + 16 HX 2 Mn X2 + 2 KX + 5X2 + 8H2O
Fluor (F), beberapa mineral penting untuk F yaitu : fhusfat, CaF2, garam rangkap fluoroapatit,
Ca5 (PO4)3 (F), CaF2 3Ca3 (PO4)2. Fluor biasanya dibuat dari K2MnF6, bisa juga dengan elektrolisis
dan yang lebih praktis adalah dengan menggunakan K2MnF6 yang reaksinya sebagai berikut :
K2MnF6 + 2SbF6→ 2KSbF6 + MnF3 + F2
Cara membuat K2MnF6 adalah dengan menggunakan KMnO4 reaksinya adalah sebagai berikut :
KMnO4 + 2KF + 10HF + 3H2O2→ 2K2MnF6 + 8 H2O + 3 O2
Cara membuat SbF5 adalah dengan SbCl5 + 5 HF → SbF5 + 5HCl

Brom (Br). Brom terdapat sebagai bromida, dalam jumlah yang jauh lebih kecil bersama klorida.
Brom adalah cairan kental, mudah bergerak, berwarna merah tua pada suhu kamar. Ia melarut
dalam air & dapat bercampur dengan pelarut non polar seperti Cs2 dan CCl4. Br2 dibuat dengan
reaksi asam bromida dan asam sulfat (1) atau elektrolisis air laut (2).
HBr + H2SO4→ Br2 + SO2 + H2O (1)
2Br- + Cl2→ 2Cl- + Br2 (2)

Yod (I). Iod terdapat sebagai ioda dalam air laut, dan sebagai iodat dalam garam chili (guano). Iod
adalah padatan hitam dengan sedikit kilap logam. Iod menyublim tanpa meleleh pada tekanan
atmosfer. I2 dapat dibuat dengan mereaksikan iodat (HIO3) dengan HI.
HIO3 + H2SO4→ Hl + SO2 + H2O
I2 susah larut dalam air, sehingga untuk menggunakan I2 di larutkan dalam KI.
KI (aq) + I2 (s) → I3- (aq) + K (aq)
KI inilah yang menyebabkan I2 larut. Ion I3- ini dikenal dengan ion polihalogenida.

Manfaat Halogen dan Senyawanya. Fluorin digunakan untuk membuat senyawa CFC (CCl2F2)
sebagai pendingin ruangan, lemari es, dan mesin-mesin pendingin lainnya. NaF untuk mencegah
kerusakan gigi pada pasta gigi. HF untuk membuat tulisan/lukisan di atas kaca(mengetsa). MgF2
untuk pembuatan lensa optik. Klorin sebagai NaCl untuk garam dapur (ditambahkan KIO3
menjadi garam beriodium), sebagai desinfektan (Cl2), sebagai kaporit (CaCl(OCl), sebagai
pemutih (NaClO). Bromin sebagai AgBr dan NH4Br digunakan pada film fotografi, NaBr sebagai
desinfektan pada kolam renang, dan MgBr2 sebagai katalis untuk beberapa reaksi. Iodin sebagai
KI dan NH4I untuk fotografi, asam Iodida (HI) untuk mensintesis NaI dan KI.

L. Unsur Gas Mulia dan Senyawanya


Gas mulia adalah unsur-unsur yang terdapat dalam golongan 18 atau VIIIA yang memiliki
kestabilan yang sangat tinggi dan sebagian ditemukan di alam dalam bentuk monoatomik karena
sifat stabilnya. Unsur-unsur yang terdapat dalam gas mulia yaitu helium (He), neon (Ne), argon
(Ar), kripton (Kr), xenon (Xe), radon (Rn) yang bersifat radioaktif. Elektron valensi kulit terluar
unsur-unsur golongan Gas Mulia dianggap “penuh” sehingga unsur-unsur Gas Mulia menjadi
unsur yang stabil. Karena sifat stabilnya, unsur-unsur Gas Mulia ditemukan di alam dalam bentuk
monoatomik. Konfigurasi elektron unsur-unsur Gas Mulia adalah ns2np6, kecuali He 1s2.
Kestabilan gas mulia dicerminkan oleh energi ionisasinya yang sangat besar, sedangkan
afinitas elektronnya sangat rendah. Dulu, bahkan para ahli yakin bahwa unsur unsur gas mulia
benar-benar inert. Barulah pada 1962, Neil Bartlett, seorang ahli kimia dari Kanada berhasil
membuat senyawa Xenon, yaitu XePtF 6. Sejak saat itu, berbagai senyawa gas mulia berhasil
dibuat.

Sifat Fisika. Gas mulia memiliki beberapa sifat baik secara fisis maupun kimia, Sifat fisis dari
gas mulia yaitu merupakan unsur gas pada suhu kamar dan mendidih hanya beberapa derajat di
atas titik cairnya. Jari-jari atom, titik leleh, serta titik didih gas mulia bertambah seiring
bertambahnya nomor atom, sedangkan energi pengionannya berkurang. Gas mulia juga memiliki
sifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, sedikit larut dalam air dan molekul-molekulnya
terdiri atas satu atom.

Tabel 19. Sifat fisik gas mulia


Nama Unsur Helium Neon Argon Kripton Xenon Radon
Nomor atom 2 10 18 32 54 86
Elektron valensi 2 8 8 8 8 8
Jari-jari atom(Ǻ) 0,50 0,65 0,95 1,10 1,30 1,45
Massa atom (gr/mol) 4,0026 20,1797 39,348 83,8 131,29 222
Massa jenis (kg/m3) 0.1785 0,9 1,784 3,75 5,9 9,73
Titik didih (0C) -268,8 -245,8 -185,7 -153 -108 -62
Titik leleh (0C) -272,2 -248,4 -189,1 -157 -112 -71
Bilangan oksidasi 0 0 0 0;2 0;2;4;6 0;4
Keelekronegatifan - - - 3,1 2,4 2,1
Entalpi peleburan
* 0,332 1,19 1,64 2,30 2,89
(kJ/mol)
Entalpi penguapan
0,0845 1,73 6,45 9,03 12,64 16,4
(kJ/mol)
Keterangan: *) Helium dipadatkan dengan cara menaikkan tekanan bukan menurunkan suhu.

Sifat Kimia. Kereaktifan gas mulia sangat rendah akibat dari konfigurasi elektronnya dengan 8
elektron pada kulit terluar (2 untuk Helium), merupakan konfigurasi elektron yang paling stabil.
Berikut adalah konfigurasi elektron gas mulia. Kestabilan gas mulia terkait dengan konfiguarasi
elektronnya yang stabil. Berikut adalah konfigurasi elektron gas mulia:
He = 1s2
Ne = 1s2 2s2 2p6
Ar = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
Kr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6
Xe = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6
Rn = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6

Helium (He). Helium adalah unsur kimia yang tak berwarna, tak berbau, tak berasa, tak beracun,
hampir inert, monoatomik. Helium berada di tabel periodik dan memiliki nomor atom 2. Titik
didih dan titik leburnya merupakan yang terendah dari unsur-unsur lain dan ia hanya ada dalam
bentuk gas kecuali dalam kondisi "ekstrem". Kondisi ekstrem juga diperlukan untuk menciptakan
sedikit senyawa helium, yang semuanya tidak stabil pada suhu dan tekanan standar.

Neon (Ne). Neon terdapat atmosfer hingga 1:65000 udara dengan kelimpahan di atmosfer sebesar
0,002%. Neon diperoleh dengan mencairkan udara dan melakukan pemisahan dari gas lain
dengan penyulingan bertingkat. Neon tidak mudah bereaksi (inert), bersenyawa dengan fluor,
membentuk hidrat yang tidak stabil, memiliki ion Ne +, (NeAr)+, (NeH)+, dan (HeNe+) diketahui
dari analisis spektrofotometri optik dan spektrofotometri massa. Selain itu, neon dapat
melepaskan muatan listrik dalam tabung vakum dan menyala oranye kemerahan, serta mampu
mendinginkan refrigerator 40 kali lipat dari helium cair dan 3 kali lipat lebih dari hidrogen cair.
Inert dan lebih murah dari pada helium bila diperlukan sebagai bahan pendingin (refrigerant).
Dibandingkan semua gas mulia, pelepasan muatan Neon memiliki intensitas lebih tinggi ada
tegangan dan arus yang luar biasa.

Argon (Ar). Argon adalah suatu unsur yang sistem periodiknya yang memiliki Ar dan nomor
atom 18. Argon adalah unsur terbanyak pertama di udara bebas (udara kering) dan ketiga paling
melimpah di alam semesta. Sekitar 1% dari atmosfer bumi adalah Argon. Argon adalah unsur
yang tak berwarna dan tak berbau. Jumlah unsur ini terus bertambah sejak bumi terbentuk karena
Kalium yang radioaktif itu berubah menjadi Argon. Sifat-sifat dari Argon adalah dapat larut dalam
air, 2,5 kali lipat dari pada nitrogen, dan memiliki kelarutan yang sama dengan oksigen. Argon
tidak berwarna dan tidak berbau, baik dalam bentuk gas dan cair. Argon dikenal sebagai gas inert
dan tidak diketahui senyawa yang dibentuknya seperti halnya Kripton, Xenon dan Radon.
Kripton(Xr). Kripton adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Kr
dan nomor atom 36. Kripton, seperti gas mulia lainnya, dapat digunakan di fotografi. Kripton juga
merupakan salah satu produk dari pembelahan uranium. Kripton ditemukan oleh Sir William
Ramsay dan Morris Travers di residu yang tersisa dari penguapan hampir semua komponen di
udara. Pengelolaan dari Kripton sendiri didapat dari hasil destilasi udara cair.

Xenon (Xe). Xenon adalah unsur dengan lambang kimia Xe, nomor atom 54 dan massa atom
relatif 131,29; berupa gas mulia, tak berwarna, tak berbau dan tidak ada rasanya. Xenon diperoleh
dari udara yang dicairkan. Xenon dipergunakan untuk mengisi lampu sorot, dan lampu
berintensitas tinggi lainnya, mengisi bilik gelembung yang dipergunakan oleh ahli fisika untuk
mempelajari partikel subatom.

Radon (Rn). Radon adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Rn
dan nomor atom 86. Radon juga termasuk dalam kelompok gas mulia dan beradioaktif. Radon
terbentuk dari penguraian radium. Radon juga gas yang paling berat dan berbahaya bagi
kesehatan. Pada suhu dan tekanan ruang, radon tidak berwarna tetapi apabila didinginkan hingga
membeku, radon akan berwarna kuning, sedangkan radon cair berwarna merah jingga.
Pembuatan Helium. Helium (He) ditemukan terdapat dalam gas alam di Amerika Serikat. Gas
helium mempunyai titik didih yang sangat rendah, yaitu -268,8°C sehingga pemisahan gas helium
dari gas alam dilakukan dengan cara pendinginan sampai gas alam mencair (temperatur sekitar
-156°C, disebut destilasi fraksiona) dan gas helium terpisah dari gas alam.

Pembuatan Neon, Argon, Kripton, dan Xenon. Udara mengandung gas mulia Neon (Ne),
Argon (Ar), Kripton (Kr), dan Xenon (Xe) walaupun dalam jumlah yang kecil. Gas mulia di
industri diperoleh sebagai hasil samping dalam industri pembuatan gas nitrogen dan gas oksigen
dengan proses destilasi udara cair. Argon dihasilkan dari penyulingan bertingkat udara cair karena
atmosfer mengandung 0,94% Argon. Pada proses destilasi udara cair, udara kering (bebas uap air)
didinginkan sehingga terbentuk udara cair. Pada kolom pemisahan gas argon bercampur dengan
banyak gas oksigen dan sedikit gas nitrogen karena titik didih gas argon (-189,4°C) tidak jauh
beda dengan titik didih gas oksigen (-182,8°C). Untuk menghilangkan gas oksigen dilakukan
proses pembakaran secara katalitik dengan gas hidrogen, kemudian dikeringkan untuk
menghilangkan air yang terbentuk. Adapun untuk menghilangkan gas nitrogen, dilakukan cara
destilasi sehingga dihasilkan gas argon dengan kemurnian 99,999%. Gas neon yang mempunyai
titik didih rendah (-245,9°C) akan terkumpul dalam kubah kondensor sebagai gas yang tidak
terkonsentrasi (tidak mencair). Gas kripton (Tb: -153,2°C) dan xenon (Tb: -108°C) mempunyai
titik didih yang lebih tinggi dari gas oksigen sehingga akan terkumpul di dalam kolom oksigen
cair di dasar kolom destilasi utama. Dengan pengaturan suhu sesuai titik didih, maka masing-
masing gas akan terpisah.

Manfaat Helium. Helium merupakan zat yang ringan dan tidak mudah terbakar. Helium biasa
digunakan sebagai tameng untuk mengelas, gas pelindung dalam menumbuhkan kristal-kristal
silikon dan germanium dan dalam memproduksi titanium dan zirkonium, agen pendingin untuk
reaktor nuklir, dan gas yang digunakan di lorong angin (wind tunnels). Helium juga digunakan
untuk balon-balon raksasa yang memasang berbagai iklan perusahaan-perusahaan besar. Aplikasi
lainnya sedang dikembangkan oleh militer AS adalah untuk mendeteksi peluru-peluru misil yang
terbang rendah. Helium yang tidak reaktif digunakan sebagai pengganti nitrogen untuk membuat
udara buatan untuk penyelaman dasar laut. Para penyelam bekerja pada tekanan tinggi. Jika
digunakan campuran nitrogen dan oksigen untuk membuat udara buatan, nitrogen yang terhisap
mudah terlarut dalam darah dan dapat menimbulkan halusinasi pada penyelam.
Manfaat Neon. Neon biasanya digunakan untuk pengisi bola lampu neon. Selain itu juga neon
dapat digunakan untuk berbagai macam hal seperti indikator tegangan tinggi, zat pendingin,
penangkal petir, dan mengisi tabung televisi.

Manfaat Argon. Unsur gas Argon (Ar) biasa digunakan dalam bola lampu pijar listrik dan tabung
fluoresen pada tekanan sekitar 400 Pa, tabung pengisian cahaya, tabung kilau, dan lain-lain. Elain
itu, sebagai gas inert yang melindungi dari bunga api listrik dalam proses pengelasan, produksi
titanium dan unsur reaktif lainnya, dan juga sebagai pelindung dalam pembuatan kristal silikon
dan germanium, serta pengisi tabung pemadam kebakaran.

Manfaat Kripton. Unsur gas Kripton (Kr) biasa digunakan sebagai pengisi bola lampu kilat
(blitz) pada kamera, digabungkan dengan gas lain untuk membuat sinar hijau kekuning-kuningan
yang dapat digunakan sebagai kode dengan melemparkannya ke udara, dicampurkan dengan
Argon untuk mengisi lampu induksi. Selain itu digunakan sebagai lampu mercusuar dan laser
untuk perawatan retina.

Manfaat Xenon. Unsur gas Xenon (Xe) biasa digunakan untuk mengisi lampu blitz pada
kamera., sebagai reaktor nuklir, obat bius pada pembedahan, pengisi bola lampu disko yang
berwarna-warni, dan untuk pembuatan tabun elektron.

Manfaat Radon. Radon kadang digunakan oleh beberapa rumah sakit untuk kegunaan terapeutik.
Radon juga digunakan dalam penyelidikan hidrologi yang mengkaji interaksi antara air bawah
tanah, anak sungai dan sungai. Radon juga sekarang digunakan untuk terapi kanker dan sistem
peringatan gempa. Namun demikian, jika radon terhisap dalam jumlah banyak, akan
menimbulkan kanker paru-paru. Rata rata, terdapat satu molekul radon dalam 1 x 1021 molekul
udara. Radon dapat di temukan di beberapa mata air dan mata air panas. Radon dibebaskan dari
tanah secara alamiah, apalagi di kawasan bertanah di Granit. Radon juga mungkin dapat
berkumpul di ruang bawah tanah dan tempat tinggal.

Reaksi gas mulia dengan unsur lain


Kripton, kripton fluorida
Kr (s) + F2 (s) KrF2 (s)
Reaksi berlangsung pada suhu -196oC dan diberi loncatan muatan listrik
Xe (g) + F2 (g) --> XeF2 (s)
Xe (g) + 2F2 (g) --> XeF4 (s)
Xe (g) + 3F2 (g) --> XeF6 (s)
XeF6 (s) + H2O (l)--> XeO3 (s) + 6 HF (aq)
6XeF4 (s) + 12H2O(l)--> 2XeO3 (s) + 4 Xe(g) + 3O2 (g) + 24HF (aq)
Radon, reaksi pembentukan radon fluorida berlangsung pada suhu kamar tetapi sangat susah
untuk dibuat bereaksi dengan unsur lain.
Rn (s) + F2 (s) --> RnF2 (s)

BAB III
MENYIAPKAN ANALISIS

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menyiapkan Analisis


1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di laboratorium
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan wajib yang digunakan saat
bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan
tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di tempat kerja.
a. Jas Laboratorium
Jas laboratorium wajib digunakan saat bekerja di laboratorium berfungsi untuk
melindungi tubuh dari percikan atau tumpahan bahan kimia.

Gambar 1. Jas Laboratorium

b. Sarung Tangan
Sarung tangan terdiri dari berbagai macam, yakni ada yang terbuat dari karet
ataupun dari kain. Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari
bahan kimia, ataupun panas pada saat melakukan analisis seperti
memindahkan bahan yang panas, memasukkan ataupun mengeluarkan
sampel dari oven ataupun tanur.

Gambar 2. Berbagai Jenis Sarung Tangan

c. Masker
Masker digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan bahan kimia.
Gambar 3. Masker

d. Respirator
Respirator digunakan untuk melindungi pernafasan dari bahan kimia yang
berbahaya dan beracun.

Gambar 4. Respirator

e. Googles
Alat googles digunakan untuk melindungi mata dari paparan uap atau gas
bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan mata.

Gambar 5. Googles

f. Safetyshoes
Safetyshoes sangat penting digunakan untuk melindungi kaki dari tumpahan
bahan kimia ataupun dari bahaya sengatan listrik.

Gambar 6. Safetyshoes

g. Ear plug
Ear plug merupakan alat yang digunakan untuk melindungi telinga. Jenis alat
dapat disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Alat ini sangat
diperlukan untuk melindungi telinga dari kebisingan yang berasal dari suara
mesin seperti kompresor, blower dan lain sebagainya.
Gambar 7. Ear plug

2. Pengamatan kondisi fisik sampel


Deskripsi sampel sangat penting untuk memberikan informasi tentang
karakteristik sampel. Hasil deskripsi sampel yang diperoleh dibuat secara tertulis
berupa catatan dalam bentuk tabel dan format standar yang telah ditentukan.
Selanjutnya hasil deskripsi sampel tersebut dibandingkan dengan spesifikasinya.
Apabila terdapat ketidaksesuaian, maka harus dicatat dan dilaporkan. Berikut
Contoh Hasil Pencatatan Deskripsi sampel pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Hasil Deskripsi Sampel


No Parameter uji Hasil Uji Spesifikasi Standar
1 Nama Bahan Natrium Hidroksida Natrium Hidroksida
2 Rumus Kimia NaOH NaOH
3 Wujud Kristal Kristal
4 Warna Kehijauan Putih
5 Sifat Higroskopis Higroskopis

Pada Tabel 1 terlihat bahwa deskripsi warna tidak sesuai dengan spesifikasinya.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel tidak sesuai dengan
spesifikasinya, sehingga tidak dapat dilanjutkan untuk pengujian berikutnya.

3. Penentuan sifat kimia dari sifat fisik sampel dan asal-usul sampel
Identifikasi bahan kimia dilakukan berkaitan dengan penanganan, penyimpanan,
dan penggunaaan bahan tersebut lebih lanjut, sehingga resiko bahaya dapat
dicegah dan dihindari, serta dalam penggunaannya lebih efisien. Cara mudah
mengidentifikasi suatu bahan kimia dapat dilakukan dengan cara mempelajari
informasi yang tertera pada label kemasan dan Material Safety Data Sheet
(MSDS).
4. Identifikasi sifat kimia sampel
Analisis kimia kualitatif merupakan cabang kimia analisis yang mempelajari dan
menentukan ”zat apa” (jenis zat) yang terdapat dalam suatu
contoh/sampel/sampel yang dianalisis. Zat yang berada dalam sampel tersebut
dapat berupa ion, unsur atau senyawa. Sebagai hasil dari analisis kualitatif akan
dinyatakan bahwa suatu zat/unsur tertentu ”ada” atau ”tidak ada” di dalam
sampel. Dalam menyatakan hasil analisis kualitatif, jika suatu unsur ada dalam
sampel, maka unsur tersebut dinyatakan positif (+), dan negatif (-) untuk
menyatakan unsur ”tidak ada” dalam sampel.
Pembagian analisis kimia kualitatif didasarkan atas :
1. Metode analisis yang digunakan, terdiri dari analisis kualitatif cara klasik dan
cara modern (instrumen).
2. Objek yang dianalsis, terdiri dari analisis kualitatif anorganik dan organik.
Dalam pembahasan bab ini akan dibatasi pada Kimia Analisis Kualitatif Anorganik
Cara Klasik.
Identifikasi suatu zat/unsur di dalam sampel dapat ditentukan berdasarkan sifat
fisik dan kimia yang dimiliki oleh zat/unsur yang akan dianalisis. Sifat-sifat
yang dimiliki oleh zat atau unsur tersebut ada yang bersifat spesifik (khas
untuk satu zat/unsur/ion) dan selektif (khas untuk lebih dari satu zat/ion/unsur,
sifat yang sama dimiliki oleh beberapa zat).
Pengenalan atau identifikasi sifat zat terdiri atas :
1. Identifikasi (pengenalan) zat berdasarkan sifat fisik.
Sifat fisik yang dimiliki oleh suatu zat dapat digunakan untuk identifikasi
suatu zat dalam sampel. Sifat-sifat fisik dari suatu zat antara lain : sifat yang
langsung dapat diamati (warna, bau, wujud zat), titik leleh, titik didih, massa
jenis, indeks bias, tahanan jenis, daya hantar panas, spektra emisi dan
sebagainya. Sifat-sifat tesebut khas atau spesifik untuk masing-masing zat.
Adapula beberapa sifat fisik dari zat kurang spesifik atau selektif, sebagai
contoh, beberapa zat memiliki warna yang sama, dengan demikian
pengenalan zat tertentu tidak cukup hanya menggunakan sifat fisik saja, tapi
harus didukung sifat kimianya.
2. Identifikasi zat berdasarkan sifat kimia.
Suatu zat dapat bereaksi dengan suatu pereaksi tertentu, yang menghasilkan
suatu hasil reaksi tertentu yang dapat dijadikan dasar pengenalan zat. Hasil
reaksi ini dapat berupa endapan, gas atau senyawa kompleks berwarna.
Reaksi-reaksi kimia yang terjadi ada yang spesifik dan ada yang kurang
spesifik. Sebagai contoh, jika ke dalam larutan Ni 2+ ditambahkan pereaksi
dimetil glikosima akan dihasilkan endapan yang berwarna merah dan tidak
terjadi dengan unsur-unsur lainnya, maka pereaksi dimetil glikosima adalah
spesifik untuk ion nikel. Sedangkan pereaksi HCl akan menghasilkan endapan
putih dengan ion-ion Ag+, Pb2+, dan Hg+, maka pereaksi HCl bersifat selektif.
Untuk menentukan unsur apa yang terdapat dalam sampel yang merupakan
campuran dari berbagai zat/unsur, dilakukan langkah-langkah dalam
analisis kualitatif anorganik sebagai berikut :
1. Analisis pendahuluan atau awal yang terdiri dari :
a. Reaksi kering : analisis zat yang dilakukan dalam keadaan kering,
tanpa melarutkan sampel. Cara ini antara lain ; sifat fisik, reaksi nyala,
pipa tiup, mutiara boraks.
b. Reaksi basah : analisis yang dilakukan dengan zat-zat dalam larutan.
Suatu reaksi diketahui dapat berlangsung jika terbentuk endapan,
pembebasan gas, dan perubahan warna. Cara ini antara lain ; reaksi
dengan asam sulfat, NaOH, KHSO4.
Contoh : NH4Cl + NaOH NH3(g) + H2O + NaCl

Terbentuknya gas NH3 dapat diketahui dari bau NH3 , membirukan


kertas lakmus merah yang basah, dengan pereaksi Nessler menjadi
berwarna coklat.
2. Analisis secara sistematis dengan reaksi basah terdiri dari :
a. Analisis kation
b. Analisis anion
Zat atau sampel yang akan diuji mungkin berupa ;
1. Sampel padat non logam
2. Sampel berupa larutan
3. Contoh logam atau paduan logam

5. Pencatatan pengamatan analisis


Data hasil pengamatan sampel harus dicatat dalam buku kerja laboratorium
atau lembar kerja mahasiswa. Hal ini dimaksudkan agar data mampu telusur.
Buku kerja berisi data tentang :
a. nama
b. tanggal pekerjaan
c. sifat fisik sampel
d. jumlah sampel
e. konsentrasi larutan atau sampel
Data yang telah dibuat dilaporkan kepada dosen sesuai dengan format yang
telah ditentukan.

6. Penyiapan peralatan untuk analisis


Peralatan yang digunakan untuk analisis jenis konvensional harus disesuaikan
dengan metode uji yang digunakan. Alat dipastikan dalam keadaan layak dan
bersih untuk keperluan analisis. Alat-alat yang digunakan untuk analisis jenis
adalah sebagai berikut:
a. Bunsen
Bunsen berfungsi sebagai sumber panas untuk memanaskan alat atau bahan
yang akan digunakan.

Gambar 8. Bunsen

b. Kawat platina
Kawat platina biasa digunakan pada reaksi uji nyala untuk mengidentifikasi
suatu zat. Hal ini disebabkan oleh sifat kawat platina yang inert pada
pemanasan temperatur tinggi (~1000°C).
Gambar 9. Kawat platina

c. Tabung reaksi
Tabung reaksi digunakan sebagai tempat mereaksikan suatu larutan atau
bahan yang akan digunakan.

Gambar 10. Tabung reaksi

d. Pipet tetes
Pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan atau bahan dalam skala
tetesan kecil.

Gambar 11. Pipet tetes

e. Gegep kayu
Gegep kayu digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan,
atau untuk membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi
panas.
Gambar 12. Gegep Kayu

B. Keterampilan yang Diperlukan untuk Menyiapkan Analisis

1. Menyiapkan alat pelindung diri sesuai kebutuhan analisis


2. Mengidentifikasi bahan yang akan diuji
3. Menggunakan peralatan pelindung diri sesuai dengan spesifikasi
4. Mencatat deskripsi sampel dan membandingkannya dengan spesifikasi
5. Mencatat dan melaporkan hasil jika ada ketidaksesuaian
6. Menyiapkan sampel mengikuti metode standar yang sesuai

C. Sikap Kerja dalam Menyiapkan Analisis


1. Menerapkan penggunaan alat perlindungan diri sesuai prosedur
2. Menerapkan pengidentifikasian bahan yang akan diuji sesuai dengan metode
standar dan persyaratan keselamatan
3. Penggunaan peralatan pelindung diri sesuai dengan spesifikasi untuk metode
standar dan bahan yang akan diuji
4. Menerapkan pencatatan deskripsi sampel dan pembandingannya dengan
spesifikasi pencatatan dan pelaporan jika ada ketidaksesuaian sesuai prosedur
5. Menerapkan penyiapan sampel mengikuti metode standar yang sesuai
berdasarkan SOP

BAB IV
MELAKSANAKAN UJI PIPA TIUP

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Pipa Tiup


1. Persiapan blok arang dan nyala bunsen
Pada uji pipa tiup digunakan nyala api reduksi yang berwarna kuning dan
sepotong arang yang diberi lubang kecil, karena oksida-oksida logam yang kurang
elektropositif (Mn, Zn, Cd, Fe, Ni, Pb, Cu, Bi, Hg, dan Ag) dapat direduksi oleh
karbon menjadi logam bebas. Sedangkan oksida-oksida logam yang tidak bisa
direduksi oleh karbon adalah oksida logam alkali, alkali tanah dan oksida
aluminium.
2. Penggunaan Uji Pipa Tiup
Cara uji pipa tiup yaitu sampel yang akan diuji dimasukkan ke dalam lubang
tersebut dan dicampur dengan soda kering sebanyak dua kali sampel. Pada uji
pipa tiup ini dapat diamati antara lain titl leleh, titik didih, penyubliman,
pengarangan, pembentukkan butiran logan, dan warna oksida logam. Contoh :
analisis oksida tembaga
Reaksi : CuSO4 + Na2CO3 CuCO3 + Na2SO4
masuk ke pori-pori arang
CuCO3 CuO(s) + CO2
hitam
CuO + C Cu + CO(g)
Cu berwarna merah tembaga.

3. Pencatatan hasil Uji Pipa Tiup


Hasil pengamatan uji pipa tiup dicatat dalam log book sesuai standar yang
berlaku. Pencatatan hasil pengamatan meliputi sifat fisik dan warna yang
dihasilkan setelah analisis. Berikut adalah hasil pengamatan uji pipa tiup pada
Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Pipa Tiup

Logam Sifat Fisik Hasil analisis


kerak berwarna kuning (panas),
Zn logam putih kebiruan
kerak berwarna putih (dingin)
Cd logam putih kebiruan kerak berwarna coklat
As logam abu-abu mengkilap kerak berwarna putih
Pb logam abu-abu kebiruan bulir-bulir
Bi logam putih kemerahan kristal bulir-bulir
Sb logam putih perak mengkilap bulir-bulir

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam melaksanakan Uji Pipa Tiup


1. Mengidentifikasi bahan yang akan diuji
2. Menggunakan peralatan pelindung diri sesuai dengan spesifikasi
3. Mencatat deskripsi sampel dan membandingkannya dengan spesifikasi
4. Mencatat dan melaporkan hasil jika ada ketidaksesuaian
5. Menyiapkan sampel mengikuti metode standar yang sesuai

C. Sikap Kerja dalam melaksanakan Uji Pipa Tiup


1. Menerapkan pengidentifikasian bahan yang akan diuji sesuai dengan metode
standar dan persyaratan keselamatan
2. Penggunaan peralatan pelindung diri sesuai dengan spesifikasi untuk metode
standar dan bahan yang akan diuji
3. Menerapkan pencatatan deskripsi sampel dan pembandingannya dengan
spesifikasi pencatatan dan pelaporan jika ada ketidaksesuaian sesuai prosedur
4. Menerapkan penyiapan sampel mengikuti metode standar yang sesuai
berdasarkan SOP

BAB V
MELAKSANAKAN UJI MUTIARA

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Mutiara


1. Pemilihan Uji Mutiara
Pada modul ini uji mutiara difokuskan pada uji mutiara boraks. Uji mutiara
boraks menggunakan kawat platina membentuk suatu lingkaran kecil yang
dipanasi dalam nyala bunsen kemudian dibenamkan ke dalam bubuk boraks
(Na2B4O7.10H2O). Zat padat yang menempel ditaruh dalam bagian nyala yang
terpanas. Garam akan membengkak ketika melepaskan air kristalnya dan
menyusut sebesar lingkaran kawat platina, dengan membentuk manik kaca,
transparan, dan tak berwarna. Manik kaca yang terbentuk terdiri dari suatu
campuran natrium metaborat dan anhidrida borat.

2. Pelaksanaan Uji Mutiara


Pada uji mutiara boraks mata kawat platina dipijarkan sampai merah lalu
dimasukkan dalam boraks (Na2B4O7.10H2O) yang berupa bubuk halus, kemudian
dipanaskan kembali sampai terbentuk butiran tak berwarna dan transparan
(tembus cahaya), butiran ini yang kita sebut ”mutiara boraks”. Mutiara yang
panas ini disentuhkan pada zat yang akan diuji, lalu dipanaskan dalam api
pengoksidasi, yaitu api yang dipinggir luar api tak berwarna, dan dalam api
pereduksi yaitu dari kerucut dalam api tak berwarna. Pada uji mutiara boraks ini
terbentuk metaborat dari logam dalam analit, metaborat berwarna khas
(spesifik).

Contoh uji mutiara boraks :


Na2B4O7.10H2O Na2B4O7 + 10H2O
Na2B4O7 2NaBO2 + B2O3
B2O3 + NiSO4 Ni(BO2)2 + SO3
NaBO2 + NiSO4 NaNiBO3 + SO3

Boraks kehilangan air kristal karena pemanasan, boraks terurai. B 2O3 dengan
garam nikel sulfat dalam analit membentuk metaborat. Warna diamati pada saat
mutiara boraks panas dan setelah dingin.
3. Pencatatan hasil Uji Mutiara
Hasil pengamatan uji mutiara boraks dicatat dalam log book atau buku kerja
sesuai standar. Hasil pengamatan meliputi sifat fisik dan warna mutiara boraks
setelah pengujian. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan tabel warna
mutiara boraks

Tabel 3. Warna mutiara boraks unsur-unsur logam


Nyala api reduksi Nyala api oksidasi
Logam
Panas Dingin Panas Dingin
Al Tak berwarna Tak berwarna
Bi Abu-abu Abu-abu
Co Biru Biru Biru Biru
Cr Hijau Hijau Kuning-hijau Hijau
Cu Tak berwarna Merah kusam Hijau Biru
Fe Hijau Hijau Coklat-kuning Kuning
Mn Tak berwarna Tak berwarna Ungu Coklat
Ni Abu-abu Abu-abu-hijau Coklat-ungu ungu
Sb Abu-abu Abu-abu Kuning muda Coklat-merah
Sn Tak berwarna - Tak berwarna Tak berwarna
Au Merah Ungu Ungu muda Ungu muda

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Mutiara


1. Menyiapkan pereaksi sesuai standar
2. Melakukan uji mengikuti prosedur kerja yang relevan
3. Mengamati warna mutiara boraks
4. Mencatat hasil pengamatan

C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Uji Mutiara


1. Menerapkan pengujian mutiara sesuai prosedur
2. Menerapkan pengerjaan langkah-langkah kerja pengujian yang akan dilaksanakan
mengikuti metode standar
3. Menerapkan identifikasi, persiapan dan pengujian sesuai dengan prosedur

BAB VI
MELAKSANAKAN UJI LEMPENG TETES

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melakukan Uji lempeng tetes


1. Pemilihan Lempeng Tetes
Uji lempeng tetes untuk analisis anorganik kualitatif biasa disebut juga dengan uji
noda (bercak), karena uji ini digunakan ukuran mikro dan semimikro untuk
senyawaan ataupun untuk ion. Pemilihan lempeng tetes (hitam atau putih) dipilih
sesuai dengan sifat warna (endapan atau larutan) yang akan terbentuk. Endapan
yang tak berwarna atau berwarna muda menggunakan lempeng tetes yang hitam,
sedangkan endapan berwarna menggunakan lempeng tetes yang putih.
2. Persiapan Pereaksi
Persiapan pereaksi dilakukan sesuai dengan spesi yang akan diuji.

3. Pengujian Lempeng Tetes


Pada uji lempeng tetes ini digunakan lempeng yang terbuat dari porselen
berglasur dan biasanya mempunyai 6 – 12 lubang yang sama ukurannya yang
dapat berisi 0,5 sampai 1 mL cairan uji. Latar belakang porselen putih
memungkinkan nampaknya perubahan warna yang sangat kecil dalam reaksi yang
memberi produk warna.

Uji lempeng tetes dengan reaksi bercak dapat dilakukan oleh proses sebagai
berikut :
1. Mencampur satu tetes larutan uji dengan satu tetes pereaksi pada permukaan
berpori atau tak berpori (pada kertas, kaca atau porselen).
2. Meletakkan satu tetes larutan uji pada media yang sesuai yang telah dibasahi
pereaksi.
3. Dengan mereaksikan kertas uji atau setetes pereaksi dengan gas-gas yang
dibebaskan dari setetes larutan uji atau dari sedikit zat padat.
4. Dengan menaruh setetes pereaksi pada sedikit sampel padat yang diperoleh
dari penguapan atau pemanggangan.
5. Dengan menambahkan setetes pereaksi pada sedikit larutan uji dan kemudian
mengekstraksi produk reaksi dengan pelarut organik.

4. Pencatatan hasil Uji Lempeng Tetes


Hasil pengamatan uji lempeng dicatat dalam log book atau buku kerja sesuai
standar. Hasil pengamatan meliputi sifat fisik dan warna endapan setelah
pengujian.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Lempeng Tetes


1. Menyiapkanpereaksi sesuai standar
2. Melakukan uji mengikuti prosedur kerja yang relevan
3. Mengamati warna endapan yang dihasilkan
4. Mencatat hasil pengamatan
C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Uji Lempeng Tetes
1. Menerapkan pengujian lempeng tetes sesuai prosedur
2. Menerapkan pengerjaan langkah-langkah kerja pengujian yang akan dilaksanakan
mengikuti metode standar
3. Menerapkan identifikasi dan pengujian sesuai dengan prosedur

BAB VII
MELAKSANAKAN UJI NYALA

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Nyala


1. Penyiapan nyala burner
Uji nyala biasanya digunakan untuk mengidentifikasi logam yang terdapat dalam
suatu senyawa. Ada beberapa metode yang digunakan dalam uji nyala sehingga
perlu mengetahui struktur nyala burner. Struktur nyala burner terdiri dari tiga
bagian :
a. Kerucut biru dalam, ADB yang terdiri sebagian besar dari gas yang tidak
terbakar.
b. Ujung terang, D (hanya terlihat apabila lubang udara sedikit ditutup).
c. Selubung luar, ACBD, tempat terjadinya pembakaran sempurna.
Bagian-bagian nyala burner dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Bagian-bagian Nyala Burner

Temperatur yang terendah terdapat pada dasar nyala (a), digunakan untuk
menguji zat-zat atsiri. Bagian terpanas nyala adalah pada zona pelelehan (b),
digunakan untuk menguji kedapat-lelehan zat. Zona mengoksid bawah (c),
digunakan untuk mengoksid zat-zat yang terlarut dalam manik boraks, natrium
karbonat, atau garam mikrokosmik. Zona mengoksid atas (d), digunakan untuk
semua proses oksidasi yang tidak memerlukan temperatur tinggi. Zona mereduksi
atas (e) digunakan untuk mereduksi oksida kerak menjadi logam. Zona mereduksi
atas (f) digunakan untuk mereduksi boraks lelehan dan manik-manik yang serupa.

2. Penyiapan sampel
Senyawa logam-logam tertentu diuapkan dalam nyala bunsen dan memberikan
warna yang karakteristik pada nyala. Klorida termasuk senyawa yang sangat
mudah menguap, sehingga disiapkan in situ dengan mencampur senyawa dengan
sedikit asam klorida pekat sebelum melakukan uji nyala.

3. Pelaksanaan Uji Nyala


Beberapa zat tertentu di dalam nyala api akan memberikan warna tertentu yang
spesifik. Reaksi nyala dilakukan dengan kawat platina (Pt atau kawat nikel-krom
(Ni – Cr). Sebelum kawat tersebut digunakan harus dicelupkan terlebih dahulu ke
HCl pekat dan dibakar dalam nyala api sampai pijar. Lakukan beberapa kali
sampai nyalanya tidak membeikan warna, artinya kawat telah bersih dari
pengotor/unsur logam yang mungkin menganggu uji atau tes dengan reaksi nyala.
HCl digunakan untuk sebagai pembersih karena dengan unsur logam membentuk
garam-garam klorida yang mudah menguap di dalam nyala. Zat atau sampel uji
ditambah sedikit HCl pekat dalam plat tetes atau kaca arloji, kemudian kawat yang
bersih dicelupkan kedalamnya lalu dimasukkan ke dalam nyala api dan amati
warna nyala yang terjadi. Nyala api yang digunakan adalah nyala bunsen .
Cara lain dapat dilakukan dengan kawat platina atau Ni – Cr yang bersih
dimasukkan ke HCl pekat dalam plat tetes lalu kawat tersebut disentuhkan ke zat
yang akan diuji yang berbentuk bubuk halus, kemudian dibakar di dalam nyala api
dan amati warna nyala api yang terjadi. Gunakan nyala api yang tidak berwarna
untuk tes ini.

4. Pencatatah hasil Uji Nyala


Hasil pengamatan uji nyala dicatat dalam log book atau buku kerja sesuai standar.
Hasil pengamatan meliputi warna nyala setelah pengujian.

Tabel 4. Macam kation dan warna api yang ditimbulkannya :

Zat Warna nyala api

Natrium (Na) Kuning

Kalium (K) Ungu, dilihat dengan kaca kobalt

Litium (Li) Merah

Kalsium (Ca) merah – kuning

Barium (Ba) hijau – kuning

Stronsium (Sr) Merah

Tembaga (Cu) Hijau


Asam borat Hijau

Warna nyala api dari natrium yang berwarna kuning dapat mengganggu
pengamatan warna nyala kalium yang berwarna ungu/violet oleh sebab itu dalam
mengamati warna nyala kalium harus digunakan kaca kobalt atau kaca biru
lainnya untuk menghilangkan gangguan dari warna nyala natrium tersebut.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Uji Nyala


1. Menyiapkanpereaksi sesuai standar
2. Melakukan uji mengikuti prosedur kerja yang relevan
3. Mencatat hasil pengamatan sesuai prosedur

C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Uji Nyala


1. Menerapkan penujian mutiara sesuai prosedur
2. Menerapkan pengerjaan langkah-langkah kerja pengujian yang akan dilaksanakan
mengikuti metode standar
3. Menerapkan identifikasi, persiapan dan penimbangan atau pengukuran sampel dan
standar yang akan diuji sesuai dengan prosedur
4. Menerapkan penyiapan pereaksi/peralatan/instrumentasi sesuai dengan metode
standar dan SOP
5. Menerapkan perlakuan uji mengikuti prosedur kerja yang relevan
BAB VIII
MELAKSANAKAN PEMISAHAN GOLONGAN

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Pemisahan


Golongan
1. Penyiapan sampel dalam bentuk larutan
Analisis kation-kation anorganik kualitatif secara sistematis dilakukan melalui
reaksi basah dengan pereaksi selektif dan spesifik. Analisis kation ini digolongkan
dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation-kation terhadap beberapa
pereaksi..
Preparasi sampel untuk analisis anorganik kualitatif yaitu ; sampel yang akan
diuji harus berupa larutan. Teknik atau cara pelarutan yakni ; sedikit sampel
padat dilarutkan dalam tabung reaksi berturut-turut dalam pelarut :
1. Air
2. HCl encer (2 M)
3. HCl pekat
4. Asam nitrat encer (2 M)
5. Asam nitrat pekat
6. Air raja atau aqua regia yaitu campuran asam nitrat dan asam klorida dalam
perbandingan 1 : 3.
Pelarutan ini dilakukan dalam keadaan dingin dan panas. Jika dengan pelarut-
pelarut tersebut sampel tidak dapat larut, maka dilakukan peleburan zat dengan
menggunakan zat pelebur yang sesuai. Sebagai contoh zat pelebur dapat
digunakan campuran Na2CO3 dan K2CO3 dengan perbandingan 1 : 1. Hasil
peleburan dilarutkan dalam air dan disaring. Endapannya dilarutkan dalam HCl 2
M untuk pemeriksaan atau identifikasi kation-kation, sedangkan filtratnya untuk
identifikasi anion.

2. Pemisahan golongan ion


Prinsip pemeriksaan atau pemisahan kation menurut sistem H 2S yaitu
1. Penambahan pereaksi selektif , untuk mengendapkan ion-ion dalam
golongan.
2. Pembagian dalam golongan dan sub golongan serta pemisahan ion-ion.
3. Pengenalan atau identifikasi dengan menggunakan pereaksi spesifik untuk
ion yang terpisah tersebut.
Penggolongan kation-kation didasarkan atas :
1. Perbedaan kelarutan garam-garam dari klorida, sulfida, dan karbonat dari
kation tersebut.
2. Pengaturan pH
3. Reaksi pembentukan senyawa kompleks
Skema pemisahan kation-kation dalam golongan-golongan. Jika di dalam sampel
terdapat anion-anion pengganggu seperti asam-asam organik (borat, fluorida,
silikat, dan fosfat), maka dilakukan analisis sebagai berikut:
Kelima golongan kation-kation tersebut adalah sebagai berikut :
Golongan I : Ag, Hg (I), dan Pb
Golongan II : II A : Cu, Cd, Hg (II), Bi, dan Pb
II B : As, Sb, dan Sn
Golongan III : III A : Al, Cr, Ti, dan Fe
III B : Zn, Co, dan Ni
Golongan IV : Ba, Sr, dan Ca
Golongan V : golongan sisa : amonia, Mg, Na, dan K
3. Pencatatan hasil Pemisahan Golongan
Hasil pemisahan kation kation berdasarkan golongannya dicatat dalam buku kerja
sesuai prosedur. Hasil pengamatan mencakup pencatatan warna endapan yang
terbentuk dan reaksi kimia yang terjadi

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Pemisahan Golongan


1. Menyiapkanpereaksi sesuai standar
2. Melakukan uji mengikuti prosedur kerja yang relevan
3. Melakukan pemisahan sesuai dengan golongan kation
4. Melakukan identifikasi berdasarkan kation yang dipisahkan
5. Membuat reaksi yang terjadi

C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Pemisahan Golongan


1. Menerapkan pemisahan kation sesuai prosedur
2. Menerapkan pengerjaan langkah-langkah kerja pengujian yang akan dilaksanakan
mengikuti metode standar
3. Menerapkan identifikasi, persiapan dan pemisahan sesuai dengan prosedur

BAB IX
MENYIMPULKAN HASIL PENGAMATAN

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menyimpulkan Hasil Pengamatan


1. Menghimpun semua informasi
Pengamatan dilakukan sesuai dengan prosedur kerja yang digunakan. Kesimpulan
dilakukan dengan menggabungkan hasil pengamatan, identifikasi dan pemisahan
pada tiap-tiap pengujian yang dilakukan.

2. Menyesuaikan sifat uji dengan tabel sifat fisik analit tertentu


Hasil pengamatan dan pengujian yang dilakukan dibandingkan dengan tabel atau
standar yang berlaku yang relevan dengan pengujian kualitatif spesi-spesi analit
yang diukur.

3. Membuat kesimpulan
Kesimpulan dibuat secara komprehensif berdasarkan hasil pengujian, pengamatan,
pemisahan dan perbandingan dengan standar atau teori yang relevan.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menyimpulkan Hasil Pengamatan


1. Membuat kesimpulan berdasarkan pengujian
2. Mampu membandingkan hasil pengamatan atau pengujian dengan tabel atau teori
dasar
3. Mampu menarik kesimpulan secara komprehensif

C. Sikap Kerja dalam Menyimpulkan Hasil Pengamatan


1. Menerapkan cara menyimpulkan sesuai prosedur
2. Menerapkan pengerjaan langkah-langkah menyimpulkan hasil pengamatan
mengikuti metode standar
3. Membandingkan hasil kesimpulan dengan tabel atau teori yang terkait

DAFTAR PUSTAKA
1. Achmad, Hiskia. Kimia Unsur dan Radiokimia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1992.
2. Herawati, Kimia Analitik 1, Akademi Kimia Analisis Bogor, 2006.
3. Keenam, Kleinfelter, Wood.1984. Ilmu Kimia Untuk universitas Edisi keenam jilid 1.
Jakarta : Erlangga
4.
5. Sugiyarto, Kristian H. dan Retno D. Suyanti. Kimia Anorganik Logam. Garaha Ilmu,
Yogyakarta, 2010.
6. SKKNI M.749000.024.01. Melaksanakan Analisis Jenis (Konvensional) mengikuti
prosedur
7. R. A. Day/ A.L. Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, edisi keempat, Erlangga,
Jakarta, 1990.
8. Skoog D.A., West D.M., Holler F.J., 1996, Fundamental of Analytical Chemistry , 7 th

Edition.
9. Vogel, Kimia Analisis Kualitatif Anorganik , edisi 4, penerbit buku kedokteran, egc,
Jakarta
DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan

No. Nama Peralatan Keterangan

1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori

2. Printer

3. Neraca

4. Bunsen

5. Kawat Platina

6. Kaca kobalt

7. Tabung reaksi

8. Gegep kayu

9. Pipa tiup

10. Blok arang

11. Spatula

12. Lempeng tetes

13. Pipet tetes

14. Gelas piala

15. Kaca arloji

16. Botol Semprot

B. Daftar Bahan

No
Nama Bahan Keterangan
.
Modul Pembelajaran (buku informasi, buku kerja,
1. Setiap peserta
buku penilaian)
2. Kertas HVS A4
No
Nama Bahan Keterangan
.
3. Spidol whiteboard
4. Kertas chart (flip chart)
5. Tinta printer
6. Akuades
7. NaOH
8. HCl
9. HNO3
10. Air raja
11. Na2CO3
12. K2CO3
13. Na2B4O7.10H2O
14. Kation-kation golongan I, II, III, IV, dan V
LAMPIRAN

DAFTAR PENYUSUN

NO. NAMA PROFESI


1. Askal Maimulyanti, M.Si.  Dosen Politeknik AKA Bogor

2. Kartini Afriani, M.Si.  Dosen Politeknik AKA Bogor

3. Sri Redjeki S.i, M.Si.  Dosen Politeknik AKA Bogor

4. Bella Mellisani, M.Sc.  Dosen Politeknik AKA Bogor

Anda mungkin juga menyukai