Anda di halaman 1dari 60

BUKU INFORMASI

MENERAPKAN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA
IJE.PM01.001.01

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I.


DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS
DIREKTORAT BINA STANDAR KOMPETENSI DAN PELATIHAN KERJA
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan
2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------------------- 2


BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------ 5
A. Tujuan Umum --------------------------------------------------------------------- 5
B. Tujuan Khusus -------------------------------------------------------------------- 5
BAB II MENGIDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO KECELAKAAN KERJA 6
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengidentifikasi Potensi Bahaya
dan Resiko Kecelakaan Kerja -------------------------------------------------- 6
1. Keadaan di Tempat dan Lingkungan Kerja ---------------------------- 6
2. Cara Menyiapkan Keadaan di Tempat dan Lingkungan Kerja ------- 8
3. Sumber yang Valid dalam Mengetahui Bahan ataupun Barang yang
Berpotensi Menimbulkan Bahaya di Tempat Kerja -------------------- 9
4. Cara Memperoleh Data yang Berkaitan dengan Bahan ataupun
Barang yang Berpotensi Menimbulkan Bahaya di Tempat Kerja ----- 28
5. Cara Memelihara tempat Kerja agar tetap bersih, aman dan
nyaman ----------------------------------------------------------------------- 28
6. Cara Menempatkan Bahan dan Barang yang Berbahaya
ditempatkan di tempat yang sudah ditentukan ------------------------- 30
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengidentifikasi Potensi Bahaya
dan Resiko Kecelakaan Kerja --------------------------------------------------- 32
C. Sikap Kerja dalam Mengidentifikasi Potensi Bahaya dan Resiko
Kecelakaan Kerja------------------------------------------------------------------ 32
BAB III MENGEVALUASI BAHAYA DAN RESIKO KECELAKAAN KERJA ------------------ 33
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengevaluasi Bahaya dan Resiko
Kecelakaan Kerja ---------------------------------------------------------------- 33
1. Mengantisipasi yang tepat bila terjadi kecelakaan kerja -------------- 33
2. Pekerjaan yang dapat menimbulkan bahaya dan resiko kecelakaan
kerja yang harus dihindari-------------------------------------------------- 35
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengevaluasi Bahaya dan Resiko
Kecelakaan Kerja ------------------------------------------------------------------ 40

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 2 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Mengevaluasi Bahaya dan Resiko


Kecelakaan Kerja ----------------------------------------------------------------- 40

BAB IV MENGENDALIKAN BAHAYA DAN RESIKO KECELAKAAN KERJA ----------------- 41


A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Bahaya dan
Resiko Kecelakaan Kerja -------------------------------------------------------- 41
1. Cara menyiapkan prosedur K3 diterapkan untuk pengendalian
bahaya dan resiko kecelakaan kerja secara konsisten ---------------- 41
2. Cara menjelaskan semua prosedur terkait dengan pencegahan K3
di tempat dan lingkungan kerja yang dijalankan dengan patuh ---- 42
3. Cara menjelaskan alat pelindung diri (APD) dan (APK) digunakan
sesuai dengan ketentuan K3 -------------------------------------------- - 43
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Bahaya dan
Resiko Kecelakaan Kerja -------------------------------------------------------- 44
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Mengendalikan Bahaya dan Resiko
Kecelakaan Kerja ----------------------------------------------------------------- 44

BAB V MENINGKATKAN KEPEDULIAN TERHADAP PELAKSANAAN K3 ------------------ 45


A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Meningkatkan Kepedulian
Terhadap Pelaksanaan K3 ------------------------------------------------------- 45
1. Cara Menjelaskan sosialisasi yang berhubungan denag K3 diikuti
dengan baik ------------------------------------------------------------------ 46
2. Cara Menjelaskan briefing K3 secara berkala diikuti dengan baik ----- 46
3. Cara Menjelaskan untuk berperan aktif dalam pelaksanaan K3 ---- --- 48
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Meningkatkan Kepedulian
Terhadap Pelaksanaan K3 ------------------------------------------------------- 50
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Meningkatkan Kepedulian Terhadap
Pelaksanaan K3 ------------------------------------------------------------------- 50
BAB VI MEMBUAT LAPORAN PELAKSANAAN K3------------------------------------------- 51
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Membuat Laporan Pelaksanaan K3 51
1. Cara Membuat laporan pelaksanaan K3 sesuai prosedur --------------- 51

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 3 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

2. Cara Membuat laporan pelaksanaan K3 yang disampaikan kepada


pihak terkait -------------------------------------------------------------------- 54
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Membuat Laporan Pelaksanaan K3 56
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Membuat Laporan Pelaksanaan K3 -- 56

DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------------------- 57


A. Dasar Perundang-undangan ---------------------------------------------------- 57
B. Buku Referensi ------------------------------------------------------------------- 57
C. Majalah atau Buletin -------------------------------------------------------------- 57
D. Referensi Lainnya ----------------------------------------------------------------- 57
DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN --------------------------------------------------- 58
A. Daftar Peralatan/Mesin ----------------------------------------------------------- 58
B. Daftar Bahan ----------------------------------------------------------------------- 58
LAMPIRAN ----------------------------------------------------------------------------------------- 59
DAFTAR PENYUSUN ----------------------------------------------------------------------------- 60

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 4 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu menyusun laporan
akhir hasil pelaksanaan K3.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Menerapkan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini guna memfasilitasi peserta latih sehingga pada
akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko kecelakaan kerja.
2. Mengevaluasi bahaya dan resiko kecelakaan kerja.
3. Mengendalikan bahaya dan resiko kecelakaan kerja.
4. Meningkatkan kepedulian terhadap pelaksanaan K3.
5. Membuat laporan pelaksanaan K3.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 5 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

BAB II
MENGIDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA
DAN RESIKO KECELAKAAN KERJA

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengidentifikasi Potensi Bahaya dan


Resiko Kecelakaan Kerja
1. Keadaan di tempat dan lingkungan kerja diperiksa kecelakaan yang bisa terjadi.
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya
penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau
bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan
sistem kerja. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada
Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi
untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada :

1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan,

2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin,

3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan,


4) kualitas produk barang dan jasa,

5) nama baik perusahaan.

Fakta mengenai ergonomi dan K3 internasional atau secara global :

• ILO memperkirakan bahwa tiap tahun sekitar 24 juta orang meninggal


karena kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja termasuk didalamnya
360.000 kecelakaan fatal dan diperkirakan 1,95 juta disebabkan oleh penyakit
fatal yang timbul di ligkungan kerja.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 6 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

• Hal tersebut berarti bahwa pada akhir tahun hampir 1 juta pekerja akan
mengalami kecelakaan kerja dan sekitar 5.500 pekerja meninggal akibat
kecelakaan atau penyakit di lingkungan kerja.
• Dalam sudut pandang ekonomi, 4% atau senilai USD 1,25 Trilyun dari Global
Gross Domestic Prodct (GDP) dialokasikan untuk biaya dari kehilangan waktu
kerja akibat kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja, kompensasi untuk
para pekerja, terhentinya produksi, dan biaya-biaya pengobatan pekerja.
• Potensi bahaya kecelakaan kerja diperkirakan menyebabkan 651.000 angka
kematian, terutama di negara-negara berkembang. Bahkan angka tersebut
mungkin dapat lebih besar lagi jika sistem pelaporan dan notifikasi nya lebih
baik.
• Data dari sejumlah negara-negara Industri menunjukkan bahwa para pekerja
konstruksi memiliki potensi meninggal akibat kecelakaan kerja 3 sampai 4 kali
lebih besar.
• Penyakit paru paru yang terjangkit pada para pekerja di perusahaan minyak &
gas, pertambangan, dan perusahaan perusahaan sejenis, sebagai akibat
paparan asbestos, batu bara dan silica, masih menjadi perhatian di negara
negara maju dan berkembang. Bahkan kematian akibat kecelakaan kerja dari
paparan asbestos saja sudah mencapai angka 100.000 dan selalu bertambah
setiap tahunnya.
• Data ILO menyebutkan ada 1 juta orang di Asia yang meninggal karena
penyakit akibat kerja. "Apa yang terjadi di Asia sekarang adalah yang kami
sebut pembunuhan massal sunyi," kata seorang narasumber.

Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah identifikasi


atau pengenalan bahaya kesehatan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor
risiko kesehatan yang dapat tergolong fisik, kimia, biologi, ergonomik, dan
psikologi yang terpajan pada pekerja. Untuk dapat menemukan faktor risiko ini
diperlukan pengamatan terhadap proses dan simpul kegiatan produksi, bahan
baku yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk hasil samping
proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses produksi. Pada kasus terkait
dengan bahan kimia, maka diperlukan: pemilikan material safety data sheets
(MSDS) untuk setiap bahan kimia yang digunakan, pengelompokan bahan kimia
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 7 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

menurut jenis bahan aktif yang terkandung, mengidentifikasi bahan pelarut yang
digunakan, dan bahan inert yang menyertai, termasuk efek toksiknya. Ketika
ditemukan dua atau lebih faktor risiko secara simultan, sangat mungkin
berinteraksi dan menjadi lebih berbahaya atau mungkin juga menjadi kurang
berbahaya. Sebagai contoh, lingkungan kerja yang bising dan secara bersamaan
terdapat pajanan toluen, maka ketulian akibat bising akan lebih mudah terjadi.

Penilaian Pajanan

Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi kualitatif dan kuantitatif


terhadap pola pajanan kelompok pekerja yang bekerja di tempat dan pekerjaan
tertentu dengan jenis pajanan risiko kesehatan yang sama. Kelompok itu dikenal
juga dengan similar exposure group (kelompok pekerja dengan pajanan yang
sama). Penilaian pajanan harus memenuhi tingkat akurasi yang adekuat dengan
tidak hanya mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan, tetapi juga faktor lain.
Pengukuran dan pemantauan konsentrasi dan intensitas secara kuantitatif saja
tidak cukup, karena pengaruhnya terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor lain
itu. Faktor tersebut perlu dipertimbangkan untuk menilai potensial faktor risiko
(bahaya/hazards) yang dapat menjadi nyata dalam situasi tertentu.

Risiko adalah probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan oleh
frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta upaya yang telah dilakukan
untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan. Termasuk yang perlu
diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, higiene perorangan, serta kebiasaan
selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan.

2. Cara Menyiapkan Keadaan di Tempat dan Lingkungan Kerja.


Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam
beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja,
suhu, penerangan, dan situasinya.
Tempat kerja juga menjadikan salah satu yang menyebabkan kecelakaan
kerja itu bisa terjadi, letak lokasi kerja, kebersihan lokasi kerja dan kenyamanan
menjadikan pekerja merasa aktifitas dalam bekerjanya nyaman sehingga
mengurangi resiko kecelakaan terjadi. Bandingkan dengan tempat kerja yang
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 8 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

kumuh dan sempit juga akan memberikan risiko kerja yang besar dan bisa
berakibat vatal dan menyebabkan kematian. Kebutuhan yang harus dimengerti
oleh pemilik usaha agar memberikan tempat yang sesuai dengan standar kerja
menjadikan perhatian tersendiri oleh pemilik perusahaan, unsure argonomis juga
harus dibuat untuk member keindahan dan kenyamanan dalam bekerja.

3. Sumber yang Valid dalam Mengetahui Bahan ataupun Barang yang Berpotensi
Menimbulkan Bahaya di Tempat Kerja.
Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya di
tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan
untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan
penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya
lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :

a) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri;

b) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di
dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan
baku, baik produk antara maupun hasil akhir;

c) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama


apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam
kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.

Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan


dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :

1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan


gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,
misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas &
dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.

a) Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton)
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 9 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di
sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat
pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.
Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat
unsur alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam
lapisan bumi. Beberapa di antaranya adalah Uranium dan Thorium di
dalam lapisan bumi; Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan
Deuterium yang ada di dalam air.
Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan
radiasi non-pengion.

Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses
ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi
dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel
alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis
radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi pengion
adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X,
partikel neutron.
Radiasi Non Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan
efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion
tersebut berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis
radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio (yang membawa
informasi dan hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang
digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar
inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya
tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang dipancarkan
matahari).
Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai
berikut :

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 10 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

• Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk


mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut
dengan detektor radiasi. Ada beberapa jenis detektor yang secara
spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak keberadaan jenis
radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor gamma, detektor
neutron, dll.

• Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui


proses ionisasi, eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat
tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat detektor
radiasi.

Pengaruh radiasi terhadap manusia


Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel
genetic adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki,
sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek
genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek
yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi.
Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu
yang terpapar radiasi.

Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat


bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda.
Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati
pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar
radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit),
luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat
dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi. Sedangkan efek
tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang
lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan
kanker.

Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek
radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 11 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat


paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi
sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada sel.

Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya
proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi
jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari
paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik
timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan
umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat
keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima
lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek.
Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan
terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di
atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.

Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat


kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik
pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula
tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi
atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem
pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini.
Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek
stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis
ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin
besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik,
sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang
diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka
sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya
sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel
somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama,
ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik
lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 12 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker


dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu
populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan
individu.

• Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.

• Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.

• Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.

• Contoh : Radiasi ultraviolet : pengelasan, Radiasi Inframerah :


furnacesn/ tungku pembakaran, Laser : komunikasi, pembedahan .

Prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam penggunaan radiasi


untuk berbagai keperluan
Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan
yang harus dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak
seharusnya terhadap seseorang. Ada 3 prinsip yang telah
direkomendasikan oleh International Commission Radiological Protection
(ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :
1. Justifikasi, Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus
didasarkan pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup
paparan atau potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan
menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu atau
masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang timbul
terhadap kesehatan.

2. Limitasi, Dosis ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat


tidak boleh melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan.
Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah
munculnya efek deterministik (non stokastik) dan mengurangi
peluang terjadinya efek stokastik.

3. Optimasi, Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya


(as low as reasonably achieveable - ALARA), dengan
mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan
tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 13 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi


dapat ditekan serendah-rendahnya.

b) Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki
ataupun yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah
satu penyebab penyakit lingkungan (Slamet, 2006). Sedangkan
kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara
yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau
aktifitas- aktifitas alam (Schilling, 1981). Kebisingan dapat diartikan
sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi
pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang
maupun suatu populasi.

Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi


bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan.

• Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi,


turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job
performance tenaga kerja.

• Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu
tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun
kronis.

• Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim

• Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.

Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan intensitasnya.


Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz
(Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap
detiknya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah
gelombang dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau
arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis
yang disebut desibel (DB).

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 14 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga


bunyi maka bising dibagi dalam 3 kategori:

1) Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan)


yaitu bising yang disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal
bising dari mesin ketik.
2) Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh
frekuensi bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz.
3) Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi
akibat adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan
meriam, tembakan bedil.
Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat
ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari ukuran-ukuran ini
dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat
diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki / bising.

Skala Intensitas Desibel


Jenis Bunyi
Batas Dengar Tertinggi
Halilintar 120 DB
Meriam 110 DB
Mesin uap 100 DB
Jalan yang ramai 90 DB
Pluit 80 DB
Kantor gaduh 70 DB
Radio 60 Db
Rumah gaduh 50 DB
Kantor pada umumnya 40 DB
Rumah tenang 30 DB
Kantor perorangan 20 DB
Sangat tenang , Suara daun jatuh, 10 DB
Tetesan air
Tabel Skala Intensitas Kebisingan

Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman


Departemen Kesehatan RI Nomor 70-1/PD.03.04.Lp, (Petunjuk
Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan yang Berhubungan dengan
Kesehatan Tahun 1992), tingkat kebisingan diuraikan sebagai berikut:

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 15 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

1) Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise


Level =Leq) adalah tingkat kebisingan terus menerus (=steady noise)
dalam ukuran dBA, berisi energi yang sama dengan energi kebisingan
terputus-putus dalam satu periode atau interval waktu pengukuran.
2) Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang
diperbolehkan adalah rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan
pada siang, petang dan malam hari.
3) Tingkat ambien kebisingan (=Background noise level) atau tingkat
latar belakang kebisingan adalah rata-rata tingkat suara minimum
dalam keadaan tanpa gangguan kebisingan pada tempat dan saat
pengukuran dilakukan, jika diambil nilainya dari distribusi statistik
adalah 95% atau L-95.
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan
kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil
penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan
bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas
60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan
intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat
pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.
Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan
suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi
dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang
keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau
salah persepsi terhadap orang lain.

Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai


akibat lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-
tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras. Bisa jadi timbul salah
persepsi di kalangan keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah.
Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan
gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat
kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 16 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin
dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada
sumber getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising.
Penggunaan proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi
kebisingan sekitar 20-25 dB.

Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi


oleh pekerja karena terasa risih adanya benda asing di telinganya. Untuk
itu penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga
bagi kesehatannya dan akhirnya mau memakainya.

c) Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi )


Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah
beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga
menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan
kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu
cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek
yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan
orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek
atau umur pekerja juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji
misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan
relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di
pabrik mobil. Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur
seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang sudah
tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan
yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.
Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan
kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala
kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing),
menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan
kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa
pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 17 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi
penglihatan rangkap atau kabur.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup
dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
• Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras
dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di
sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek
yang dikerjakan.
• Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar
tempat kerja.Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu
ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
• Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-
masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur
diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.
• Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan
diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup
kadang-kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya
kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi
pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah.Pencegahan
silau dapat dilakukan antara lain :
a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
b. Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa
sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
c. Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka
jendela yang langsung memasukkan sinar matahari.
d. Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh
bayangan suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi
bayangan-bayangan.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 18 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja


akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
• Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi
kerja.

• Kelemahan mental

• Kerusakan alat penglihatan (mata).

• Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

• Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan


bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya)
sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain
sebagai berikut :

Jarak antara gedung dan bangunan-bangunan lain tidak mengganggu


masuknya cahaya matahari ke tempat kerja, Jendela-jendela dan
lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup,
seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan, Apabila
cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti
dengan penerangan lampu yang cukup, Penerangan tempat kerja
tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat
celsius), Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan
bayang-bayang yang mengganggu kerja, Sumber cahaya harus
menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak
berkedip-kedip. Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman,
mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan
menyebabkan kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik :
meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan,
meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja,
mengurangi kecelakaan kerja.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 19 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

d) Getaran
• Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising
seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran
terus menerus atau intermitten.

• Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam


memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan
“powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran
darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ”
vibration-induced white fingers”(VWF).

• Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek


negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan
mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.

• Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.

• Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi


yang mengenai tubuh:
• 3 . 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.
• 6 . 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut
jantung, pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah.
Pada intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem
peredaran darah.
• 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan
beresonansi.
• 13 . 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.
• < 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini
otot menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.

2. Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact
(melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 20 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara
masuk ke dalam tubuh. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh dapat
melalui:

o Pernapasan ( inhalation ),
o Kulit (skin absorption )
o Tertelan ( ingestion )
o Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-
duanya.

Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia


adalah :

a) Korosi
• Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem
pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena.

• Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.

b) Iritasi
• Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak.
Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis.
Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan
sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak )

• Contoh :
o Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .
o Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide,
phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
c) Reaksi Alergi
• Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi
pada kulit atau organ pernapasan

• Contoh :

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 21 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

o Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium


atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.
o Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde,
nickel.

d) Asfiksiasi
• Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan
atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah
tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari
19,5% volume udara.

• Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal


pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada kulit.

• Contoh :

o Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium


o Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen
cyanide, hidrogen sulphide

e) Kanker
• Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah
terbukti pada manusia.

• Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang


secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan .

• Contoh :

o Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia);


vinylchloride ( liver angiosarcoma) ; 2-naphthylamine, benzidine
(kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru ,
mesothelioma);

o Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon


tetrachloride, dichromates, beryllium

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 22 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

f) Efek Reproduksi
• Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual
dari seorang manusia.

• Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat


memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar,
sebagai contoh :aborsi spontan.

• Contoh :
o Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari
ethylene glycol, mercury. Organic mercury compounds,
carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.

g) Racun Sistemik
• Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada
organ atau sistem tubuh.

• Contoh :

o Otak : pelarut, lead, mercury, manganese


o Sistem syaraf peripheral : n-hexane, lead, arsenic, carbon
disulphide
o Sistem pembentukan darah : benzene, ethylene glycol ethers
o Ginjal : cadmium, lead, mercury, chlorinated hydrocarbons
o Paru-paru : silica, asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )

3. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau


ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal
dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit
tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari
bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. Dimana pun Anda
bekerja dan apa pun bidang pekerjaan Anda, faktor biologi merupakan salah
satu bahaya yang kemungkinan ditemukan ditempat kerja. Maksudnya faktor
biologi eksternal yang mengancam kesehatan diri kita saat bekerja. Namun
demikian seringkali luput dari perhatian, sehingga bahaya dari faktor ini tidak

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 23 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

dikenal, dikontrol, diantisipasi dan cenderung diabaikan sampai suatu ketika


menjadi keadaan yang sulit diperbaiki. Faktor biologi ditempat kerja umumnya
dalam bentuk mikro organisma sebagai berikut :
a) Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan
batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan
dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan
dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh
penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus,
thypoid, cholera, dan sebagainya.
b) Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter.
Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel
inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus :
influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.
c) Jamur
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek
karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang
mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
d) Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang
mungkin ditemukan di tempat kerja, diantaranya :

Daerah pertanian
Llingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat
terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma
bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme
jamur.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 24 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik)


Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah
bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi
saluran pernapasan lainnya seperti Pneumonia.

Daerah peternakan terutama yang mengolah kulit hewan serta


produk-produk dari hewan
Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya :
Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup,
Brucellosis, Infeksi Salmonella.

Di Laboratorium
Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi, terutama
untuk laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang
megandung organisme pathogen
Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa
ventilasi alami
Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit
seperti : Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan
alergi yang disebabkan organisme yang hidup pada air yang terdapat pada
system pendingin, Legionnaire disease penyakit yang juga berhubungan
dengan sistem pendingin dan akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia
lanjut.

Cara penularan kedalam tubuh manusia


Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah
masuk kedalam tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, yaitu :
1. Melalui saluran pernapasan
2. Melalui mulut (makanan dan minuman)
3. Melalui kulit apabila terluka

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 25 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

Mengontrol bahaya dari faktor biologi


Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari
dengan pencegahan antara lain dengan :
1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat
debu yang mengandung organism patogen

2. Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi

3. Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja

4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak datu
kali setiap bulan

5. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya


mikroorganisme yang patogen pada system pendingin.

Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengontrol dan
mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.

4. Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai
dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan
serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,
pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.

Pembebanan Kerja Fisik

• Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim,
sosial ekonomi dan derajat kesehatan.

• Pembebanan tidak melebihi 30 – 40% dari kemampuan kerja maksimum


tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.

• Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia


adalah 40 kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali
maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan.

• Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit,


parameter praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 26 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

diusahakan tidak melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum


bekerja.

5. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau


ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang
baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen
atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak
sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya
sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara
individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.

Stress

• Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik


terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu
berlebihan, maka hal ini dinamakan stress.

• Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan


kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika.

• Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan


darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan
pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll.

Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal
atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai,
kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan. Potensi bahaya keselamatan
terdapat pada alat/mesin, serta bahan yang digunakan dalam proses
produksi, seperti forklift (tertabrak), gancu (tertusuk), pallet (tertimpa), dan
bahan baku (tertimpa, terjatuh dari tumpukan bahan baku), feed additive
(kerusakan mata akibat terkena debu feed additive), cutter, mesin bubut/las
(kerusakan mata akibat terpercik geram, lecet akibat terkena part panas, dan
kerusakan paru-paru akibat terhirup debu las), luka bakar akibat kebocoran
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 27 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

gas, terjepit part, semburan panas dari blow down otomatis, kebakaran, dan
peledakan.

4. Cara Memperoleh Data yang Berkaitan dengan Bahan ataupun Barang yang
Berpotensi Menimbulkan Bahaya di Tempat Kerja.
Manajemen resiko (risk management) adalah proses yang mendefinisikan ruang
lingkup kerja, mengidentifikasi sumber kecelakaan kerja yang potensial dan
akhirnya menentukan langkah atau kontrol untuk mengurangi resiko. Penerapan
manejemen resiko melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Penentuan ruang lingkup pekerjaan dengan menentukan tujuan, dimana,
kapan, dan bagaimana akan dikerjakan serta siapa yang mengerjakan dengan
disertai kualifikasi menyangkut pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian
masing-masing personel.
2. Mengidentifikasi bahan dan proses yang digunakan.
3. Menentukan sumber kecelakaan kerja yang menyertai proses yang akan
dilakukan dengan mencari informasi tentang bahan yang digunakan, bahaya,
dan kemungkinan kesalahan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
4. Evaluasi tingkat resiko kerja.
5. Penentuan langkah dan kontrol yang harus diambil, seperti penanganan khusus
terhadap bahan, proteksi alat kerja, dan penggunaan prosedur khusus
penanganan proses.
6. Pengawasan dan pelaporan seluruh proses juga jika terjadi perubahan bahan,
proses, atau prosedur kerja.

5. Cara Memelihara tempat Kerja agar tetap bersih, aman dan nyaman
House-keeping.
Para pekerja harus merawat lingkungan kerjanya secara terus menerus. Peralatan
harus dijaga dalam keadaan baik dan tersimpan dengan rapi pada saat tidak
digunakan. Jalur evakuasi, tangga dan pintu keluar keadaan darurat harus bersih
dari barang-barang yang dapat menghalangi kegiatan evakuasi. Membiasakan diri
meninggalkan tempat kerja dalam keadaan yang rapi.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 28 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

Pengelolaan Lingkungan
Perusahaan bertanggung jawab terhadap seluruh limbah yang dihasilkan dari
kegiatan yang dilakukan. Setiap ceceran harus ditampung dalam tempat
penampungan Limbah tidak boleh dibuang ke dalam saluran drainase. Apabila
terdapat pencemaran lingkungan, segera informasikan kepada Pengawas
Pekerjaan. Tumpahan harus dibersihkan sesegera mungkin tetapi hanya jika
aman untuk dilakukan. Tindakan pencegahan penyebaran tumpahan harus segera
dilakukan. Tumpahan Bahan Berbahaya Beracun (B3) harus dikelola dengan
metode yang benar sesuai prosedur dalam MSDS dan Peraturan Perundangan.
Material bekas dan material yang dapat didaur ulang harus dibuang dalam tempat
tersendiri. Barang berbahaya dan B3 tidak boleh dibuang dalam tempat sampah
biasa.

Pekerjaan Elektrikal / Listrik.


Isolasikan sirkuit power dan control pada switchboard peralatan elektrikal yang
sedang dikerjakan. Semua sirkuit yang diisolasi harus ditandai dan dimatikan,
sirkuit hanya boleh diaktifkan kembali oleh pekerja yang melakukan isolasi.
Jangan membuka pelindung tahan api kecuali aliran listrik telah diisolasi. Jangan
memulai pekerjaan jika diketahui adanya kebocoran bahan bakar minyak atau
gas.

Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-
kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus
diperhatikan antara lain:
a. Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan
melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
b. Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan
dari peralatan.
c. Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan
untuk menghindari kecelakaan kerja.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 29 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

d. Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkeraan yang


memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu
juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan listrik.
e. Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak
membahayakan pengguna yang lain dengan cara memberikan keterangan
tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
f. Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun
isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif dari bahan kimia dapat
menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.
g. Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak.
Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang
mudah terbakar.
h. Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada
bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan
mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida
(PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 oC. Karet silikon dapat
o
digunakan pada suhu –50 C. Batas maksimum pengoperasian alat juga
penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida dapat
digunakan sampai pada suhu 75 oC, sedangkan karet silikon dapat digunakan
sampai pada suhu 150 oC.

6. Cara Menempatkan Bahan dan Barang yang Berbahaya ditempatkan di tempat


yang sudah ditentukan
Tata Letak Yang Baik (Good Housekeeping)

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 30 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

Apa itu good housekeeping?

Good housekeeping adalah manajemen tata letak yang dilakukan ditempat kerja
yang mencakup peralatan, dokumen, bangunan dan ruangan untuk membuat
tempat kerja menjadi bersih, rapih, aman dan nyaman sehingga dapat
meningkatkan produktivitas kerja dan mengurangi bahaya yang ada di tempat
kerja.

Tahukah anda mengapa kita harus lebih memperhatikan housekeeping?

Sebab, housekeeping yang efektif dapat mengeliminasi bahaya yang ada ditempat
kerja ataupun ditempat perkuliahan, sehingga setiap orang dapat melakukan
pekerjaannya dengan aman dan sebaik-baiknya. Housekeeping yang buruk juga
dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan.
Good Housekeeping bukan hanya sekedar kebersihan, namun juga menyangkut
menjaga area kerja tetap rapih dan nyaman, selain itu menjaga ruangan tetap
bersih dan lantai tidak licin, dan membuang material yang tidak terpakai serta
menjaga barang-barang yang berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran.

Kerugian dan kelebihan dari good housekeeping :

1. Kerugian

Tata letak yang buruk dapat menyebabkan beberapa accident seperti :

• Tersandung kabel-kabel yang tidak rapih


• Terkena benda jatuh
• Tergelincir pada lantai yang licin, basah atau kotor
• Kulit atau bagian tubuh lainnya tergores benda tajam

2. Kelebihan

• Zero Defect, yang artinya kualitas lebih baik seperti :


• Terhindar dari mengambil barang atau dokumen yang salah
• Tempat kerja yang bersih akan menambah semangat kerja
• Alat-alat yang digunakan dapat bekerja dengan baik
• Dapat dengan mudah dan efisien dalam memelihara peralatan

• Zero Waste, yang artinya mengurangi biaya dan efisiensi meningkat :


• Inventory dan barang dalam proses menjadi lebih sedikit
• Ruangan yang terpakai untuk barang-barang yang tidak diperlukan menjadi
berkurang
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 31 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

• Mengurangi gerakan-gerakan yang tidak diperlukan seperrti, mengangkat,


mencari-cari, meletakkan, menghitung, memindahkan, dsb.

• Zero Set Up Time, yang artinya menghemat waktu / tidak ada waktu yang
terbuang, hal ini karenakan :
• Barang, dokumen, dan lainnya sudah tertata dengan rapi dan teratur sehingga
waktu yang terbuang untuk mencari barang-barang atau dokumen dapat
berkurang
• Tempat kerja atau tempat kuliah yang bersih dapat mengingkatkan efisiensi
dan memudahkan orang untuk mengetahui cara pengoperasiannya.

• Zero Injury, yang artinya keselamatan dan kesehatan kerja lebih baik :
• Dapat dengan mudah mengamati bahaya yang ada di tempat kerja /
perkuliahan
• Penempatan barang dengan aman akan dapat menghindari barang tersebut
terjatuh dan menimpa orang
• Jika terjadi keadaan darurat, pekerja ataupun warga kampus sudah
mengetahui letah pintu darurat dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
• Menurunkan bahaya kebakaran
• Mengurangi pajanan terhadap bahan berbahaya seperti debu, uap ataupun
bahan kimia berbahaya
• Kondisi tempat kerja yang bersih dapat meningkatkan kesehatan.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengidentifikasi Potensi Bahaya dan


Resiko Kecelakaan Kerja
1. Menyiapkan metode pengumpulan data.
2. Memperoleh data yang bekaitan dengan mengidentifikasi potensi bahaya dan
resiko kecelakaan kerja.
3. Menganalisis data yang diperoleh dari sumber yang valid untuk menentukan data
yang sesuai dengan kebutuhan identifikasi potensi bahaya dan resiko kecelakaan
kerja.
C. Sikap kerja
Harus bersikap secara:
1. Cermat dan teliti dalam menyiapkan metode, memperoleh dan menganalisis
data.
2. Taat asas dalam mengaplikasikan cara, langkah-langkah, panduan, dan pedoman
yang dilakukan.
3. Berpikir analitis serta evaluatif waktu melakukan analisis.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 32 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

BAB III
MENGEVALUASI BAHAYA DAN RESIKO KECELAKAAN KERJA

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengevaluasi Bahaya dan Resiko


Kecelakaan Kerja
1. Mengantisipasi yang tepat bila terjadi kecelakaan kerja.
Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil dan bahkan
menghilangkan kejadian kecelakaan kerja di kalangan karyawan sesuai dengan
kondisi perusahaan. Strategi yang perlu diterapkan perusahaan meliputi :
1. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam
menghadapi kejadian kecelakaan kerja. Misalnya karena alasan finansial,
kesadaran karyawan tentang keselamatan kerja dan tanggung jawab
perusahaan dan karyawan maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat
perlindungan yang minimum bahkan maksimum.
2. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan
kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal dimaksudkan setiap
aturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan
aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan
dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan-kesepakatan.
3. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur
dan rencana tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif
berarti pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan
rencana sesuai kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara arti reaktif,
pihak manajemen perlu segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan
kerja setelah suatu kejadian timbul.
4. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajad keselamatan dan
kesehatan kerja yang rendah sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak
luas. Artinya perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Sesuai dengan strategi di atas maka program yang diterapkan untuk
menterjemahkan strategi itu diantara perusahaan biasanya dengan pendekatan
yang berbeda. Hal ini sangat bergantung pada kondisi perusahaan. Secara umum

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 33 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

program memperkecil dan menghilangkan kejadian kecelakaan kerja dapat


dikelompokkan : telaahan personal, pelatihan keselamatan kerja, sistem insentif,
dan pembuatan aturan penyelamatan kerja.
a. Telaahan Personal
Telaahan personal dimaksudkan untuk menentukan karakteristik karyawan
tertentu yang diperkirakan potensial berhubungan dengan kejadian
keselamatan kerja: (1) faktor usia; apakah karyawan yang berusia lebih tua
cenderung lebih lebih aman dibanding yang lebih muda ataukah sebaliknya,
(2) ciri-ciri fisik karyawan seperti potensi pendengaran dan penglihatan
cenderung berhubungan derajad kecelakaan karyawan yang kritis, dan (3)
tingkat pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang pentingnya pencegahan
dan penyelamatan dari kecelakaan kerja. Dengan mengetahui ciri-ciri personal
itu maka perusahaan dapat memprediksi siapa saja karyawan yang potensial
untuk mengalami kecelakaan kerja. Lalu sejak dini perusahaan dapat
menyiapkan upaya-upaya pencegahannya.
b. Sistem Insentif
Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan karir.
Dalam bentuk uang dapat dilakukan melalui kompetisi antarunit tentang
keselamatan kerja paling rendah dalam kurun waktu tertentu, misalnya selama
enam bulan sekali. Siapa yang mampu menekan kecelakaan kerja sampai titik
terendah akan diberikan penghargaan. Bentuk lain adalah berupa peluang
karir bagi para karyawan yang mampu menekan kecelakaan kerja bagi dirinya
atau bagi kelompok karyawan di unitnya.
c. Pelatihan Keselamatan Kerja
Pelatihan keselamatan kerja bagi karyawan biasa dilakukan oleh perusahaan.
Fokus pelatihan umumnya pada segi-segi bahaya atau resiko dari pekerjaan,
aturan dan peraturan keselamatan kerja, dan perilaku kerja yang aman dan
berbahaya.
d. Peraturan Keselamatan Kerja
Perusahaan perlu memiliki semacam panduan yang berisi peraturan dan aturan
yang menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh karyawan di
tempat kerja. Isinya harus spesifik yang memberi petunjuk bagaimana suatu

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 34 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

pekerjaan dilakukan dengan hati-hati untuk mencapai keselamatan kerja


maksimum. Sekaligus dijelaskan beberapa kelalaian kerja yang dapat
menimbulkan bahaya individu dan kelompok karyawan serta tempat kerja.
Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan melalui pemantauan, penumbuhan
kedisiplinan dan tindakan tegas kepada karyawan yang cenderung melakukan
kelalaian berulang-ulang.

2. Pekerjaan yang dapat menimbulkan bahaya dan resiko kecelakaan kerja yang
harus dihindari.
Berbagai pendekatan sering dilakukan dalam menghadapi risiko dalam organisasi
atau perusahaan misalnya :
a. Mengabaikan risiko sama sekali, karena dianggap merupakan hal yang diluar
kendali manajemen. Pendapat tersebut, merupakan cara pendekatan yang tidak
tepat, karena tidak semua risiko berada diluar jangkauan kendali organisasi /
perusahaan.
b. Menghindari semua kegiatan atau proses produksi yang memiliki risiko. Hal ini
merupakan sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan, karena semua aktivitas
ditempat kerja sampai tingkat tertentu selalu mengandung risiko.
c. Menerapkan Manajemen Risiko, dalam pengertian umum, risiko tinggi yang
dihadapi sebenarnnya merupakan suatu tantangan yang perlu diatasi dan
melalui suatu pemikiran positif diharapkan akan memberikan nilai tambah atau
imbalan hasil yang tinggi pula.
Aspek ekonomi, sosial dan legal merupakan beberapa hal yang berkaitan
dengan penerapan manajemen risiko. Dampak finansial akibat peristiwa
kecelakaan kerja, gangguan kesehatan atau sakit akibat kerja, kerusakan atau
kerugian aset, biaya premi asuransi, moral kerja dan sebagainya, sangat
mempengaruhi produktivitas. Demikian juga aspek sosial dan kesesuaian
penerapan peraturan perundang undangan yang tercermin pada segi
kemanusiaan, kesejahteraan dan kepercayaan masyarakat memerlukan
penyelenggaraan manajemen risiko yang dilaksanakan melalui partisipasi pihak
terkait.
Manajemen risiko kesehatan di tempat kerja mempunyai tujuan: meminimalkan
kerugian akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan kesempatan/peluang untuk
meningkatkan produksi melalui suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman,
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 35 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

memotong mata rantai kejadian kerugian akibat kegagalan produksi yang


disebabkan kecelakaan dan sakit, serta pencegahan kerugian akibat kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Secara sistematik dilakukan pengendalian potensi bahaya serta risiko dalam
proses produksi melalui aktivitas :
a. Identifikasi bahaya
b. Penilaian pajanan
c. Karakterisasi risiko
d. Penilaian risiko
e. Pengendalian risiko untuk mencegah atau mengurangi kerugian
f. Pemantauan dan peninjauan ulang

Identifikasi Bahaya
Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah
identifikasi atau pengenalan bahaya kesehatan. Pada tahap ini dilakukan
identifikasi faktor risiko kesehatan yang dapat tergolong fisik, kimia, biologi,
ergonomik, dan psikologi yang terpajan pada pekerja. Untuk dapat menemukan
faktor risiko ini diperlukan pengamatan terhadap proses dan simpul kegiatan
produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan
termasuk hasil samping proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses
produksi. Pada kasus terkait dengan bahan kimia, maka diperlukan: pemilikan
material safety data sheets (MSDS) untuk setiap bahan kimia yang digunakan,
pengelompokan bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang terkandung,
mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, dan bahan inert yang
menyertai, termasuk efek toksiknya.
Ketika ditemukan dua atau lebih faktor risiko secara simultan, sangat mungkin
berinteraksi dan menjadi lebih berbahaya atau mungkin juga menjadi kurang
berbahaya. Sebagai contoh, lingkungan kerja yang bising dan secara bersamaan
terdapat pajanan toluen, maka ketulian akibat bising akan lebih mudah terjadi.

Penilaian Pajanan
Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi kualitatif dan kuantitatif
terhadap pola pajanan kelompok pekerja yang bekerja di tempat dan pekerjaan
tertentu dengan jenis pajanan risiko kesehatan yang sama. Kelompok itu dikenal
juga dengan similar exposure group (kelompok pekerja dengan pajanan yang
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 36 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

sama). Penilaian pajanan harus memenuhi tingkat akurasi yang adekuat dengan
tidak hanya mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan, tetapi juga faktor
lain.
Pengukuran dan pemantauan konsentrasi dan intensitas secara kuantitatif saja
tidak cukup, karena pengaruhnya terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor
lain itu. Faktor tersebut perlu dipertimbangkan untuk menilai potensial faktor
risiko (bahaya/hazards) yang dapat menjadi nyata dalam situasi tertentu.
Risiko adalah probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan oleh
frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta upaya yang telah dilakukan
untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan. Termasuk yang perlu
diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, higiene perorangan, serta kebiasaan
selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan.

Karakterisasi Risiko
Tujuan langkah karakterisasi risiko adalah mengevaluasi besaran (magnitude)
risiko kesehatan pada pekerja. Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan
gangguan kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya toksisitas bila ada
efek toksik, dengan kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik dapat
terjadi sebagai konsekuensi pajanan bahaya potensial. Karakterisasi risiko
dimulai dengan mengintegrasikan informasi tentang bahaya yang teridentifikasi
(efek gangguan/toksisitas spesifik) dengan perkiraan atau pengukuran
intensitas/konsentrasi pajanan bahaya dan status kesehatan pekerja.

Penilaian Risiko
Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian risiko
meliputi :
1. Menentukan personil penilai
Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh petugas
lain diluar perusahaan yang berkompeten baik dalam pengetahuan,
kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan. Tergantung dari
kebutuhan, pada tempat kerja yang luas, personil penilai dapat merupakan
suatu tim yang terdiri dari beberapa orang.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 37 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

2. Menentukan obyek/bagian yang akan dinilai


Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian /
departemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan sebagainya. Penentuan
obyek ini sangat membantu dalam sistematika kerja penilai.
3. Kunjungan / Inspeksi tempat kerja
Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu “walk through survey / Inspection”
yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih detail. Dalam
kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar dan mencatat
semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian kegiatan, proses,
bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja, teknologi
pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait.
4. Identifikasi potensi bahaya
Berbagai cara dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi bahaya di
tempat kerja, misalnya melalui :
- inspeksi / survei tempat kerja rutin
- informasi mengenai data keelakaan kerja dan penyakit, absensi
- laporan dari (panitia pengawas Kesehatan dan Keselamatan Kerja) P2K3,
supervisor atau keluhan pekerja
- lembar data keselamatan bahan (material safety data sheet)
- dan lain sebagainya
Selanjutnya diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi bahaya
tersebut untuk memprediksi langkah atau tindakan selanjutnya terutama
pada kemungkinan potensi bahaya tersebut menjadi suatu risiko.
5. Mencari informasi / data potensi bahaya
Upaya ini dapat dilakukan misalnya melalui kepustakaan, mempelajari MSDS,
petunjuk teknis, standar, pengalaman atau informasi lain yang relevan.
6. Analisis Risiko
Dalam kegiatan ini, semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat
keparahan, frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana tindakan
untuk mengatasi risiko tersebut dibahas secara rinci dan dicatat selengkap
mungkin. Ketidaksempurnaan dapat juga terjadi, namun melalui upaya
sitematik, perbaikan senantiasa akan diperoleh.
7. Evaluasi risiko
Memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat merupakan langkah
yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian risiko. Kualifikasi dan
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 38 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

kuantifikasi risiko, dikembangkan dalam proses tersebut. Konsultasi dan


nasehat dari para ahli seringkali dibutuhkan pada tahap analisis dan evaluasi
risiko.
8. Menentukan langkah pengendalian
Apabila dari hasil evaluasi menunjukan adanya risiko membahayakan bagi
kelangsungan kerja maupun kesehatan dan keselamatan pekerja perlu
ditentukan langkah pengendalian yang dipilih dari berbagai cara seperti :
Apabila dari hasil evaluasi menunjukan adanya risiko membahayakan bagi
kelangsungan kerja maupun kesehatan dan keselamatan pekerja perlu
ditentukan langkah pengendalian yang dipilih dari berbagai cara seperti :
a. Memilih teknologi pengendalian seperti eliminasi, substitusi, isolasi,
engineering control, pengendalian administratif, pelindung
peralatan/mesin atau pelindung diri.
b. Menyusun program pelatihan guna meningkatka pengetahuan dan
pemahaman berkaitan dengan risiko
c. Menentukan upaya monitoring terhadap lingkungan / tempat kerja.
d. Menentukan perlu atau tidaknya survailans kesehatan kerja melalui
pengujian kesehatan berkala, pemantauan biomedik, audiometri dan lain-
lain.
e. Menyelenggarakan prosedur tanggap darurat / emergensi dan pertolongan
pertama sesuai dengan kebutuhan.
9. Menyusun pencatatan / pelaporan
Seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penilaian risiko harus dicatat dan
disusun sebagai bahan pelaporan secara tertulis. Format yang digunakan
dapat disusun sesuai dengan kondisi yang ada.
10. Mengkaji ulang penelitian
Pengkajian ulang perlu senantiasa dilakukan dalam periode tertentu atau bila
terdapat perubahan dalam proses produksi, kemajuan teknologi,
pengembangan informasi terbaru dan sebagainya, guna perbaikan
berkelanjutan penilaian risiko tersebut.

Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko ditujukan untuk mencegah terjadinya pajanan bahaya
kesehatan, atau menurunkan tingkat pajanan sampai pada tingkat yang
dapat diterima (acceptable level). Pengendalian dapat dilakukan dengan
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 39 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

berbagai cara, tergantung keadaan pada saat tersebut. Hirarki yang


disarankan dalam pengendalian secara umum adalah; pengendalian secara
teknis, pengendalian secara administratif, dan yang terakhir adalah
penggunaan alat pelindung diri (personal protective equipment).
Pada kasus pajanan kimia maka hirarki yang disarankan adalah: substitusi
bahan yang berbahaya dengan yang tidak atau kurang berbahaya,
pengendalian teknik seperti penyempurnaan ventilasi, perbaikan prosedur
kerja dengan tujuan menurunkan pajanan, dan penggunaan alat pelindung
diri.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengevaluasi Bahaya dan Resiko


Kecelakaan Kerja
1. Menetapkan data sebagai informasi dalam mengevaluasi bahaya dan resiko
kecelakaan kerja.
2. Memilih data hasil analisis sebagai informasi dalam mengevaluasi bahaya dan
resiko kecelakaan kerja.
C. Sikap kerja yang Diperlukan dalam Mengevaluasi Bahaya dan Resiko
Kecelakaan Kerja
1. Harus cermat dan teliti dalam menetapkan dan memilih data.
2. Harus berpikir analitis serta evaluatif waktu menetapkan data menjadi informasi
sebagai dasar pelaksanaan kegiatan.
3. Harus taat asas dalam mengaplikasikan cara, panduan, dan pedoman.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 40 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

BAB IV
MENGENDALIKAN BAHAYA DAN RESIKO KECELAKAAN KERJA

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Bahaya dan Resiko


Kecelakaan Kerja
1. Cara Menyiapkan Prosedur K3 Diterapkan Untuk Pengendalian Bahaya dan
Resiko Kecelakaan Kerja Secara Konsisten.
Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan
langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahayanya menuju ke
titik yang aman.
Pengendalian resiko/bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan,
kehandalan dan proteksi tertinggi diantara pengendalian lainnya. Dan pada
urutan hierarki setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun
seperti diilustrasikan pada gambar di bawah ini :

Gambar : Hierarki Pengendalian Resiko

Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai


dengan tingkat resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman). Hierarki
pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi, substitusi, perancangan,
administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang terdapat pada tabel di bawah :

HIERARKI PENGENDALIAN RESIKO/BAHAYA K3


ELIMINASI Eliminasi Sumber Bahaya Tempat
SUBSTITUSI Substitusi Alat/Mesin/Bahan Kerja/Pekerjaan
PERANCANGAN Modifikasi/Perancangan Aman Mengurangi
Alat/Mesin/Tempat Kerja yang Lebih Bahaya
Aman
Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 41 dari 60
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

ADMINISTRASI Prosedur, Aturan, Pelatihan, Durasi Tenaga Kerja Aman


Kerja, Tanda Bahaya, Rambu, Poster, Mengurangi Paparan
Label
APD Alat Perlindungan Diri Tenaga Kerja

Dalam penerapan prosedur keselamatan kerja pada instalasi tegangan tinggi /


ektra tinggi perlu adanya penunjukan seorang Penanggung Jawab Pekerjaan dan
para pengawasnya dengan peran, tugas serta tanggung jawabnya masing-
masing.

Sesuai BUKU BIRU Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Pada Instalasi TT / TET No.
P3B/PRO/TIMSOP/B01/P3B edisi 01 pada BAB 2 halaman 5 pada :

• Ayat 2.1 Pengorganisasian Kerja, dan tugas pengawasan tidak boleh dirangkap.

• Ayat 2.4 Pedelegasian Tugas dapat diberikan kepada personil lainnya antara
lain untuk Penanggung Jawab Pekerjaan, Pengawas Manuver, Pengawas
Pekerjaan dan Pengawas K3

2. Cara Menjelaskan Semua Prosedur Terkait Dengan Pencegahan K3 di Tempat


dan Lingkungan Kerja yang Dijalankan Dengan Patuh.
Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana
Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau
bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keadaan pada saat kejadian
yang sebenarnya. Pengujian prosedur secara berkala tersebut dilakukan oleh
personel yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai
bahan besar harus dikoordinaksikan dengan instansi terkait yang berwenang.
Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden perusahaan
harus memiliki prosedur yang meliputi:
a) Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai
mendapatkan pertolongan medik.
b) Proses perawatan lanjutan.

Prosedur Kerja / Job Safety Analysis (JSA)

Setiap pekerjaan yang beresiko tinggi harus dilengakpi dengan Jobs Safety
Analysis (JSA). JSA dibuat oleh pengawas pelaksana kerja, ditelaah oleh
pengawas area dimana pekerjakan akan dilakukan dan disyahkan oleh atasan
pengawas area.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 42 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

3. Cara Menjelaskan Alat Pelindung Diri (APD) dan (APK) Digunakan Sesuai Dengan
Ketentuan K3.
Alat Pelindung Diri (APD).
APD agar dikenakan apabila di tempat kerja mensyaratkan untuk dipenuhi dan
Perusahaan harus menyediakan seluruh APD bagi para pekerjanya.
• Pemakaian topi keselamatan (safety helmet) diharuskan dipakai di tempat
kerja. Topi keselamatan kerja ini harus memenuhi persyaratan dan ketentuan
Standar Industri Indonesia (SII) atau Standar Assosiasi Internasional (Z 94.1).
• Pemakaian sepatu keselamatan kerja diharuskan bagi setiap orang yang
bekerja, mengawasi dan memeriksa di lapangan. Sepatu keselamatan kerja ini
harus memenuhi persyaratan dan ketentuan Standar Industri Indonesia (SII)
atau Standar Assosiasi Internasional (Z 195).
• Kacamata keselamatan, pelindung muka atau peralatan pelindung lainnya
harus dipakai oleh para pekerja saat dibutuhkan untuk menangani jenis
pekerjaan tertentu. Peralatan pelindung mata dan muka harus
memenuhi persyaratan Standar Industri Indonesia (SII) atau Standar Assosiasi
Internasional (Z 94.3) dan untuk kacamata keselamatan harus
memenuhi SII atau Z 87.1.
• Menyemprotkan udara bertekanan terhadap pakaian kerja untuk tujuan
membersihkan kotoran atau membersihkan dengan minyak ataupun bahan
yang dapat menimbulkan iritasi kulit, sama sekali tidak diperbolehkan.
• Peralatan pelindung telinga disediakan dan dipakai oleh pekerja di
lapangan/lokasi yang mensyaratkan penggunaan pelindung telinga.
• Tabung alat bantu pernafasan agar disediakan di lokasi kerja dimana
dimungkinkan terdapat gas atau uap beracun. Hal ini menjadi tanggung jawab
pengawas di lokasi untuk memastikan bahwa peralatan tersebut dapat
beroperasi dengan baik. Semua pekerjaan yang membutuhkan penggunaan
masker udara atau alat bantu pernafasan harus ada 2 (dua) orang yang
mengoperasikannya.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 43 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Bahaya dan Resiko


Kecelakaan Kerja
1. Menyiapkan informasi yang telah ditetapkan sebagai dasar dalam mengendalikan
bahaya dan resiko kecelakaan kerja.
2. Memverifikasi dan memvalidasi informasi yang telah disiapkan.

C. Sikap kerja
1. Harus cermat dan teliti dalam menyiapkan,memverifikasi, dan memvalidasi
informasi yang dilaporkan
2. Harus taat asas dan memperhatikan SOP.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 44 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

BAB V
MENINGKATKAN KEPEDULIAN TERHADAP PELAKSANAAN K3

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Meningkatkan Kepedulian Terhadap


Pelaksanaan K3
1. Cara Menjelaskan Sosialisasi yang Berhubungan Dengan K3 Diikuti Dengan Baik.
Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Adalah upaya memberdayakan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta lingkungannya. (The process
of enabling people to increase control over, and to improve their health-Ottawa
charter 1986.)
Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya, yang berarti
mengembangkan kemandirian, yang dilakukan dengan menimbulkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan, serta dengan mengembangkan iklim yang mendukung
pengembangan kemandirian tersebut.
Tujuan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja adalah :
Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan aman.
Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat.
Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan
masayarakat.
Dua konsep yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan
pekerja dan lingkungannya adalah pencegahan dan peningkatan
kesehatan. Secara mendasar Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja
adalah perlu melindungi individu (pekerja), lingkungan didalam dan
diluar tempat kerja dari bahan-bahan berbahaya, stress atau
lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang memperhatikan kesehatan
dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dapat mendukung
terlaksananya promosi kesehatan di tempat kerja.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 45 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

Keuntungan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja, secara umum :


Bagi Perusahaan :
Meningkatnya lingkungan tempat kerja yang sehat dan aman serta
nyaman.
• Citra Perusahaan Positif
• Meningkatkan moral staf
• Menurunnya angka absensi
• Meningkatnya produktifitas
• Menurunnya biaya kesehatan atau biaya asuransi.
• Pencegahan terhadap penyakit.
Bagi Pekerja :
Lingkungan tempat kerja menjadi lebih sehat
• Meningkatnya percaya diri
• Menurunnya stress
• Meningkatnya semangat kerja
• Meningkatnya kemampuan
• Meningkatnya kesehatan.
• Lebih sehatnya keluarga dan masyarakat

2. Cara Menjelakan Briefing K3 Secara Berkala Diikuti Dengan Baik.


Kegiatan Briefing K3 :
Diskusikanlah hal-hal apa yang dapat menyebabkan suatu rapat K3 tidak dapat
berjalan dengan baik ?
Persiapan
• Tentukan waktu,tgl & tempat pelaksanaan
• Tentukan agenda rapat, meliputi :
- Agenda rapa sebelumnya yang belum selesai/follow up.
- Agenda rutin : review program-program K3.
- Agenda baru/input dari peserta :
• Laporan bahaya
• Laporan kecelakaan kerja
• Laporan inspeksi K3

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 46 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

• Distribusikan undangan rapat, jadwal dan agenda rapat sebelum pelaksanaan


rapat.
Pelaksanaan
• Persiapkan ruangan rapat (kursi, OHP, alat tulis, snack?, dll)
• Datang lebih awal dan mulai tepat waktu.
• Sepakati waktu rapat.
• Tentukan dan ingatkan aturan dalam rapat.
• Bahas sesuai agenda dan prioritas.
• Tentukan penanggung jawab dan waktu penyelesaian dari tiap butir
pembahasan.
• Catat setiap pembahasan dalam notulensi rapat.
• Tutup rapat pada waktunya.
Isi notulensi rapat
• Tanggal, waktu dan lokasi rapat.
• Daftar hadir peserta rapat.
• Daftar agenda/topic pembahasan dalam rapat.
• Rekomendasi solusi untuk tiap topic pembahasan.
• Penanggung jawab pelaksana tindakan rekomendasi.
• Pengesahan notulensi rapat oleh pimpinan rapat.
Follow Up
• Follow up tindakan rekomendasi atas permasalahan/topic yang dibahas dalam
rapat.
• Memastikan hasil notulensi rapat disebarluaskan pada anggota.
• Update informasi hasil rapat pada anggota yang berhalangan hadir.
• Agendakan permasalahan yang belum dapat diselesaikan pada rapat K3
berikutnya.
Briefing/Rapat K3 yang Efektif
• Terencana dengan baik.
• Komunikasi
• Partisipasi aktif peserta rapat
• Aturan rapat
• Hasil yang jelas dan terukur

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 47 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

3. Cara Menjelaskan Untuk Berperan Aktif Dalam Pelaksanaan K3.


Melaksanakan prosedur K3 adalah merupakan tahap atau proses suatu kegiatan
untuk menyelesaikan aktivitas atau metode langkah demi langkah secara pasti
dalam pekerjaan dengan memperhatikan keselamatan, kesehatan, dan keamanan
atau K3.
Adapun Unsur - unsur yang terdapat dalam suatu organisasi/Instansi/Perusahaan
/Yayasan, yaitu :
1. Tenaga Kerja
Adalah Orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun di luar
hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
2. Pengusaha
Adalah :
• Orang, Persekutuan / Badan hukum yang menyalurkan suatu perusahaan
milik sendiri.
• Orang, Persekutuan / Badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya.
• Orang Persekutuan / Badan hukum yang berada di indonesia dalam huruf A
dan B yang berkedudukan di luar wilayah indonesia.
3. Perusahaan
Adalah setiap bentuk badan usaha yang memperkerjakan tenaga kerja dengan
tujuan mencari untuk atau tidak, baik milik swasta maupun negara.
4. Tempat Kerja
Adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja bekerja, yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha, agar tenaga kerja mendapat perlindungan maka unsur
yang ada didalam perusahaan seperti tenaga kerja, perusahaan, pengusaha /
pengelola harus mengikuti prosedur K3LH.
Pihak Pengusaha atau Perusahaan melakukan Prosedur Bekerja dengan aman
dan tertib dengan cara :
1. Menetapkan Standar K3LH
2. Menetapkan Tata Tertib yang harus di Patuhi

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 48 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

3. Menetapkan Peraturan - Peraturan.


4. Mensosialisasikan peraturan dan perundang - undangan K3 kepada Seluruh
Tenaga Kerja
5. Memonitor Pelaksanaan peraturan - peraturan.
Pelaksanaan Prosedur K3, keberhasilannya sangat ditentukan oleh kualitas
SDM ( Sumber Daya Manusia ) yang menjadi pengelola ( Pengusaha /
perusahaan ) dan pelaksanaan kegiatan - kegiatan K3 yang dilaksanakan
perusahaan. Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan dan pengembangan
pengetahuan, kemampuan, serta keterampilan SDM dalam mengelola K3. Salah
satu cara ialah diadakannya pelatihan tentang K3 bagi seluruh teanga kerja
karena pelatihan dapat meningkatkan kepedulian terhadap K3 bagi setiap
tenaga kerja dan mengimplementasikannya ( Menerapkannya ) ketika
menjalankan tugas ditempat kerja masing - masing.
Pada saat Menerapkan Standar K3 harus disesuaikan dengan situasi dan
kebutuhan serta fasilitas / kapasitas yang ada di tempat kerja ( Perusahaan ),
namun harus tetap merujuk pada undang - undang dan peraturan - peraturan
pemerintah baik nasional dan internasional. Misalnya undang - undang Nomor
1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja ( Nasional ) Undang - undang dari
ILO.

Para tenaga kerja harus mengetahui Prosedur K3 yang ditempatnya bekerja


dan melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab dan disiplin. Kedisiplinan
dan Ketaatan tenaga kerja terhadap prosedur K3 yang ditetapkan perusahaan
merupakan jalan untuk keberhasilan tujuan bekerja, Kedisiplinan atau Ketaatan
tenaga kerja dapat dilakukan dengan cara :
1. Perilaku yang mencerminkan nilai - nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban.
2. Mampu membedakan segala yang boleh dilakukan, tidak boleh dilakukan,
dan harus atau wajib dilakukan.
3. Bersikap taat, tertib sebagai hasil pengembangan dari latihan
pengendalian, pikiran, dan pegendalian watak.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 49 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

4. Memahami dan melaksanakan secara baik mengenai sistem aturan perilaku


norma, kriteria, dan standar sehingga dapat mengontrol perilaku sehari -
hari.

Ruang Lingkup disiplin dalam perusahaan yang harus di perhatikan


dan dilakukan tenaga kerja, antara lain disipln terhadap :
1. Waktu
2. Perencanaan atau Program kerja
3. Anggaran / Biaya
4. Mekanisme Kerja
5. Hierarki Kesepakatan
6. Hasil Kesepakatan
7. Etika dan Estetika ( Keindahan )
8. Lingkungan Kerja dan Lingkungan Hidup

Dengan melaksanakan K3, baik oleh tenaga kerja maupun pihak pengusaha /
pengelola, maka akan tercipta suasana kerja yang kondusif. Tenaga Kerja
bertindak dan berperilaku disiplin, sedangkan pihak pengusaha atau perusahaan
bertindak mengawasi dan mencegah timbulnya penyebab kecelakaan kerja.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Meningkatkan Kepedulian Terhadap


Pelaksanaan K3
1. Menyiapkan informasi yang telah ditetapkan sebagai dasar dalam meningkatkan
kepedulian terhadap pelaksanaan K3.
2. Memverifikasi dan memvalidasi informasi yang telah disiapkan.

C. Sikap kerja
1. Harus cermat dan teliti dalam menyiapkan, memverifikasi, dan memvalidasi
informasi yang dilaporkan
2. Harus taat asas dan memperhatikan SOP.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 50 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

BAB VI
MEMBUAT LAPORAN PELAKSANAAN K3

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Membuat Laporan Pelaksanaan K3


Pelaporan Kegiatan K3 (Menurut PER-04/MEN/1987 Pasal 12) sekurang-kurangnya 3
bulan sekali pengurus wajib menyampaikan laporan tentang kegiatan K3 kepada
Menteri melalui Kantor Depnaker setempat
1. Cara Membuat Laporan Pelaksanaan K3 Sesuai Prosedur.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/98 tentang Tata Cara
Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
a. Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
2) Kejadian berbahaya lainnya ialah suatu kejadian yang potensial, yang
dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali
kebakaran, peledakan dan bahaya pembuangan limbah.
3) Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat
sumber-sumber bahaya.
4) Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
5) Pegawai pengawas adalah pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 1
ayat (5) UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
6) Pengurus adalah :
a) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri ;
b) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dirmaksud dalam huruf a)
dan b) yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
7) Menteri adalah Menteri yang membidangi ketenagakerjaan.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 51 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

b. Tata Cara Pelaporan Kecelakaan


Pasal 2
1) Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja dipimpinnya.
2) Kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a) Kecelakaan Kerja;
b) Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah;
c) Kejadian berbahaya lainnya.
Pasal 3
Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berlaku
bagi pengurus atau pengusaha yang telah dan yang belum mengikutsertakan
pekerjaannya ke dalam program jaminan sosial tenaga kerja berdasarkan
Undang-undang No. 3 tahun 1992.

Pasal 4
1) Pengurus atau pengusaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 wajib
melaporkan secara tertulis kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 ayat (2) huruf a), b), c) dan d) kepada Kepala Kantor Departemen
Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua
puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan formulir
laporan kecelakaan sesuai contoh bentuk 3 KK2 A lampiran 1.
2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara lisan sebelum dilaporkan secara tertulis.

Pasal 5
1) Pengurus atau pengusaha yang telah mengikutsertakan pekerjaannya
pada program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3, melaporkan kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat (2) huruf a) dan b) dengan tata cara pelaporan sesuai peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. PER-05/MEN/1993.
2) Pengurus atau pengusaha yang belum mengikutsertakan pekerjaannya
pada program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3, melaporkan kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat (2) huruf a) dan b) dengan tata cara pelaporan sesuai peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. PER-04/MEN/1993.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 52 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

c. Pemeriksaan Kecelakaan
Pasal 6
1) Setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1),
dan pasal 5, Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja memerintahkan
pegawai pengawas untuk melakukan pemeriksaan dan pengkajian
kecelakaan.
2) Pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilaksanakan terhadap setiap kecelakaan yang dilaporkan
oleh pengurus atau pengusaha.
3) Pemeriksaan dan pekerjaan kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
Pasal 7
Pegawai pengawas dalam melaksanakan pemeriksaan dan pengkajian
mempergunakan formulir laporan pemeriksaan dan pengkajian sesuai
lampiran II untuk kecelakaan kerja, lampiran III untuk penyakit akibat kerja,
lampiran IV untuk peledakan, kebakaran dan bahaya pembuangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 limbah dan lampiran V untuk bahaya
lainnya.
Pasal 8
1) Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja berdasarkan hasil pemeriksaan
dan pengkajian kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 pada
tiap-tiap akhir bulan menyusun analisis laporan kecelakaan dalam daerah
hukumnya dengan menggunakan formulir sebagaimana lampiran VI
peraturan ini.
2) Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja harus menyampaikan analisis
laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Kantor
Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat selambat-lambatnya tanggal
5 bulan berikutnya.
Pasal 9
1) Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja berdasarkan analisis
laporan kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 menyusun
analisis kecelakaan dalam daerah hukumnya dengan menggunakan
formulir sebagaimana lampiran VII peraturan ini.
2) Analisis kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat untuk
tiap bulan
3) Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja harus segera
menyampaikan analisis kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 53 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

Pasal 10
Cara pengisian formulir sebagaimana dimaksud dalam lampiran II, III, IV, V,
VI, dan VII sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1), pasal 8 ayat (1)
dan pasal 9 ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan.
Pasal 11
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan berdasarkan analisis laporan kecelakaan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) menyusun analisis laporan kekerapan dan
keparahan kecelakaan tingkat nasional.

d. S a n k s i
Pasal 12
Pengurus atau pengusaha yang melanggar ketentuan pasal 2, pasal 4 ayat
(1), diancam dengan hukuman sesuai dengan ketentuan pasal 15 ayat (2)
UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

e. Pengawasan
Pasal 13
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini dilakukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan.
f. Ketentuan Penutup
Pasal 14
Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri ini, maka formulir bentuk 3 KK2
dalam Peraturan Menteri No. PER-04/MEN/1993 dan Peraturan Menteri No.
PER-05/MEN/1993 dinyatakan tidak berlaku.

2. Cara Membuat Laporan Pelaksanaan K3 yang Disampaikan Kepada Pihak Terkait.


Insiden, kecelakaan kerja dan nearmiss merupakan tolak ukur utama dalam
mengukur kinerja K3 secara umum. Semua kejadian yang berkaitan dengan
ketiga hal di atas perlu dicatat dan diselidiki (investigasi) guna menentukan
langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan kinerja K3 di tempat kerja.
Form laporan insiden/kecelakaan kerja digunakan sebagai alat untuk mencatat
kejadian (kronologi) insiden, kecelakaan kerja maupun nearmiss baik itu terhadap
tempat, waktu, pekerjaan, alat/mesin, bahan serta hal-hal terkait
insiden/kecelakaan kerja. Form laporan kecelakaan kerja/insiden kerja juga
digunakan untuk mencatat kerugian-kerugian yang ditimbulkan akibat insiden,
kecelakaan kerja ataupun nearmiss.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 54 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

Form insiden/kecelakaan kerja juga digunakan untuk mencatat korban-korban


insiden, kecelakaan kerja ataupun nearmiss beserta tindakan penanganannya
serta keparahan yang diderita juga banyaknya hari hilang akibat insiden
kerja/kecelakaan kerja.
Selanjutnya form laporan insiden/kecelakaan kerja digunakan untuk mencatat
seluruh hasil penyelidikan (investigasi) berkaitan dengan sebab-sebab kecelakaan
kerja/insiden kerja baik penyebab langsung, penyebab tidak langsung maupun
penyebab dasarnya.
Catatan paling akhir dari laporan insiden/kecelakaan kerja ialah mencatat hasil-
hasil tindakan perbaikan dan pencegahan yang direncanakan berdasarkan hasil
investigasi insiden/kecelakaan kerja berikut dengan jadwal pelaksanaan,
wewenang pelaksanaan serta perkembangan pelaksanaannya.
Form laporan insiden/kecelakaan kerja divalidasi oleh saksi-saksi,
petugas/pengawas K3, manajer area bersangkutan juga manajemen atas. Bagian
paling akhir dari laporan insiden/kecelakaan kerja dapat diisi gambar-gambar
(foto) dokumentasi kecelakaan kerja serta catatan-catatan penting lainnya yang
diperlukan (dibutuhkan) di dalam laporan.
Selanjutnya laporan tersebut dicatat dalam laporan statistic kecelakaan kerja
untuk mengetahui factor-faktor lain yang berkaitan (berhubungan) dengan kinerja
K3 di tempat kerja.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 55 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

Kecelakaan dan Cara Melaporkan


Pasal 11
1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
yang dipimpinnya, kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2) Tata cara melaporkan dan memeriksa kecelakaan oleh pegawai termaksud
pada ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Membuat Laporan Pelaksanaan K3


2. Menyiapkan informasi yang telah ditetapkan sebagai dasar dalam membuat
laporan pelaksanaan K3.
3. Memverifikasi dan memvalidasi informasi yang telah disiapkan.

C. Sikap kerja
1. Harus cermat dan teliti dalam menyiapkan,memverifikasi, dan memvalidasi
informasi yang dilaporkan
2. Harus taat asas dan memperhatikan SOP.

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 56 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

DAFTAR PUSTAKA

A. Dasar Perundang-undangan
1. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per.05/Men/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

B. Buku Referensi
1. Budiono S. Manajemen Risiko dalam Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Bunga
Rampai Hiperkes dan Keselamatan. Semarang, 2005.
2. Mansur M. Manajemen Risiko Kesehatan di Tempat Kerja. Maj Kedokt Indon,
Volum: 57, Nomor: 9, September 2007
3. Organisasi Perburuhan Internasional. “Hidup Saya, Pekerjaan Saya, Pekerjaan
yang Aman” Jakarta, Kantor Perburuhan Internasional, 2008.
4. World Health Organization. Deteksi dini penyakit akibat kerja. Wijaya C (Ed.)
Suyono J (Alih bahasa). Jakarta: EGC; 1993.
5. Joko Kustono, 2005, CD, Universitas Negeri Malang
6.

C. Majalah atau Buletin


1. –

D. Referensi Lainnya
Browsing Internet :
1. http://www.ccohs.ca/oshanswers/hsprograms/house.html
2. http://amrodji.blogspot.com/2013/11/praktek-kerja-aman_24.html
3. https://erwinazizijayadipraja.wordpress.com/2013/09/07/risiko-kecelakaan-kerja/
4. http://yanaayanaayanaa.blogspot.com/2013/05/melaksanakan-prosedur-k3.html

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 57 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan/Mesin

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan


1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori
2. Printer
3. Hechmachine (stapler/penjepret) 24 dan 10
4. Pelubang kertas
5. Penjepit kertas ukuran kecil dan sedang
6. Standar chart dan kelengkapannya
7. Peralatan Praktik terkait dgn keahlian
peserta (untuk evaluasi praktik)

B. Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan


1. Modul Pelatihan (buku informasi, buku kerja, Setiap peserta
buku penilaian)
2. Kertas HVS A4
3. Spidol whiteboard
4. Spidol marker
5. Kertas chart (flip chart)
6. Tinta printer
7. ATK siswa

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 58 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

LAMPIRAN

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 59 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Kejuruan Elektronika IJE.PM01.001.01

DAFTAR PENYUSUN MODUL

NO. NAMA PROFESI

1. Edi Safrudin • Instruktur Penyelia Kejuruan


Listrik/Elektronika BBLKI Serang

Judul Modul : Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Halaman: 60 dari 60


Buku Informasi Versi: 2015

Anda mungkin juga menyukai