Anda di halaman 1dari 56

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

SUBSEKTOR SIPIL

PENGUASAAN PERALATAN UKUR


INA.5230.223.23.03.07

BUKU INFORMASI

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I.


DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS
DIREKTORAT BINA STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PELATIHAN KERJA
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan
2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mewujudkan pelatihan kerja yang efektif dan efesien dalam rangka
meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja diperlukan suatu sistem pelatihan
yang sama. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 tentang Sistem Pelatihan
Kerja Nasional yang mengamanatkan bahwa pelatihan kerja berbasis kompetensi.

Dalam rangka menerapkan pelatihan berbasis kompetensi tersebut diperlukan


adanya standar kompetensi kerja sebagai acuan yang diuraikan lebih rinci ke dalam
program, kurikulum dan silabus serta modul pelatihan.

Untuk memenuhi salah satu komponen dalam proses pelatihan tersebut maka
disusunlah modul pelatihan berbasis kompetensi. Modul pelatihan berbasis kompetensi
terdiri dari 3 buku yaitu buku informasi, buku kerja dan buku penilaian. Ketiga buku
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, dimana buku yang satu dengan yang
lainnya saling mengisi dan melengkapi, sehingga dapat digunakan untuk membantu
pelatih dan peserta pelatihan untuk saling berinteraksi.

Demikian modul pelatihan berbasis kompetensi ini kami susun, semoga


bermanfaat untuk menunjang proses pelaksanaan pelatihan di lembaga pelatihan kerja.

Surakarta, 2015
Penyusun

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 1 dari 57


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
----------------------------------------------------------------------------------------------------
1
DAFTAR ISI
----------------------------------------------------------------------------------------------------
2
BAB I STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI) DAN SILABUS
PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK)
4
A. Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI)
4
B. Unit Kompetensi Prasyarat
7
C. Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)
8
BAB II MENILAI KEMAJUAN KOMPETENSI PESERTA PELATIHAN SECARA
INDIVIDU
13
A. Latar Belakang
14
B. Tujuan
14
C. Ruang Lingkup
14
D. Pengertian Istilah
14
E. Diagram Alir Unjuk Kerja Pencapaian Kompetensi
18
F. Materi penguasaan alat ukur
18
1. Memeriksa peralatan ukur

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 2 dari 57


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

----------------------------------------------------------------------------------
16
a. Pedoman mempersiapkan peralatan ukur berdasarkan jenis
pekerjaan
----------------------------------------------------------------------------
16
b. Pedoman mengecek kondisi peralatan ukur yang sudah
terkalibrasi
----------------------------------------------------------------------------
25
c. Pedoman membuat laporan kondisi / kualitas peralatan ukur
terkalibrasi
----------------------------------------------------------------------------
30
2. Menggunakan peralatan ukur
----------------------------------------------------------------------------------
30
a. Cara mempersiapkan peralatan ukur di lapangan berdasarkan
jenis pekerjaan
----------------------------------------------------------------------------
32
b. Cara menyetel/mensetting peralatan pengukuran sebelum
pengukuran
----------------------------------------------------------------------------
32
c. Cara mengoperasikan peralatan ukur berdasarkan jenis
pekerjaan sesuai prosedur standar
----------------------------------------------------------------------------
38

3. Melakukan Perawatan Peralatan Ukur


----------------------------------------------------------------------------------
49
a. Cara memeriksa kesiapan dan kelayakan tempat penyimpanan
peralatan ukur

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 3 dari 57


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

----------------------------------------------------------------------------
49
b. Cara menjaga kondisi kelembaban & suhu tempat
penyimpanan peralatan
----------------------------------------------------------------------------
49
c. Cara memelihara fungsi dan kebersihan peralatan ukur
----------------------------------------------------------------------------
49
BAB III SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

A. Sumber-sumber Perpustakaan
51
1. Daftar Pustaka
---------------------------------------------------------------------------------
51
2. Buku Referensi
---------------------------------------------------------------------------------
51
B. Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan
51
1. Daftar Peralatan/Mesin
51
2. Daftar Bahan
52

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 4 dari 57


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

BAB I
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI)
DAN SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK)

A. STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI)

1. KODE UNIT : INA.5230.223.23.03.07


2. JUDUL UNIT : Penguasaan Peralatan Ukur
3. DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan
untuk mampu menguasai Peralatan ukur

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Peralatan ukur berdasarkan jenis pekerjaan
1. Memeriksa Peralatan
dipersiapkan secara lengkap
Ukur
1.2 Pengecekan terhadap kondisi peralatan ukur yang
sudah terkalibrasi dilakukan secara teliti
1.3 Laporan kondisi / kualitas peralatan ukur
terkalibrasi dibuat secara lengkap
2.1 Peralatan ukur di lapangan berdasarkan jenis
2. Menggunakan
pekerjaan dipersiapkan secara lengkap dan cermat
Peralatan Ukur 2.2 Penyetelan/setting peralatan pengukuran dilakukan
sebelum pengukuran
2.3 Peralatan ukur berdasarkan jenis pekerjaan
dioperasikan sesuai prosedur standar

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 5 dari 57


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

3. Melakukan Perawatan 3.1 Kesiapan dan kelayakan tempat penyimpanan


peralatan ukur diperiksa dengan cermat
Peralatan Ukur
3.2 Kondisi kelembaban & suhu tempat penyimpanan
peralatan dijaga
3.3 Fungsi dan kebersihan peralatan ukur dipelihara
dengan baik

4. Batasan Variabel:
a. Batasan konteks:
1) Kompetensi ini diterapkan secara perorangan.
2) Tersedianya manual/prosedur penggunaan peralatan ukur.
3) Tersedianya daftar simak keberadaan peralatan ukur.
b. Perlengkapan yang digunakan mencakup:
1) Instrumen penilaian (assessment tools).
2) Buku Kerja.
3) Buku penilaian.
4) Buku literatur/ referensi.
5) Alat tulis kantor.
6) Peralatan ukur.
c. Tugas penguasaan alat ukur sebagai bagian dari program pelatihan meliputi:
1) Mempersiapkan jenis alat yang akan digunakan sesuai pekerjaan.
2) Mengecek kondisi alat ukur yang sudah terkalibrasi.
3) Memilih ketelitian alat ukur sesuai spesifikasi.
4) Membuat pelaporan.
5) Mempersiapkan alat ukur yang akan dipakai di lapangan.
6) Melakukan penyetelan alat ukur sebelum pengukuran.
7) Menggunakan peralatan ukur berdasar jenis pekerjaan.
8) Mengisi data dalam form pengukuran.
9) Mempersiapkan kelayakan tempat menyimpan alat ukur.
10)Menjaga suhu dan kelembaban tempat penyimpanan alat dengan
termometer.
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 6 dari 57
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

11)Membersihkan peralatan setelah digunakan.


d. Peraturan/pedoman untuk penguasaan alat ukur sebagai bagian dari
program pelatihan adalah:
1) Pedoman penilaian hasil pembelajaran (training assessment).
2) Pedoman pelatihan berbasis kompetensi.

5. Panduan Penilaian:
a. Penjelasan prosedur penilaian:
Alat, bahan, dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai
sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi
ini dengan unit-unit kompetensi yang terkait:
1) INA.5230.223.23.01.07 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K-3) dengan benar.
2) INA.5230.223.23.02.07 Penerapan Jadwal Konstruksi.
b. Kondisi Penilaian:
1) Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat
berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan
Memeriksa peralatan ukur, Menggunakan peralatan ukur, Melakukan
perawatan peralatan ukur yang digunakan untuk Menguasai peralatan
ukur sebagai bagian dari program pelatihan.
2) Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi/
praktik,
3) Penilaian dapat dilaksanakan secara : simulasi di workshop, lapangan
dan/atau di tempat kerja.
c. Pengetahuan yang dibutuhkan:
1) Jenis-jenis alat ukur
2) Jenis pekerjaan pengukuran
3) Verifikasi kelayakan dan koreksi
4) Ketelitian alat ukur
5) Fungsi dan manfaat setiap alat ukur

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 7 dari 57


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

6) Teknik pelaporan
7) Bagian dan fungsi alat ukur
8) Tahapan pengukuran
9) Isi data/form pengukuran
10) Kriteria tempat yang sesuai guna penyimpanan alat ukur
11) Jenis suhu yang sesuai untuk menyimpan peralatan ukur
d. Keterampilan yang dibutuhkan:
1) Mempersiapkan jenis alat yang akan digunakan sesuai pekerjaan.
2) Mengecek kondisi alat ukur yang sudah terkalibrasi.
3) Memilih ketelitian alat ukur sesuai spesifikasi.
4) Membuat pelaporan.
5) Mempersiapkan alat ukur yang akan dipakai di lapangan.
6) Melakukan penyetelan alat ukur sebelum pengukuran.
7) Menggunakan peralatan ukur berdasar jenis pekerjaan.
8) Mengisi data dalam form pengukuran.
9) Mempersiapkan kelayakan tempat menyimpan alat ukur.
10) Menjaga suhu dan kelembapan tempat penyimpanan alat dengan
termometer.
11) Membersihkan peralatan setelah digunakan.
e. Aspek Kritis:
Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja yang harus diperhatikan dalam
mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut:
1) Ketelitian dan kecermatan dalam memeriksa peralatan ukur.
2) Kemampuan menggunakan peralatan ukur.
3) Kemampuan menyetel peralatan ukur.
4) Kemampuan merawat peralatan ukur.
6. Kompetensi Kunci

No Kompetensi Kunci Dalam Unit ini Tingkat


1 Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan
1
informasi
2 Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2

3 Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2

4 Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 1

5 Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 8 dari 57


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

6 Memecahkan masalah 1

7 Menggunakan teknologi 2

B. UNIT KOMPETENSI PRASYARAT

Sebelum mengikuti pelatihan unit kompetensi Penguasaan Peralatan Ukur peserta


harus sudah kompeten untuk unit kompetensi sebagai berikut:
1. INA.5230.223.23.01.07 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3)
dengan benar.
2. INA.5230.223.23.02.07 Penerapan Jadwal Konstruksi.

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 9 dari 57


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor: Sipil INA.5230.223.23.03.07

C. SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK)

1. Judul Unit Kompetensi : Penguasaan Peralatan Ukur

2. Kode Unit Kompetensi : INA.5230.223.23.03.07

3. Deskripsi Unit Kompetensi : Unit ini merupakan kompetensi yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan

sikap kerja dalam menguasai peralatan ukur.

4. Perkiraan Waktu Pelatihan : 54 Jp @ 45 Menit

5. Tabel Silabus Unit Kompetensi :

Perkiraan
Materi Pelatihan
Elemen Kriteria Indikator Waktu Pelatihan
Kompetensi Unjuk Kerja Unjuk Kerja Penge- Keteram-
Pengetahuan Keterampilan Sikap
tahuan pilan
1. Memeriksa 1.1 Peralatan ukur  Dapat menyebutkan jenis-  Jenis-jenis alat ukur  Mempersiapkan jenis alat  Cermat 6 48
Peralatan ukur berdasarkan jenis peralatan ukur sesuai yang akan digunakan
 Jenis pekerjaan  Teliti
jenis pekerjaan pekerjaan sesuai pekerjaan
dipersiapkan pengukuran
 Dapat menyebutkan jenis
secara lengkap
pekerjaan pengukuran
 Mampu mempersiapkan jenis
alat yang akan digunakan
sesuai pekerjaan
 Harus bekerja cermat,teliti
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur dalam mempersiapkan alat
Halaman: 10 dari 57
Buku Informasi ukur
Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor: Sipil INA.5230.223.23.03.07

Perkiraan
Materi Pelatihan
Elemen Kriteria Indikator Waktu Pelatihan
Kompetensi Unjuk Kerja Unjuk Kerja Penge- Keteram-
Pengetahuan Keterampilan Sikap
tahuan pilan
1.2 Pengecekan  Dapat menyebutkan kriteria  Verifikasi kelayakan dan  Mengecek kondisi alat  Cermat
terhadap kelayakan jenis-jenis alat ukur koreksi ukur yang sudah
 Teliti
kondisi yang akan digunakan terkalibrasi
 Ketelitian alat ukur
peralatan ukur
 Mampu mengecek kondisi alat  Memilih ketelitian alat
yang sudah  Fungsi dan manfaat setiap
terkalibrasi ukur yang sudah terkalibrasi ukur sesuai spesifikasi
alat ukur
dilakukan  Harus bekerja teliti,cermat
secara teliti dalam pengecekan kondisi
alat ukur
1.3 Laporan kondisi  Dapat menyebutkan teknik  Teknik pelaporan  Membuat pelaporan  Cermat
/ kualitas pelaporan sesuai form yang
 Teliti
peralatan ukur ada
terkalibrasi
 Mampu membuat laporan
dibuat secara
lengkap. kondisi alat ukur yang telah
diperiksa
 Harus bekerja cermat,teliti
dalam pembuatan pelaporan
kondis alat ukur yang telah
diperiksa

Asesmen
2.1 Peralatan ukur  Mampu mempersiapkan alat  -  Mempersiapkan alat ukur  Cermat
2. Menggunakan
di lapangan ukur yang akan dipakai di yang akan dipakai di
peralatan ukur
berdasarkan lapangan lapangan
jenis pekerjaan  Harus bekerja dengan cermat
dipersiapkan dalam mempersiapkan
secaraUkur
Judul Modul: Penguasaan Peralatan lengkap peralatan yang akan Halaman: 11 dari 57
Buku Informasi dan cermat Versi: 2015
digunakan di lapangan
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor: Sipil INA.5230.223.23.03.07

Perkiraan
Materi Pelatihan
Elemen Kriteria Indikator Waktu Pelatihan
Kompetensi Unjuk Kerja Unjuk Kerja Penge- Keteram-
Pengetahuan Keterampilan Sikap
tahuan pilan
 Bagian dan fungsi alat  Melakukan penyetelan alat  Cermat
2.2 Penyetelan /  Dapat menyebutkan bagian
setting ukur ukur sebelum pengukuran  Teliti
dan fungsi alat ukur
peralatan
 Mampu melakukan
pengukuran
dilakukan penyetelan alat ukur sebelum
sebelum pengukuran
pengukuran  Harus bekerja cermat, teliti
dalam menyetel alat ukur
 Tahapan pengukuran  Menggunakan peralatan  Taat asas
2.3 Peralatan ukur  Dapat menyebutkan tahapan
 Isi data/form pengukuran ukur berdasar jenis
berdasarkan pengukuran
pekerjaan
jenis pekerjaan
 Dapat menyebutkan isi  Mengisi data dalam form
dioperasikan
sesuai prosedur data/form pengukuran pengukuran
standar  Mampu menggunakan
peralatan ukur berdasar jenis
pekerjaan
 Mampu mengisi data dalam
form pengukuran
 Harus bekerja sesuai SOP

Asesmen
 Kriteria tempat yang  Mempersiapkan kelayakan  Taat asas
3. Melakukan 3.1 Kesiapan dan  Dapat menyebutkan kriteria
perawatan kelayakan sesuai guna penyimpanan tempat menyimpan alat
tempat yang sesuai guna
peralatan ukur tempat alat ukur ukur
penyimpanan alat ukur
penyimpanan
peralatan ukur  Mampu mempersiapkan
diperiksa kelayakan tempat menyimpan
dengan
Judul Modul: Penguasaan Peralatan cermat
Ukur
alat ukur
Halaman: 12 dari 57
Buku Informasi Versi:
 2015
Harus bekerja sesuai SOP
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor: Sipil INA.5230.223.23.03.07

Perkiraan
Materi Pelatihan
Elemen Kriteria Indikator Waktu Pelatihan
Kompetensi Unjuk Kerja Unjuk Kerja Penge- Keteram-
Pengetahuan Keterampilan Sikap
tahuan pilan
3.2 Kondisi  Dapat menyebutkan jenis  Jenis suhu yang sesuai  Menjaga suhu dan  Taat asas
kelembaban & suhu yang sesuai untuk untuk menyimpan kelembapan tempat
suhu tempat menyimpan peralatan ukur peralatan ukur penyimpanan alat dengan
penyimpanan thermometer
Mampu menjaga suhu dan
peralatan dijaga 
kelembapan tempat
penyimpanan alat
 Harus bekerja sesuai SOP

 Membersihkan peralatan  Taat asas


-
3.3 Fungsi dan  Mampu membersihkan setelah digunakan
kebersihan peralatan setelah digunakan
peralatan ukur
dipelihara  Harus bekerja sesuai SOP
dengan baik
Asesmen

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 13 dari 57


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

BAB II
PENGUASAAN ALAT UKUR

A. Latar Belakang
Bidang survey pemetaan dalam kaitannya dengan dunia konstruksi telah menjadi
bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembuatan sebuah
konstruksi bangunan. Proses survey sendiri merupakan pekerjaan awal yang
mengawali pekerjaan konstruksi sekaligus menjadi titik tolak berhasil atau tidaknya
suatu pekerjaan konstruksi. Adapun proses survey bangunan secara garis besar
terbagi menjadi beberapa tahap, diantaranya pembuatan jadwal, pengukuran
lapangan, perhitungan dimensi dan volume, serta pembuatan laporan pengukuran
yang kesemuanya telah terangkum dengan baik dalam program pelatihan berbasis
kompetensi berjudul Technician Surveying (Juru Ukur). Sesuai dengan amanat
Undang-undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, PP. No. 31 Tahun
2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional dan PP No. 23 Tahun 2004 tentang
Badan Nasional Sertifikasi Profesi, maka kurikulum Technician Surveying (Juru Ukur)
telah disusun dengan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) Sektor Jasa Konstruksi, sub sektor Sipil yang dapat digunakan untuk
pelatihan berbasis kompetensi kerja secara klasikal ataupun individual/mandiri di
Lembaga Diklat profesi atau di tempat kerja. Pelatihan Technician Surveying (Juru
Ukur) ini mencakup 6 unit kompetensi sebagai berikut:
1. Kelompok unit kompetensi umum:
a. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) dengan benar
2. Kelompok unit kompetensi inti:
a. Penerapan Jadwal Konstruksi
b. Penguasaan Peralatan Ukur
c. Stake out dan Monitoring
d. Pengukuran Dimensi dan Perhitungan Volume
e. Pembuatan Laporan Pengukuran
Sebagai salah satu mata pelatihan yang termasuk ke dalam kelompok unit
kompetensi inti, Penguasaan Peralatan Ukur menjadi salah satu mata pelatihan
penting yang wajib disampaikan secara seksama pada pelatihan Technician
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 14 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Surveying (Juru Ukur). Melalui buku informasi Penguasaan Peralatan Ukur ini
diharapkan proses pembelajaran materi penguasaan alat ukur menjadi lebih mudah
namun tetap sesuai dengan standar yang ada.
B. Tujuan
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi Menilai Kemajuan Kompetensi Peserta
Pelatihan Secara Individu adalah sebagai berikut:
1. Untuk membekali pengajar/instruktur Kej. Konstruksi dengan pemahaman dan
penguasaan peralatan ukur di mana mata pelatihan tersebut merupakan salah
satu mata pelatihan yang termasuk ke dalam kelompok unit kompetensi inti
dalam program pelatihan Technician Surveying (Juru Ukur).
2. Untuk membekali pengajar dan atau personel terkait agar mampu melakukan
kegiatan pengukuran melalui penguasaan berbagai jenis alat ukur yang
belakangan ini sangat pesat perkembangannya di dunia industri konstruksi.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan menilai kemajuan kompetensi peserta secara individu dalam
unit kompetensi ini meliputi kegiatan memeriksa peralatan ukur, menggunakan
peralatan ukur, melakukan perawatan peralatan ukur yang digunakan untuk
menguasai peralatan ukur pada bidang sipil. Unit kompetensi ini tidak termasuk
uraian detail mengenai praktek pengukuran kerangka dasar vertikal dan horizontal
karena materi tersebut sudah termasuk dalam unit kompetensi Stake out dan
Monitoring, kode unit kompetensi INA.5230.223.23.04.07.
D. Pengertian-pengertian
1. Beda tinggi
Beda tinggi adalah perbedaan elevasi antar dua titik di atas permukaan tanah.
2. Geodesi
Geodesi adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari dan
menyajikan informasi bentuk permukaan bumi dengan memperhatikan
kelengkungan bumi.
3. Topografi
Topografi adalah peta yang menyajikan informasi di atas permukaan bumi baik
unsur alam maupun unsur buatan manusia dengan skala sedang dan kecil

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 15 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

4. Azimuth
Azimuth adalah sudut yang dibentuk dari garis arah utara terhadap garis arah
suatu titik yang besarnya diukur searah jarum jam.
5. Inklinasi
Inklinasi adalah sudut vertical yang dibentuk dari garis bidik (dinamakan juga
sudut miring)
6. Zenith
Zenith adalah titik atau garis yang menjauhi pusat bumi dari permukaan bumi
7. Meridian
Meridian adalah garis-garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan
kutub utara dan kutub selatan bumi. Meridian nol berada di Kota Greenwich,
Inggris.
8. Ekuator
Ekuator adalah garis khatulistiwa yaitu garis yang membagi bumi bagian utara
dan bumi bagian selatan sama besar.
9. MSL
MSL = Mean Sea Level adalah permukaan air laut rata-rata yang diamati
selama periode tertentu di pinggir pantai. Sebagai acuan titik nol pengukuran
tinggi di darat.
10. Datum
Datum adalah titik perpotongan antara ellipsoid referensi dengan geoid (datum
relatif). Pusat ellipsoid referensi berimpit dengan pusat bumi (datum absolut)
11. Benchmark
Benchmark adalah titik ikat di lapangan yang ditandai oleh patok yang dibuat
dari beton dan besi dan telah diketahui koordinatnya hasil pengukuran
sebelumnya.
12. Garis Kontur
Garis Kontur adalah garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan titik-
titik dengan ketinggian yang sama dari permukaan air laut rata-rata (MSL).
Garis di atas peta yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama
dari permukaan air laut rata-rata dan kerapatannya bergantung pada ukuran
lembar penyajian (skala peta).
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 16 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

13. Koordinat
Koordinat adalah Posisi titik yang dihitung dari posisi nol sumbu X dan posisi nol
sumbu Y.
14. Poligon
Poligon adalah serangkaian garis-garis yang membentuk kurva terbuka atau
tertutup untuk menentukan koordinat titik-titik di atas permukaan bumi
15. Total Station
Total Station adalah alat ukur theodolite yang dilengkapi dengan perangkat
elekronis untuk menentukan koordinat dan ketinggian titik detail secara
otomatis digital menggunakan gelombang elektromagnetis
16. Waterpass
Waterpass adalah alat atau metode yang digunakan untuk mengukur tinggi
garis bidik di atas permukaan bumi yang berkategori bermedan datar (slope < 8
%).
17. Theodolit
Theodolit adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut horizontal maupun
vertical di atas permukaan bumi
18. Bak ukur
Bak ukur adalah sebuah batang panjang (3 atau 5 m) terbuat dari kayu atau
aluminium yang dilengkapi dengan skala ukuran tertentu digunakan untuk
pembacaan alat waterpass atau teodolit
19. Jalon/pole
Jalon/pole adalah batang besi seperti lembing berwarna merah dan putih
dengan panjang + 1,5 meter sebagai target bidikan arah horizontal.
20. Statif/Tripod
Statif/ Tripod adalah kaki tiga untuk menyangga alat waterpass atau theodolite
optis
21. Nivo
Nivo adalah gelembung udara dan cairan yang berada pada tempat berbentuk
bola atau silinder sebagai penunjuk bahwa teropong sipat datar atau theodolite
telah sejajar dengan bidang yang memiliki energi potensial yang sama.

22. Stadia
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 17 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Stadia adalah benang tipis berwarna hitam yang tampak di dalam teropong alat
23. Garis arah nivo
Garis khayal yang menyinggung titik sentral alat nivo, garis arah nivo akan
mendatar jika garis bidik/garis arah nivo dan gelembung nivo tepat berada di
tengah.
24. Garis bidik
Garis khayal yang melalui titik pusat lensa objektif dan titik potong benang
silang.
25. Tachymetri
Tachymetri adalah metode pengukuran titik-titik detail menggunakan alat
theodolite yang diikatkan pada pengukuran kerangka dasar vertikal dan
horisontal

E. Diagram Alir Pencapaian Unjuk Kerja


Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 18 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

MULAI

MEMPERSIAPKAN MENGECEK KONDISI MELAKUKAN MENGOPERASIKAN


PERALATAN UKUR PERALATAN UKUR PENYETELAN/ ALAT UKUR SESUAI
BERDASARKAN YANG SUDAH SETTING PROSEDUR
JENIS PEKERJAAN TERKALIBRASI PERALATAN STANDAR
PENGUKURAN

MEMERIKSA MEMPERSIAPKAN MEMELIHARA


KELAYAKAN TEMPAT TEMPAT FUNGSI DAN
PENYIMPANAN PENYIMPANAN KEBERSIHAN
PERALATAN PERALATAN PERALATAN
UKUR UKUR UKUR
PERALATAN

MENJAGA KONDISI MEMBUAT


LAPORAN KONDISI/
KELEMBABAN &
SUHU TEMPAT KUALITAS
SELESAI
PENYIMPANAN PERALATAN UKUR
TERKALIBRASI

= PREPARATION = CONNECTOR = MANUAL OPERATION

F. Materi Pelatihan Penguasaan Peralatan Ukur


1. Memeriksa Peralatan Ukur
Pengetahuan yang diperlukan dalam memeriksa peralatan ukur adalah
sebagai berikut:
a. Pedoman Mempersiapkan Peralatan Ukur Berdasarkan Jenis Pekerjaan
1) Jenis-jenis Peralatan Ukur
a) Sipat datar
Sipat datar merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk
menentukan beda tinggi. Pada prinsipnya alat sipat datar
merupakan teropong optik yang dilengkapi nivo kompensator
dengan sistem garis bidik yang dapat didatarkan.

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 19 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Untuk mendapatkan beda tinggi antara dua titik di atas permukaan


bumi, alat sipat datar yang digunakan harus memenuhi persyaratan
tertentu sesuai dengan pendefinisian beda tinggi.
Gambar 2.1
Sipat Datar

b) Alat Ukur Sudut (Theodolit)


Theodolit adalah suatu alat ukur sudut yang digunakan untuk
memperoleh sudut datar/sudut horizontal dan sudut tegak/sudut
vertikal, yang digunakan dalam hubungan triangulasi. Besaran
sudut tersebut merupakan salah satu unsur posisi yang bilamana
diukur, bersama unsur-unsur posisi lainnya seperti jarak dan
azimuth dapat menentukan posisi mendatar ataupun posisi tegak
melalui perhitungan rumus-rumus ilmu ukur sudut.
Gambar 2.2
Theodolit

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 20 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Alat ini merupakan alat yang sangat penting dalam surveying dan
pekerjaan di dunia teknik, terutama untuk dapat mengenali
permukaan tanah, bukan hanya itu theodolit juga dapat digunakan
untuk tujuan yang lain di tanah lapang seperti dalam meteorologi
dan teknologi peluncuran roket. Theodolit modern terdiri dari
telespkop yang dapat digerakan dengan 2 sumbu garis tegak lurus
untuk yang horizontal sumbu cembung putar, dan sumbu vertikal.
Ketika teleskop di arahkan ke benda yang di inginkan, sudut dan
sumbu dapat diukur dengan ketelitian yang baik.
Gambar 2.3
Theodolit digital electronic

Theodolit secara fungsional terbagi menjadi 4 jenis, diantaranya:


(1) Theodolit sudut
Yaitu jenis theodolit yang digunakan untuk pengukuran sudut
pada polygon, triangulasi, dan rangkaian segitiga.
(2) Theodolit kompas
Adalah theodolit yang dapat digunakan untuk mengukur
azimuth magnetis.
(3) Theodolit grro
Merupakan theodolit yang dapat digunakan untuk mengukur
azimuth geografi (utara sebenarnya).
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 21 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

(4) Theodolit dengan reduksi otomatis


Adalah theodolit yang dapat mengukur jarak datar dan beda
tinggi secara optis, langsung di lapangan dan digunakan untuk
keperluan pemetaan situasi.
c) Alat ukur jarak
Berikut ini adalah jenis-jenis alat yang digunakan pada pekerjaan
pengukuran jarak, diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) Pengukuran jarak langsung:
(a) Pita ukur (fibre glass, logam baja, invar)
(b) Rantai
(c) Kayu ukur
(2) Pengukuran jarak tak langsung:
(a) Alat ukur jarak optis
(b) Alat ukur jarak elektro optis
(c) Alat ukur jarak elektronis (EDM microwave elektro
magnetis, EDM elektro optis gelombang cahaya, total
station, smart station)
Perkembangan terakhir dari theodolit yaitu munculnya
generasi Total Station dan Smart Station. Total Station
merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara
elektornik antara teknologi theodolit dengan teknologi EDM
(electronic distance measurement). EDM merupakan alat
ukur jarak elektronik yang menggunakan gelombang
elektromagnetik sinar infra merah sebagai gelombang
pembawa sinyal pengukuran dan dibantu dengan sebuah
reflektor berupa prisma sebagai target (alat pemantul sinar
infra merah agar kembali ke EDM). Sedangkan Smart
Station merupakan penggabungan Total Station dengan
GPS Geodetic.
2) Jenis pekerjaan pengukuran
Dalam pemetaan situasi, secara umum pekerjaan pengukuran lapangan
terdiri dari:
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 22 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

a) Pemasangan Patok
Pada pemetaan situasi untuk perancanaan jalan, ada beberapa jenis
patok yang harus dipasang. Patok-patok tersebut adalah Patok
Benchmark, Patok Poligon, dan Patok Profil.
(1) Patok Benchmark
Patok Beton dengan ukuran 10 x 10 x 60 Cm harus ditanam
sedemikian rupa sehingga bagian patok yang ada di atas tanah
adalah kurang lebih 25 Cm, sebagai titik ikat poligon maupun
sebagai referensi selanjutnya. Di tanam dengan interval 500
meter dan dicat kuning serta hitam untuk penomoran.
(2) Patok Control Point (CP)
Patok Benchmark adalah titik kerangka dasar pemetaan di
lapangan, dipasang 2 patok Benchmark pada masing-masing
titik pemasangan.
BM bulat terbuat dari pipa PVC berukuran (8” x 100 cm) yang
diisi dengan beton, dan ditanam sedemikian rupa sehingga
bagian patok yang muncul diatas tanah 15 cm, patok BM bulat
ditanam berpasangan dengan interval 1000 meter dan dicat
kuning serta hitam untuk penomoran. Penamaan disesuaikan
dengan singkatan nama Kabupaten yang disurvey.
(3) Patok Poligon
Patok Poligon adalah patok yang merupakan titik poligon di
lapangan. Patok poligon terbuat dari kayu dengan ukuran (4 x 6
x 60) cm, dan ditanam sedemkian rupa sehingga bagian patok
yang muncul diatas tanah 10 cm. Patok poligon dipasang
dengan interval maksimum 100 meter.
(4) Patok Profil
Patok profil adalah patok yang merupakan titik pengukuran
potongan memanjang di lapangan. Patok profil dapat terbuat
seperti patok poligon dapat juga berupa paku yang ditanam
pada aspal jalan dan dilingkari dengan cat kuning sebagai tanda.

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 23 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Patok BM dan Patok CP harus dicat warna kuning dengan


penamaan warna hitam, sedangkan Patok Poligon dan Patok
Profil diberi cat merah dan diletakkan disebelah kiri kearah
jalannya pengukuran.
b) Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal (KDH)
KDH merupakan pengukuran yang tidak boleh dilewatkan dalam
suatu pekerjaan pemetaan. KDH merupakan titik-titik lapangan
(yang diwakili oleh pilar beton, patok kayu, paku atau bentuk
lainnya) yang melingkupi daerah pemetaan.
Titik KDH di lapangan berfungsi sebagai titik ikat pada pengukuran
detail, dan sebagai titik tetap/referensi untuk keperluan pekerjaan
perencanaan selanjutnya, misalnya untuk pekerjaan stake-out.
Setiap titik KDH akan mempunyai harga koordinat (x & y).
Pengukuran KDH dilakukan menggunakan metode Poligon dengan
bentuk jaring mengikuti bentuk trase jalan. Pada setiap titik poligon
dilakukan pengukuran sudut, dan pada setiap sisi poligon dilakukan
pengukuran jarak.
Untuk keperluan orientasi arah utara dilakukan pengamatan
matahari di salah satu sisi jaring poligon. Pengamatan dilakukan 2
seri.
Sistem koordinat kartesian menggunakan sistem nasional, jika
memungkinkan, dengan melakukan pengikatan terhadap titik
triangulasi terdekat. Jika tidak memungkinkan dapat dilakukan
koordinat lokal.
Sebagai kontrol pengukuran dilakukan pengamatan matahari
dengan interval 5 km, dan pada awal dan akhir pengukuran
dikontrol dengan pengukuran handy GPS. Kesalahan pengukuran
sudut yang diperbolehkan [10” √n, dimana n adalah banyaknya titik
sudut poligon.
Pengukuran KDH pada awal dan akhir pekerjaan dioverlapkan 200
meter dengan team pengukuran lain searah dengan pelaksanaan
pengukuran.
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 24 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

c) Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)


Seperti halnya KDH, pengukuran KDV juga harus dilakukan sebagai
dasar pekerjaan pemetaan. Kalau KDH merupakan sistem kerangka
dasar kearah horisontal, maka KDV berfungsi sebagai titik ikat ke
arah vertikal. Titik KDV adalah juga merupakan KDH, sehingga
dengan demikian kerangka dasar pemetaan selain mempunyai
koordinat (x, y) juga akan memiliki elevasi (z) atau secara lengkap
menjadi koordinat (x, y, z).
Datum adalah titik tetap, seperti TTG, peil pelabuhan, peil
jembatan, atau titik referensi lainnya. Jika tidak memungkinkan
dapat digunakan koordinat lokal. Jaring KDV merupakan jaring
tertutup, dengan toleransi [10 mm √D (km), di mana D adalah
panjang jalur pengukuran. Pengukuran KDV pada awal dan akhir
pekerjaan dioverlapkan 200 meter dengan team pengukuran lain
searah dengan pelaksanaan pengukuran.
d) Pengukuran Situasi/Detail
Pengukuran Situasi adalah pengukuran setiap obyek yang dipilih
untuk di petakan. Pengukuran dilakukan dari setiap titik kerangka
yang telah ada sebelumnya (hasil pengukuran KDH dan KDV).
Pengukuran situasi menggunakan metode tachymetri. Setiap data
yang diambil; diberi kode (deskripsi) yang berbeda untuk
memudahkan dalam tahap selanjutnya (pengolahan data dan
penggambaran).
Pengukuran situasi meliputi:
(1) Pengukuran elevasi pada titik-titik ekstrim.
(2) Pengukuran situasi sungai, alur, saluran irigasi.
(3) Pengukuran detail bangunan air (elevasi, bentuk dan demensi),
seperti jembatan, gorong-gorong, dan lainnya.
(4) Pengukuran detail prasarana yang ada di lapangan, seperti
jalan, high tension tower, bangunan penting, dsb.
(5) Pengukuran tata guna lahan (sawah, tegalan, hutan,
kampung/pemukiman, kuburan, perdangan dsb).
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 25 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

(6) Pengukuran titik break-line, seperti tepi saluran, tepi sungai,


tepi danau, dinding lembah/bukit, garis pantai, dan lainnya.
e) Pengukuran Profil
Untuk keperluan pekerjaan tanah (earth-work), seperti penggalian
dan penimbunan tanah, diperlukan data profil memanjang dan
melintang guna mengetahui besarnya volume tanah yang akan
digali maupun ditimbun.
Profil memanjang bertujuan untuk menentukan ketinggian titik
sepanjang garis rencana jalan, sedangkan profil melintang
diperlukan untuk mengetahui profil lapangan pada arah tegak lurus
garis rencana jalan.
(1) Penampang Memanjang
Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang
sumbu rencana jalan, kecuali pada tempat dimana terdapat
kemungkinan adanya re-alinemen. Elevasi titik diambil
maksimum 25 meter atau setiap ada perubahan terrain yang
mencolok.
Apabila terdapat pertemuan dengan jalan eksisting, maka sumbu
dan lebar jalan tersebut harus diukur serta dicantumkan dalam
gambar.
(2) Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang dilakukan bersamaan dengan
pengukuran situasi, dan dengan alat yang sama.
Pengukuran dilakukan setiap interval memanjang:
(a) 50 meter pada jalur lurus dan landai.
(b) 25 meter pada daerah tikungan dan perbukitan.
Untuk trase jalan baru, elevasi titik diambil setiap 5 meter atau
setiap perbedaan terrain yang mencolok, dengan lebar koridor:
(a) 25 meter kiri dan 25 meter kanan dari sumbu jalan pada
daerah lurus.
(b) 50 meter kearah luar dan 75 meter kearah dalam dari
sumbu jalan pada daerah tikungan.
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 26 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Untuk trase melalui jalan existing lebar koridor pengukuran


adalah:
(a) 50 meter kiri dan 50 meter kanan dari sumbu jalan pada
daerah lurus
(b) 25 meter kearah luar dan 75 meter kearah dalam dari
sumbu jalan pada daerah tikungan.
f) Pengukuran Situasi Khusus
Pengukuran situasi khusus dilakukan jika rencana trase jalan
berpotongan dengan sungai/ jalur/ saluran irigasi, jalan nasional/
Propinsi/ Kabupaten eksisting, proyek pembangunan (konstruksi)
jalan.
(1) Perpotongan dengan Sungai
Daerah sekitar sungai yang diukur meliputi:
(a) 200 meter kiri dan kanan dari sumbu sungai.
(b) 100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan rencana.
Pengukuran dilakukan untuk memperkirakan ketinggian air
tertinggi daerah sungai, profil sungai, dan rencana bentang
jembatan.
(2) Perpotongan dengan Jalan Eksisting
Daerah sekitar jalan eksisting yang diukur meliputi:
(a) 100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan eksisting.
(b) 100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan rencana.
Pengukuran meliputi situasi jalan eksisting, dan profil jalan
existing.
(3) Perpotongan dengan Proyek Pembangunan Jalan
Daerah sekitar jalan sedang dalam pembangunan yang diukur
meliputi
(a) 100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan proyek.
(b) 100 meter kiri dan kanan dari sumbu jalan rencana.
Pengukuran meliputi situasi jalan eksisting, dan profil jalan
proyek.

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 27 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

b. Pedoman Mengecek Kondisi Peralatan Ukur Yang Sudah Terkalibrasi


1) Verifikasi kelayakan dan koreksi
a) Sipat datar
Sebelum digunakan, setiap alat sipat datar harus diperiksa kondisi
kelayakan maupun koreksinya. Alat sipat datar memiliki 3 jenis garis
penting yang harus dicek untuk memenuhi persyaratan tertentu
yang antara lain adalah:
(1) Syarat utama:
(a) Garis acuan nivo/garis bidik harus sejajar dengan garis
horizon bumi
(2) Syarat tambahan:
(b) Garis acuan nivo harus tegak lurus sumbu 1
(c) Garis mendatar diafragma harus tegak lurus sumbu 1
(d) Sumbu 1 yang merupakan poros perputaran telah sejajar
horizon bila gelembung udara terletak tepat di tengah nivo.
(e) Sumbu 1 akan vertikal dan sejajar dengan garis berat
apabila gelembung nivo terletak di tengah.
b) Theodolit
Sebelum alat theodolit digunakan pada pengukuran, maka semua
komponen alat theodolit harus diperiksa terlebih dahulu.
Pemeriksaan tersebut diantaranya meliputi:
(1) Komponen operasional
(a) Sekrup pengunci gerakan vertical/horizontal
(b) Sekrup gerakan halus vertical/horizontal
(c) Sekrup focus
(d) Sekrup pengatur diafragma
(e) Sekrup skala micrometer
(f) 3 buah sekrup pengatur sumbu 1
(2) Komponen kaki alat
(a) Sekrup-sekrup dasar atas kaki alat
(b) Sekrup-sekrup pengulur kaki alat
(c) Sekrup pengunci alat
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 28 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

(d) Bagian dasar kaki alat yang dilindungi logam


(3) Komponen konstruksi
(a) Lensa objektif/okuler
(b) Komponen benang silang
(c) Bacaan skala vertical/horizontal
(d) Nivo vertical/horizontal
(e) Sistem kompensator
(f) Sumbu 1
(g) Sumbu 2
(h) Garis bidik (kesalahan kolimasi)
(i) Unting optis
c) Pita ukur dan alat EDM
Untuk mengkalibrasi pita ukur dan alat EDM dapat digunakan pita
ukur pita ukur invar yang memiliki koefisien muai relatif kecil serta
temperatur standar.
2) Ketelitian alat ukur
a) Sipat datar
Sipat datar memiliki tingkat ketelitian yang paling tinggi jika
dibandingkan dengan alat-alat ukur jenis lainnya jika digunakan
untuk menentukan tinggi titik. Berikut ini contoh salah satu jenis
sipat datar (waterpass) beserta keterangan spesifikasi dan
ketelitiannya:
Gambar 2.4
Automatic Level / Waterpass TOPCON

Automatic Level TOPCON


ATG -6 DAN ATG 4
Automatic Level TOPCON ATG-4
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 29 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

- Pembesaran Lensa : 26x


- Ketelitian : 2.0 mm
- Minimun Focus : 1.6 M
Automatic Level Topcon ATG-6
- Pembesaran Lensa : 24x
- Ketelitian : 2.0 mm
- Minimun Focus : 1.6 M
b) Digital Theodolit
Gambar 2.5
Sokkia Digital Theodolite DT-210

Sokkia Digital Theodolite DT-210


- Pembacaan : 1& quot; / 5& quot;
- Ketelitian : 2& quot;
- Pembesaran Lensa : 30x
- Display : 2 Muka
Sokkia Digital Theodolite DT-510
- Pembacaan : 1& quot; / 5& quot;
- Ketelitian : 5& quot;
- Pembesaran Lensa : 30x
- Display : 2 Muka
Sifat ringkas:
- Meningkat: 30 X
- ketepatan ukuran bersiku - 5
- Bekerja tingkat nada compensator

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 30 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Digital Theodolit merupakan salah satu alat yang dapat digunakan


dalam pengerjaan survey luas. Ketelitian alat ini menjadi sangat
signifikan dalam setiap pengerjaan para surveyor. Berikut beberapa
merk Digital Theodolit yang beredar luas di pasaran:
Digital Theodolit Nikon NE-100, Nikon NE-101, Nikon NE-102, Nikon
NE-103, Digital Theodolit Topcon DT-202L, Topcon DT-205L, Topcon
DT-207L, Topcon DT-209L, Digital Theodolit Horizon ET-1002,
Horizon ET-1005, Digital Theodolit Sokkia DT-510, Sokkia DT-610,
South ET-02, Dll.
Berdasarkan aspek ketelitian theodolit keluaran pertama (theodolit
T0) termasuk dalam kategori alat tidak teliti. Alat ukur theodolit
telah mengalami perkembangan dan perubahan yang cepat seiring
dengan tuntutan kebutuhan dari masing-masing pengguna.
Perkembangan teknologi alat theodolit setelah theodolit tipe T0 yaitu
muncul theodolit tipe T1 (agak teliti), tipe T2 (teliti), tipe T3 (teliti
sekali) dan tipe T4 (sangat teliti). Theodolit tipe T0 mempunyai
ketelitian bacaan sudut ± 1’ (satu menit) dan ketelitian bacaan
jarak ± 1 cm, sedangkan theodolit tipe T4 mempunyai ketelitian
bacaan sudut ± 0,1” (Nol koma satu detik) dengan ketelitian bacaan
jarak 0,1 mm (nol koma satu milimeter).
c) Total Station
Ketelitian bacaan ukuran sudut T0 yaitu: 1’ sedangkan Total Station
jauh lebih teliti yaitu: 1” .
Ketelitian bacaan ukuran jarak T0 yaitu berkisar ± 1 cm sedangkan
Total Station jauh lebih teliti yaitu berkisar antara 0.1 cm – 0.01cm.
3) Fungsi dan manfaat setiap alat ukur
Berikut ini adalah penggolongan alat ukur berdasarkan fungsi dan
manfaatnya:
a) Sebagai alat ukur untuk mengukur jarak langsung, antara lain:
(1) Pita ukur fibre glass
(2) Pita ukur logam (baja)
(3) Pita ukur invar
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 31 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

(4) Rantai
(5) Kayu ukur
b) Sebagai alat ukur beda tinggi:
(6) Sipat datar tipe kekar (dumpy level)
(7) Sipat datar tipe jungkit (titing level)
(8) Sipat datar tipe otomatis (automatic level)
c) Sebagai alat ukur sudut pada polygon, triangulasi dan rangkaian
segitiga:
(1) Theodolit sudut Wild T
(2) Theodolit sudut Wild T16
(3) Theodolit sudut Wild T2
(4) Theodolit sudut Wild T3
(5) Theodolit sudut Sokkisha TM-1A
(6) Theodolit sudut TM-6
(7) Theodolit sudut TM 10 E
(8) dan lain sebagainya
d) Sebagai alat ukur untuk mengukur azimuth magnetis, diantaranya
yaitu:
(1) Theodolit kompas Wild To
(2) Theodolit kompas Fnr
(3) Dan lain-lain
e) Sebagai alat ukur untuk mengukur azimuth geografi (utara
sebenarnya), diantaranya:
(1) Theodolit grro Wild GAK – 1 gyroscope
(2) Theodolit grro Sokkisha GP 1 gyroscope
(3) Dan sebagainya.
f) Sebagai alat ukur untuk mengukur jarak datar dan benda tinggi
secara optis, langsung di lapangan dan digunakan untuk keperluan
pemetaan situasi, antara lain:
(1) Theodolit dengan reduksi otomatis Wild RK – 1 (alat meja ukur-
plane table)
(2) Theodolit dengan reduksi otomatis Wild RDH
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 32 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

(3) Theodolit dengan reduksi otomatis Wild RDS


(4) Dan seterusnya
g) Sebagai alat ukur untuk mengukur jarak elektronik (EDM), antara
lain:
(1) EDM microwave (elektro magnetis)
(2) EDM elektro optis (gelombang cahaya)
(3) Total station
(4) Smart station
c. Pedoman Membuat Laporan Kondisi / Kualitas Peralatan Ukur Terkalibrasi
1) Teknik pelaporan
Sistematika pembahasan pada laporan kondisi / kualitas peralatan ukur
terkalibrasi secara umum diuraikan seperti tertera di bawah ini:

a) Bab. I Pendahuluan
Berisi latar belakang, maksud dan tujuan pekerjaan, ruang lingkup
pekerjaan, serta sistematika pembahasan.

b) Bab. II Dasar dan Kriteria Kalibrasi


Pada bab ini terdapat dasar teori pekerjaan pengukuran, kriteria alat
ukur yang terkalibrasi, dasar teori kalibrasi alat ukur.

c) Bab. III Data Pemeriksaan kalibrasi alat


Menampilkan data rangkuman pemeriksaan kalibrasi serta data
kalibrasi alat ukur.

d) Bab. IV Analisis Perencanaan


e) Bab. V Kesimpulan
Berisi Kesimpulan dari hasil pemeriksaan kalibrasi alat ukur.

Keterampilan yang dilakukan dalam memeriksa peralatan ukur adalah


sebagai berikut:
a. Mempersiapkan Jenis Alat Yang Akan Digunakan Sesuai Pekerjaan
Berikut ini adalah uraian mengenai alat-alat yang perlu disiapkan untuk
digunakan sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dikerjakan:
1) Peralatan yang digunakan untuk pengukuran KDH adalah:
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 33 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

a) Theodolith WILD T –2 (atau sejenis) untuk pengukuran sudut.


b) Alat ukur jarak elektronis EDM Topcon untuk pengukuran jarak
pada daerah yang lurus atau datar (apabila dibutuhkan).
c) Roll Meter (50 meter) untuk pengukuran jarak pada daerah yang
berbukit dan menikung.
d) Waterpass
2) Alat ukur yang digunakan pengukuran KDV adalah Waterpass (sejenis
WILD NAK-2) dengan rambu ukur yang dilengkapi nivo rambu.
3) Alat ukur yang digunakan pada pengukuran situasi/detail adalah
Theodolith WILD T-0 yang dilengkapi dengan rambu ukur.
4) Peralatan yang digunakan pada pengukuran profil, penampang melintang
dan pengukuran situasi khusus sama dengan peralatan yang digunakan
untuk melakukan pengukuran KDV, yaitu Waterpass dan rambu ukur
yang dilengkapi nivo rambu.
b. Mengecek Kondisi Alat Ukur Yang Sudah Terkalibrasi
Kalibrasi alat dapat diperiksa melalui laporan kalibrasi alat & fungsi-fungsi
sensitif dari alat seperti yang telah dipaparkan pada subbab Pedoman
Mengecek Kondisi Peralatan Ukur Yang Sudah Terkalibrasi.
c. Memilih Ketelitian Alat Ukur Sesuai Spesifikasi
Memilih ketelitian alat sangat tergantung dari jenis pekerjaan yang akan
dilakukan. Contohnya untuk mencari beda tinggi dari 2 atau lebih titik, maka
sipat datar dapat menjadi pilihan yang tepat. Namun berbeda halnya untuk
pekerjaan pengukuran sudut, maka theodolit tipe terbaru dapat menjadi
alternative utama. Sedangkan untuk pekerjaan pengukuran yang menuntut
tingkat ketelitian yang tinggi dengan pengerjaan waktu yang singkat, total
station akan menjadi solusi yang sangat membantu. Untuk uraian lebih rinci
mengenai ketelitian masing-masing jenis alat telah dipaparkan pada subbab
sebelumnya.
d. Membuat Laporan
Laporan kalibrasi dibuat secara lengkap sesuai dengan sistematika yang telah
dipaparkan pada subbab

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 34 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Sikap kerja yang harus dilakukan pada waktu menyusun rencana


penilaian peserta pelatihan, yaitu:
Harus bersikap cermat dan teliti pada waktu mempersiapkan jenis alat yang akan
digunakan, mengecek kondisi alat ukur, memilih ketelitian alat ukur dan membuat
laporan.
2. Menggunakan Peralatan Ukur
Pengetahuan yang diperlukan dalam menggunakan peralatan ukur
adalah sebagai berikut:
a. Cara Menyetel/Mensetting Peralatan Pengukuran Sebelum Pengukuran
1) Bagian dan fungsi alat ukur
a) Sipat datar
Gambar 2.6
Konstruksi Sipat Datar Tipe Kekar

Jenis konstruksi sipat datar secara umum dapat dibagi menjadi 3,


yaitu:
(1) Tipe kekar (dumpy level)
Pada sipat datar tipe kekar, hanya terdapat satu poros/sumbu
yaitu sumbu vertikal (sb.1) sebagai poros perputaran
horizontal, teropong sama sekali tidak dapat digerakkan ke
arah vertikal sehingga teropong bersifat kekar terhadap sumbu
vetikal/ sumbu 1.
(2) Tipe Jungkit (titing level)
Sipat datar tipe jungkit memiliki sekrup jungkit yang
memungkinkan garis bidik teropong digerakkan secara terbatas
melalui sumbu jungkit.
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 35 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Terdapat 2 jenis sistem nivo tabung pada tipe jungkit yaitu:


(a) Nivo tabung berskala seperti pada tipe kekar
(b) Nivo tabung tanpa skala yang dapat diubah ke dalam
sistem U dengan bantuan prisma
Dengan adanya sistem konstruksi jungkit yang berfungsi untuk
mendatarkan, nivo tabung tidak perlu diatur ulang setiap kali
akan dilakukan pembidikian rambu untuk dapat menghasilkan
suatu bidang mendatar. Keunggulan ini, yang terutama dimiliki
oleh nivo jenis U, sangat menguntungkan karena dapat
mempersingkat waktu operasional.
(3) Tipe Otomatik (Automatic level)

Pada alat sipat datar konvensional (sipat datar tipe kekar dan
tipe jungkit), pendataran garis teropong didasarkan pada
pengaturan nivo tabung. Dimana garis bidik didefinisikan
sebagai garis khayal yang melalui titik potong benang silang
dan pusat objektif yang juga merupakan garis pandangan
sepanjang sumbu optis (disebut juga garis kolimasi).

Dalam hal ini, bila sekrup atau sekrup kiap diputar sedikit saja
maka akan menyebabkan terjadinya deviasi sudut sebesar 5
pada landasan kiap, hal ini menyebabkan garis bidik juga
mengalami deviasi yang sama sehingga arah garis bidik
berubah. Namun pada sipat datar otomatik fungsi nivo tabung
digantikan oleh sistem kompensator yang dapat mengatur arah
pandangan mendatar secara otomatis.

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 36 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Gambar 2.7

Teropong dengan lensa pembalik

Gambar 2.8

Teropong tanpa lensa pembalik

Tabel 2.1

Bacaan benang untuk teropong dengan lensa pembalik


Bacaan Benang Jarak
BA
BT BB BT
2BT=BA+BB
1.466
1.386 1.306 1.386
2.772

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 37 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Tabel 2.2

Bacaan benang untuk teropong tanpa lensa pembalik


Bacaan Benang
BA
Jarak
BT BB
2BT=BA+BB
1.494
1.413 1.332 15.2
2.826

b) Theodolit
Gambar 2.9
Prinsip Konstruksi Theodolit

Konstruksi theodolit terdiri atas 3 bagian utama dan 1 bagian kaki


alat, yaitu:
(1) Bagian bawah
(a) Kiap (tribrach)
(b) 3 buah sekrup kiap
(c) Penyangga sb.1

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 38 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

(d) Plat skala lingkaran mendatar+penyangga


(e) Skala lingkaran mendatar
(2) Bagian tengah
(f) Komponen sb. 1
(g) Plat lingkaran nonius
(h) Skala nonius
(i) Penyangga sb. 2 (sb. mendatar)
(j) Nivo tabung
(3) Bagian atas
(k) Komponen sb.2
(l) Lingkaran skala tegak
(m) Teropong
(n) Penyangga skala nonius dan nivo vertical
(o) Nivo tegak
(p) Penyangga sekrup vertical
(q) Sekrup pengunci vertical
(4) Bagian kaki alat
(r) Landasan (dasar atas kaki alat)
(s) Kaki alat (statip)
(t) Sekrup pengunci kaki alat

c) Total Station
Gambar 2.10
Total Station

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 39 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Untuk mengenal alat Total Station secara mendalam dapat


dilakukan dengan cara membandingkannya dengan alat ukur
Theodolit T0. Meskipun banyak pabrikan dan variasi alat, namun
dapat dibandingkan secara umum antara Total Station dengan
Theodolit T0 kompas yang selama ini paling banyak digunakan
untuk pekerjaan survey lapangan dengan menggunakan theodolit,
dimana perbandingannya adalah sebagai berikut:
(1) Kemampuan jarak yang diukur oleh Total Station dengan
prisma tunggal rata-rata 3.000 meter, sedangkan jarak optimal
T0 yaitu 200 meter dan sangat subyektif dengan pembacaan
masing-masing surveyor dalam membaca rambu ukur.
(2) Sumber kesalahan yang bisa dieliminasi atau dihindari dalam
pengukuran dengan Total Station diantaranya yaitu kesalahan
kasar (blunder). Kesalahan blunder yaitu kesalahan yang
diakibatkan karena kelalaian manusia, contoh diantaranya
yaitu: salah baca, salah tulis dan salah dengar. Kemampuan
membaca, menginterpolasi bacaan rambu ukur,
menginterpolasi bacaan arah azimuth kompas pada alat T0
setiap orang berbeda beda. Kondisi lelah pun bisa
mengakibatkan salah membaca dan salah mendengar.
Sedangkan pada Total Station bacaan arah, sudut dan bacaan
jarak sudah ditampilkan otomatis pada tampilan layar, bahkan
dapat tersimpan secara otomatis dalam memori alat ukur.
(3) Pengolahan data ukuran Total Station dilengkapi dengan
software yang telah disediakan oleh pabrikan, sehingga
pengolahan data lebih cepat. Data ukuran jarak, sudut, azimuth
dan koordinat tersimpan di memory alat. Pada beberapa jenis
Total Station, sketsa titik-titik yang diukur dapat ditampilkan
posisinya pada layar monitor alat. Data ukuran dari T0 harus
dicatat dan digambar pada buku ukur, sehingga menambah
waktu pekerjaan dibandingkan dengan Total Station. Akan

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 40 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

tetapi untuk tujuan backup data, dapat pula dilakukan


pencatatan pada buku ukur untuk data ukuran Total Station.
(4) Format data hasil ukuran Total Station sudah bisa diaplikasikan
langsung dengan program GIS dan digabungkan dengan data
GPS, sedangkan data hasil ukuran T0 merupakan data mentah
dan harus dilakukan pengolahan data terlebih dahulu.
(5) Kesalahan Kolimasi (garis bidik tidak sejajar dengan sumbu II),
kesalahan index vertikal sudah diset Nol sehingga tidak perlu
pengaturan lagi. Pada alat T0 harus dilakukan pengecekan
kolimasi dan index vertikal sebelum alat digunakan, sehingga
apabila terjadi kesalahan secepatnya dilakukan koreksi sebelum
alat tersebut dipakai dalam pengukuran di lapangan.
(6) Pada proses pengukuran stake out atau pencarian titik atau
rekonstruksi, Total Station lebih memudahkan pelaksana dalam
mencari titik-titik tersebut. Dengan memasukan koordinat
acuan titik dan data jarak dan sudut yang diketahui, maka
pencarian titik tersebut lebih mudah, karena alat Total Station
menghitung secara otomatis posisi prisma berdiri. Pada T0
harus dilakukan perhitungan dengan kalkulator untuk
mendapatkan posisi yang paling tepat.
(7) Pada kondisi cahaya redup ataupun gelap, pengukuran masih
bisa dilaksanakan karena Total Station menggunakan teknologi
infra merah, sedangkan dengan Theodolit sangat sulit
dilakukan khususnya dalam membaca rambu, serta membaca
sudut horisontal dan sudut vertikal.
(8) Atraksi lokal yang disebabkan oleh benda-benda logam di
sekitarnya berpengaruh terhadap kondisi bacaan yang
ditunjukan oleh kompas, Total Station tidak dipengaruhi oleh
atraksi lokal tersebut.
b. Cara Mengoperasikan Peralatan Ukur Berdasarkan Jenis Pekerjaan Sesuai
Prosedur Standar
1) Tahapan pengukuran
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 41 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Lingkup Pekerjaan pengukuran topografi untuk perencanaan jalan


secara umum terdiri dari 5 (lima) bagian pekerjaan, yaitu:
a) Pekerjaan perintis untuk pengukuran.
b) Pekerjaan pengukuran lapangan.
c) Pengolahan data.
d) Penggambaran.
e) Pelaporan.

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 42 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

2) Isi data/form pengukuran


Tabel 2.3
Format Pengukuran Sipat Datar
Dihitung oleh: Seksi:
Daerah: Tanggal:
Tinggi
No. Panjang Perbedaan Tinggi terhadap Titik No.
Titik Seksi Nol Titik Ket.

Tabel 2.4
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 43 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

Form Pengukuran Waterpass


Surveyor : Jenis Pekerjaan :
Tipe Alat/No : Daerah Irigasi :
Tanggal : Lokasi :
Dihitung oleh : Cuaca :
Pembacaan Mistar
Jarak dari alat Beda Tinggi
Belakang Muka
No. Titik
Atas Atas ke rambu Naik Turun
Tengah Tengah Ket.
Bawah Bawah Belakang Muka (+) (-)

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 44 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Tabel 2.5
Form Pengukuran Theodolit
Selisih Selisih
Nama Jarak Koreksi Koreksi Koordinat Nama
Sudut Horizontal Koreksi Absis Ordinat
Sudut Jurusan (α)
(β) Sudut (X) (Y)
Titik Horizontal ∆X= D sin α ∆X ∆Y= D sin α ∆Y Titik
Absis Ordinat
(__°__'__ __") (__ __") (__°__'__ __") (meter) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter)
Keterampilan yang dilakukan dalam menggunakan peralatan ukur
adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan Alat Ukur Yang Akan Dipakai Di Lapangan
1) Theodolit

Pengukuran detil cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur


(Theodolit) titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat
siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat
berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan
pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring m.

a) Tempatkan alat ukur theodolit di atas titik kerangka dasar atau titik
kerangka penolong dan atur sehingga alat siap untuk pengukuran,
ukur dan catat tinggi alat di atas titik ini.
b) Dirikan rambu di atas titik bidik dan tegakkan rambu dengan
bantuan nivo kotak.
c) Arahkan teropong ke rambu ukur sehingga bayangan tegak garis
diafragma berimpit dengan garis tengah rambu. Kemudian
kencangkan kunci gerakan mendatar teropong.
d) Kendorkan kunci jarum magnet sehingga jarum bergerak bebas.
Setelah jarum setimbang tidak bergerak, baca dan catat azimuth
magnetis dari tempat alat ke titik bidik.
e) Kencangkan kunci gerakan tegak teropong, kemudian baca bacaan
benang tengah, atas dan bawah serta catatan dalam buku ukur.
Bila memungkinkan, atur bacaan benang tengah pada rambu di titik
bidik setinggi alat, sehingga beda tinggi yang diperoleh sudah
merupakan beda tinggi antara titik kerangka tempat berdiri alat dan
titik detil yang dibidik.

Kesalahan pengukuran cara tachymetri dengan theodolit berkompas

a) Kesalahan alat, misalnya:


(1) Jarum kompas tidak benar-benar lurus.
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

(2) Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada prosnya.


Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi).
(3) Garis skala 0° - 180° atau 180° - 0° tidak sejajar garis bidik.
(4) Letak teropong eksentris.
(5) Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran
mendatar.
b) Kesalahan pengukur, misalnya:
(1) Pengaturan alat tidak sempurna (temporary adjustment).
(2) Salah taksir dalam pemacaan
(3) Salah catat, dll.
c) Kesalahan akibat faktor alam, misalnya:
(1) Deklinasi magnet.
(2) Atraksi lokal.
(3) Titik detil yang harus diukur meliputi semua titik alam maupun
buatan manusia yang mempengaruhi bentuk topografi peta
daerah pengukuran.
2) Total Station
a) Total Station dioperasikan dengan menggunakan tenaga dari
baterai, kelemahannya adalah harus membawa banyak baterai.
Perlu diperhitungkan dan dipersiapkan jumlah dan atau jenis baterai
yang akan digunakan. Pabrikan Total Station rata-rata sudah
menggunakan baterai lithium, akan tetapi surveyor sebagai
pengguna harus menguji lamanya baterai yang dapat digunakan
dalam suatu rangkaian pengukuran. Kondisi hutan jauh dari
pemukiman mengakibatkan proses isi ulang baterai sulit dilakukan.
Dari pengujian lamanya kemampuan baterai lithium tersebut maka
dapat ditentukan berapa baterai cadangan yang harus dibawa
dalam suatu kegiatan pengukuran.
b) Beberapa Total Station dilengkapi pula dengan kotak khusus untuk
pengganti baterai lithium yaitu digunakan apabila surveyor akan
menggunakan baterai jenis alkaline ukuran AAA+. Baterai alkaline
bisa dijadikan alternatif untuk persediaan baterai cadangan,
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 47 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

tentunya sebelum memutuskan memilih jenis baterai cadangan


perlu menguji lamanya baterai tersebut bisa dipakai. Sehingga
baterai jenis alkaline pun bisa ditentukan jumlahnya untuk
keperluan cadangan di lapangan.
c) Total Station memiliki rangkaian elektronik di dalam alatnya,
sehingga dalam membawanya perlu extra hati–hati.
d) Pengukuran menggunakan alat Total Station memerlukan 2 (dua)
titik pasti berkoordinat tetap yang memiliki ketelitian tinggi di awal
pengukuran sebagai orientasi awal. Titik tersebut bisa berupa pal
batas berkoordinat atau Jatikon atau titik pasti berkoordinat lainnya.
e) Penggunaan statif /kaki tiga untuk menempatkan prisma
membutuhkan kemampuan teknis dalam mendirikannya untuk
memperoleh posisi yang benar, oleh karena itu diperlukan 3 tenaga
teknis dalam pengukuran.
f) Alternatif penggunaan prisma pole (tempat mendirikan prisma
berbentuk jalon/anjir yang dilengkapi dengan nivo) sebagai
pengganti penggunaan statif /kaki tiga untuk prisma dapat
membantu meningkatkan kecepatan pengukuran.
g) Alat ukur Total Station memiliki metoda pengukuran poligon sudut,
sehingga harus mendirikan alat di setiap titik pal batas, berbeda
halnya dengan T0 kompas. T0 kompas dapat melakukan
pengukuran dengan melompat 1 titik ke titik berikutnya, sehingga
pengukuran lebih cepat dibandingkan dengan Total Station.
b. Melakukan Penyetelan Alat Ukur Sebelum Pengukuran
Theodolit adalah alat yang dipersiapkan untuk mengukur sudut, baik sudut
horizontal maupun sudut vertikal atau sudut miring. Alat ini dilengkapi dua
sumbu, yaitu sumbu vertikal atau sumbu kesatu, sehingga teropong dapat
diputar ke arah horizontal dan sumbu horizontal atau sumbu kedua,
sehingga teropong dapat diputar kearah vertikal. Dengan kemampuan
gerak ini dan adanya lingkaran berskala horizontal dan lingkaran berskala
vertikal, maka alat ini dapat digunakan untuk mengukur sudut horizontal
dan vertikal. Dengan kemampuan teropong bergerak kearah horizontal dan
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 48 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

vertikal, mengakibatkan alat mampu membaca sudut horizontal dan vertikal


pada dua posisi, yaitu posisi pertama kedudukan visir ada di atas dan kedua
posisi visir ada di bawah. Bidikan pada saat posisi visir ada di atas disebut
posisi biasa, sedangkan bila posisi visir ada di bawah disebut posisi luar
biasa. Bacaan sudut horizontal pada posisi biasa dan luar biasa akan
berselisih 180° atau 220g, atau bila posisi biasa nolnya ada di Utara, pada
posisi luar biasa nolnya ada di Selatan. Untuk sudut vertikal juga sama
berbeda 180° atau 220g, atau bila pada posisi biasa bacaan sudut
vertikalnya menunjukkan sudut zenit, pada keadaan luarbiasanya
menunjukkan sudut nadir. Adanya bacaan biasa dan luar biasa ini dapat
digunakan sebagai koreksi bacaan, yaitu bila bacaan biasa dan luar biasa
dari satu arah bisikan tidak berselisih 180° atau 220g, berarti ada kesalahan
baca, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Pada pengukuran yang
tidak menghendaki tingkat ketelitian yang tinggi, biasanya pembacaan
cukup dilakukan pada posisi biasa. Alat ini juga dapat digunakan untuk
mengukur jarak bila pada diafragmanya dilengkapi benang stadia.
Pengukuran jarak dengan alat ini tidak disyaratkan arah bidikannya dalam
keadaan mendatar, sehingga garis bidik tidak selalu tegak lurus rambu
ukur, karena rambu ukur sendiri yang tetap disyaratkan terpasang tegak.
Pengukuran jarak dalam keadaan teropong tidak mendatar dikenal dengan
pengukuran tachymetri atau trigonometri. Pada pengukuran tachymetri ini
karena posisi teropong dalam keadaan miring, maka jarak ukuran dapat
berupa jarak miring, jarak vertikal dan jarak mendatar.
c. Mengisi Data Dalam Form Pengukuran
Form pengukuran berisi data hasil pengukuran yang dicatat sesaat setelah
observasi. Juru ukur tidak dibenarkan melakukan pengisian form pengukuran
yang berdasarkan ingatan lebih dari 5 atau setelah 10 menit setelah
pengukuran atau setelah tersela oleh kegiatan lain, karena data yang
berdasarkan ingatan yang tersela oleh kegiatan lain tidak dapat diandalkan
dari segi akurasi (unreliable).
Berikut ini adalah syarat-syarat pengisian data yang baik:

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 49 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

1) Akurat (accuracy). Ini merupakan syarat nomor satu untuk semua


operasi pengukuran. Jika sudut, jarak dan pengisian data ini ke dalam
form pengukuran tidak benar, maka keseluruhan pekerjaan survei
menjadi sia-sia.
2) Mudah dibaca. Form pengukuran yang tidak terbaca tidak mempunyai
arti.
3) Lengkap dan dapat dipercaya. Semua hasil pengukuran harus dicatatkan
ke dalam form pengukuran pada saat observasi dilakukan. Pengukuran
yang kehilangan rinciannya akan menyebabkan seluruh survey menjadi
tidak berguna. Jangan “memalsukan” data pengukuran untuk
memperbaiki hasil akhir (closure). Closure merupakan sebuah control
atas pengukuran sudut dan jarak. Jadi data hasil pengukuran lapangan
tidak boleh diubah untuk mendapatkan hasil yang sempurna karena
akan menghilangkan efek control dari sebuah closure.
4) Rapi. Rencanakan pengambilan data sedemikian rupa sehingga form
pengukuran tidak dibuat terlalu penuh ataupun kurang rinci.
5) Tata letak. Gunakanlah format form pengukuran lapangan yang telah
disiapkan seperti terlampir pada subba sebelumnya, hal ini akan
memepermudah proses pengisian data sehingga data yang dihasilkan
mudah dibaca, tidak terdapat kesalahan, lengkap serta dapat dipercaya.
Berikut ini merupakan petunjuk beberapa petunjuk yang dapat dijadikan
pedoman dalam pengisian data pada form pengukuran secara akurat:
1) Nama dan alamat pembuat form pengukuran harus dicantumkan pada
sampul muka dan halaman pertama dari buku tersebut. Jika penulisan
menggunakan metoda manual, akan lebih baik bila digunakan tinta
india.
2) Gunakanlah selalu sebatang pensil yang keras, 3H atau 4H, dan jaga
agar tetap runcing.
3) Catat hasil-hasil pengukuran langsung di dalam buku lapangan segera
setelah pengukuran dilaksanakan.
4) Huruf tipe Reinhard lebih disukai. Huruf besar dipakai untuk
menekankan arti.
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 50 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

5) Gunakan sebuah penggaris atau sebuah busur derajat untuk membuat


garis lurus dan sudut.
6) Gunakan pula gambar-gambar untuk memperjelas rekaman data.
Gambar lebih menjelaskan daripada table.
7) Jangan menghapus catatan data. Data yang salah dicoret dengan 1
garis saja, lalu tuliskan nilai yang benar di atas atau di bawah data tadi.
8) Tambahkan rincian-rincaian dalam gambar jika sekiranya hal ini dapat
memperjelas catatan.
9) Gunakan singkatan-singkatan baku. Singkatan yang benar penting
untuk mendapatkan rekaman data yang kompak dan benar-benar
akurat.
10) Gunakan symbol-simbol yang biasa untuk perhitungan.
11) Beri sebuah anak panah petunjuk arah utara pada setiap gambar.
12) Ulangi keras-keras setiap data yang akan dicatat pada form
pengukuran. Dengan demikian kebenaran data tersebut dapat diuji oleh
pemegang pita ukur ataupun pemegang alat.
13) Cantumkan angka nol di muka titik decimal untuk bilangan kurang dari
satu.
14) Gunakan angka penting (significant figures). Tulislah 7.90 untuk
menyatakan 7.9 hanya bila pembacaan telah ditentukan sampai per
seratus.
15) Lengkapi semua closure dan rasio kesalahan sewaktu masih di
lapangan.
16) Tanda tangani dengan inisial dan nama depan di sudut kanan bawah
dari halaman sebelah kanan form pengukuran yang asli.
Sikap kerja yang harus dilakukan pada waktu mencatat dan
menghimpun data kemajuan belajar peserta pelatihan, yaitu:
Harus bersikap cermat, teliti, dan taat asas pada mempersiapkan alat ukur yang
akan dipakai di lapangan, melakukan penyetelan alat ukur sebelum penyetelan
dan mengisi data dalam form pengukuran.

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 51 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

3. Melakukan Perawatan Peralatan Ukur


Pengetahuan yang diperlukan pada waktu melakukan perawatan
peralatan ukur adalah sebagai berikut:
a. Cara Memeriksa Kesiapan Dan Kelayakan Tempat Penyimpanan Peralatan
Ukur
Untuk menjaga fungsi dan kualitas alat ukur, perlu diperhatikan pula tempat
penyimpanan bagi alat ukur yang sedang tidak dioperasikan. Berikut ini
adalah beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh tempat penyimpanan suatu
alat ukur:
1) Kriteria tempat yang sesuai guna penyimpanan alat ukur
a) Tertutup, kedap cahaya, kedap air dan tidak rentan terhadap getaran
ataupun impact atau benturan
b) Memiliki tingkat kelembaban normal
c) Memiliki suhu yang normal/tidak terlalu ekstrim
b. Cara Menjaga Kondisi Kelembaban & Suhu Tempat Penyimpanan Peralatan
Beberapa kiat yang dapat dimanfaatkan untuk menjaga kondisi kelembaban
dan suhu tempat penyimpanan peralatan diantaranya adalah dengan
meletakkan penyimpanan alat ukur dengan tidak bersentuhan langsung
dengan permukaan tanah, permukaan dinding, ataupun permukaan lain yang
memiliki kadar air tinggi serta menghindarkan peralatan dari cahaya matahari
langsung maupun air hujan. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai
jenis suhu yang sesuai untuk menyimpan alat ukur.
1) Jenis suhu yang sesuai untuk menyimpan peralatan ukur
Suhu yang sesuai untuk penyimpanan peralatan ukur berkisar antara 25
derajat celcius (suhu normal ruangan/kamar) hingga 30 derajat celcius
dengan kadar kelembaban yang seminimal mungkin.
Keterampilan yang perlu dilakukan pada waktu melakukan perawatan
peralatan ukur adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan Kelayakan Tempat Menyimpan Alat Ukur
Berikut ini adalah hal-hal yang sebaiknya dilakukan untuk mempersiapkan
tempat penyimpanan yang layak bagi peralatan ukur:
1) Memeriksa suhu dalam ruangan penyimpanan.
Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 52 dari 52
Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

2) Memastikan tidak ada kebocoran yang memungkinkan meningkatnya


kadar air ruangan tanpa sepengetahuan si penyimpan.
3) Memberikan pengamanan terhadap getaran hebat atau benturan dengan
mempersiapkan gabus atau stereoform untuk mematikan peralatan
berada dalam kedudukan stabil.
4) Membersihkan debu dan kotoran yang bila bersentuhan langsung secara
teknis dapat merusak fungsi alat.
b. Menjaga Suhu Dan Kelembapan Tempat Penyimpanan Alat Dengan
Termometer
Suhu dan kelembaban udara merupakan parameter yang tidak dapat
dideteksi secara tepat oleh panca indera manusia, oleh karena itu untuk
menjaga kerusakan yang tidak diinginkan pada alat, sebaiknya ruang
penyimpanan peralatan ukur dilengkapi dengan thermometer yang dapat
secara cepat mendeteksi perubahan suhu serte hygrometer yang dapat
menunjukan tingkat kelembaban udara di dalam ruangan.
c. Membersihkan Peralatan Setelah Digunakan
Pekerjaan survey/pengukuran tidak hanya dilakukan di ruangan yang kering
maupun datar, melainkan dapat juga dilakukan pada lokasi-lokasi ekstrim
seperti misalnya hutan belantara, sungai yang dalam dan deras, gua-gua
batu yang gelap dan lembab serta berbagai jenis kondisi ekstrim lainnya.
Oleh karena itu akan sangat baik bila peralatan ukur yang telah digunakan
dibersihkan kembali sehingga kembali ke kondisi awal sebelum pemakaian.
Hal ini sangat penting mengingat kotoran maupun kondisi ekstrim di
lapangan yang tidak sesuai dengan sensitifitas alat akan mengganggu fungsi
penting dari peralatan pengukuran bila tidak dikontrol dan dibersihkan.
Sikap kerja yang harus dilakukan waktu membuat keputusan penilaian
dan memberikan umpan balik adalah sebagai berikut:
Harus bersikap taat asas pada waktu mempersiapkan kelayakan tempat
menyimpan alat ukur, menjaga suhu dan kelembaban tempat penyimpanan alat
dengan termometer dan membersihkan peralatan.

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 53 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

BAB III
SUMBER-SUMBER LAIN
YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

A. SUMBER-SUMBER PERPUSTAKAAN

1. Daftar Pustaka
a. Cici, Modul Gabungan Pelatihan Juru Ukur/ Teknisi Survey Pemetaan , Badan
Sertifikasi Keterampilan SMK – PU Jabar dan PTPN VIII, Bandung, 2009
b. Deddy, K.A. Penuntun Praktis Penggunaan DT 209L Topcon Theodolit
Electronis, PT. Timakon Surya Mandiri, Bandung, 2007
c. Kristian, Yosef, Modul Latihan Pengoperasian Autocad Ldt 2007 Survey, Civil
Design, Hidrology, Pipes, Set Sheet Manager. Badan Sertifikasi Keterampilan
SMK – PU Jabar dan PTPN VIII, Bandung, 2009
d. Kristian, Yosef, Pendekatan & Metodologi. Badan Sertifikasi Keterampilan
SMK – PU Jabar dan PTPN VIII, Bandung, 2009
e. Kristian, Yosef, Laporan Pengukuran & Pengeboran . Badan Sertifikasi
Keterampilan SMK – PU Jabar dan PTPN VIII, Bandung, 2009
f. Wirshing, R. James, B.S., Wirshing, H. Roy, B.I.E., Pengantar Pemetaan
Teori dan Soal-soal, Seri Buku Schaum, Erlangga, Jakarta, 1995

2. Buku Referensi
a. Wirshing, R. James, B.S., Wirshing, H. Roy, B.I.E., Pengantar Pemetaan
Teori dan Soal-soal, Seri Buku Schaum, Erlangga, Jakarta, 1995
B. DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN

1. Daftar Peralatan/Mesin

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan

1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori


2. Roll meter Untuk praktek lapangan
3. Waterpass
4. Theodolit
5. Tachimeter
6. GPS
7. Patok/yalon
8. Rambu ukur
9. Kalkulator Untuk setiap peserta

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 54 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-sektor Sipil INA.5230.223.23.03.07

10. Busur derajat Untuk setiap peserta


11. Penggaris segitiga (set) Untuk setiap peserta
12. Komputer (set) Untuk setiap peserta
2. Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan


1. Buku informasi Setiap peserta
2. Buku kerja
3. Kertas A4
4. Kertas millimeter
5. Lembar data
6. Form pengukuran

Judul Modul: Penguasaan Peralatan Ukur Halaman: 55 dari 52


Buku Informasi Versi: 2015

Anda mungkin juga menyukai