Anda di halaman 1dari 32

RESUME

FILSAFAT ILMU
DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

PENGARANG : Drs. SURAJIYO


Tahun: 2007
PRAKATA PENGARANG

Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun
historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan
ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola
pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya
rasiolah yang dominan.

Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi yang tidak kecil.
Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian didekati dan bahkan bisa
dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-
teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada
manusia sendiri.

Maret, 2007

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL-------------------------------------------------------------------------------i
PRAKATA ------------------------------------------------------------------------------------------1
DAFTAR ISI BUKU-------------------------------------------------------------------------------2
DAFTAR ISI RESUME---------------------------------------------------------------------------6

Bagian Pertama:
PENGENALAN FILSAFAT ILMU

BAB I PENGANTAR FILSAFAT--------------------------------------------------------------10


A. Pengertian Filsafat ------------------------------------------------------------------------10
B. Objek Filsafat------------------------------------------------------------------------------10
C. Metode Filsafat-----------------------------------------------------------------------------11
D. Ciri-ciri Filsafat----------------------------------------------------------------------------12
E. Asal dan Peranan Filsafat-----------------------------------------------------------------12
F. Kegunaan Filsafat--------------------------------------------------------------------------13
G. Pembagian (Cabang-cabang Filsafat)---------------------------------------------------14

BAB II FILSAFAT PENGETAHUAN (EPISTEMOLOGI)------------------------------15


A. Pengertian Epistemologi----------------------------------------------------------------15
B. Arti Pengetahuan------------------------------------------------------------------------15
C. Terjadinya Pengetahuan----------------------------------------------------------------15
D. Jenis-Jenis Pengetahuan----------------------------------------------------------------16
E. Asal Usul Pengetahuan-----------------------------------------------------------------16

BAB III RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU--------------------------------------------18


A. Pengertian Filsafat Ilmu----------------------------------------------------------------18
B. Objek Filsafat Ilmu----------------------------------------------------------------------18
C. Lingkup Filsafat Ilmu-------------------------------------------------------------------18
D. Problema Filsafat Ilmu-----------------------------------------------------------------19
E. Manfaat Belajar Filsafat Ilmu----------------------------------------------------------19

Bagian Kedua:
MASALAH ILMU PENGETAHUAN

BAB IV APA ITU ILMU PENGETAHUAN--------------------------------------------------20


A. Definisi Ilmu Pengetahuan-------------------------------------------------------------20
B. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan-------------------------------------------------------------20

2
C. Keseragaman Dalam Pengelompokan Ilmu Pengetahuan--------------------------20
D. Susunan Ilmu Pengetahuan------------------------------------------------------------21
E. Ilmu dan Teknologi----------------------------------------------------------------------22
F. Wujud Ilmu-------------------------------------------------------------------------------22

BAB V SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN----------------------23


A. Pengantar---------------------------------------------------------------------------------23
B. Zaman Pra Yunani Kuno---------------------------------------------------------------23
C. Zaman Yunani Kuno--------------------------------------------------------------------23
D. Zaman Abad Pertengahan--------------------------------------------------------------24
E. Zaman Renaissance----------------------------------------------------------------------24
F. Zaman Modern---------------------------------------------------------------------------25
G. Zaman Kontemporer--------------------------------------------------------------------25

BAB VI PRINSIP-PRINSIP METODOLOGI------------------------------------------------26


A. Pengantar---------------------------------------------------------------------------------26
B. Pengertian Metodologi------------------------------------------------------------------26
C. Unsur-Unsur Metodologi---------------------------------------------------------------26

BAB VII PENEMUAN KEBENARAN-------------------------------------------------27


A. Cara Penemuan Kebenaran-----------------------------------------------------27
B. Definisi Kebenaran---------------------------------------------------------------27
C. Jenis-Jenis Kebenaran-----------------------------------------------------------28
D. Sifat Kebenaran-------------------------------------------------------------------28
E. Teori Kebenaran dan Khilaf-----------------------------------------------------28

BAB VIII DEFINISI DAN PENALARAN---------------------------------------------30


A. Definisi----------------------------------------------------------------------------30
B. Penalaran--------------------------------------------------------------------------30
C. Silogisme Kategoris--------------------------------------------------------------31
D. Proposisi Majemuk---------------------------------------------------------------31
E. Silogosme Majemuk dan Dilema-----------------------------------------------31
F. Sesat Pikir--------------------------------------------------------------------------31

Bagian Ketiga:
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

BAB IX HUBUNGAN DAN PERANAN ILMU PENGETAHUAN TERHADAP


PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL--------------------32
A. Ilmu dan Masyarakat-------------------------------------------------------------32
B. Pengertian dan Unsur-Unsur Kebudayaan------------------------------------32
C. Pengaruh Timbal-Balik antara Ilmu dan Kebudayaan-----------------------32
D. Peranan Ilmu terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional-------------32
E. Strategi Kebudayaan-------------------------------------------------------------32

3
BAB X ETIKA KEILMUWAN-----------------------------------------------------------33
A. Pengantar--------------------------------------------------------------------------33
B. Antara Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan---------------------------------33
C. Problema Etika Ilmu Pengetahuan---------------------------------------------33
D. Ilmu: Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai------------------------------------33
E. Pendekatan Ontologis------------------------------------------------------------33
F. Pendekatan Epistemologi--------------------------------------------------------34
G. Pendekatan Aksiologi------------------------------------------------------------34
H. Sikap Ilmiah yang harus dimiliki Ilmuwan-----------------------------------34

BAB XI STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA---------------35


A. Pengantar--------------------------------------------------------------------------35
B. Pengertian Paradigma------------------------------------------------------------35
C. Landasan Ontologis, Epistemologis, Axiologis, dan Antropologis
Pancasila------------------------------------------------------------------------------35
D. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi-----------------------------------------------------------------------------35
E. Visi Ilmu Indonesia---------------------------------------------------------------35

DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------------36

Oleh : Drs. Surajiyo

4
BAB I
Pengantar Ilmu Filsafat

A. Pengertian Filsafat
Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah philosiphy adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri
atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom)
sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan.

B. Objek Filsafat
1. Objek Material filsafat
Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau
hal yang di selidiki, dipandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa
saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang
ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu
yang ada itu di bagi dua, yaitu :
a. Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang
ada pada umumnya.
b. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan
tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
2. Objek Formal filsafat
Yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot.
Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut
pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari
manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.

5
C. Metode Filsafat
Sebenarnya jumlah metode filsafat hampir sama banyaknya dengan defenisi dari para ahli
dan filsuf sendiri karena metode ini adalah suatu alat pendekatan untuk mencapai hakikat
sesuai dengan corak pandangan filsuf itu sendiri. Penjelasan secara singkat metode-metode
filsafat yang khas adlah sebagai berikut:
1. Metode Kritis : Socrates dan Plato
Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat atau aturan-aturan yang di kemukakan
orang. Merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan
pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog), membedakan, membersihkan,
menyisihkan dan menolak yang akhirnya di temukan hakikat.
2. Metode Intuitif : Plotinus dan bergson
Dengan jalan metode intropeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan
membersihkan intelektual (bersama dengan pencucian moral), sehingga tercapai suatu
penerangan pemikiran. Sedangkan bergson dengan jalan pembauran antara kesadaran dan
proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
3. Metode Skolastik : Aristoteles, thomas aquinas, filsafat abad pertengahan.
Metode ini bersifat sintetis-deduktif dengan bertitik tolak dari defenisi-defenisi atau
prindip-prinsip yang jelas dengan sendirinya di tarik kesimpulan-kesimpulan.
4. Metode Geometris : rene descartes dan pengikutnya
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks di capai intiuisi akan hakikat-hakikat
sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakikat-hakikat itu di dedukasikan
secara matematis segala pengertian lainnya.
5. Metode Empiris : Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide )
dalam intropeksi di bandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian di susun
bersama secara geometris.
6. Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo skolastik
Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis di selidiki
syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.
7. Metode fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme

6
Yakni dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atau fenomin
dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni. Fenomelogi adalah suatu
aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau yang
membicarakan gejala. Hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan dan menurut
Husserl ada tiga macam reduksi yaitu:
a. reduksi fenomologis, kita harus menyaring pengalaman-pengalaman kita agar
mendapat fenomena semurni-murninya.
b. Reduksi eidetis.
c. Reduksi transendental
8. Metode Dialektis : Hegel dan Mark
Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri menurut triade tesis, antitetis,
sistesis di capai hakikat kenyataan. Dialektis itu di ungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu
dua pengertian yang bertentangan kemudian di damaikan (tesis-antitesis-sintesis).
9. Metode Non-positivistis
Kenyataan yang di pahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan
seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).
10. Metode analitika bahasa : Wittgenstein
Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-
ucapan filosofis. Metode ini di nilai cukup netral sebab tidak sama sekali mengendalikan
salah satu filsafat. Keistimewaannya adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa di
dasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.

D. Ciri-ciri Filsafat
Menurut Drs. Suyadi MP dan Drs. Sri Suprapto ciri filsafat adalah menyeluruh, mendasar
dan spekulatif. Sedangkan Sunoto menyebutkan ciri-cirinya adalah deskriptif, kritis atau
analitik, evaluatif atau normatif, spekulatif dan sistematik.

E. Asal dan Peranan filsafat


1. Asal filsafat
Ada tiga peranan yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu:

7
a. Keheranan
b. Kesangsian
c. Kesadaran akan keterbatasan
2. Peranan filsafat
- Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan
kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan
hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Keadaan tersebut
berlangsung cukup lama dan kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi
yang begitu sakral yang selama itu tidak boleh digugat. Kendati pendobrakan itu
membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa
filsafat benar-benar telah berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.
- Pembebas
Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh
dengan berbagai mitos dan mite itu melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara
itu. Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian pula
filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikiryang mistis dan mitis.
- Pembimbing
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistik mitis denganmembimbing
manusiauntuk berpikir secara rasional. Membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik
dan dangkal dengan membbimbing untuk berpikir lebih luas dan mendalam.

F. Kegunaan filsafat
Pada umumnya dapat dikatakan bahawa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang
mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam
wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami berbagai
pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya.
Kemampuan itu dipelajarinya dari dua jalur yakni secara sistematis dan historis.

8
G. Pembagian ( cabang-cabang) filsafat
Pembagian secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kelompok, yakni filsafat sistematis
dan sejarah filsafat. Filsafat sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian
landasan pemikiran. Didalamnya meliputi logika, metodelogi, Epistemologi, filsafat ilmu,
etika, estetika metafisika, teologi (filsafat ketuhanan), filsafat manusia, dan kelompok
filsafat khusus seperti filsafat sejarah, hukum, komunikasi dan lain-lain.
Adapun sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat sepanjang
masa. Sejak zaman kuno hingga zaman modern, bagian ini meliputi sejarah filsafat yunani
(barat), india, cina dan sejarah filsafat islam.
Berikut ini pengertian ari cabang-cabang filsafat yang utama:
- Logika, adala cabang filsafat yang menyelildiki lurus tidaknya pemikran kita.
Lapamngan dalam logika adlah asa-asas yang menentukan pemikiran yang lurus,
tepat dan sehat. Dengan mempelajari logika diharapkan dapat menerapkan asas
bernalar sehingga dapat menaarik kesimpulan dengan tepat.
- Epistemologi, adlah bagian filasfat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetauan, sumber pengetahuan, asla mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode
dan kesahihan pengetahuan.
- Etika, adlah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan
manusia dalam hubungannya dengan baik buruk.
- Estetika, adlah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan
- Metafisika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada atau
membicarakan sesuatu di sebalik yang tampak. Persoalan metafisis di bedakan
menjadi tiga yaitu ontologi, kosmologi dan antropologi.

9
BAB II
FILSAFAT PENGETAHUAN (EPISTEMOLOGI)

A. Pengertian Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata Yunani, eoisteme dan logos. Episteme biasa diartikan
pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Secara etimologi
dapat diartikan teori pengetahuan yang benar.

B. Arti pengetahuan
Pengetahuan adlah suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan apabila seseorang
mengenal tentang sesuatu. suatu hal yang menjadi Pengetahuannya adalah selalu terdiri atas
unsur yang mengetahui dan diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin
diketahuinya itu.oleh karna itu Pengetahuan selalu menuutut adanya subjek yang
mempunyai kesdaran untuk mengetahui tentang sesuatu objek dan objek yang merupakan
sesuatu yang dihadapinya sebagai hal ingin diketahuinya.jadi bisa dikatakan Pengetahuan
adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu,atau segala perbuatan manusia untuk
memahami suatu objek yang dihadapinya,atau asil usaha manusia untuk memahami suatu
objek.

C. Terjadinya suatu pengetahuan


Alat untuk mengetahui terjadinya Pengetahuan menurut jhon horpers ada enam yaitu
1. Pengalaman indera
2. Nalar
3. Otoritas
4. Intuisi
5. Wahyu
6. Keyakinan

10
D. Jenis-jenis pengetahuan
Pengetahuan menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas :
1. Pengetahuan non-ilmiah.
2. Pengetahuan ilmiah

Sedangkan menurut Plato dan Aristoteles. Plato membagi Pengetahuan menurut


tingkatan-tingkatan Pengetahuan sesuai dengan karakteristik objeknya. pembagiannya
adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan eikasia (khayalan)
2. Pengetahuan fistis
3. Pengetahuan dianoya (metematik)
4. Pengetahuan neosis (filsafat)

Aristoteles mempunyai pendapat yang berbeda, menurut Aristoteles Pengetahuan harus


merupakan kenyataan yang dpat dihindari dan kenyataan adalah sesuatu yang merangsang
budi kita kemudian mengolahnya.Pengetahuan yang umumnya merupakan kumpulan yang
dinamakan rational knowledge dipisahkan dalam 3 jenis kumpulan yaitu
(1) Pengetahuan produksi (seni)
(2) Pengetahuan praktis (etika, ekonomi, politik)
(3) Pengetahuan teoretis (fisika, matematika ,dan metafisika)

E. Asal usul Pengetahuan


1. Aliran-aliran dalam Pengetahuan
a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa sumber Pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat
dipercaya adalah rasio (akal)
b. Empirisme
Aliran ini berpendapat, bahwa empiris atau pengalamlah yang menjadi sumber
Pengetahuan baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah.
c. Kritisme

11
Penyelesaian pertentangan antara rasionalisme danempirisme hnedak diselesaikan
oleh umanuel kant dengan kritismenya.
d. Positivisme
Positivisme berpangkal dari apa yang telah di ketahui, yanng faktual dan yang
positif.
2. Metode ilmiah
Menurut soejono soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua
macam,yaitu sebagai berikut
a. Metode ilmiah yang bersifat umum
Metode ilmiah yang bersifat umum masih dapat dibagi dua,yaitu metode analitiko-
sintesis dan metode nono deduksi
b. Metode penyelidikan ilmiah
Metode penyelidikan dibagi menjadi dua,yaitu metode penyelidikan yang berbentuk
daur atau metode siklus empiris dan metode vertikal yang berbentuk garis lempang
atau metode linier.
3. Sarana berpikir ilmiah
Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya ada tiga yakni;
a. Bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan atau pendapat-
pendapat.
b. Bahasa logika dan matematika, merupakan dua pengetahuan yang selalu berhubungan
erat, yang keduanya sebagai sarana berpikir deduktif. Baik logika maupun matematika
lebihh mementingkan bentuk logis pernyataan-pernyataannya mempunyai sifat yang
jelas.
c. Logika dan statistika, mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk konsep
yang berlaku umum.

12
BAB III
RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

A. Pengertian Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk
memperolehnya. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science (teori ilmu),
metascience (Adi-Ilmu), dan science of science (ilmu tentang ilmu).

B. Objek filsafat ilmu


1. Objek Material Filsafat Ilmu
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau
objek yang yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan
itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
2. Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya
filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti
apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa
fingsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan
pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.

C. Lingkupan Filsafat Ilmu Menurut Para Filsuf


Peter Angeles;
1. Telaah mengenai berbagai konsep, praanggapan, dan metode ilmu,
berikut analisis, perluasan, dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan
yang lebih ajeg dan cermat.
2. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut
struktur perlambangannya.
3. Telaah mengenai saling kaitan diantara berbagai ilmu.

13
4. Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang
berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas.

D. Problema filsafat ilmu


B. Van Fraassen dan H.Margenau;
1. Metodologi; sifat dasar dari penjelasan ilmiah, logika penemuan, teori probabilitas,
dan teori pengukuran.
2. Landasan Ilmu-ilmu
3. Ontologi

E. Manfaat belajar filsafat ilmu


1. Sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga menjadi kritis
terhadap kegiatan ilmiah.
2. Merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode
keilmuan.
3. Memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.

14
BAB IV
APA ITU ILMU PENGETAHUAN

A. Defenisi Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan di ambil dari bahasa inggris science, yang berasal dari bahasa latin
scientie dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.pertumbuhan
selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk segenap
pengetahuan sistematik. Adapun menurut Bahm definisi ilmu pengetahuan paling tidak
melibatkan enam macam komponen yaitu masalah, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan
dan pengaruh.

B. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan


1. Empiris
2. Sistematis
3. Objektif
4. Analitis
5. Verifikatif

C. Keragaman Dan Pengelompokan Ilmu Pengetahuan


Berikut ini merupakan penggolongan ilmu-ilmu, yaitu:
- Ilmu formal dan ilmu non formal (non empiris)
Dua contoh ilmu formal atau non empiris yaitu matematika dan filsafat.
- Ilmu murni dan ilmu terapan
Ilmu terapan atau praktis ialah ilmu yang bertujuan untuk di aplikasikan atau di
ambil manfaatnya. Contoh : ilmu kedokteran
- Ilmu nomotesis dan idiografis
Yang termasuk ilmu nomotesis adlah ilmu-ilmu alam yang objeknya adlah gejala
pengalaman yang dapat di ulangi terus menerus dan hanya merupakan kasus-
kasus yang mempunyai hubungan dengan suatu hukum alam. Sedangkan ilmu

15
idiografis yakni ilmu-ilmu budaya yang objeknya bersifat individual yang terjadi
sekali untuk di pahami dan di mengerti menurut keunikannya.
- Ilmu deduktif dan induktif
Deduktif adalah proses pemikiran dimana akal budi manusia dari pengetahuan
yang umum yang abstrak menyimpulkan hal yang bersifat khusus dan individual.
Contoh : ilmu deduktif matematika sedangkan ilmu induktif adalah bertolak
belakang dari ilmu deduktif yakni dari khusus menjadi umum dan abstrak.
- Naturwissenschaften dan geisteswissenschaften
- Ilmu-ilmu empiris secara lebih khusus

D. Susunan ilmu pengetahuan


1. langkah-langkah dalam ilmu pengetahuan :
- perumusan masalah, dirumuskan secara tepat dan jelas dalam bentuk
pertanyaan agar ilmuwan mempunyai jalan unuttuk mengetahu fakta-fakta
apa saja yang di kumpulkan.
- Pengamatan dan pengumpulan data (observasi)
- Pengamatan dan klasifikasi data
- Perumusan pengetahuan (defenisi)
- Tahap ramalan (prediksi)
- Pengujian kebenaran hipotesis
2. limas ilmu
3. siklus empiris
a. Observasi
b. Induksi
c. Deduksi
d. Kajian (eksperimentasi)
e. Hasil-hasil kajian membawa kepada ahap evaluasi yang di susun secara
deduksi dan induksi.
4. penjelasan dan ramalan
a. penjelasan logis

16
b. penjelasan probabilistik
c. penjelasan finalistik
d. penjelasan historis atau genetik
e. penjelasan fungsional
untuk ramalan

E. Ilmu Dan Teknologi


Ilmu sebagai hasil aktivitas manusia yang mengkaji berbagai hal, baik diri manusia itu
sendiri aupun realitas diluar dirinya, sepanjang sejarah perkembangannya sampai saat ini
selalu mengalami ketegangan dengan berbagai aspek lain dari kehidupan manusia.

F. Wujud Ilmu
Pemahaman yang tertib tentang ilmu adalah pemapara menurut tiga ciri pokok sebagai
rangkaian kegiatan manusia atau proses, sebagai tat tertib tindakan pikiran atau prosedur,
dan sebagai keseluruhan hasil yang dicapai atau produk.

17
BAB V
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

A. Pengantar
Pemikiran filsafat banyak dipengaruhi oleh lingkungan.namun pada dasarnya filsafat
baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian secara
periodesasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan
masa kini. Periodesasi filsafat cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman
neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-
sutra dan sekolastik. Dalam filsafat india yang penting adalah bagaimana manusia bisa
berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat islam hanya ada 2
periode yaitu: periode mutakalimin dan filsafat islam.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara
mendadak melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang
menampilkan ciri khas tertentu.

B. Zaman Pra Yunani Kuno(zaman batu)


Pada abad VI SM yunani muncul lahirnya filsafat dan mulai berkembang suatu
pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional
tentang problem alam semesta.dengan demikian filsafat dilahirkan.

C. Zaman Yunani kuno


1. Zaman keemasan Yunani
Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada
masa itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak lagi
mempercayai mitologi-mitologi.
2. Masa Helenistis Romawi
Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut:

18
a. stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut
logos. Oleh karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.
b. epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom.
c. skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai
kebenaran
d. eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat
dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.
e. neoPlatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato.

D. Zaman Abad Pertengahan


Pada abad pertengahan mengalami 2 periode, yaitu:
1. periode patriktis; mengalami 2 tahap:
a. permulaan agama kristen
b. filsafat agustinus; yang
terkenal pada masa patristik
2. periode skolastik; menjadi 3 tahap
yakni:
a. periode awal, ditandai dengan
pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan
filsafat
b. periode puncak, ditandai oleh
keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat arab dan
yahudi
c. periode akhir, ditandai
dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang kearah nominalisme.

E. Zaman Renaissance
Ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi
kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran

19
yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan
atas campur tangan Illahi.

F. Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu
pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.

G. Zaman Kontemporer (Abad XX Dan Seterus)


Fisi kawan termashur adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi.
Dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai
dengan penemuan teknologi canggih.

20
BAB VI
PRINSIP-PRINSIP METODOLOGI

A. Pengantar
Metodologi merupakan hal yang mengkaji perurutan langkah-langkah yang ditempuh
supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi pengetahuan yang ilmiah. Untuk memahami
perinsip-perinsip metode filsafat perlu dibahas pengertian metodologi, unsur-unsur
metodologi, dan beberapa pandangan tentang prinsip metodologi bagi para filsuf.

B. Pengertian Metodologi
Metodologi dapat diartikan sebagai ilmu yang membicarakan tentang metode-metode.
Metode ialah cara bertindak menurut aturan tertentu.

C. Unsur-Unsur Metodelogi
Menurut anton Baker dan ahmad charris zubair adalah
1. Interpretasi
(menafsirkan)
2. Induksi dan
deduksi
3. Koherensi
intern
4. Holistis
5. Kesinambunga
n historis
6. Idealisasi

21
7. Komperasi
8. Heuristika
9. Analogi
10. Deskripsi

BAB VII
PENEMUAN KEBENARAN

A. Cara Penemuan Kebenaran


Cara penemuan kebenaran berbeda-beda, kebenaran dapat dilihat secara ilmiah dan
non ilmiah. Menurut hartono kasmadi dkk (1960) adalah sebagai berikut:
1. penemuan secara kebetulan, adalah penemuan yang berlangsung secara tanpa
disengaja.
2. penemuan coba dan ralat ( trial dan error), terjadi tanpa adanya kepastian akan
berhasil atau tidak berhasil kebenaran yang dicari.
3. penemuan melalui otoritas atau kewibawaan, misalnya orang-orang yang
mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering di terima sebagai kebenaran
meskipun pendapatnya tidak di dasarkan pada pembuktian ilmiah.
4. penemuan secara spekulatif, cara ini mirip dengan cara coba dan ralat. Akan tetapi,
perbedaannya dengan coba dan ralat memang ada.
5. penemuan kebenaran lewat cara berpikir, kritis dan rasional. Cara berpikir yang di
tempuh pada tingkat permulaan dalam memecahkan masalah adlah dengan cara
berpikir analitis dan sintetis.
6. penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah, cara mencari kebenaran yang di
pandang ilmiah adlah yang dilakukan melalui penelitian. Penelitian adlah
penyaluran hasrat ingin tahu pada manusia dalam teraf keilmuan.

22
B. Definisi kebenaran
Hal kebenaran sesungguhnya memang merupakan tema sentral dalam filsafat ilmu.
Problematik mengenai kebenaran, sebenarnya seperti halnya problematik tentang
pengetahuan, merupakan masalah-maslah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya
dalam filsafat ilmu.

C. Jenis-jenis kebenaran
Telaah dalam filsafat ilmu membawa orang kepada kebenaran di bagi dalam tiga jenis
menurut A.M.W.Pranarka (1987) yaitu:
1. Kebenaran epistemologikal
2. Kebenaran ontologikal
3. Kebenaran semantikal

D. Sifat Kebenaran
Menurut Abbas hamami mintaredja (1983), kata kebenaran dapat di gunakan sebagai
suatu kata benda konkrit maupun abstrak. Jika subjek hendak menuturkan kebenaran
artinya proposisi yang benar.

E. Teori kebenaran dan kehilafan


1. Teori Kebenaran Saling Berhubungan (coherence theory of truth)
Teori koherensi dibangun oleh para pemikir rationalis seperti Leibniz, Spinoza,
Hegel, dan Bradley. Menurut Kattsoff (1986) dalam bukunya Elements of
Philosophy teori koherensi dijelaskan “...suatu proposisi cenderung benar jika
proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi
lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling
berhubungan dengan pengalaman kita.
2. Teori Kebenaran Saling Berkesesuaian (Correspondence Theory of Truth)

23
Teori ini berpandangan bahwa suatu proposisi bernilai kebenaran apabila
berkesesuaian dengan dunia kenyataan. Kebenaran demikian dapat dibuktikan
secara langsung pada dunia kenyataan.
3. Teori Kebenaran Inherensi (inherent theory of truth)
Kadang-kadang teori ini disebut juga teori pragmatis. Pandangannya adalah suatu
proposisi bernilai benar apabila mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan
atau bermanfaat.
4. Teori Kebenaran Berdasarkan Arti (semantic theory of truth)
Teori kebenaran semantik dianut oleh paham filsafat analitika bahasa yang
dikembangkan paska filsafat bertrand Russell sebagai tokoh pemula dari filsafat
Analitika Bahasa.
5. Teori Kebenaran Sintaktis
Teori berkembang diantara filsuf analisis bahasa, terutama yang begitu ketat
terhadap pemakaian gramatika.
6. Teori Kebenaran Nondeskripsi
Teori ini dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada
dasarnya suatu statemen atau pernyataan akan mempunyai nilai benar yang amat
tergantung pada peran dan fungsi dari pernyataan itu.
7. Teori Kebenaran Logik Yang Berlebihan (logical superfluity of truth)
Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik yang diawali oleh Ayer. Pada
dasarnya menurut teori kebenaran ini, problema kebenaran hanya merupakan
kekacauan bahsa saja dan hal ini mengakibatkan suatu pemborosan, karena pada
dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang
sama yang masing-masing saling melingkupinya.

24
BAB VIII
DEFINISI DAN PENALARAN

Dalam penalaran ada dua proposisi pokok yang dinalar, yakni proposisi kategoris dan
proposisi majemuk.
A. Definisi
Definisi terdiri atas dua bagian, yakni bagian pangkal disebut defeniendum yang berisi
istilah yang harus diberi penjelasan, dan bagian pembatas disebut disebut definiens yang
berisi uraian mengenai arti dari bagian pangkal.
1. Macam-macam Definisi
a. Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain lebih umum
dimengerti.
b. Definisi Realis
Ialah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh suatu term.
c. Definisi Praktis
Ialah penjelasan tentang hal sesuatu ditinjau dari segi penggunaan dan tujuan yang
sederhana.
2. Syarat-Syarat Definisi
a. sebuah definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari apa yang didefinisikan.
b. sebuah definisi harus merupakan suatu kesetaraan arti dengan yang didefinisikan.
c. sebuah definisi harus menghindarkan pernyataan yang memuat term yang
didefinisikan.

25
d. sebuah definisi harus sedapat mungkin dinyatakan secara rumusan positif.
e. sebuah definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang
kabur atau bahsa kiasan.

B. Penalaran
1. Prinsip-prinsip Penalaran
 Prinsip Identitas
 Prinsip Kontradiksi
 Prinsip Eksklusif.
2. Penalaran Proposisi
Penalaran adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi.
Penalaran ada dua:
 Penalaran Langsung
 Penalaran tidak langsung

C. Silogisme Kategoris
Silogisme adalah proses menggabungkan tiga proposisi, dua menjadi dasar
penyimpulan, satu menjadi kesimpulan.

D. Proposisi Majemuk
Proposisi majemuk adalah pernyataan yang terdiri atas dua bagian yang dapat dinilai
benar atau salah.

E. Silogisme Majemuk dan Dilema


1. Silogisme disjungtif inklusif
2. Silogisme disjungtif ekskutif
3. Silogisme disjungtif alternatif
4. Silogisme hipotesis kondisional
5. Silogisme hipotesis bikondisional

26
F. Sesat Pikir
Sesat pikir dapat terjadi ketika menyimpulkan sesuatu lebih luas daripada dasarnya
(latinus hos).

BAB IX
HUBUNGAN DAN PERANAN ILMU PENGETAHUAN TERHADAP
PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL

A. Ilmu Masyarakat
Dewasa ini ilmu menjadi sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah
manusia sekarang tidak dapat hidup tanpa ilmu pengetahuan. Kebutuhan manusia yang
paling sederhana pun sekarang memerlukan ilmu.

B. Pengertian dan Unsur-Unsur Kebudayaan


Ki Hajar Dewantara; kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan
manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang
merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

C. Pengaruh Timbal Balik Antara Ilmu dan Kebudayaan


Ilmu adalah dari pengetahuan. Untuk mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara tertentu,
ialah adanya suatu metode dan mempergunakan sistem, mempunyai objek formal dan objek
material.

D. Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional

27
Istilah kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)
manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.

E. Strategi Kebudayaan
Strategi kebudayaan merupakan upaya bagaimana menangani kebudayaan khususnya
di Indonesia yang beragam budaya.

BAB X
ETIKA KEILMUAN

A. Pengantar
Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya, sedangkan moral pada
dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia.

B. Antara, Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan


Menurut Sunoto (1982) etika dapat dibagi menjadi dua yaitu etika deskripsi yaitu
menggambarkan, dan etika normatif yaitu etika prinsif-prinsif.
Moral artinya adat atau cara hidup yang pakai dalam masyarakat.
Norma adalah alat tukang kayu atau tukang batu yang berupa segitiga. Kemudian
norma adalah sebuah ukuran.
Kesusilaan adalah hasil suatu menjadi yang terjadi didalam jiwa.

C. Problema Etika Ilmu Pengetahuan


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menghambat ataupun
meningkatkan keberadaan manusia tergantung pada menusianya itu sendiri, karena ilmu
pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dan
kebudayaannya.

D. Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai

28
Bebas nilai atau tidak bebas nilai yang dimaksudkan adalah tuntunan setiap kegiatan
ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.

E. Pendekatan Ontologis
Ontologis adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Secara
ontologis ilmu membatasi lingkup penelaah keilmuannya hanya pada daerah-daerah yang
berada dalam jangkauan pengalaman manusia.

F. Pendekatan Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber,
metode, struktur, dan validitas atau kebenaran pengetahuan.

G. Pendekatan Akseologis
Aksiologis adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum

H. Sikap Ilmiah yang Harus Dimiliki Ilmuwan


Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang demikian saja sebagai barang
yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal.

29
BAB XI
STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA

A. Pengantar
Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri, sehingga Pancasila mempunyai
fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

B. Pengertian Paradigma
Paradigma menurut Thomas S. Kuhn adalah suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis
yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga menjadi suatu sumber hukum,
metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri,
serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

C. Landasan Ontologis, Epistemologis, axiologis, dan Antropologis Pancasila


Landasan ontologis dimaksudkan untuk mengungkapkan jenis keberadaan yang
diterapkan pancasila. Landasan epistemologis dimaksudkan untuk mengungkapkan sumber
pengetahuan dan kebenaran tentang pancasila sebagai sistem filsafat dari ideologi.
Landasan aksiologis dimaksudkan untuk mengungkapkan jenis nilai dasar yang terkandung
dalam pancasila. Landasan antropologis dimaksudkan untuk mengungkapkan hakikat
manusia dalam rangka pengembangan sistem filsafat pancasila.

30
D. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya
sebagaimana yang dunyatakan dalam pembukaan UUD 1945.

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Abbas Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat


Pengatahuan). Yogyakarta : Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM.
. 1982. Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan. Diktat. Yogyakarta:
Fakultas Filsafat UGM.
. 1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina
Ilmu.
. Epistemologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.

31

Anda mungkin juga menyukai