PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum pada awal mulanya digunakan dalam dunia olah raga
pada zaman yunani kuno. Kurikulum berasal dari curriculum dari kata currir
artinya pelari dan curure artinya tempat berpacu. Jadi, kurikulum diartikan jarak
yang harus ditempuh oleh pelari. Dari makna yang terkandung dari kata
tersebut, kurikulum secara sederhana dapat diartikan sebagai sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh, diselesaikan anak didik untuk memperoleh
ijazah.
Kata kurikulum berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dari kata “currere” yang
berarti jarak tempuh lari Dengan kata lain jarak yang ditempuh oleh seorang
pelari dari mulai garis start sampai garis finish. Jadi secara singkat dapat sebagai
sarana penghantar pada tujuan. Dan pada permulaannya istilah kurikulum
sering digunakan dalam istilah olahraga. Namun pada tahun 1955 mulai
digunakan dalam bidang pendidikan (Muhaimin, 2005:1).
Pengertian kurikulum yang terdapat dalam kamus Webster, Curriculum is
currently defined in the way: the course and class activities in wich children and
youth engage; the total range of in class out of class exprencess sponsored by the
school; and the total life experience the learner ( Muhammad Ali, 1992:5).
Mengenai definisi tersebut, Ahmad Tafsir (2005:53) menjabarkan bahwa
kurikulum dapat diartikan menjadi dua macam:
A. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di
sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu;
B. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan
atau jurusan.
Kurikulum berasal dari kata curriculum yang berarti “rencana pelajaran”
(John M. Echols, 2000:160). Sedangkan pengertian kurikulum atau dalam Bahasa
Arab disebut manhaj menurut Muhammad Ali al-Khouly adalah seperangkat
perencanaan untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan
tujuan pendidikan yang diinginkan.
Pandangan yang menyatakan kurikulum adalah rencana pelajaran disuatu
sekolah yang sering dikenal sebagai pandangan lama atau tradisional. Dengan
pandangan tersebut seolah olah belajar disekolah hanya sekedar membaca buku-
buku teks yang sudah ditentukan sebagai sumber bahan pelajaran. Kurikulum
menurut pandangan ini membagi kegiatan belajar kedalam kegiatan kurikulum
(intra curricular). Kegiatan penyertaan kurikulum (cocurriculum) dan di luar
kegiatan kurikulum (ekstrakurikuler).
Sedangkan menurut pandangan baru atau modern, kurikulum tidak
hanya sekedar rencana pelajaran. Kurikulum diartikan sebagai sesuatu yang
nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah, baik dalam kelas, diluar
kelas, dalam pergaulam mereka, olahraga, pramuka dan sebagainya yang
diorganisir oleh sekolah. Semua pengalaman tersebut menurut pandangan baru
dianggap sebagai kurikulum (Mahmud & Tedi Priatna, 2005:135-137).
Kurikulum dapat ditafsirkan bermacam-macam. Menurut Saylor (1981),
yaitu 1) perangkat bahan ajaran, 2) rumusan hasil belajar yang dikehendaki, 3)
penyediaan kesempatan belajar, 4) kewajiban peserta didik (Nanang Fatah,
1991:38).
Berdasarkan pendapat tersebut terdapat dua aspek yang penting dan
perlu dipahami pengelolaannya yaitu: 1) isi kurikulum, 2) proses kurikulum.
Kurikulum adalah istilah yang telah diketahui oleh setiap orang, setiap orang
yang pernah mendengar kata itu. Tapi mungkin hanya sedikit saja orang tahu
bahwa kurikulum itu sangat penting posisinya dalam pendidikan. Kurikulum
ialah program untuk mencapai tujuan. Sebagus apapun rumusan tujuan jika
tidak dilengkapi dengan program yang tepat maka tujuan itu tidak akan tercapai.
Kurikulum itu laksana jalan yang dilalui dalam menuju tujuan. Esensi kurikulum
ialah program. Bahkan kurikulum ialah program. Kata ini memang terkenal
dalam ilmu pendidikan. Program apa? Kurikulum ialah program dalam mencapai
tujuan pendidikan. Pada umumnya isi kurikulum ialah nama-nama mata
pelajaran beserta silabinya atau pokok bahasan. Tetapi sebenarnya kurikulum
tidak harus berupa nama mata pelajaran. Ia dapat saja berupa nama kegiatan.
Contoh nama mata pelajaran: Matematika, Biologi, Agama Islam. Contoh
kegiatan: Mengelas kuningan, Memperbaiki mesin diesel, Bertanam singkong.
Jika kurikulum itu berorientasi kompetensi maka anda akan menerimanya.
Sekalipun isi kurikulum dapat bermacam-macam namun isi kurikulum tetap saja
berupa program dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal penting pertama yang
harus diperhatikan ialah kurikulum itu ditentukan oleh tujuan pendidikan yang
hendak dicapai (A. Tafsir, 2006:98-99).
Sedangkan menurut Alice Meil sebagaimana dikutip oleh Haidar Putra
Daulay (1946:34) dalam bukunya Changing the Curriculum a Social Process,
kurikulum itu meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan,
pengetahuan dan sikap orang yang meladeni dan di ladeni sekolah, yakni anak
didik, masyarakat, para pendidik, dan personalia.
Adapun esensi kurikulum terdapat perbedaan pendapat. Tapi perbedaan
pendapat tersebut hanya pada kisaran jumlah. Namun dari segi esensi kurikulum
tersebut sama. Salah satunya yang diungkapkan oleh Hilda Taba bahwa
kurikulum meliputi empat aspek sebagai berikut :
a. Tujuan;
b. Isi;
c. Pola belajar mengajar;
d. Evaluasi (Ahmad Tafsir, 2006: 54).
Mengenai persiapan atau perencanaan pendidikan yang dituangkan
dalam sebuah kurikulum telah diisyaratkan al-Qur’an secara global.Dalam al-
Qur’an Allah Swt berfirman:
َت لِ َغ ۚ ٍد َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِ َّن هّٰللا َ َخبِ ْي ٌر ۢبِ َما تَ ْع َملُوْ ن
ْ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم
Artinya:
«Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. al- Hasyr:18)
ِ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا ا ْد ُخلُوْ ا فِى الس ِّْل ِم َك ۤافَّةً ۖ َّواَل تَتَّبِعُوْ ا ُخطُ ٰو
ت ال َّشي ْٰط ۗ ِن اِنَّهٗ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُّمبِي ٌْن
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. al-Baqarah:208)
c) Dasar Psikologis
Dasar psikologis kurikulum menurut pendidikan Islam memandang
kondisi peserta didik berada pada dua posisi, yaitu sebagai anak yang hendak
dibina dan sebagai pelajar yang hendak mengikuti proses pembelajaran. Dasar
ini memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yang sejalan dengan
perkembangan psikis peserta didik.
d) Dasar Sosiologis
Dasar ini berimplikasi pada kurikulum pendidikan supaya kurikulum
yang dibentuk hendaknya dapat membantu pengembangan masyarakat.
Terutama karena Pendidikan berfungsi sebagai sarana transfer of culture
(pelestarian kebudayaan), proses sosialisasi individu dan rekontruksi social.
e) Dasar Organisatoris
Dasar ini menjadi acuan dalam bentuk penyajian bahan pelajaran. Dasar
ini berpijak pada teori psikologi asosiasi yang menganggap keseluruhan sebagai
kumpulan dari bagian-bagiannya. Dan juga berpijak pada teori psikologi Gestalt
yang menganggap keseluruhan mempengaruhi oraganisasi kurikulum yang
disusun secara sistematis tanpa adanya batas-batas antara berbagai mata
pelajaran. Namun, kedua psikologi ini memiliki kekurangan dan kelebihan.
تَقَا ُموْ ا لَ ُك ْمwاس ْ اww َر ۚ ِام فَ َمw ِج ِد ْال َحw َد ْال َم ْسw ْدتُّ ْم ِع ْنwَوْ لِ ٖ ٓه اِاَّل الَّ ِذ ْينَ عَاهw َد َر ُسw َد هّٰللا ِ َو ِع ْنwَك ْيفَ يَ ُكوْ نُ لِ ْل ُم ْش ِر ِك ْينَ َع ْه ٌد ِع ْن
ُ ْوْ ا فِ ْي ُك ْم اِاًّل َّواَل ِذ َّمةً ۗيُرwwُرُوْ ا َعلَ ْي ُك ْم اَل يَرْ قُبwََّظه
ا َ ْف َوا ِه ِه ْمwِوْ نَ ُك ْم بwض ْ فَا ْستَقِ ْي ُموْ ا لَهُ ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمتَّقِ ْينَ َك ْيفَ َواِ ْن ي
ََوتَأْ ٰبى قُلُوْ بُهُ ۚ ْم َواَ ْكثَ ُرهُ ْم ٰف ِسقُوْ ۚن
Artinya:
“Bagaimana basa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya
dengan orangorang musyrikin , kecuali orang-orang yang kamu telah
mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil haram? Maka
selama mereka berlaku lurus terhadapmu hendaknya kamu barlaku lurus
(pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertakwa. Bagaimana bias (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya
dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh
kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan
terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka
menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati
perjanjian).” (Q.S. at-Taubah: 7-8)
2. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan
pendekatanpendekatan di antaranya sebagai berikut:
a. Berorientasi pada tujuan.
b. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-
tujuan yang lebih integratif.
c. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan
waktu.
d. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang
senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat
diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
e. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada
stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam
GBHN 1983 menyiratkan keputusan politik yang menghendaki perubahan
kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun
1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
3. Kurikulum 1984
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke
dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah
2) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi
dengann kemampuan anak didik
3) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di
sekolah
4) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap
jenjang.
5) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai
bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak
sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar
Sekolah.
6) Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
4. Kurikulum 1994
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di
antaranya sebagai berikut:
1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini
bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat
mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sekitar.
4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan
bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen
(terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
5) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,
sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang
menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
6) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah
ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
7) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan
untuk pemantapan pemahaman siswa.
7. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang baru dicetuskan oleh Kementrian
Pendidika untuk pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013
merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill dan pendidikan
berkarakter, siswa dituntut untuk lebih paham dalam hal materi, aktif dalam
berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum
2013 ini pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mana sudah
diterapkan sejak 2006 lalu.
Untuk itu, salah satu pendekatan pembelajaran yang dipandang tepat untuk
mengintegrasikan ketiga aspek di atas, ialah dengan dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah
pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya,
mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.
Perubahan lain dalam Kurikulum 2013 terdapat pada elemen standar isi.
Kurikulum 2013 menghapus istilah Standar Kompetensi mata pelajaran, yang
sebelumnya digunakan dalam KTSP, diganti dengan istilah Kompetensi Inti. Mata
pelajaran tidak lagi disajikan secara terpisah, akan tetapi terintegrasi dalam bentuk
tema (SD dan SMP). Berdasarkan hal itu Kurikulum 2013 dikatakan sebagai
integrated curriculum ialah kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai
mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.
Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: «Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.» mereka berkata:
«Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?»
Tuhan berfirman: «Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.» (Q.S. Al- Baqarah:30)
ك اَنَّهٗ ع َٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء َش ِه ْي ٌد ُّ ۗ َّن لَهُ ْم اَنَّهُ ْال َحwَ اق َوفِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ِه ْم َح ٰتّى يَتَبَي
ِ ق اَ َولَ ْم يَ ْك
َ ِّف بِ َرب ِ ََسنُ ِر ْي ِه ْم ٰا ٰيتِنَا فِى ااْل ٰ ف
Artinya:
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami
disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri (anfus), sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa al-Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup
(bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” (Q.S.
Fushshilat {41}: 53)
Ayat di atas terkandung tiga isi kurikulum pendidikan Islam sebagai berikut:
a. Isi kurikulum yang berorientasi pada “ketuhanan”. Rumusan isi
kurikulum yang berkaitan dengan ketuhanan, mengenai dzat, sifat,
perbuatan-Nya, dan relasinya terhadap manusia dan alam semesta.
Bagian ini meliputi ilmu kalam, ilmu metafisikan alam, ilmu fiqh, ilmu
akhlak (taSawuf), ilmu-ilmu tentang al-Quran dan as-Sunnah (tafsir,
hadist, lingustik, usul fiqh, dan sebagainya). Isi kurikulum pendidikan
Islam haruslah berpijak pada wahyu al-Quran.
b. Isi kurikulum yang berorientasi pada “kemanusian”. Rumusan isi
kurikulum yang berkaitan dengan prilaku manusia, baik manusia
sebagai makhluk individu, sosial, berbudaya dan makhluk berakal.
Bagian ini meliputi ilmu politik, ekonomi, kebudayaan, sosiologi,
antropologi, sejarah, lingustik, seni, arsitek, filsafat, psikologi,
paedagogis, biologi, kedokteraan, perdagangan, komunikasi,
administrasi, matematika dan sebagainya. Isi kurikulum ini berpijak
pada ayatayat anfust.
c. Isi kurikulum berorientasi pada “kealaman”. Rumusan isi kurikulum
yang berkaitan dengan fenomena alam semesta sebagai makhluk yang
diamanatkan dan untuk kepentingan manusia. Bagian ini meliputi
ilmu fisika, kimia, pertanian, perhutanan, perikanan, farmasi,
astronomi, ruang angkasa, geologi, geofisika, botani, zeologi,
biogenetik dan sebagainya. Isi kurikulum ini berpijak pada ayat ayat
afaqi.
Unsur ketiga adalah pola pengajaran atau supaya lebih spesifik disebut
metode pembelajaran. Mengenai barbagai macam metode yang boleh digunakan
dalam proses pembelajaran telah diisyaratkan dalam al-Qur›an diantaranya
adalah metode yang terdapat dalam ayat berikut:
َ َّك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َرب
َ ك ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن
ض َّل ع َْن َ ِّع اِ ٰلى َسبِي ِْل َرب ُ اُ ْد
ََسبِ ْيلِ ٖه َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (Q.S. an-Nahl : 125)
B. Orientasi Kurikulum
Pendidikan yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga, terlebih dahulu
harus memiliki visi dan orientasi yang jelas. Sehingga akan berimplikasi pada
kurikulum yang memiliki orientasi pula. Terlepas dari orientasi bersifat duniawi
atau ukhrawi. Namun dalam hal ini, kurikulum menurut pendidikan Islam
memiliki lima orientasi:
1) Orientasi pelestarian nilai-nilai. Pelestarian nilai yang dimaksud
adalah pelestarian nilai-nilai yang didasarkan pada Islam. Nilai-
nilai ini adalah nilai Ilahiah (transendental) dan nilai insaniah. Hal
ini sesuai dengan tanggung jawab manusia di muka bumi. Sebagai
Abdullah (hamba Allah) dan khalifah (pemimpin).
2) Orientasi pada kebutuhan sosial (social demand). Orientasi yang
kedua ini memberi implikasi pada pemberian kontribusi positif
pendidikan pada kehidupan social bermasyarakat. Untuk
mewujudkan hal ini, harus dirumuskan pola pengaturan
kehidupan sosial yang dapat dijadikan pedoman bagi pendidikan
Islam.
3) Orientasi pada tenaga kerja. Manusia hidup di dunia memerlukan
kebutuhankebutuhan lahiriyah, seperti pangan, sandang dan
papan. Allah Swt berfirman :
هّٰللا
َ َو ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِّم ۢ ْن بُيُوْ تِ ُك ْم َس َكنًا و
ا َمتِ ُك ْم ۙ َو ِم ْنwwَوْ َم اِقwwَوْ َم ظَ ْعنِ ُك ْم َويwwَتَ ِخفُّوْ نَهَا يwا ت َْسwwًَّج َع َل لَ ُك ْم ِّم ْن ُجلُوْ ِد ااْل َ ْن َع ِام بُيُوْ ت
ارهَٓا اَثَاثًا َّو َمتَاعًا اِ ٰلى ِح ْي ٍنِ ارهَا َواَ ْش َع ِ َاَصْ َوافِهَا َواَوْ ب
Artinya:
«Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal
dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit
binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu
kamu berjalan dan waktu kamu bermukim, dan (dijadikan-Nya pula)
dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga
dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).” (Q.S. an-
Nahl:80)
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir 2006 Ilmu Pendidikan Islam. Kencana Prenada Media,
Jakarta
Abuddin Nata. 2005 Filsafat Pendidikan Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta
A. Tafsir, 2006 Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu
Memanusiakan Manusia, Remaja Rosdakarya, Bandung
Nanang Fatah, dan Aceng Muhtaram 1991 Administrasi Kurikulum dalam Administrasi
Pendidikan, Adpen Jurusan FIF IKIP, Bandung
Samsul Nizar 2002 Filsafat Pendidikan Islam(Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis),
Ciputat Pers, Jakarta