Anda di halaman 1dari 8

A.

Definisi Pneumothoraks
Pneumotoraks adalah kondisi adanya udara di rongga pleura.Kondisi ini merupakan
gangguan pernapasan yang relatif umum dan dapat terjadi dalam berbagai penyakit dan
pada individu dari segala usia.Pneumotoraks ditandai dengan dispnea dan nyeri dada
yang berasal dari paru-paru maupun dinding dada yang disebabkan oleh adanya udara
pada rongga pleura yang diikuti pecahnya bula. (Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor
2, Juli-Desember 2016).
Pneumothoraks merupakan suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara
ekstrapulmoner dalam rongga pleura, antara pleura visceral dan parenteral, yang dapat
menyebabkan timbulnya kolaps paru. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi
udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada (Rahajoe, 2012).
B. Etiologi
1. Infeksi saluran nafas.
2. Adanya rupture ‘bleb’ pleura.
3. Traumatic misalnya pada luka tusuk.
4. Acute lung injury yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dan bahan kimia.
5. Penyakit inflamasi paru akut dan kronis (penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
TB paru, fibrosis paru, abses paru, kanker dan tumor metastase ke pleura.
C. Manifestasi Klinis
1. Pasien mengeluh awitan mendadak nyeri dada pluritik akut yang terokalisasi pada
paru yang sakit
2. Nyeri dada pluritik biasanya disertai sesak napas, peningkatan kerja pernapasan,
dan dyspnea
3. Gerakan dinding dada mungkin tidak sama karena sisi yang sakit tidak
mengembang seperti sisi yang sehat
4. Suara naps jauh atau tidak ada
5. Perkusi dada menghasilkan suara hipersonan
6. Takikardia sering terjadi menyertai tipe pneumothoraks
7. Tension pneumothoraks
a. Hipoksemia (tanda awal)
b. Ketakutan
c. Gawat napas (takipnea berat)
d. Peningkatan tekanan jalan napas puncak dan rerata, penurunan komplians, dan
auto-tekanan ekspirasi akhir positif (auto-PEEP) pada pasien yang terpasang
ventilasi mekanis.
D. Patofisilogi
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negatif daripada tekanan intrbronkhial,
sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara dari luar yang
tekanannya nol (0) akan masuk ke bronchus sehingga sampai ke alveoli. Saat
ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih
tinggi dari tekanan alveolus maupun di bronchus, sehingga udara ditekan keluar
melalui bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada tahanan jalan napas.
Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk bersin dan
mengejan, karena pada keadaan ini epigiltis tertutup. Apabila di bagian perifer dari
bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah, bronchus atau alveolusitu akan pecah
dan robek.
Pada waktu ekspirasi, udara yang masuk kedalam rongga pleura tidak mau keluar
melalui lubang yang terbuka sebelumnya, bahkan udara ekspirasi yang mestinya
dihembuskan keluar dapat masuk ke dalam rongga pleura. Apabila ada obstruksi di
bronchus bagian proximal dari fistel tersebut akan membuat tekanan pleura semakin
lama semakin meningkat sehubungan dengan berulangnya pernapasan. Udara masuk
ke rongga pleura saat ekspirasi terjadi karena udara ekspirasi mempunyai tekanan
lebih tinggi dari rongga pleura, terlebih jika klien batuk tekanan udara dibronchus
akan lebih kuat dari ekspirasi biasa.
E. Pathway

Trauma Tajam dan


Thoraks
Tumpul

Akumulasi Cairan dalam


Cavum Pleura PNEUMOTHORA
X RESIKO INFEKSI
KERUSAKAN
INTEGRITAS
KULIT

Ekspansi Paru Pemasangan WSD Diskontinuitas


jaringan

Merangsang
Thoraksdrains Bergeser reseptor nyeri pada
periver kulit
KETIDAKEFEK
TIFAN POLA
NAFAS

Merangsang reseptor nyeri NYERI AKUT


pada pleura viseralis

F. Pemeriksaan penunjang
1. Foto thoraks : Deviasi mediastinal menunjukan adanya tegangan (tension).
Umumnya didapat garis penguncupan paru yang sangat halus (pleural line). Bila
disertai darah atau cairan lainnya akan tampak garis mendatar yang merupakan
batas udara dan cairan (air fluid level)
2. Saturasi oksigen harus diukur, biasanya normal kecuali ada penyakit paru
3. Ultrasonografi atau CT scan thoraks baik dalam mendeteksi pneumothoraks kecil
dan biasanya digunakan serelah biopsy paru perkutan (Asuhan Keperawatan
Praktis Jilid 2, 2016)
4. Diagnosis fisik :
a. Bila pneumothoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terapi
simtomatik, observasi
b. Bila pneumothoraks >30% atau hematothoraks sedang (300cc) drainase
cavum pleura dengan WSD, dianjurkan untuk melakukan drainase dengan
continues suction unit
c. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus
dipertimbangkan thorakotomi
d. Pada hematothoraks yang massif ( terdapat perdarahan melalui drain lebih
dari 800 cc segera thorakotomi) (Keperawatan Medikal Bedah, 2014)
G. Komplikasi
1. Tension Pneumothorax
2. Pneumothorax bilateral
3. Emfiema
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pneumothoraks adalah untuk mengeluarkan udara
dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada
prinsipnya, penatalaksanaan pneumothoraks adalah sebagai berikut :
1. Observasi dan pemberian O2
2. Tindakan dekompresi
3. Torakoskopi
4. Torakotomi
5. Tindakan bedah
I. Pengkajian keperawatan
1. Airway
a. Perhatikan patensi airway
b. Dengar suara napas
c. Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada
2. Breathing
a. Periksa frekuensi napas
b. Perhatikan gerakan respirasi
c. Palpasi thoraks
d. Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
3. Circulation
a. Periksa frekuensi denyut jantung dan denyut nadi
b. Periksa tekanan darah
c. Periksa pulse oxymetri
d. Periksa vena leher dan warna kulit ( adanya sianosis )
4. Disability
Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
5. Exposure
a. Kaji riwayat sedetail mungkin
b. Kaji tentang waktu sampai adanya gejala
c. Lakukan pemeriksaan dada
d. Lakukan pemeriksaan rontgent dada
J. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernapasan
a. Sesak napas
b. Nyeri, batuk-batuk
c. Terdapat retraksi klavikula/dada
d. Pengembangan paru tidak simetris
e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi lain
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
b. Takhikardi, lemah
c. Pucat, Hb turun/normal
d. hipotensi
3. Sistem Persyarafan
4. Sistem Perkemihan
5. Sistem Pencernaan
6. Sistem Muskuloskeletal
a. Kemampuan sendi terbatas
b. Ada luka bekas tusukan benda tajam
c. Terdapat kelemahan
7. Sistem Endokrin
a. Terjadi peningkatan metabolisme
b. Kelemahan
K. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola naafas b.d ekspansi paru yang tidak maksimal karena
akumulasi udara atau cairan
2. Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
terhadap trauma
L. Intervensi
Dx 1 : Ketidakefektifan pola naafas b.d ekspansi paru yang tidak maksimal
karena akumulasi udara atau cairan
Tujuan : Pola napas efektif
Kriteria hasil :
1. Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
2. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
3. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi :
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan meninggikan kepala tempat tidur.
Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
2. Observasi fungsi pernapasan, catat freakuensi pernapasan, dispnea atau perubahan
tanda-tanda vital.
3. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
4. Monitor respirasi dan status O2 oxygen therapy
5. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps
paru-paru.

Dx 2 : Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder

Tujuan : Nyeri dapat terkontrol dan berkurang

Kriteria hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri )
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


2. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
3. Gunakan tehnik terapeutik untuk mengetahui pengalamannya pasien
4. Kaji kultur untuk mengetahui respon nyeri
5. Berikan analgetik untuk megurangi nyeri

Dx 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme


sekunder terhadap trauma

Tujuan : infeksi dapat terkendali atau tidak terjadi

Kriteria hasil :

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi :

1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain


2. Intruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan klien
3. Berikan terapi antibiotik bila perlu infection ( proteksi terhadap infeksi )
4. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
5. Monitor kerentanan terhadap infeksi
M. Daftar Pustaka

Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC jilid 3. Yogyakarta: Mediaction

Keogh Jim. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional

Padila. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Tubagus Vonny. 2016. Profil Hasil Pemeriksaan Foto Toraks Pada Pasien
Pneumothorax di Bagian / SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado Periode Januari 2015-Agustus 2016. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4,
Nomor 2, Juli-Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai