ALKALOIDA
Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya lah dan
karunia-Nya penulisan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah yang berjudul “Alkaloida ”
Makalah ini disusun secara khusus dan sistemika untuk memenuhi tugas dari Mata
Kuliah “Fitokimia 2”. Substansi yang terdapat dalam makalah ini berasal dari beberapa
referensi buku dan literatur-literatur lain. Sistematika penyusunan makalah ini terbentuk
melalui kerangka yang berdasarkan acuan atau sumber dari buku maupun literatur-literatur
lainnya.
Makalah yang berjudul “Alkaloida” ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran
bagi mahasiswa, dosen atau masyarakat umum dan juga sebagai bahan pembanding dengan
makalah lain yang secara substansial mempunyai kesamaan. Tentunya dari konstruksi yang
ada dalam makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah “Fitokimia 2” banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap diberikan kritikan yang membangun kepada
para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................................
BAB V PENUTUPAN.................................................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Alkaloid
Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk
kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering
kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam,
meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu
tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung
enantiomernya (Padmawinata, 1995).
Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan higrina.
Sebagian besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga mempunyai sifat
farmakologi. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat
penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal,
dan strisina sebagai stimulan syaraf.
1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam
urat dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang
tidak dianut lagi).
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen
meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih
lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur,
beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid
merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
a. Main Alkaloid
b. Protoalkaloid
c. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa ini
biasanya bersifat basa. Ada dua alkaloid yang penting dalam kelompok ini
yaitu alkaloid steroidal dan purin.
a) Reaksi Pengendapan
1. Reaksi Dragendorf
2. Reaksi Meyer
b) Reaksi Bauchardat
c) Reaksi Warna
1. Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3 pekat menghasilkan warna kuning
atau merah.
2. Reaksi Marquis
BAB III
METODOLOGI
3.1 ISOLASI, IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID TOTAL DAUN
TEMPUYUNG (Sonchus arvensis Linn) DAN UJI SITOTOKSIK DENGAN
METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test),
Tempuyung (Sonchus arvensis L.) merupakan tanaman yang mengandung
beberapa senyawa kimia antara lain senyawa golongan flavonoid, alkaloid, saponin,
glikosida, antrakinon, tanin, dan polifenol. (Winarto 2004). Tempuyung banyak
digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati demam, peradangan, penghancur
batu ginjal, dan sirkulasi darah serta sebagai aktifitas anti bakteri (Xia, Z., dkk.,
2010).
Ekstrak etanol daun tempuyung mengandung alkaloid dan flavonoid (Wadekar, J.,
Sawant, R., dkk., 2012). Akar tempuyung mengandung senyawa alkaloid total
sebanyak 0,5 % (Anonim, 2011).
Bahan
1. Daun tempuyang
2. Etanol 96%
3. Etil asetat
4. Asam asetat
5. Ammonium hidroksida
6. Aquadest
7. Pereaksi Dragendorrf
Alat
1. Alat maserasi
2. Erlenmeyer
3. Corong pemisah
4. Tabung reaksi
5. Mikro pipet
6. pH meter
7. Pipet tetes
8. Pipet gondok
9. Botol vial
10. Beaker glass
11. Cawan perselin
12. Evaporator
13. Chamber
14. Lampu UV
15. Spektrofotometer
Metode Kerja
PEMBAHASAN
Daun tempuyung yang sudah kering di potong dan dihaluskan menggunakan blender
untuk memperluas permukaan pada saat maserasi. Sehingga senyawa metabolit sekunder
yang terkandung pada daun dapat teisolasi dengan baik. Sebanyak 650 gram daun
tempuyung yang sudah halus di maserasi menggunakan pelarut etanol. Isolat yang
didapatkan kemudian diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator sehingga
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh sebanyak 8 garam. Kemudian
dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui senyawa yang terkandung pada ekstrak daun
tempuyung. Hasil uji fitokimia memberikan uji positif terhadap senyawa alkaloid,
flavonoid, saponin dan negatif terhadap senyawa saponin, fenolik, terpenoid dan
steroid. Isolasi senyawa alkaloid dilakukan dengan menambahkan asam asetat pada
ekstrak etanol sampai suasana menjadi asam, sehingga alkaloid akan membentuk
garam alkaloid. Garam alkaloid ini kemudian dipartisi menggunakan etil asetat,
sehingga didapatkan dua lapisan. Lapisan atas adalah etil astat dan lapisan bawah
adalah lapisan asam dimana alkaloid teikat pada lapisan ini. Untuk membebaskan
alkaloid dari bentuk garamnya, maka ditambahkan ammonium hidroksida sampai
suasana menjadi basa, sehinnga alkaloid akan terbentuk menjadi basa alkaloid
kembali. Larutan ini kemudian diekstraksi menggunakna etil asetat sehingga akan
terbentuk dua lapisan, lapisan etil asetat yang mengandung alkaloid dan lapisan basa
yang mengandung air. Untuk mengetahui apakah pada isolat yang didapatkan
mengandung alkaloid maka ditambahkan dragendorff, terbentuknya endapan merah
bata berarti positif adanya alkaloid.
Hasil KLT dengan berbagai campuran eluen (C) KLT dua dimensi pada lampu
UV λ365 nm
Pada gambar di atas menunjukan isolat yang dihasilkan sudah murni. Hal ini
dapat dilihat dari hasil KLT dengan berbagai campuran eluen (A) n-heksan : etil asetat :
etanol (30:2:1), (B) kloroform : aseton : methanol (20:3:2), dan KLT dua dimensi dengan
eluen (1) n-heksan : etil asetat : etanol (30:2:1), (2) kloroform : aseton : methanol
(20:3:2) pada lampu UV λ365 nm menghasilkan noda tunggal yang berwarna biru.
Isolat alkaloid murni kemudian dianalisis menggunakn spektrofotometer UV-Vis,
FTIR, dan LC-MS. Hasil analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis didapatkan
serapan pada panjang gelombang 225 nm, 253 nm, 352 nm merupakan serapan dari
ikatan terkonjugasi dan merupakan serapan alkaloid yang mempunyai kerangka dasar
isokuinolin, menurut cordrell (1981) alkaloid yang mengandung kerangka dasar
isokuinolin mempunyai panjang gelombang pada daerah 230 nm, 266 nm, 351 nm. Hasil
spektrofotometer UV-Vis dapat dilihat pada gambar di bawah ini sebagai berikut:
Hasil analisis menggunakan LC-MS menunjukan adanya tiga puncak, ini berarti
isolat belum murni. Pada T 2,6 menghasilkan spektogram MS alkaloid daun tempuyung
dengan berat molekul sebesar 444 g/mol. Hasil spektrofotometer LC-MS dapat dilihat
pada gambar V sebagai berikut:
Gambar Spektrogram LC-MS isolatalkaloid daun tempuyung
PENUTUP
A. Kesimpulan
edition).
Pranata, F. Sinung. 2012. Isolasi Alkaloid dari Bahan Alam (Alkaloid Insulation of
Natural Materials). Yogyakarta : Fakultas Biologi Universitas Atma Jaya.