Anda di halaman 1dari 15

ETIKA SEORANG FARMASI DALAM ISLAM

MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pembina
Drs. Endang Baihaqie, M.Hum

Disusun Oleh:

Cut Astika Devi A 141 072 Hilda Amalia A 141 04


WiwinSundari A 141 049 Yulianti Soraya Maha A 141 0
Eka Nuriz Azizah A 141 0 Nurmala Mulyani A 141 0
Shauli Nur Safitri A 141 0 Yulia Anggraini A 141 0
Anissa Setia Wardani A 141 0

Program Studi S-1 Farmasi


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2014

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu yang berjudul “Etika Seorang Farmasi Dalam Islam”.

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Agama. Makalah ini berisikan
tentang informasi etika seorang farmasi dalam islam atau lebih khususnya dalam
pembuatan obat. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Bandung, 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

2.1 Sains dan Teknologi Dalam Pandangan Islam............................................3

2.2 Definisi RUM..............................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................9

3.1 Manfaat Penerapan RUM............................................................................9

3.2 Peran Pasien Demi Tercapainya RUM........................................................9

BAB IV PENUTUP................................................................................................11

4.1 Kesimpulan................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah dan dilaksanakan


oleh instansi pemerintah, baik itu di pusat, di daerah, dan dilingkungan Badan Usaha
Milik Negara. Pelayanan publik berbentuk pelayanan barang publik maupun
pelayanan jasa. Saat ini Masyarakat semakin terbuka dalam memberikan kritik bagi
pelayanan publik tentang pelayanan kesehatan.

Oleh sebab itu penyedia jasa pelayanan kesehatan memerlukan kontrol


pelaksanaan pekerjaan. Profesionalitas dalam pekerjaan yang tepat dan cepat sangat
diperlukan dalam pekerjaan khususnya dalam pelayanan kesehatan dan peracikan
obat.

Rational Use of Medicine (RUM) saat ini tengah gencar diperbincangkan


baik di social media maupun di seminar-seminar edukasi orang tua. Beragam profesi
kesehatan maupun orang awam, dalam hal ini pasien yang menjadi konsumen medis,
ikut angkat bicara. Pelayanan obat secara rasional kemudian ditilik dari sudut
pandang yang berbeda. Dan merupakan acuan dalam peracikan obat.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana cara meracik obat menurut pandangan


islam?
2. Apa pengertian dari ketepatan membuat obat?
3. Bagaimana meracik obat dengan tepat?
4. Apa manfaat meracik obat dengan tepat?

4
1.3 Tujuan

1. Agar dapat mengetahui bagaimana cara meracik obat


menurut pandangan islam.

2. Agar dapat mengetahui apa pengertian dari ketepatan


membuat obat.
3. Agar dapat mengetahui bagaimana meracik obat dengan
tepat.
4. Agar dapat mengetahui apa manfaat meracik obat dengan
tepat.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sains dan Teknologi Dalam Pandangan ISLAM

Tolak ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan teknologi
mengalami perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan manusia. Dalam setiap
waktu para ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains dan teknologi sebagai
penemuan yang paling canggih dan modern. Keduanya sudah menjadi simbol
kemajuan pada abad ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu bangsa atau negara yang
tidak mengikuti perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa atau negara itu
dapat dikatakan negara yang tidak maju dan terbelakang.

Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru
Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen
dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi
adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-
ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai
khalifah di muka bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-


prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.

6
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Isra: 1-5)”

Peradaban Islam pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat luas dan
menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini ternyata
jika kita baca, mempunyai keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja Ibnu Sina.
Dalam umurnya yang sangat muda, dia telah berhasil menguasai berbagai ilmu
kedokteran. Mognum opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi sumber rujukan utama di
berbagai Universitas Barat.

Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang representatif
untuk kita sebut di sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal
sebagai orang yang menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu.
Dia juga ahli fiqih. Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih.
Tidak hanya itu, al-Ghazali juga ternyata mempunyai paradigma yang begitu modern.
Dia pernah mempunyai proyek untuk menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu
agama dan ilmu umum. Baginya, kedua jenis ilmu tersebut sama-sama wajib
dipelajari oleh umat Islam.

2.2 Definisi RUM

Dalam bahasa Indonesia, RUM dikenal dengan istilah Penggunaan Obat


Yang Rasional. Istilah Penggunaan Obat Yang Rasional sendiri dalam bahasa Inggris
juga sering disebut Rational Use of Drug (RUD). Sehingga RUD atau RUM
sebenarnya memiliki makna yang sama.Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan Rational Use of Medicine sebagai berikut:
“ Patients receive medications appropriate to their clinical needs, in doses that meet

7
their own individual requirements, for an adequate period time, and at the lowest
cost to them and their community.” Definisi WHO di atas jika diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi “Pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan
kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual,
untuk jangka waktu yang sesuai dan dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien
maupun komunitas mereka.”

Di Indonesia pemakaian obat oleh masyarakat paling banyak diperoleh dari


resep yang ditulis oleh Dokter dan Dokter Gigi. Sedangkan pemberian obat secara
langsung biasanya dilakukan oleh Bidan & Mantri di ‘ruang prakteknya’ ataupun
Apoteker melalui Apotek. Karenanya penggunaan obat yang rasional tidak dapat
dilepaskan dari peresepan dan pemberian obat yang rasional pula.

8
BAB III

PEMBAHASAN

Ketepatan dalam peracikan obat sangat diperlukan bagi


masyarakat,khususnya yang menderita sakit. Ketepatan peracikan obat itu sangatlah
mutlak diperlukan,karena akan mempengaruhi beberapa aspek. Di dalam proses
peracikan obat secara tepat ,maka diperlukan ilmu agar ap yang menjadi tujuan dapat
bermanfaat. Ilmu yang diperlukan salah satunya adalah teknologi dan sains.
Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari
analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. Al-Isra: 1-5)”

Ketepatan peracikan obat sendiri ialah ketepatan dalam meracik penggunaan


obat yang seharusnya/rasional digunakan. Penggunaan obat rasional sendiri adalah
pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dalam
dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual, untuk jangka waktu yang sesuai dan
dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien maupun komunitas mereka. Agar
peracikan obat dapat secara tepat diberikan maka diharuskan para peracik obat
mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien. Suatu penyakit dan kondisi fisik pasien
juga mempengaruhi dalam peracikan obat sehingga diharapkan di dalam melakukan
peracikan obat para apoteker maupun asisten apoteker dapat memperhatikan hal-hal

9
kecil yang dapat mempengaruhi proses peracikan obat, agar peracikan obat dapat
dilakukan dengan tepat agar memperoleh suatu manfaat. Berdasarkan keterangan
tersebut, peresepan yang rasional dan tepat jika memenuhi persyaratan :

 Tepat Pasien
Obat hanya diberikan berdasarkan ketepatan tenaga kesehatan dalam menilai
kondisi pasien dengan mempertimbangkan :

 Adanya penyakit yang menyertai, misalnya pasien dengan kelainan ginjal atau
hati tidak boleh mendapatkan obat yang dapat mempengaruhi ginjal
(nefrotoksik) atau hati (hepatotoksik)
 Kondisi khusus : hamil, menyusui, balita, lansia
 Pasien dengan riwayat alergi
 Pasien dengan riwayat psikologis.
 Tepat Indikasi
Apabila ada indikasi yang benar untuk penggunaan obat tersebut sesuai
diagnosa dan telah terbukti manfaat terapinya. Prinsip Tepat Indikasi adalah tidak
semua pasien memerlukan intervensi obat. Misalnya obat penurun panas pada bayi,
seharusnya hanya diberikan jika bayi mengalami demam > 38,5 C. Jika bayi tidak
demam, tidak perlu diberikan obat.

 Tepat Obat
Adalah ketepatan pemilihan obat dengan mempertimbangkan:
1. Ketepatan kelas terapi dan jenis obat sesuai dengan efek terapi yang
diperlukan.
2. Kemanfaatan dan keamanan obat sudah terbukti, baik resiko efek
sampingnya maupun adanya kontraindikasi.
3. Jenis obat paling mudah didapat.
4. Sedikit mungkin jumlah jenis obat yang dipakai

10
Pemilihan obat harus disesuaikan dengan efek klinik yang diharapkan.

 Tepat Pemberian, Dosis dan Lama Pemberian Obat


Efek obat yang maksimal diperlukan penentuan dosis, cara dan lama
pemberian obat yang tepat. Besarnya dosis, cara dan frekuensi pemberian obat
umumnya didasarkan pada sifat farmakokinetik dan farmakodinamik obat serta
kondisi pasien. Sedangkan lama pemberian obat berdasarkan pada sifat penyakit,
apakah penyakit akut atau kronis, kambuhan berulang, dan sebagainya.

 Tepat Dosis

adalah ketepatan jumlah obat yang diberikan pada pasien, dimana dosis
berada dalam range dosis terapi yang direkomendasikan serta disesuaikan dengan
usia dan kondisi pasien. Misalnya pasien anak > 60 kg biasanya disarankan
menggunakan dosis dewasa. Usia lanjut atau pasien dengan kerusakan ginjal dan hati
biasanya memerlukan penyesuaian dosis.

 Tepat Cara Pemberian Obat

adalah ketepatan pemilihan bentuk sediaan obat yang diberikan sesuai dengan
diagnosa, kondisi pasien dan sifat obat. Misalnya per oral (melalui mulut), per rektal
(melalui dubur), per vaginal (melalui vagina), parenteral (melalui suntikan, bisa
intravena, intramuskular, subkutan) atau topikal (dioleskan di kulit, seperti krim, gel,
salep). Jika obat masih bisa diberikan melalui oral, hindari pemberian melalui
parenteral. Jika terapi cukup secara lokal melalui obat-obat topikal, tidak perlu
diberikan melalui oral.

 Tepat Frekuensi atau Interval Pemberian Obat

11
adalah ketepatan penentuan frekuensi atau interval pemberian obat sesuai
dengan sifat obat dan profil farmakokinetiknya, misalnya tiap 4 jam, 6 jam, 8 jam, 12
jam atau 24 jam. Jika obat dalam tubuh akan habis dalam waktu 8 jam, sebaiknya
obat diberikan 3 kali sehari.

 Tepat Lama Pemberian Obat

adalah penetapan lama pemberian obat sesuai dengan diagnosa penyakit dan
kondisi pasien. Apakah obat cukup diminum hingga gejala hilang saja, atau obat perlu
diminum selama 3 hari, 5 hari, 3 bulan, dll.

 Tepat Saat Pemberian Obat

adalah ketepatan menentukan saat terbaik pemberian obat sesuai dengan sifat
obat dan kondisi pasien. Apakah obat diberikan sebelum makan, sesudah makan, saat
makan, sebelum operasi atau sesudah operasi, dll.

3.1 Manfaat penerapan Rational Use of Medicine atau Penggunaan Obat yang
Rasional
1. Mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat yang dapat
membahayakan pasien. Hal ini berhubungan dengan poin 1 hingga 4 dari 6 poin
RUM, yaitu tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat cara pemberian, dosis dan
frekuensi.
2. Mempermudah dan membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat
untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau. Sehingga semakin banyak
masyarakat yang dapat ikut ‘menikmati’ obat dengan adanya prinsip tepat biaya.
3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat di institusi-
institusi seperti RSUD, Puskesmas sebagai salah satu upaya cost effective medical
intervention. Dengan demikian semakin banyak pasien yang bisa diobati.

12
4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu
pelayanan kesehatan.

3.2 Peran Pasien Demi Tercapainya RUM


RUM bukan semata-mata tanggung jawab tenaga kesehatan. Tetapi terwujudnya
RUM juga sangat dipengaruhi oleh perilaku pasien sebagai konsumen medis,
sehingga pasien pun memiliki tanggung jawab yang sama besarnya untuk mendukung
tercapainya RUM. Hal yang dilakukan pasien :

 Agar tercapai Tepat Pasien


Bantu tenaga kesehatan agar dapat menilai kondisi pasien dengan tepat. Informasikan
pada tenaga kesehatan jika pasien adalah seorang ibu menyusui, atau memiliki
riwayat alergi terhadap obat tertentu, memiliki kelainan ginjal, hati , dll.

 Agar tercapai Tepat Indikasi


Bantu tenaga kesehatan menegakkan diagnosa dengan menginformasikan selengkap-
lengkapnya gejala, keluhan atau sakit yang sedang dialami.

 Agar tercapai Tepat Obat


Pada saat pasien menerima resep, seharusnya bukan menjadi tanda bahwa waktu
kunjungan ke dokter telah berakhir. Justru konsultasi harus dilanjutkan guna
mendiskusikan obat apa saja yang diresepkan. Tanyakan pada dokter mengenai
komposisinya, kegunaannya, cara pakai, hingga lama penggunaan obat. Dengan
demikian pasien sudah mendapat gambaran obat apa saja yang akan diminum dan
efek terapinya yang didapatkan sebelum memutuskan untuk membeli obat tersebut.

 Agar tercapai Tepat Biaya


Pasien harus mengetahui hak-haknya sebagai konsumen medis termasuk memilih
obat yang sesuai dengan keuangannya, apakah menggunakan obat generik, obat

13
bermerek atau obat originator / paten. Mari kembali galakkan penggunaan obat yang
rasional demi taraf hidup sehat yang lebih baik.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ketepatan peracikan obat itu sangatlah mutlak diperlukan,karena akan


mempengaruhi beberapa aspek. Di dalam proses peracikan obat secara tepat ,maka
diperlukan ilmu agar ap yang menjadi tujuan dapat bermanfaat. Ilmu yang diperlukan
salah satunya adalah teknologi dan sains yang sudah diatur dalam . (QS. Al-Isra: 1-
5)”

Ketepatan peracikan obat sendiri ialah ketepatan dalam meracik penggunaan


obat yang seharusnya/rasional digunakan. Penggunaan obat rasional sendiri adalah
pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dalam
dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual, untuk jangka waktu yang sesuai dan
dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien maupun komunitas mereka.

Agar peracikan obat dapat secara tepat diberikan maka diharuskan para
peracik obat mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien. Suatu penyakit dan kondisi
fisik pasien juga mempengaruhi dalam peracikan obat sehingga diharapkan di dalam
melakukan peracikan obat para apoteker maupun asisten apoteker dapat
memperhatikan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi proses peracikan obat, agar

14
peracikan obat dapat dilakukan dengan tepat agar memperoleh suatu manfaat yang
salah satunya dan yang terpenting adalah kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

http://lapodding.com/2009/07/06/sain-dan-teknologi-dalam-pandangan-
islam/comment-page-1, diakses pada tanggal 17 Oktober 2012

Masalah Penggunaan Obat di Institusi Pelayanan Kesehatan, www.farklin.com,


diakses pada tanggal 17 Oktober 2012

Rational Use of Antibiotic, www.rationalmedicine.org ,diakses pada tanggal 17


Oktober 2012
WHO, Rational Use of Medicine

Yusmaninita. 2009. Rasionalitas Penggunaan Obat

15

Anda mungkin juga menyukai