(10060313151)
(10060313153)
(10060313154)
Ai Nurhasanah Maemunah
(10060313156)
Tanggal Praktikum
: 9 November 2016
Tanggal Penyerahan
: 15 November 2016
Asisten
LABORATORIUM
UNIT A
PROGRAM STUDI
FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1438 H/2016 M
PERCOBAAN VII
SKRINING KANDUNGAN AMPHETAMIN DALAM URIN
I.
Tujuan Percobaan
1 Memahami prinsip skrining kandungan psikotropika dengan metode
immunoassay.
2
II.
Struktur Amfetamin
2.2 Mekanisme Kerja Amfetamin
Mekanisme kerja amfetamin pada susunan saraf dipengaruhi oleh
pelepasan biogenik amine yaitu dopamin, norepinefrin, atau serotonin atau
pelepasan ketiganya dari tempat penyimpanan pada persinap yang terletak
pada akhiran saraf (Japardi, 2002). Pada dopamin didapati bahwa
amfetamin menghambat re uptake dopaminergik dan sinapstosom di
hipotalamus dan secara langsung melepaskan dopamin yang baru disintesa
(Japardi, 2002). Pada norepinefrin, amfetamin memblok re uptake
norepinefrin dan juga menyebabkan pelepasan norepinefrin baru,
penambahan atau pengurangan karbon diantara cincin fenil dan nitrogen
melemahkan efek amfetamin pada pelepasan re uptake norepinefrin
(Japardi, 2002). Sedangkan pada serotonin, devirat metamafetamin dengan
elektron kuat yang menari penggantian pada cincin fenil akan
mempengaruhi sistim serotoninergik (Japardi, 2002). Sehingga, dapat
(medial
forebrain)
menyebabkan
peningkatan
dari
kadar
kesimpulannya
adalah
komorbiditas
dari
penggunaan
Struktur dasar dari sebuah molekul antibody terdiri dari dua rantai
ringan identik dan dua rantai berat identik dihubungkan oleh ikatan
disulfide. Terdapat lima kelas immunoglobulin yang berbeda dalam urutan
asam amino dan jumlah domain di daerah konstan rantai berat yaitu IgM,
IgG, IgA, IgE dan IgD. Diantara lima golongan immunoglobulin tersebut,
IgG merupakan immunoglobulin yang umum digunakan dalam produksi
bahan biologis untuk immunodiagnostic. Hal tersebut dikarenakan IgG
memiliki prosentase jumlah paling banyka yaitu 70-75% di dalam serum
normal dibandingkan IgM (antibody pertama yang muncul dalam respon
primer ) (Papermaster. 1975).
Secara struktural, IgG memiliki empat rantai polipeptida yang
terbagi atas dua rantai berat (heavy chain) yang memiliki berat molekul 55
kDa serta dua rantai ringan (light chain) dengan berat molekul 25 kDa.
Polipeptida rantai berat dan rantai ringan dihubungkan oleh ikatan
disulfida dan ikatan nonkovalen yang terdapat pada bagian engsel (hinge
region) yang dilambangkan dengan bentuk molekul Y dengan total berat
molekul 150 kD (Lipman et al., 2005). Masing-masing rantai berat dan
rantai ringan dari IgG memiliki bagian konstan (Fc) atau tetap dan bagian
yang dapat berubah atau variabel. Variabel (v) atau bagian yang dapat
berubah pada struktur IgG memiliki fungsi khusus untuk berikatan dengan
antigen melalui antigen binding site (Papermaster, 1975). Bagian konstan
memiliki fungsi efektor seperti aktivasi sel NK (natural killer cell),
aktivasi komplemen dan fagositosis (Lipman et al., 2005). Dua lengan Fab
molekul antibodi mengandung bagian antigen binding site dan bagian Fc
yang dihubungkan oleh bagian yang kaya proline, threonine dan serin yang
disebut hinge (engsel) (Lipman et al., 2005).
2.5 Interaksi Antigen-Antibodi
Suatu antibodi dapat berikatan secara spesifik dengan antigen yang
sesuai. Semua bentuk antibodi seragam satu sama lain, namun terdapat
daerah spesifik yang dapat mengikat satu antigen saja yaitu antigen
binding site. Antigen adalah bahan asing yang masuk kedalam tubuh dan
dapat berinteraksi dengan molekul sistem imun. Bagian dari antigen secara
langsung berikatan dengan molekul reseptor disebut epitop (Rantam,
2003). Antibodi dapat mengenali epitop dengan ukuran yang berbeda dan
dapat
mengikat
epitop
menggunakan
beberapa
atau
semua
Prinsip
Uji immunoassay berdasarkan ikatan antara antibodi kompetititif.
IV.
V.
Bahan
Spesimen urin
Prosedur
Urin ditampung pada suatu wadah
Kaset uji ditempatkan pada permukaan yang agak tinggi dan bersih
Hasil percobaan menunjukkan dua garis warna pada control dan test
VII.
Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan pengujian kandungan amfetamin dalam
dalam
sampel
biologis.
Tujuannya
untuk
memonitor
penyalahgunaan obat maupun terapi suatu obat pada pasien (Stanley, 2002).
Immunoassay merupakan metode analisis yang didasarkan pada interaksi
antigen dan antibodi. Immunoassay merupakan teknik yang spesifik dan
sensitif (Stripp, 2007).
Urin yang digunakan adalah urin segar yang diambil pada saat
praktikum. Urin yang dipakai merupakan urin yang dikeluarkan ditengah
proses urinasi. Urin yang pertama tidak dipakai karena urin tersebut masih
mengandung banyak pengotor. Setelah sampel diperoleh kemudian diteteskan
pada alat uji. Alat uji yag digunakan berupa suatu kit yang telah didisain
sedemikian rupa sehingga dapat mengenali amfetamin dalam urin. Pada alat
tersebut berupa suatu kaset yang berisi antibody. Antibodi yang ada pada
kaset tersebut adalah antibodi monoklonal dan antibodi poliklonal. Antibodi
monoklonal adalah antibodi yang hanya mengikat satu epitop dan
ditempatkan di bagian bawah sebelum bagian test (T). Pada bagian test (T)
terdapat konjugat obat-protein.
antibodi yang mengikat lebih dari satu epitop dan ditempatkan pada bagian
atas kaset yaitu pada bagian kontrol (C). Urin kemudian diteteskan keatas
kaset sebanyak 3 tetes ( 100 L) pada bagian sampel (S). Pada kaset tersebut
penempatan kontrol berada diatas bertujuan untuk mengontrol ketepatan
volume karena volume yang tidak sesuai akan mempengaruhi hasil. Hasil
dikatakan positif apabila tidak terdapat garis warna pada bagian test (T) tetapi
ada garis warna pada kontrol (C). Apabila garis warna terdapat baik di kontrol
(C) maupun test (T) maka hasil dikatakan negatif sedangkan apabila garis
warna hanya ada pada test (T) maka hasil dikatakan invalid. Hal ini
menunjukkan bahwa volume sampel tidak sesuai dengan yang seharusnya
(<100 L).
atas sampel. Selama kenaikan sampel tersebut akan terjadi interaksi antara
antibodi monoklonal dengan amfetamin. Jika kandungan obat dalam sampel
urin berada dibawah batas konsentrasi (1000 g/ml) atau tidak ada sama
sekali, maka tidak akan menjenuhkan ikatan dengan antibodi monoklonal
pada bagian test (T). Antibodi yang belum berikatan dengan amfetamin akan
bereaksi dengan konjugat protein-obat pada bagian test (T) dan akan
memberikan garis warna pada bagian test (T) kaset tersebut. Tapi jika kadar
obat obat melebihi batas konsentrasi maka akan menjenuhkan semua ikatan
antibodi. Sehingga tidak ada konjugat obat-protein yang berikatan dengan
antibodi dan tidak terbentuk garis warna. Kontrol yang berisi antibodi
poliklonal akan tetap memberikan garis warna karena menunjukkan bahwa
volume yang digunakan telah sesuai.
Hasil percobaan menunjukkan dua garis warna pada control dan test.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam sampel urin yang dipakai tidak terdapat
amfetamin atau bisa juga kadar amfetamin yang dibawah batas.
VIII. Kesimpulan
1. Metoda immunoassay merupakan pengujian amfetamin berdasarkan ikatan
antibodi kompetitif
2. Hasil percobaan yang dilakukan negatif (urin tidak mengandung
amfetamin)
IX.
Daftar pustaka
Polyclonal
Antibodies:
Distinguishing
Characteristics,