Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN RESMI TOKSIKOLOGI KLINIK

Disu sun oleh :

Abed Nego wicaksono (1162031)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA

PRODI DIII ANALIS KESEHATAN 2017

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan pertolongan dan bantuan-Nya sehingga Praktik Toksikologi klinik serta
pembuatan laporan Toksikologi Klinik dapat terselesaikan. Dalam menyusun Laporan
Toksikologi Klinik ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak yang telah
meluangkan waktu dan tenaganya demi terselesaikannya laporan ini.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Wimpy, M.Pd . sebagai dosen pembimbing praktikum Toksikologi Klinik
2. Ibu Ister , S.Pd. sebagai dosen pembimbing praktikum Toksikolgi klinik
3. .Seluruh Mahassiswa Stikes Nasional Surakrta Prodi DIII Analis Kesehatan
Dengan ini kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan laporan ini,
namun bagaimanapun laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan dan akan kami terima
dengan senang hati.
Akhir kata semoga laporan ini berguna bagi kita semua, terutama bagi adik-adik kelas
kami yang akan melaksanakan Praktik Kerja Industri pada tahun mendatang. Apabila ada
kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan, kami selaku penulis mohon maaf.

Surakarta , 28 Mei 2017

Abed Nego Wicaksono

NIM.1162031

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….. 1

DAFTAR ISI……………………………………………………….…………………….…...2

LAPORAN RESMI UJI ASAM SALISILAT…………………….………………………….3

LAPORAN RESMI UJI COFFEIN………………………………….……………………….6

LAPORAN RESMI UJI PAPAVERIN………………………………………………………10

LAPORAN RESMI UJI BARBITURAT……………………………………………………13

LAPORAN RESMI UJI DIAZEPAM……………………………………………………….16

LAPORAN RESMI UJI ASAM BENZOAT………………………………………………..20

LAPORAN RESMI UJI NIPAGIN………………………………………………………….22

LAPORAN RESMI UJI SAKARIN…………………………………………………………24

LAPORAN RESMI UJI RAKSA……………………………………………………………27

LAPORAN RESMI UJI FITOKIMIA TANAMAN OBAT…………………………………29

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..32

LAMPIRAN UJI ASAM SALISILAT………………………………………………………33

LAMPIRAN UJI COFFEIN…………………………………………………………………34

LAMPIRAN UJI PAPAVERIN……………………………………………………………..35

LAMPIRAN UJI BARBITURAT…………………………………………………………..36

LAMPIRAN UJI DIAZEPAM………………………………………………………………37

LAMPIRAN UJI ASAM BENZOAT……………………………………………………….39

LAMPIRAN UJI NIPAGIN …………………………………………………………………40

LAMPIRAN UJI SAKARIN……………………………………………………….………..41

LAMPIRAN UJI RAKSA…………………………………………………………………..42

LAMPIRAN UJI FITOKIMIA TANAMAN OBAT………………………………………..43

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


2
LAPORAN RESMI

UJI ASAM SALISILAT

Sampel : Asam Salisilat

No. sampel :-

Percobaan : Uji Fraksi A (Asam Salisilaat)

Prinsip : Pemiahan zat berdasarkan berat jenis

A. Hasil percobaan
1. Uji Horison
Cara Uji :Ekstrak fraksi A ditambah FeCl35%/2N, jika terjadi warna ungu
menunjukan adanya salisilat.
Hasil : (+) terjadi warna ungu
2. Uji Vitallin-Morin
Cara Uji : Ekstrak fraksi A ditambah 1 tetes HNO3 concentrate panaskan,
setelah dingin tambah 2 tetes aceton dan 2 tetes KOH 2N dan 2 tetes
etanol, jika terbentuk warna kuning menunjukan adanya salisilat.
Hasil : (+) terjadi warna kuning
3. Uji Zwikker B
Cara Uji : Ekstrak fraksi A ditambah 2 tetes zwikker B, jika terbentuk endapan
hijau menunjukan adanya salisilat.
Hasil : (+) terjadi endapan hijau
4. Uji Marquis
Cara Uji : Ekstrak fraksi A ditambah 2 tetes formaldehide dan 3 tetes H2SO4
p.a, jika tebentuk warna merah karmin menunjukan adanya salisilat.
Hasil : (+) terbentuk warna merah karmin
B. Pembahasan

Asam salisilat, dikenal juga dengan 2-hydroxy-benzoicacid atau


orthohydrobenzoic acid, memiliki struktur kimia C7H6O3. Asam salisilat memiliki
pKa 2,97.9 Asam salisilatdapat diekstraksi dari pohon willow bark, daun
wintergreen,spearmint, dan sweet birch.9,10 Saat ini asam salisilat telahdapat

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


3
diproduksi secara sintetik.9,11 Bentuk makroskopikasam salisilat berupa bubuk
kristal putih dengan rasa manis,tidak berbau, dan stabil pada udara bebas. Bubuk
asamsalisilat sukar larut dalam air dan lebih mudah larut dalamlemak. Sifat lipofilik
asam salisilat membuat efek klinisnyaterbatas pada lapisan epidermis.

Manfaat dan Mekanisme Kerja Asam Salisilat Topikal

Efek Keratolitik dan Desmolitik Asam salisilat telah digunakan secara luas
dalam terapitopikal sebagai bahan keratolitik. Zat ini merupakan bahankeratolitik
tertua yang digunakan sejak 1874.12 Berbagai penelitian menyimpulkan terdapat tiga
faktor yang berperan penting pada mekanisme keratolitik asam salisilat, yaitu
menurunkan ikatan korneosit, melarutkan semen interselular,dan melonggarkan serta
mendisintegrasi korneosit.

Efek Keratoplastik Pada konsentrasi 0,5-2%, asam salisilat memiliki


stabilisasistratum korneum yang menyebabkan efek keratoplastik.

Efek Anti-Pruritus Asam salisilat memiliki efek anti-pruritus ringan.10 Efekini


dapat diamati pada konsentrasi 1-2%

Asam salisilat menghambat biosistesis prostaglandin11 dan memiliki efekanti-


inflamasipada sediaan topikal dengan konsentrasi 0,5-5%.

Efek Analgetik Zat ini kerapdikombinasikan dengan mentol sebagai sediaan


topikal yangdigunakan dalam pengobatan nyeri pada otot dan persendian

Efek Fungistatik Efek ini diamati pada konsentrasi rendah2-3g/l (<1%).3,6


Akan tetapi, beberapa referensi menyebutkankemungkinan efek desmolitik asam
salisilat yang membantupenyembuhan infeksi jamur superfisial, bukan efek
fungistatiklangsung.

Efek Tabir Surya Mekanisme efek tabir surya kimiawi tersebutmelalui


transformasi cincin benzen aromatik pada paparan ultraviolet (UV). 9 Selain itu, asam
salisilat juga memiliki efek absorpsi sinar ultraviolet B (UVB) terutama pada
gelombang300-310 nm.

Absorpsi Sistemik Secara umum penggunaan terapi topikal relatif lebihaman


dan memiliki efek samping minimal bila dibandingkandengan rute pemberian

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


4
sistemik, namun terapi topikal memilikipotensi toksisitas sistemik, efek teratogenik,
dan interaksiobat akibat absorpsi sistemik yang harus diwaspadai.

C. Kesimpulan

Pada sampel yang diuji mengandung Asam Salisilat degan hasil positif yaitu
pada uji Jorisson, Uji Vitalli-Morin, Uji Zwikker B, dan Uji Marquis

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


5
LAPORAN RESMI

UJI COFFEIN

Sampel : Coffein

Nomor Sampel :-

Percobaan : Uji Fraksi C (Coffein)

Prinsip : Pengujian fraksi C

A. Hasil Percobaan
1. Uji Murexide
Cara Uji : 10 tetes ekstrak ditambah 10 tetes H2O2 ditambah HCl concentrate
(pada cawan penguap) dipanaskan sampai kering jika positif terbentuk
warna kuning merah kemudian ditambah NH4OH concentrate
terbentuk merah violet.
Hasil : (+) terbentuk warna merah violet.
2. Uji Kalium Ferosianat
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes K4Fe(CN)6 terbentuk warna kuning.
Hasil : (+) terbentuk warna kuning.
3. Uji Parry
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen parry terbentuk larutan biru
kehijauan.
Hasil : (-) terbentuk warna merah muda.
4. Uji Mayer
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen mayer terbentuk putih kekuningan.
Hasil : (+) terbentuk putih kekuningan.
5. Uji Argentum
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes NaOH 2N dan 2 tetes AgNO3 2N terbentuk
endapan hitam.
Hasil : (+) terbentuk endapan hitam.
6. Uji Jorisson
Cara Uji : Ekstrak ditambah FeCl3 5%/2N, terbentuk endapan orange.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


6
Hasil : (+) terbentuk endapan orange.
7. Uji Zwikker B
Cara Uji : 10 tetes ekstrak ditambah 10 tetes Cobalt Nitrat ditambah sepucuk
sendok Na2B4O7 atau 2 tetes NH4OH concentrate terbentuk endapan
biru violet.
8. Uji Marquis
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes formaldehide dan 3 tetes H2SO4 p.a,
terbentuk cincin coklat.
Hasil : (+) terbentuk cincin coklat.

B. Pembahasan
Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine bersama
sama senyawa tefilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat.
Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit dengan rumus kimianya C 6
H10O2, dan struktur kimianya 1,3,7- trimetilxantin.

Kafein adalah salah satu jenisalkaloid yang banyak terdapat


dalambiji kopi, daun teh, dan biji coklat (Maramis dkk, 2013).
Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat klinis,
seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos
terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot jantung (Maramis
dkk, 2013). Berdasarkan efek farmakologis tersebut, kafein ditambahkan dalam
jumlah tertentu ke minuman. Efek berlebihan (over dosis) mengkonsumsi kafein
dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan kejang
(Farmakologi UI, 2002).

Dosis kafein yang diizinkan 100- 200mg/hari, sedangkan menurut SNI 01-
7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari
dan 50 mg/sajian. Kafein sebagai stimulan tingkat sedang (mild stimulant) memang
seringkali diduga sebagai penyebab kecanduan.

Reagen parry ini terdiri dari 1 gram cobalt nitrat didalam 5ml HCl pekat dan di
add aquads sampai 50 ml. Ion kobalt (Co) dalam reagen tersebut akan membentuk
kompleks yang berwarna hijau. Ion kobalt bermuatan dua positif sehingga

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


7
memungkinkan untuk mengikat gugus nitrogen yang terdapat pada senyawa kafein.
Uji parry ini dapat digunakan untuk senyawa atau sampel yang struktur kimianya
meimiliki gugus nitrogen karena kafein memiliki struktur kimia C8H10N4O2 maka
kafein bisa diujikan menggunakan reagen parry

Uji murexide merupakan uji yang spesifik terhadap kafein. Murexide


merupakan metode yang dipakai untuk golongan alkaloid yang memiliki cincin amin,
sedangkan kafein sendiri merupakan alkaloid yang memiliki cincin amin tersier
sehingga metode ini dapat digunakan untuk uji identifikasi pada kafein.

C.
D. Kesimpulan

Pada sampel yang diuji mengandung Asam Salisilat degan hasil positif yaitu
pada uji Muexide, Uji Kalium Ferosianat, Uji Parry, Uji Mayer, Uji Argentum, Uji
Jorisson, Uji Zwikker B, dan Uji Marquis.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


8
LAPORAN RESMI

UJI PAPAVERIN

Sampel : Papaverin

Nomor sampel :-

Percobaan : Uji Fraksi D

Prinsip : Pengujian Fraksi D

A. Hasil Percobaan
1. Uji Marquis
Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes formaldehyde kemudian tambah 3 tetes
H2SO4.
Hasil : (+) terbentuk cincin ungu
2. Uji Mayer
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen Mayer.
Hasil : (+) larutan kuning
3. Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes DAB HCl kemudian ditambah 2 tetes H2SO4
p.a.
Hasil : (+) terbentuk endapan orange
4. Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes K4Fe(CN)6 ditambah 2 tetes FeCl3
Hasil : (+) terbentuk biru tua
5. Uji Jorisson
Cara Uji : Ekstrak ditambah FeCl32N/5%
Hasil : terjadi endapan kuning.
6. Uji Zwikker B
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes Zwikker B.
Hasil : (+) terbentuk larutan biru
7. Uji Parry
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen Parry.
Hasil : (+) larutan merah muda
8. Cara uji : Ekstrak ditambah NaOH dan 2 tetes AgNO3.
Hasil : (+) terbentuk endapan hitam.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


9
B. Pembahasan
Papaverin Sifat Fisika-Kimia Rumus molekul : C20H22ClNO4 , Nama : 1- (3,4-
Dimethoxybenzyl) -6,7-dimethoxyisoquinoline hidroklorida., Pemerian : Putih atau
hampir putih, bubuk kristal atau kristal putih atau hampir putih, Tidak berbau; rasa
pahit lalu pedas. Kelarutan : Sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol.
Berat molekul : 375.9 Titik lebur : 226℃ Titik didih : 483.2°C at 760 mmHg Titik
nyala : 172.2°C

Gambar .rumus kimia papaverin

Papaverin HCl mempunyai sedikit aksi analgesik. Digunakan sebagai relaksasi


otot polos pada penyakit peripheral vascular, thrombo – angittis obliterans, terapi
spasme koroner, usus, ureter, dan biliary colic serta dysmenorrhoea. Juga digunakan
untuk pencegahan setelah operatif pulmonary collapse dan sebagai bahan dari spray
digunakan untuk menyerang asma (British Pharmaceutical Codex, 1959)

.
Papaverin HCl memiliki efek spasmolitik pada otot polos. Efek spasmolitik
utamanya terjadi pada pembuluh darah termasuk pembuluh darah arteri koroner,
serebral, paru, dan perifer, serta merelaksasi otot polos pada bronkus, saluran cerna,
ureter, dan saluran kemih. Papaverin merelaksasi otot jantung dengan menghambat
stimulasi otot jantung secara langsung, memperpanjang periode refraksi, dan
menghambat konduksi. Papaverin memiliki efek minimum pada kerja sistem saraf
pusat, namun pada dosis tinggi dapat menimbulkan efek depresan pada beberapa
pasien. Papaverin juga memiliki efek yang lemah untuk meningkatkan aktivitas Ca-
channel Bloker pada dosis tinggi (AHFS Drug Information 2002, p.1905).

Papaverin HCl umumnya digunakan untuk mengatasi iskemia serebral dan


perifer yang berkaitan dengan spasme dan iskemi jantung dengan komplikasi aritmia.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


10
Juga digunakan untuk meningkatkan sirkulasi kolateral pada oklusi pembuluh darah.
Dapat digunakan untuk terapi disfungsi ereksi dengan penggunaan melalui
intracavernosa (AHFS Drug Information 2002)
C. Kesimpulan
Pada sampel yang diuji, mengandung papaverin dengan hasil positive pada uji
Marquis, uji Mayer, Uji dengan penambahanDAB HCl dan H2SO4 p.a, uji dengan
K4Fe(CN)6 dan FeCl, Uji dengan penambahan FeCl3 2N/5%, uji Zwikker B, uji Parry
dan uji dengan penambahan NaOH dan AgNO3.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


11
LAPORAN RESMI

UJI BARBITURAT

Sampel : Barbiturat

No. sampel :-

Percobaan : Uji Fraksi B

Prinsip : Pengujian Fraksi B

A. Hasil Percobaan
1. Uji Milon
Cara Uji : Fraksi B ditambah dengan 2 tetes regen Millon
Hasil : (+) terjadi endapan putih
2. Uji Parry
Cara Uji : Fraksi B ditambah dengan 2 tetes reagen Parry
Hasil : (+) terjadi warna biru
3. Uji Zwikker B
Cara Uji : Fraksi B ditambah 2 tetes reagen Zwikker B
Hasil : (+) terjadi warna biru dan terdapat endapan hijau
4. Uji Jorisson
Cara Uji : Fraksi B ditambah FeCl3 2N/5%
Hasil : (+) terrjadi endapan coklat kemerahan
5. Cara Uji : Fraksi B ditambah 2 tetes reagen FeCl3 kemudian 2 tetes K4Fe(CN)6
Hasil : (+) terjadi endapan coklat kemerahan
B. Pembahasan
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat
merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea dengan asam malonat.

Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagi


hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang
spesifik, barbiturat telah banyak digantikan oleh benzodiazepin yang lebih aman.

Indikasi:

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


12
insomnia yang sulit diobati dan berat pada pasien yang pernah mendapat
barbiturat.

Peringatan:
hindari penggunaan sedapat mungkin; ketergantungan dan toleransi mudah
terjadi. Pemutusan obat secara tiba-tiba dapat menimbulkan gejala putus obat serius
(sampai menimbulkan kematian). Dosis ulangan dapat menimbulkan kumulasi dan
dapat menimbulkan sedasi berlebihan; perhatian juga pada penyakit pernapasan,
penyakit ginjal, gangguan hati.

Kontraindikasi:
insomnia yang disebabkan oleh nyeri, porfiria, hamil, menyusui, hindari pada
anak, dewasa muda, lansia, pasien debil, dan juga pasien dengan riwayat
penyalahgunaan obat atau alkohol.

Efek Samping:
Hangover dengan mengantuk, pusing, ataksia, depresi pernapasan, reaksi
hipersensitivitas, nyeri kepala, terutama pada lansia; eksitasi paradoksikal dan
bingung kadang-kadang terjadi mendahului tidurnya.

Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagi


hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang
spesifik, barbiturat telah banyak digantikan oleh benzodiazepin yang lebih aman.

Barbiturat menyebabkan toleransi, enzim metabolik obat, dependensi fisik dan


gejala putus obat yang hebat. Paling mengerikan dapat menyebabkan koma dalam
dosis toksik. Barbiturat tertentu seperti tiopental, karena bekerja sangat singkat, masih
digunakan sebagai induksi anestesia.

Penggolongan barbiturat disesuaikan dengan lama kerjanya, yaitu :

1. Barbiturat kerja panjang

Contohnya: Fenobarbital digunakan dalam pengobatan kejang

2. Barbiturat kerja singkat

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


13
Contohnya: Pentobarbital, Sekobarbital, dan Amobarbital yang efektif sebagai
sedatif dan hipnotik

3. Barbiturat kerja sangat singkat


Contohnya: Tiopental, yang digunakan untuk induksi intravena anestesia.

Dosis toksik barbiturat bervariasi tergantung pada obat, rute, dan laju
administrasi serta pada toleransi individu pasien. Secara umum, toksisitas terjadi
ketika dosis melebihi 5-10 kali dosis hipnotik.

A.Berpotensi fatal dosis oral

pada senyawa shorter-acting adalah 2-3 g, dan phenobarbital adalah dosis 6-


10g.

B .Beberapa kematian telah dilaporkan banyak wanita muda menjalani terapi aborsi
setelah menerima aliran cepat suntikan IV sebanyak 1-3 mg/kg methohexital.

Adapun faktor-faktor kesalahan dalam praktikum yaitu:


1. Alat-alat yang digunakan kurang bersih.
2. Sampel dan pereaksi yang digunakan sudah terkontaminasi.
3. Banyaknya pereaksi yang digunakan tidak sebanding dengan banyaknya sampel.
4. Ketidaktelitian dalam pengamatan warna.

C. Kesimpulan
Pada sampel yang diuji positif mengandung barbiturat pada Uji Millon, Uji
parry, Uji Zwikker B, Uji Jorisson, dan Uji dengan penambahan FeCl3 dan
K4Fe(CN)6.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


14
LAPORAN RESMI

UJI DIAZEPAM

Sampel : Diazepam

No. sampel :-

Percobaan : Uji Fraksi D

Prinsip : Pengujian Fraksi D

A. Hasil Percobaan
1. Uji Marquis
Cara Uji :Ekstrak ditambah 2 tetes Formaldehide ditambah 3tetes H2SO4(p.a),
jika terjadi larutan kuning menunjukkan adanya Diazepam
Hasil : (+) Terbentuk larutan kuning

2. Uji Dragendorf
Cara Uji :Ekstrak ditambah 2 tetes Reagen Dragendorf, jika terjadi warna
merah menunjukkan adanya Diazepam
Hasil : (+) Terbentuk warna merah
3. Uji Parry
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes Reagen Parry, jika terjadi larutan merah
muda menunjukkan adanya Diazepam
Hasil : (+) Terjadi larutan merah muda
4. Uji Zwikker B
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes Reagen Zwikker B, jika terjadi endapan
hijau dalam larutan biru menunjukkan adanya Diazepam
Hasil : (+) Terjadi endapan hijau dalam larutan biru

5. Uji K4Fe(CN)6
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes K4Fe(CN)6 lewat dinding tabung, jika terjadi
larutan kuning menunjukkan adanya Diazepam
Hasil : (+) Terjadi larutan kuning

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


15
6. Uji Jorisson
Cara Uji : Ekstrak ditambah FeCL3 5% 2N, jika terjadi larutan orange
menunjukkan adanya Diazepam
Hasil : (+) Terbentuk larutan orange

7. Uji FeCl3 2N dengan K4Fe(CN)6


Cara Uji : Ekstrak ditambah dengan 2 tetes FeCl3 2N ditambah 2 tetes
K4Fe(CN)6, jika terjadi larutan biru kehijauan menunjukkan adanya
Diazepam
Hasil : (+) Terbentuk larutan biru kehijauan

8. Uji Mayer
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes Reagen Mayer, jika terbentuk larutan putih
kekuningan menunjukkan adanya Diazepam
Hasil : (+)Terbentuk larutan putih kekuningan
9. Uji NaOH dengan AgNO3
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes NaOH ditambah 2 tetes AgNO3, jika
terbentuk endapan hitam menunjukkan adanya Diazepam
Hasil : (+) Terbentuk endapan hitam

B. Pembahasan
C.
Diazepam termasuk kelompok obat benzodiazepine yang
memengaruhi sistem saraf otak dan memberikan efek penenang.
Obat ini digunakan untuk mengatasi serangan
kecemasan,Insomnia dan kejang-kejang gejala putus alkohol
akut, serta sebagai obat bius untuk praoperasi.

Merk Dagang :

Diazepam, Valium, diazepin, Cetalgin, Danalgin, Metaneuron, proneuron,


Valisanbe, Valdimex, Neuropyron, Neurindo, Meparyp, dan Stesolid

KOMPOSISI :

Tiap tablet mengandung : Diazepam 2 mg

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


16
CARA KERJA OBAT :

Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu


potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai
mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-
desmetildiazepam dan oxazepam. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 – 2
jam pemberian oral. Waktu paruh bervariasi antara 20 – 50 jam sedang waktu paruh
desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi hati.

INDIKASI :

Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala ansietas. Sebagai terapi


tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamasi atau trauma;
nipertdnisitairotot (kelaTrian motorik serebral, paraplegia). Digunakan juga untuk
meringankan gejala-gejala pada penghentian alkohol akut dan premidikasi anestesi.

EFEK SAMPING :

Mengantuk,ataksia. kelelahan Erupsi pada kulit. edema, mual dan konstipasi,


gejala-gejala ekstra pirimidal. jaundice dan neutropenia. perubahan libido, sakit
kepala, amnesia, hipotensi. gangguan visual dan retensi urin, incontinence.

PERINGATAN DAN PERHATIAN :

 Jangan mengemudikan kendaraan bermotor atau menjalankan mesin selama


minum obat ini.
 Ansietas atau ketegangan karena stress kehidupan sehari-hari biasanya tidak
memerlukan pengobatan dengan ansiolitik.
 Keefektifan dalam pengobatan jangka lama (lebih dari 4 bulan) belum diuji secara
klinis sistematik.
 Penggunaan jangka lama dapat menyebabkan ketergantungan pada obat

Ada beberapa uji yang bisa dilakukan pada diazepam. Sebagian emiliki hasil
yang spesifik, sebagian tidak. Dan ada juga yang harus dilakukan dengn penuh
ketelitian karea tahapan dan proses dapat mempengaruhi hasil akhir pengujan. Seperti
halnya pada uji marquis dan uji jorisson.

Pada kesembilan uji yang dilakukan ketepatan ekstraksi fraksi D sangaat


berpengaruh. Apabila masih tersisa banyak kloroform akan menyebabkan lapisan yang
tidak akan bercampur antara ekstrak dengan reagen/zat pereaksi. Pada uji marquis hasil

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


17
positif menunjukan warna kuning. Penambahan formaldehyde dengan H2SO4 yang
dialirkn melalui dinding tabung reaksi dan dekat dengan ekstrak/larutan akan
menunjukan hasil positif yaitu terjdinya wrna kuning.

Warna kuing yang terbentuk tidklah warna kuning pekat/jelas, bisa diamati,
akantetapi warna kuning disini hanya samar samar seperti tidak terjadi, maka dari itu
harus benar benar diamati perubahannya. Untuk uji yang kedua adaalah dengan
penanbahan reagen dragendorf. Apabila positif akan memberikan warna merah pada
sampel uji, penambahan reagen jangan terlalu banyak karena akan menyebabkan
warna coklat karena warna merah yang terbentuk teralalu pekat.uji parry tidak terlalu
menunjukan hasil yang spesifik karena pada aalnya reagen ini sudah berwarna merah
muda.

Jadi jika hasilnya menunjukan hasil yang sama hal tersebut tidak merupakan
uji yang speifik. Pada uji jorisson banyak yang mengalami kegagalan karena
pemberian reagen yang kuang tepat volumenya. Fraktor yang berpengaruh paling
utama adalah ekstrak fraksi D kemudian pemberian FeCl3 5%/2N harus lebih bnyak
karena apabila volume yang diberikan sedikit tidak akan terjadi endapan orag, akan
tetapi yang terbentuk adalah endapan kuning. Untuk uji diazepam yang ketuju dengan
penambahan FeCl3 5%/2N dan K4Fe(CN)6 yang apabila hasil positif akan menunjukan
warna larutan biru kehijauan.

Apabila haasilnya tidak begitu terliht maka bisa dilakukan dengan menggunkan
kerts saring. Amati warn pada kertas saring apabila terdapat warna kehijuan maka hasil
uji terebut mnunjukan hasil positif mengandung diazepam

D. Kesimpulan

Pada sampel yang diuji positif megandung Diazepam pada Uji Marquis, Uji
dengan reagen dragendorf, Uji Parry, Uji Zikker B, Uji dengn penambahan
K4Fe(CN)6 Uji Jorisson, Uji dengan penambahan FeCl3 dan K4Fe(CN)6, Uji Mayer,
dan Uji dengan reagen NaOH dan AgNO3.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


18
LAPORAN RESMI

UJI ASAM BENZOAT

Sampel : Minuman Siiplah

Percobaan : Uji Fraksi asam benzoat

Prinsip : Pemisahan asam benzoate dengan sampel dilakukan dengan cara ekstraksi
(adaptasi SNI 01-2894-1992)

A. Hasil Percobaan
1. Uji Esterifikasi
Cara Uji : Ekstrak+2 tetes H2SO4 p.a+2tetes Etanol, panaskan akan terbentuk
bau harum
Hasil : (+) terjadi bau harum
2. Cara Uji : Ekstrak+ 2 tetes AgNO3, akan terbentuk endapan putih
Hasil : (+) Endapan putih
3. Cara Uji : Ekstrak+ 2 tetes H2SO4 2N, akan terbentuk kristal putih
Hasil : (+) Kristal putih
4. Uji Jorisson
Cara Uji : Ekstrak+ FeCl3 5%/2N, akan terbentuk jingga tua
Hasil : (+) Jingga tua
5. Cara Uji : Ekstrak+FeCl3+NH4OH, akan terjadi endapan coklat orange
Hasil : (+) terjadi endapan coklat orange
6. Uji marquis
Cara uji : Ekstrak+ formaldehyde+ H2SO4 pekat, akan terjadi warna coklat tua

B. Pembahasan
Asam benzoat atau asam benzene karboksilat atau asam phenil karboksilat
(C7H6O2 atau C6H5COOH) merupakan suatu senyawa kimia yang umum digunakan
sebagai bahan pengawet yang dianggap GRAS oleh FDA, dan secara kimia dapat
dihasilkan melalui oksidasi fase cair dari toluena.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


19
Asam benzoat memiliki bentuk serbuk kristal padat, tidak berwarna, tidak
berbau, sedikit terlarut didalam air, tetapi larut dalam etanol dan sangat mudah larut
dalam benzena dan aseton.

Kegunaan asam benzoat:

Sebagai Pengawet, senyawa asam benzoat dan garamnya lebih banyak dimanfaatkan
sebagai bahan pengawet makanan. Sebagai bahan pengawet, asam benzoat dan
natrium benzoat akan efektif apabila digunakan pada kisaran pH 2,5 – 4 dan menjadi
kurang efektif apabila digunakan pada pH diatas 4,5.

Pada uji asam benzoate terdapat beberapa uji. Uji yang pertama adalah dengan
melakukan uji esterifiksi. Uji ini dilakukan dengan menambah H2SO4 p.a dan etanol
pada ekstrak kemudian dipanaskan, hasil akan (+) jika menimbulkan bau harum yang
khas seperti permen karet.

Uji yang selanjutnya adalah uji dengan penambahan AgNO3 akan terbentuk
hasil (+) endapan putih. Lalu pengujian dengan H2SO4 2N cukup sulit dan tidak
spesifik karena apabila ekstrak masih mengandung air akan menjadi emulsi dn
melekat pada dinding tabung saat uji berlangsung. Uji yang ke empat adalah uji
jorisson dengan penambahan FeCl3 pada ekstrak akan menimbulkan endapan coklat
orange bila hasil positif. Selanjutnya uji yang terakhir yaitu uji Marquis akan
terbentuk warna coklat apabila sampel yang diuji mengandung asam benzoate..

C. Kesimpulan
Pada sampel yang diuji positif mengandung asam Benzoat pada uji
esterifikasi, uji dengan AgNO3, uji denganH2SO4 2N, uji jorison, uji dengan FeCl3
danNH4OH, dan uji marquis.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


20
LAPORAN RESMI

NIPAGIN

Sampel : maybeline newyork white superfresh

Percobaan : Uji Fraksi Nipagin

Prinsip : Pemisahan Nipagin dalam sampel dilakukan dengan cara ekstraksi (Adaptasi
SNI 3543-1999): Kecap kedelai)

A. Hasil Percobaan
1. Uji Millon
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen millon akan menghasilkan endapan
putih.
Hasil : (+) Endapan putih
2. Cara uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen deniges kemudian dipanaskan,
ditambahkan 2 tetes NaNO2 akan membentuk warna merah muda.
Hasil : (+) Larutan merah muda

3. Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes HNO3 akan membentuk larutan kuning.
Hasil : (+) Larutan kuning
4. Uji Jorisson
Cara uji : Ekstrak ditambah FeCl3 5% akan membentuk warna hijau
kekuningan.
Hasil : (+) Larutan hijau kekuningan
B. Pembahasan
Nipagin adalah nama dagang untuk senyawa metil hidroksi benzoat,yaitu
senyawa ester metil dari asam p-hidroksibenzoat.senyawa lain merupakan bahan
tambahan pangan senyawa turunan asam benzoat,yang berfungsi sebagai bahan
antimikroba atau pengawet.Senyawa ini sering juga dikenal dengan nama metil
paraben.rumus kimia untuk meil paraben adalah CH3(C6H4OH)COO atau C8H8O3.

Metil paraben memiliki sifat sukar larut dalam air,benzene,dan karbon


tetraklorida.Tetapi mudah larut dalam etanol dan eat eter.metil paraben memiliki berat
molekul 152,15.Syarat untuk penyimpanannya harus disimpan dalam wadah tertutup

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


21
dengan baik .Menurut FDA, untuk suatu produk biasanya paraben yang digunakan
berjumlah lebih dari satu jenis. Pengawet ini biasanya digabung dengan pengawet lain
untuk memberikan perlindungan terhadap berbagai jenis mikroorganisme.

Sesuai Codex, jumlah aspuan nipagin dalam tubuh per hari adalah 10mg per
kilogram berat badan. Jika berat badan seseorang 50kilogram, konsumsi aman nipagin
yaitu 500 mg per hari.

Fungsi nipagin hanya menahan laju pertumbuhan mikroba yang membuat


makanan cepat rusak. Penggunan nipagin berlebih tidak memperpanjang daya tahan
makanan jika jumlah mikroba dalam makanan tersebut telah berlebih sejak awal.

Zat aditif pada makanan ada yang berasal dari alam dan ada yang buatan
(sintetik). Untuk zat aditif alami tidak banyak menyebabkan efek samping. Lain
halnya dengan zat aditif sintetik.

Apa saja Bahaya Nipagin?

Keamanan jangka panjang dari methyl paraben atau nipagin adalah topik yang
akhir-akhir ini mencuat dengan adanya kasus penarikan produk mie instan Indomie
dari pasaran di Taiwan.

Mekanisme penyerapan tubuh?

Methil paraben mudah diserap oleh saluran usus atau oleh kulit, misalnya pada
penggunaan produk perawatan tubuh seperti lotion dan deodoran. Hati-hati pada
penggunaan jangka panjang produk ini, sebuah studi pada Mei 2008 yang
dipublikasikan dalam Journal of Applied Toxicology dilaporkan bahwa ester paraben
tidak selalu dipecah dan dikeluarkan oleh tubuh. Bertindak seperti estrogen
lingkungan, mereka menumpuk di organ reproduksi tubuh dan menyebabkan masalah
kesehatan kronis seperti kanker payudara dan infertilitas pria.

Alergi

Sebagian kecil orang dari masyarakat umum yang sensitif terhadap metil dan
parabens lainnya. Bahan dapat menyebabkan dermatitis dan iritasi kulit pada orang
dengan alergi paraben. Sementara mereka adalah non-iritasi bagi kebanyakan orang,
individu rentan terhadap alergi kulit, eksim dan rosacea dapat mengambil manfaat
dari menggunakan produk paraben-free. Dalam penilaian terhadap keselamatan
paraben, Cosmetic Ingredient Review panel pakar menyimpulkan bahwa pasien

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


22
dengan kepekaan terhadap bahan bisa mentolerir penerapan produk yang mengandung
paraben pada kulit normal, tetapi tidak ketika diterapkan pada kulit rusak atau peka

Kanker payudara

Hubungan antara paraben dan kanker payudara adalah satu hal yang masih
kontroversial. Sebuah studi tahun 2004 yang diterbitkan dalam Journal of Applied
Toxicology melaporkan bahwa biopsi jaringan kanker payudara mengungkapkan
jumlah jejak paraben. Meskipun penelitian yang lebih besar diperlukan untuk
menetapkan peran kimia dalam menyebabkan kanker payudara. Disarankan bagi
mereka dengan kerentanan genetik untuk kanker estrogen-dependent untuk menjauh
dari metil dan parabens lainnya.

Pemakaian Zat Pengawet Methylparaben

Paraben secara teknis dikenal sebagai ester dari asam para-hidroksibenzoat.


Bahan ini dikembangkan dari asam organik dan alkohol. Walaupun paraben adalah
produk alam, namun karena penggunaannya massal paraben diproduksi secara
sintetis.

Sebagai zat pengawet makanan, Badan pengawas makanan dan obat Amerika
(FDA) menggolongkan Methylparaben atau nipagin dalam kategori Generally
Recognized as Safe (GRAS) yang larut dalam air.

Pemakaian nipagin yang berlebihan pada makanan ternyata tidak akan membuat
daya tahan makanan tersebut menjadi lebih panjang kalau jumlah mikroba yang
terkandung dalam makanan tersebut telah berlebih sejak awal (sebelum pemakaian
nipagin itu sendiri).

Dalam jangka pendek, mungkin konsumsi nipagin tak akan menimbulkan


efek apapun. Namun masihkah hal itu terjamin dalam jangka panjang ketika jumlah
nipagin terakumulasi di dalam tubuh

C. Kesimpulan
Pada sampel maybeline newyork white superfresh yang diuji positif
menganding Nipagin pada uji millon, uji dengan reagen diniges dan NaNo3, uji
dengan HNO3, dan uji jorisson.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


23
LAPORAN RESMI
SAKARIN

Sampel : Minute Maid (I)


Tea Jus (II)
Percobaan : Uji sakarin pada makanan dan minuman
Prinsip : Pemisahan sakarin dari sampel makanan dan minuman dengan cara ekstraksi

A. Hasil Uji
1. Uji FeCl3
Cara Uji : residu dilarutkan dalam air panas kemudian ditambahkan H2SO4 2N
dan dipanaskan. Setelah itu tambahkan KMnO4 sampai terbentuk
warna merah muda konstan kemudian tambahkan sepucuk sendok
NaOH teknis lalu pindahkan ke cawan penguap dan uapkan sampai
kering. Setelah kering larutkan dalam air panas dan tambahkan HCl
encer sampai asam. Tambahkan FeCl3 0,5% tetes demi tetes sampai
terbentuk warna ungu.
Hasil : (I) Terbentuk larutan kuning.
(II) Terbentuk larutan kuning.
2. Uji Brom Thymol Blue
Cara Uji : rersidu dilarutkan dalam aquadest dan ditambahkan 2 tetes aseton.
Setelah itu tambahkan 2 tetes brom thymol blue dan NaOH 2N tetes
demi tetes sampai terbentuk warna biru.
Hasil : (I) Terbentuk larutan biru.
(II) Terbentuk larutan biru.
3. Uji Phenol-Asam Sulfat
Cara Uji : residu ditambah phenol-asam sulfat (1:1) panaskan selama 10 menit
dan larutkan dalam air panas. Tambahkan NaOH 2N sampai basa jika
positif (+) akan terbentuk warna ungu kemerahan atau magenta
Hasil : (I) terbentuk larutan magenta.
(II) Terbentuk warna magenta

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


24
4. Uji Resorcinol-Asam Sulfat
Cara Uji : residu ditambah 3 tetes resorcinol asam sulfat (1:1) lalu dipanaskan
sampaiterbentuk warna. Kemudian larutkan dalam aquadest dan
ditambahkan Naoh 2N sampai basa. Tambahkan I2 sampai terbentuk
floresensi hijau.
Hasil : (I) Terbentuk floresensi hijau.
(II) Terbentuk floresensi hijau.
5. Uji Kualitatif Sakarin
Cara Uji : 2 pipet ekstrak ditambah sepucuk sendok resorcinol pindahkan ke
cawan penguap tambahkan 2 tetes H2SO4concentrate aduk sambil
dipanaskan hingga terbentuk warna hijau pada dinding cawan
penguap. Pindahkan ke tabung reaksi dan tambahkan 2 ml aquadest,
NH4OH berlebih, 2 ml aquadest. Jika positif akan terbentuk floresensi
hijau.
Hasil : (I) Terbentuk floresensi hijau.
(II) Terbentuk floresensi hijau.

B. Pembahasan

Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Remsen pada
tahun 1897, digunakan sebagai antiseptik dan pengawet, namun sejak tahun 1900
digunakan sebagai pemanis. Sakarin sebagai pemanis buatan biasanya dalam bentuk
garam berupa kalsium, kalium, dan natrium sakarin. Secara umum, garam sakarin
berbentuk kristal putih, tidak berbau atau berbau aromatik lemah, dan mudah larut
dalam air, serta berasa manis. Kombinasi penggunaannya dengan pemanis buatan
rendah kalori lainnya bersifat sinergis . 5

Intensitas rasa manis garam natrium sakarin cukup tinggi, yaitu kira-kira 200-
700 kali sukrosa 10 %. Di samping rasa manis, sakarin juga mempunyai rasa pahit
yang disebabkan oleh kemurnian yang rendah dari proses sintetis .

Sakarin tidak dimetabolisme oleh tubuh, lambat diserap oleh usus, dan cepat
dikeluarkan melalui urin tanpa perubahan. Pada suatu penelitian diperoleh
penggunaan sakarin dalam tikus dapat merangsang terjadinya tumor di kandung
kemih, penelitian yang lebih ektensif dilakukan pada populasi manusia tidak
menunjukkan terjadinya tumor.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


25
Sejak bulan Desember 2000, FDA (Food and Drug Administration) telah
menghilangkan kewajiban pelabelan pada produk pangan yang mengandung sakarin,
dan 100 negara telah mengijinkan penggunaannya. CAC (Codex Alimentarius
Commission) mengatur maksimum penggunaan sakarin pada berbagai produk pangan
berkisar antara 80 – 5.000 mg/kg produk. Saat ini, meskipun sakarin telah dinyatakan
aman untuk dikonsumsi, namun di USA sendiri penggunaannya dalam produk pangan
masih sangat dibatasi (12).

Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan melalui Menteri Kesehatan RI


No. 208 / Menkes / Per /IV/1985 tentang pemanis buatan dan No.
722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan, bahwa pada pangan dan
minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah dan untuk penderita penyakit diabetes
mellitus kadar maksimum sakarin yang diperbolehkan adalah 300 mg/kg (4).

a) Struktur Kimia

Rumus Molekul : C7HNO3S

Nama kimia : 1,2-benzisotiazolin-3-on-1-1-dioksida

Berat Molekul : 183,18

b) Sifat Kimia

Pemerian : Berupa serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau aromatik
lemah, larutan encer sangat manis, larutan bereaksi asam terhadap lakmus.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter, larut
dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam larutan amonia
encer, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam alkali karbonat dengan pembentukan
karbondioksida.

C. Kesimpulan
Pada sample Minute Maid dan Tea Jus mengandung sakarin dengan hasil
positif pada uji Brom Thymol Blue, Uji Phenol-Asam Sulfat, uji Resorcinol-Asam
Sulfat, dan uji Kualitatif Sakarin.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


26
LAPORAN RESMI

UJI RAKSA

Sampel : dr.melany skin care krim malam

Percobaan : Uji Raksa pada kosmeetika

Prinsip : Mengidentifikasi keberadan raksa dalam sampel kosmetika

A. Hasil Percobaan
1. Uji Raksa I
Proedur Uji : 2 ml sampel ditambahkan 5 tetes KI 0,5 N dipanaskan akan
terbentuk larutan merah.
Hasil : (+) terjadi warna merah
2. Uji Raksa II
Prosedur Uji : 3 ml sampel ditambahkan batang tembaga kemudian
dipanaskan. Jika positif akn menimbulkan noda hitam pada
batang tembaga
Hasil : (-) batang tembaga abu abu
B. Pembahasan

Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom 80 dengan berat molekul
relatif 200,59. Merkuri diberikan simbol kimia Hg yang berasal dari bahasa yunani
hydrargyricum yang berarti cairan berwarna perak (SPU, 2007).

Pada kosmetik biasanya digunakan merkuri anorganik, yaitu ammoniated


mercury. Ammoniated mercury 1-10% digunakan sebagai bahan pemutih kulit dalam
sediaan krim karena berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Daya pemutih
pada kulit sangat kuat. Karena toksisitasnya terhadap organ-organ ginjal, saraf dan
otak sangat kuat maka pemakaiannya dilarang dalam sediaan kosmetik (WHO, 2011).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MENKES/PER/V/1998


tentang bahan, zat warna, substrat, zat pengawet dan tabir surya pada kosmetik.
Dalam kadar yang sedikitpun merkuri dapat bersifat racun. Mulai dari perubahan
warna kulit, bintik-bintik hitam, alergi, iritasi, serta pada pemakaian dosis tinggi dapat
menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


27
Bahkan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi dapat menyebabkan muntah-
muntah, diare dan kerusakan paru-paru serta merupakan zat karsinogenik (BPOM RI,
2007).

Reaksi pembentukkan amalgam dengan menggunakan koin tembaga. Larutan


sampel diambil sebanyak 1-2ml masukkan kedalam tabung reaksi, teteskan 1-2 tetes
larutan sampel ke koin tembaga, apabila terbentuk endapan merkurium (II)

Setelah di uji ternyata didapat hasil yang berbeda-beda dari setiap sampel
dengan pereaksi yang sama maupun dengan pereaksi yang berbeda. Hal ini mungkin
disebabkan karena sedikitnya kandungan merkuri yang ada pada lotion pemutih
sehingga kurang bisa terdeteksi dengan reaksi selektif pada uji kualitatif atau mungkin
disebabkan adanya faktor-faktor penganggu dalam larutan sampel. Faktor penggangu
adalah pengotor yang terbentuk saat proses pemisahan ion dalam proses destruksi
basah.

C. Kesimpulan
Dalam sampel dr.melany skin care krim malam yang diperiksa positif mengandung
merkuri I dan merkuri II.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


28
LAPORAN RESMI

FITOKIMIA TANAMAN OBAT

Sampel : Bortowali

Percobaan : Uji Fitokimia pada tanaman obat/herbal

Prinsip : Pengujian senyawa potensial antioksidan dengan pemeriksaan kulaitatif

A. Hasil Uji
1. Uji Tanin
Ekstrak ditambah FeCl3 jika terbentuk biru kehijauan menunjukkan adanya
senyawa tanin.
2. Uji Alkaloid
Ekstrak ditambah H2SO4 2N saring dan ekstrak diuapkam kemudian tambahkan
HCL 2N / H2SO4 2N, kocok dan ambil lapisan asam, bagi menjadi tiga tabung:
a) Tabung I ditambah reagen mayer jika terbentuk endapan putih.
b) Tabung II ditambah dengan reagen dragendrof jika terbentuk endapan
jingga.
c) Tabung III ditambah reagen bouchardad jika terbentuk endapan coklat.
3. Uji Flavonoid
Ekstrak ditambah HCl pekat dan logam Mg terbentuk warna merah tambahkan
amil alkohol kemudian dikocok :
o Merah naik ke atas
o Merah tetap dibawah
4. Uji Sterol dan Triterpenoid
Ekstrak diuapkan sampai kering tambahkan asam asetat anhidrat, etil asetat dan
H2SO4 pekat melalui dinding.
 Terpen cincin hijau atau merah
 Steroid cincin hijau / biru
Ekstak dalam plat tetes ditamabah H2SO4 pekat terbentuk larutan merah coklat.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


29
B. Pembahasan

Tanaman brotowali ( Tinospora crispa, L.) merupakan salah satu tanaman


obat yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Toksonomi tanaman brotowali
menurut Haryanto (2001) adalah sebagai berikut:

Devisio : Spermatophyte
Subdevisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyedone
Ordo : Rannculalis
Famili : Menispermae
Genus : Tinospora
Spesies : Tinospora crispa (L) Miers
Khasiat Empirik Tanaman Brotowali

Masyarakat terdahulu biasa menggunakan tanaman brotowali ini untuk


pengobatan berbagai macam penyakit. Bagian tanaman brotowali yang bisa
dimanfaatkan sebagai obat antara lain bagian batang dan daunnya. Batangnya
digunakan untuk pengobatan rematik, memar, demam, merangsang nafsu makan,
sakit kuning, cacingan dan batuk.

Batang brotowali ini ditutupi dengan kutil dan mengandung banyak air.
Rebusan batang brotowali juga merangsang kerja pernapasan dan menggiatkan
pertukaran zat sehingga dapat menurunkan panas. Air rebusan daun brotowali
dimanfaatkan untuk mencuci luka atau penyakit kulit seperti kudis dan gatal- gatal.
Air rebusan daun dan batang brotowali ternyata telah digunakan oleh masyarakat
untuk mengobati penyakit kencing manis.

Kandungan Senyawa Aktif Tanaman Brotowali

Banyaknya manfaat dari tanaman brotowali berkaitan dengan banyaknya jenis


senyawa kimia yang dikandungnya seperti alkaloida, pati, glikosida, zat pahit,
pikroretin, barberin, palmatin dan kolumbin. Batang tanaman brotowali mempunyai
kandungan biokimia seperti alkaloid, pati, glikosida, zat pahit, tanin, pikroetin,
berberin, palmatin dan kokulin (pikrotoksin).

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


30
Alkaloid juga banyak terdapat dalam tumbuhan, khususnya pada Angiospermae
(lebih dari 20% dari semua spesies menghasilkan alkaloid). Alkaloid umumnya hanya
sedikit terdapat pada tumbuhan Gymnospermae, lycopodium, Equisetum, jamur, dan
alga. Alkaloid sangat penting bagi organisme yang memproduksinya. Satu fungsi
utamanya adalah sebagai pelindung dan untuk melawan herbivora maupun predator.
Beberapa alkaloid bersifat sebagai antibakteri, antijamur, dan antiviral; dan
konstituennya mungkin saja menyebabkan keracunan bagi hewan.

Tanin merupakan salah satu zat aktif pada batang brotowali. Tanin merupakan
senyawa polifenol yang mempunyai bobot molekul cukup tinggi dan mengandung
gugus hidroksi fenolik dan gugus karboksil. Gugus karbolsil ini membentuk kompleks
bersama protein.

Kompleks tanin protein umumnya terbentuk adanya ikatan hidrogen dan interaksi
hidrofobik. Zat ini mudah mengalami oksidasi terutama oleh enzim folase yang
terdapat pada tanaman. Tanaman brotowali juga mengandung senyawa aktif
tinokrisposid yang berkhasiat mempercepat keluarnya glukosa melalui peningkatan
metabolisme atau disimpan secara langsung sebagai lemak (Haryanto, 2001).

Efek farmakologi dari brotowali yaitu dapat menyembuhkan berbagai jenis


penyakit. Tanaman brotowali dapat memberikan efek farmakologis yaitu analgesik,
anti-inflamasi, antikoagulan, tonuikum, antiperiodikum, dan diuretikum.

C. Kesimpulan

Dalam sampel simplisia brotowali yang diperiksa mengandung senyawa fitokimia


dengan hasil positif pada Uji Alkaloid ( Dragendroff, Bouchardad ) dan Uji Sterol dan
triterperoid.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


31
DAFTAR PUSTAKA

Sri Katon Sulistyaningrum. Penggunaan Asam Salisilatdalam


Dermatologi.Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, FakultasKedokteran
Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta.

Depkes RI.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta:Depkes RI

Farmakologi UI. 2002. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Gaya Baru : Jakarta

Ghinaa Ramadhani.Analisis Kualitatif Bahan Baku Kafein Metode Konvensional.


Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran:Jawa Barat.

Wiby Puluhulawa,dkk.Analisi dan Penetapan kadar Senyawa Barbiturat. Jurusan


Farmasi, Universitas Negeri Gorontalo.

Anonim.1995.Farmakope Indonesia Edisi V :Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Yusnidar Yusuf dan Fatimah Nisma.2012.Analisa senyawa Pemanis buatan. Jakarta


timur

Parvaneh, V.1997. An Investigation on the Mercury contamination ofpersian gulf fish


bull environ..
Ifving, dkk. 1975. Ammoniate Mercury Toxity in Cattle.

http://document.tips/documents/analisis-kuantitatif-asam-salisilat.doc.html
http://journal.uad.ac.id/index.php/PHARMACIANA/article
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25641/4/Chapter%20I.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27374/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/9010/4/Chapter%20II.pdf
http://www.alodokter.com/asam-salisilat
http://www.farmasiana.com/diazepam/diazepam/
http://www.kamusq.com/2014/02/kafein-adalah-pengertian-dan-definisi.html
https://bukusakudokter.org/2012/12/20/diazepam/
https://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/kovalen/article/download/7538/6012
https://www.deherba.com/bahayanya-nipagin-pada-makanan.html

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


32
.

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


33
LAMPIRAN UJI ASAM SALISILAT

Gambar Uji Jorisson Gambar Uji vitalli-morin

Gambar Uji Zwikker B Gambar Uji marquis

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


34
LAMPIRAN UJI COFFEIN

Gambar 1. Uji Argentum Gambar 2. Uji Parry Gambar 3. Uji Ferrosianat

Gambar 4. Uji Mayer Gambar 5. Uji Argentum

Gambar 7. Uji Jorisson


Gambar 6. Uji Zwikker B

Gambar 8. Uji Marquis

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


35
LAMPIRAN UJI PAPAVERIN

Gambar 1. Uji Marquis Gambar 3. Uji DAB HCl

Gambar 2. . Uji Mayer Gambar 4. K4Fe(CN)6 dan FeCl3

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


36
LAMPIRAN UJI BARBITURAT

Gambar 1. Reagen Millon Gambar 2. Hasil Uji Millon Gambar 3. Hasil Uji
dengan sampel asli Millon dengan
menggunakan Fraksi B

Gambar 5. Hasil Uji Gambar 6. Rg Zwikker B


Gambar 4. Reagen Parry
Parry

Gambar 7. Hasil Uji Gambar 9. Hasil Uji


Zwikker B Gambar 8. Reagen Jorisson
FeCle3

Gambar 10. Hasil Uji


ekstrak dengan reagen
FeCl3 dan K4Fe(CN)6

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


37
LAMPIRAN UJI DIAZEPAM

Gambar 1. Hasil Uji Gambar 2. Reagen Gambar 3. Hasil Uji


Marquis Dragedorf Dragendorf

Gambar 4. Reagen Parry Gambar 5. Hasil Uji Parry Gambar 6. Rg Zwikker B

Gambar 8. Rg K4Fe(CN)6 Gambar 9. Hasil Uji


Gambar 7. Hasil Zwikker B

Gambar 12. Hasil Uji


Gambar 10. Reagen Gambar 11. Hasil Uji ekstrak dengan reagen
FeCle3 Jorison FeCl3 dan K4Fe(CN)6

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


38
Gambar 14. Reagen Gambar 15. Hasil Uji Mayer
Gambar 13. Hasil Uji
mayer
ekstrak dengan reagen
NaOH dan AgNO3

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


39
LAMPIRAN UJI ASAM BENZOAT

Gambar 1. Uji Gambar 2. Reagen AgNO3 Gambar 3. Hasil Uji


Esterifikasi AgNO3

Gambar 6. Reagen
Gambar 4. Reagen Gambar 5. Hasil Uji
FeCl3
H2SO4 2N H2SO4 2N

Gambar 7. Hasil Uji Gambar 8. Hasil uji FeCl3 Gambar 9. Hasil uji
Jorisson dan NH4OH Marquiz

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


40
LAMPIRAN UJI NIPAGIN

Gambar 1. Reagen Gambar 2. Hasil uji Gambar 3. Hasil uji


Millon Millon dengan reagen Deniges
dan NaNO3

Gambar 4. Reagen Gambar 6. Reagen


Gambar 5. Hasil uji FeCl3
HNO3 HNO3

Gambar 7. Hasil uji


Jorisson

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


41
LAMPIRAN UJI SAKARIN

Gambar Uji (+) FeCl3


Gambar Uji (+) FeCl3
Gambar Uji (+) Brom
Thymol

Gambar Uji (+) Kualitatif Gambar Uji (+) Kualitatif


Gambar Uji (+) Brom
Minute Maid Tea Jus
Thymol

Gambar Uji (+) Uji Fenol Gambar Uji (+) Uji


Asam Sulfat Minute Maid Resrcinol Tea Jus

Gambar Uji (+) Uji Gambar Uji (+) Uji Fenol


Resrcinol Minute Maid Asam Sulfat Tea Jus

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


42
LAMPIRAN UJI RAKSA

Gambar Hasil (+) Gambar Hasil (+)


Uji Raksa II Uji Raksa I

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


43
LAMPIRAN UJI FITOKIMIA

Gambar uji Alkaloid Gambar Uji alkaloid Gambar Uji Sterol


(bauchardad) ()(Dragendorf) dan Triterpenoid

Laporan Resmi Toksikologi Klinik


44

Anda mungkin juga menyukai