KELAS : XIII 2 KA
AKSBOA
Komposisi :
Beras 1,4g. Adas 0,7g. Kayu ules 0,7g. Daun cengkeh 0,7g. Dan bahan-bahan Lain hingga 7 gr
Analisis:
ADAS
A.Uji tannin
Sebanyak 20 mg sampel biji adas yang telah dihaluskan, ditambah etanol sampai sampel
terendam semuanya. Kemudian sebanyak 1 ml larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukan dengan terbentuknya
warna hitam kebiruan atau hijau.
B.Uji saponin
Sebanyak 2 g sampel biji adas yang telah dihaluskan dimasukan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan air suling sehingga seluruh cuplikan terendam, dididihkan selama 2-3 menit,
dan selanjutnya didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat. Hasil positif ditunjukan dengan
terbentuk buih putih yang stabil.
C.Uji flavonoid
Sebanyak 200 mg sampel biji adas yang telah diekstrak dengan 5 ml etanol dan dipanaskan
selama lima menit di dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan HCl pekat, kemudian
ditambahkan 0.2 g bubuk Mg. Hasil : positif ditunjukkan dengan timbulnya warna merah tua
dalam waktu 3 menit.
KAYU ULES
A.Uji Fenol
Uji Fenol dengan Metode Spektrofotometer UV-VIS. Dibuat larutan induk asam galat 1000
µg/mL, kemudian dibuat larutan seri dengan 45; 60; 75; 90; 105 µg/mL. Untuk penentuan
panjang gelombang maksimum dilakukan pengukuran pada konsentrasi 45 µg/mL, dipipet 1
mL masukkan kedalam vial tambahkan 5 mL enceran Folin Ciocalteu LP, diamkan selama 8
menit, tambahkan 4 mL NaOH 1 % inkubasi selama 1 jam. Ukur serapan dengan
spektrofotometer UV-Vis dan didapatkan panjang gelombang maksimum 745,5 nm. Untuk
pembuatan kurva kalibrasi dibuat dari masing-masing larutan seri dengan cara yang sama
sehingga didapatkan persamaan regresi linearnya (Kementerian kesehatan republik
Indonesia, 2011).
B.Uji Tanin
Uji Tanin dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Dengan menggunakan katekin sebagai
larutan pembanding. Katekin dilarutkan dalam 10 mL etil asetat P. Pipet 2 mL larutan,
tambahkan 50 mL etil asetat P. Untuk larutan uji dibuat dengan cara yang sama dan di ukur
pada panjang gelombang 279 nm dan 300 nm (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2010).
Penetapan Kadar Minyak Atsiri dengan Metode Kromatografi Gas-Spektrometer Massa (GC-
MS). Kadar minyak atsiri dalam suatu simplisia ditetapkan meggunakan alat destilasi stahl.
Simplisia kulit kayu manis tambahkan air suling,. Tambahkan 0,5 mL toluen ke dalam buret.
Panaskan selama tidak kurang dari 15 menit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2008). Hasil minyak atsiri yang diperoleh diinjeksikan ke dalam alat Kromatografi Gas-
Spektrometer Massa (GC-MS) sebanyak 3 µL untuk mengidentifikasi senyawa yang
terkandung didalam minyak atsiri simplisia kulit kayu manis.
DAUN CENGKEH
A. Uji flavonoid
Dilakukan dengan mengambil ekstrak kental daun cengkeh kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi,dan ditambahkan 10 mL air panas. Larutan tersebut didihkan dan disaring
dalam keadaan panas. Sebanyak 5 mL flitrat diambil dan ditambah dengan 0,1 g serbuk Mg, 1
mL HCl,dan 2 mL amil alkohol. Campuran dikocok dan biarkan memisah. Hasil : Terbentuk
warna kuning atau jingga atau merah pada lapisan amil alkohol memberikan indikasi adanya
flavonoid.
B.Uji saponin
Pada sampel dilakukan dengan mengambil ekstrak kentaldaun cengkeh dan dimasukkan ke
dalamtabung reaksi. Ditambahkan air panas secukup-nya, dikocok selama 15 menit. Hasil :
Bila setelah ditetesi asam klorida 2 N terbentuk buih per-manen selama kurang lebih 10
menit, maka haltersebut memberikan indikasi adanya saponin.
C.Uji tanin
D. Uji Alkaloid
Dilakukan dengan menimbang ekstrak 0,5 gram dan ditambahkan 1mL HCl 2N dan 9 mL
akuades, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkandan disaring. Filtrat
dipakai untuk pengujian pada pereaksi Mayer, Bouchardat, dan Dragendroff.
Pada pereaksi Mayer
Tiga tetes ekstrak daun cengkeh dimasukkan ke dalamtabung reaksi, kemudian tambahkan 2
tetes pereaksi Mayer. Hasil : Akan terbentuk endapan putih atau kuning, hal tersebut
menunjukkan adanya senyawa alkaloid.
Pada pereaksi Bouchardat
Tiga tetes ekstrak daun cengkeh dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
dengan 2 tetes pereaksi Bouchardat. Hasil: Akan terbentuk endapan cokelat sampai hitam,
hal tersebut menunjukkan adanya senyawa alkaloid.
Pada pereaksi Dragendroff
Dilakukan dengan mengambil tiga tetes ekstrakdaun cengkeh dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendroff. Hasil : Akan terbentuk endapan jingga
asampai merah cokelat atau merah bata, haltersebut menunjukkan adanya senyawa alkaloid.
Bila sedikitnya 2 dari 3 pereaksi diatas positif maka sampel mengandung alkaloid.
F. Uji fenol
Ditentukan dengan melarutkan 3 mL larutan ekstrak uji,kemudian dibagi dalam 2 bagian
larutan, yaitu larutan A dan larutan B. Larutan A sebagai blanko sedangkan larutan B
direaksikan dengan larutan besi (III) klorida 10%. Hasil : Akan terbentuk warna biru tua atau
hitam kehijauan menunjukkan adanya fenol.
Komposisi:
Identifikasi:
A.Tambahkan 1 tetes larutan (1 dalam 10) ke dalam campuran 1 mL TS pati dan 9 mL air:
akan menghasilkan warna biru tua.
B.Oleskan 1 mL larutan (1 dalam 10) pada area sekitar 20 cm x 20 cm di atas piring kaca,
dan biarkan mengering pada suhu kamar dalam suasana kelembaban rendah
semalaman: berwarna coklat, kering, film non-noda terbentuk, dan mudah larut
dalam air.
Penetapan kadar:
Komposisi:
Analisis:
VITAMIN C
Sekitar 400mg asam askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan dalam campuran yang terdiri
atas 100mL air bebas oksigen dan 25mL asam sulfat encer. Larutan dititrasi dengan iodium 0.1N
menggunakan indikator kanji sampai terbentuk warna biru. Larutan standar yang digunakan
dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk
sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan
secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer.
VITAMIN E
Sampel ditimbang 10 g, kemudian dihancurkan dengan mortar, ditambahkan 50 ml etanol 40 %
dan 2,5 g asam askorbat, direfluks sampai terkondensasi, ditambahkan 20 ml KOH 60 %,
dilanjutkan refluks 5 menit. Didinginkan dengan air mengalir dan disaring dengan pompa
vakum.Residu diekstrak dengan aseton (2 kali) dan saring kembali.Filtrat yang dihasilkan,
diekstrak dengan 30 ml heksan (2 kali), gunakan labu pemisah. Fase organik dicuci dengan 25
ml NaCl jenuh (2 kali). Disaring dengan Na2SO4 anhidrat.Diambil 10 ml kemudian uapkan
dengan rotavapor pada suhu 40◦C selama 1 jam. Larutan pembanding dilarutkan 10 mg standar
tokoferol ke dalam 100 ml etanol absolut. Larutan standar: dibuat seri larutan standar dengan
mengencerkan larutan kerja menggunakan etanol absolut. Diambil 200 µl baik sampel maupun
standar, ditambahkan 200 µl asam askorbat 20 % lalu vorteks selama 30 detik. Ditambahkan 1
ml etanol 95 %, vorteks kembali selama 30 detik, ditambahkan heksan, vorteks kembali 30
detik. Dibiarkan beberapa detik, kemudian ambil fase atas. Sentrifuse pada 2000 rpm selama 10
menit. Ukur dengan spektroflurometer pada panjang gelombang eksitasi 295 nm dan panjang
gelombang emisi 340 nm.
D-salina extract
A. Metode DPPH
Larutan pereaksi DPPH yang digunakan dibuat dengan melarutkan kristal DPPH dalam pelarut
aseton dengan konsentrasi 0,05 ppm yang dibuat segar, dilakukan pada suhu rendah serta
terlindung dari cahaya. Perlakuan konsentrasi uji antioksidan menurut Hong et al.
(2008). Uji aktivitas antioksidan dilakukan terhadap ekstrak biopigmen dan kontrol (+)
BHT (Butylated hydroxytoluene). Ekstrak biopigmen mikroalgae D. salina dan antioksidan
sintetik BHT dilakukan pengenceran pada konsentrasi 5, 10, 25, 50 dan 100 ppm. Masing –
masing 0,2 ml ekstrak ditambahkan radikal DPPH sebanyak 3,8 ml. Campuran larutan yang telah
direaksikan tersebut diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 30 menit, kemudian masingmasing
larutan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
515 nm. Larutan blanko dibuat dengan mencampurkan 0,2 ml metanol dengan 3,8 ml larutan
DPPH ditabung reaksi maka menjadi larutan yang mengandung DPPH 0,05 ppm. Persentase
penghambatan aktivitas radikal bebas diperoleh dari nilai absorbansi sampel.
Chromium
A. Metode : Destruksi kering
Sampel ditimbang sebanyak lebih kurang 4 g. Dimasukkan ke dalam krus porselen, lalu
diarangkan di atas hotplate dengan suhu 100°C hingga menjadi arang. Kemudian dilakukan
pengabuan kedalam furnace pada suhu 600°C selama 4 jam sampai diperoleh abu berwarna
abu-abu keputihan. Setelah itu pindahkan ke dalam labu ukur 25 mL dan dilarutkan dengan
penambahan 12,5 mL HNO3 6 N. Saring dengan kertas Whatman No.42. larutan ditambahkan
aquadest sampai tanda batas. Lalu dilakukan pengenceran dengan cara memipet larutan
sebanyak 5 mL ditambah 2 mL standar krom 10 ppm dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL
tambahkan aquadest sampai tanda batas. Filtrat yang diperoleh diukur absorban kromnya
menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 357,9 nm. Dilakukan
perlakuan sebanyak 2 kali, masing-masing filtrat dilakukan 3 kali pengulangan pengukuran
absorban. Lalu, validasi dengan metode spektrofotometer serapan atom. Larutan standar krom
dengan konsentrasi 2 ;4 ; 6 ; 8 ; 10 ppm, masing-masing larutan diukur serapannya pada
panjang gelombang 357,9 nm.
Zinc
A. Metode : penetapan kadar abu
Proses pengabuan dilarutkan dengan menambahkan larutan HNO3 pekat sebanyak 10 mL
HNO3 pekat berfungsi untuk melarutkan logam-logam yang terdapat di dalam sampel, karena
HNO3 pekat pelarut logam yang universal dan dapat menstabilkan logam-logam
yang akandianalisis (Hidayati, 2011). Penambahan HNO3 pekat dalam proses pengabuan
bertujuan untuk mengoksidasi semua karbon dan melarutkan garam-garam yang terdapat
dalam sampel. Pengukuran konsentrasi mineral dapat dilakukan dengan menggunakan alat SSA
cuplikan atau sampel yang akan diukur haruslah berupa larutan. Oleh karena itu sampel abu
yang diperoleh dari proses pengabuan dilarutkan dengan HNO3 pekat sebanyak 10 mL
kemudian disaring menggunakan kertas saring pada labu ukur 50 mL dikocok sampai
homogen. Kemudian filtrat yang diperoleh diencerkan dengan aquadest sampai tanda
batas. Selanjutnya, zinc serapannya diukur pada panjang gelombang 213,90 nm. Kandungan
mineral dalam sampel dihitung berdasarkan total beratnya per satuan berat bahan.Sehingga
diperoleh kandungan zinc pada sampel.
SUMBER
https://www.researchgate.net/publication/336368724_ANALISIS_FITOKIMIA_DARI_
RAMUAN_OBAT_TRADISIONAL_UNTUK_NYERI_HAID_KULIT_KAYU_MANIS_Cin
namomum_burmannii_Blume
https://www.academia.edu/40812874/IDENTIFIKASI_SENYAWA_AKTIF_EKSTRAK_
DAUN_CENGKEH_Syzygium_aromaticum_SEBAGAI_INHIBITOR_Streptococcus_m
utans
http://www.uspbpep.com/usp32/pub/data/v32270/usp32nf27s0_m68090.html
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JAK/article/download/2752/10905
http://jsfk.ffarmasi.unand.ac.id/index.php/jsfk/article/download/308/160
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jurnalenggano/article/downloadSuppFile/1355/82
http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/17547
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jgizi/article/download/4347/4024