Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE (INC)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi


Departemen Maternitas di Puskesmas Gondanglegi

Oleh:

Nikmatu Fauziyah
NIM.180070300011054
Kelompok 3

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
A. DEFINISI
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara
spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada
awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-42
minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi yang baik.

B. PENYEBAB PERSALINAN
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim,sirkulasi rahim, pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot
polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi (pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
C. JENIS PERSALINAN
Berdasarkan usia kehamilan, terdapat beberapa jenis persalinan yaitu :
a. Persalinan aterm : yaitu persalinan antara umur hamil 37-42 minggu, berat janin
di atas 2.500 gr.
b. Persalinan prematurus : persalinan sebelum umur hamil 28-36 minggu, berat
janin kurang dari 2.499 gr.
c. Persalinan serotinus : persalinan yang melampaui umur hamil 42 minggu, pada
janin terdapat tanda postmaturitas
d. Peralinan presipitatus : persalinan yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam.
Berdasarkan proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut :
a. Persalinan spontan : bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
dan melalui jalan lahir
b. Persalinan buatan : bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi dengan forceps/vakum, atau dilakukan operasi section caecarea.
Persalinan anjuran : pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup
besar untuk hidup di luar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan
kesulitan dalam persalinan. Persalinan kadang-kadang tidak mulai dengan segera
dengan sendirinya tetapi baru bisa berlangsung dengan dilakukannya
amniotomi/pemecahan ketuban atau dengan induksi persalinan yaitu pemberian
pitocin atau prostaglandin.

D. TANDA DAN GEJALA PERSALINAN


a. Terjadinya Lightening
Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan
 Kontraksi Braxton hicks
 Ketegangan dinding perut
 Ketegangan ligamentum rotandum
 Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
b. Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
 Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
 Dibagian bawah terasa sesak
 Terjadi kesulitan saat berjalan
 Sering miksi ( beser kencing )
c. Terjadinya His permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukakan
sebagai keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu. Hal ini terjadi karena
perubahan keseimbangan estrogen,progesterone, dan memberikan kesempatan
rangsangan oksitosin. Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan
progesterone makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi
yang lebih sering sebagai his palsu. Sifat his permulaan ( palsu ) :
 Rasa nyeri ringan di bagian bawah
 Datangnya tidak teratur
 Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
 Durasinya pendek
 Tidak bertambah bila beraktifitas
d. Tanda masuk dalam persalinan :
Proses persalinan dimulai bila ada tanda-tanda:
 Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat :
 Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
 Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar
 Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
 Makin beraktifitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah
 Pengeluaran lendir dan darah ( pembawa tanda ), Dengan his persalinan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
 Pendataran dan pembukaan
 Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas
 Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
 Pengeluaran Cairan
 Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan . Sebagian ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam. Namun, jika ternyata tidak tercapai,
maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya
ekstraksi vakum atau section caecaria.
e. Penurunan kepala janin akan digambarkan pada tabel di bawah ini :
PERIKSA LUAR PERIKSA DALAM KETERANGAN
 kepala diatas PAP
5/5  mudah digerakkan

 sakit digerakkan
 bagian terbesar
4/5 H I – II
PAP belum masuk
panggul

 bagian terbesar
kepala belum
3/5 H II – III
masuk panggul

 bagian terbesar
kepala sudah
2/5 H III +
masuk panggul

 kepala didasar
panggul
1/5 H III - IV

 di perineum

HV

0/5

Keterangan :
: kepala janin
: PAP
HI : sama dengan atas pintu panggul / PAP
H II : sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simpisis
H III : sejajar dengan H I melalui spina iskhiadika
HV : sejajar dengan H I melalui ujung os coxigis
E. LETAK JANIN PRESENTASI JANIN
Dapat dilakukan dengan pemeriksaan seperti :
1. Letak/presentasi puncak kepala – pada pemeriksaan dalam teraba : UUB (ubun2
besar) terendah. (disumbu panggul) UUK sukar di raba.
2. Letak/presentasi dahi – ada pemeriksaan dalam teraba : UUB,dahi, pangkal, hidung,
pinggir lekuk mata (orbita).
3. Letak/presentasi bokong – pada pemeriksaan dalam teraba : lubang tulang belakang,
krista sakralis media, tuber ishiadikum, ujung tulang tungging, dubur (kemaluan agak
sukar dikenali).
4. Letak/presentasi muka – pada pemeriksaan dalam teraba : dagu, mulut, hidung,
lekuk mata (orbita) Pada letak belakang kepala, perlu diperhatikan mungkin adanya
moulage/ tumpang tindi tulang kepala janin. Moulage dapat menghambat jalannya
proses persalinan secara normal atau spontan. Pada pemantauan kemajuan
persalinan penulisan dalam patograf untuk membedakan ada tidaknya moulage
dapat dilihat berdasarkan simbol sebagai :
1) Simbol 0, jika tidak ada moulage
2) Simbol 1, jika tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
3) Simbol 2, jika tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat
dipisahkan
4) Simbol 3, jika tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi tidak dapat di
pindahkan.

F. FASE PERSALINAN

1. KALA 1
Kala 1 disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan
pembukaan serviks sampai lengkap
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur,
makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran
darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir
porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan
pada saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
1. Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
2. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar
6 jam. Fase aktif terbagi atas :
 Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
 Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
 Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement)
pada primigravida dan multipara :
 Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum
terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat
persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan
pembukaan.
 Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada
ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil
di tengah), sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum
membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis
lebar)
 Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan multipara
(8 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien
primigravida memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
 Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks
terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
 Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
 Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg,
frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai
lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :
 Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus
(mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat
terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput
ketuban dengan dinding dalam uterus.
 Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
 Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan
ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum
pembukaan 5 cm).
Kemajuan persalinan dalam kala I :
a. Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
 Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan
durasi.
 Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah
kiri garis waspada).
 Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
b. Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
 Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
 Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah kanan garis
waspada).
 Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
c. Kemajuan pada kondisi ibu.
 Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau
IV dan berikan analgesik secukupnya.
 Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
 Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang
kurang. Segera berikan dextrose IV.
d. Kemajuan pada kondisi janin.
 Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x /
menit) curigai adanya gawat janin.
 Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi
sempurna digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.

2. KALA 2
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi
telah lahir lengkap. Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih
lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal
Kala 2 ini. Rata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5
jam, dan multipara ± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu
kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu,
dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk
mengeluarkan bayi.
Peristiwa penting pada Kala 2 :
 Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
 Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
 Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
 Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota
badan.
 Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar
jalan lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala) :
 Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu
atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
 Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari
daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3)
kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi
ekstensi dan menegang.
 Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari
diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-
bregmatikus (belakang kepala).
 Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran
ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala
melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
 Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
 Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan
sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi
anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan
bahu belakang.
 Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan
mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter
depan dan belakang, tungkai dan kaki.

3. KALA 3
 Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
 Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
 Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai
dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak
disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
 Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah
bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
 Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar/
di atas pusat.

Sifat His :
 Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).

4. KALA 4
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan :
 Kontraksi uterus harus baik
 Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
 Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
 Kandung kencing harus kosong
 Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
Resume keadaan umum ibu dan bayi.

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN


1. Power / Tenaga
Power utama pada persalinan adalah tenaga/kekuatan yang dihasilkan
oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Gerakan memendek dan
menebalotot-otot rahim yang terjadi sementara waktu disebut kontraksi.
Kontraksi ini terjadi diluar sadar sedangkan retraksi mengejan adalah tenaga
kedua (otot-otot perut dan diafragma) digunakan dalam kala II persalinan.
Tenaga dipakai untuk mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi
yang dihasilkan oleh otot-otot volunter ibu.

Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :


a. His (kontraksi otot uterus) Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos
rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot
rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri
menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke arah
segmen bawah rahim dan serviks.
b. Kontraksi otot-otot dinding perut
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
d. Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum

Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja


dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
a. Kontraksi simetris
b. Fundus dominan
c. Relaksasi
d. Involuntir: terjadi di luar kehendak
e. Intermitten: terjadi secara berkala (berselang-seling)
f. Terasa sakit
g. Terkoordinasi
h. Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis

Perubahan-perubahan akibat his:


a. Pada uterus dan servik, uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan
hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan
serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).
b. Pada ibu rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada
kenaikan nadi dan tekanan darah.
c. Pada janin pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka
timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang
jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus
diperhatikan dari his:
a. Frekuensi his, jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit
atau persepuluh menit.
b. Intensitas his, kekuatan his diukur dalam mmHg. Intensitas dan frekuensi
kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu
persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah
besar jika wanita tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.
c. Durasi atau lama his, lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik,
misalnya selama 40 detik.
d. Datangnya his, apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
e. Interval, jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap
2 sampe 3 menit
f. Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.

His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus,
kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul
beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu
dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu
persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik
maupun mental.

2. Passages/Lintasan
Tulang panggul dibentuk oleh gabungan illium, iskium, pubis, dan tulang-
tulang sacrum. Terdapat empat sendi panggul, yaitu simfisis pubis, sendi
sakroiliaka kiri dan kanan dan sakrokoksiges.

Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua bagian:
panggul palsu dan panggul sejati. Panggul palsu adalah bagian diatas pintu
atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan. Panggul sejati di bagi
menjadi tiga bidang: pintu atas atau permukaan atas, panggul tengah atau
rongga panggul, dan pintu bawah panggul.

Bagian anterior pintu atas panggul yakni batas atas panggul dibentuk
oleh tepi atas tulang pubis; bagian lateralnya dibentuk oleh dibentuk oleh linea
illiopektinea, yakni sepanjang jalan inominata dan bagian posteriornya dibentuk
oleh bagian anterior tepi atas sakrum dan promontorium sakrum. Rongga
panggul tengah merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding anterior
pendek dan dinding posterior yang jauh lebih cembung dan panjang. Rongga
panggul melekat pada bagian posterior simfisis pubis, iscium sebagian illium
sakrum, dan koksigum.

Pintu bawah panggul adalah batas bawah panggul sejati, dilihat dari
bawah berbentuk lonjong, dibagian anterior dibatasi lengkung pubis, dibagian
lateral oleh tuberositas iskium,dan dibagian posterior oleh ujung koksigum,
pada kehamilan tahap akhir, koksigem dapat bergerak (kecuali jika struktur itu
patah, misalnya akibat jatuh dan telah menyatu dengan sakrum ketika sedang
penyembuhan.

Pada ketinggian yang berbeda, bentuk dan saluran ukuran panggul juga
berbeda, diameter bidang pintu atas, panggul tengah, pintu bawah dan sumbu
jalan lahir menentukan mungkin tidaknya persalinan pervaginam berlangsung
dan bagai mana janin dapat menuruni jalan lahir (pergerakan kardinal
mekanisme persalinan).

Empat jenis panggul dasar dikelompokan sebagai berikut:

- Ginekoid (tiple wanita klasik)


- Android (mirip panggul pria)
- Antropoid (mirip panggul kera)
- Platipeloid (panggul pipih)
Panggul ginekoid adalah bentuk yang paling yang paling sering ditemui,
bentuk panggul ginekoid dimiliki oleh 50 % wanita. Bidang-Bidang Hodge :

Hodge I : Setinggi Promontorium ke Pinggir Atas Simfisis Pubis

Hodge II : Sejajar Hodge I setinggi Pinggir Bawah Simfisis Pubis

Hodge III : Sejajar Hodge I dan II setinggi Spina Isisadika

Hodge IV : Sejajar Hodge I, II dan III setinggi Ujung Os Cocygis

Ukuran Panggul

a. Pintu atas panggul


Dari ukuran- ukuran p a p conjungata vera adalah ukuran yang terpenting
dan satu- satunya ukuran yang dapat di ukur dengan mengurangi
conjungata diagonalis dengan 1,5 – 2 cm, tergantung dari lebar dan
inklinasinya symphysis.

b. Bidang Tengah Panggul


Ukuran- ukuran bidang tengah panggul tak dapat diukur secara klinis dan
memerlukan rontgenologis

c. Pintu Bawah Panggul


d. Perhatikan bentuk arcus pubis hendaknya merupakan sudut yang tumpul.

Otot Dasar Panggul

1. Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat antara os


sakrum da illium disebut ligamentum sakro illiaca posterior dan bagian
depan disebut ligamentum sacr illiaca anterio
2. Ligamentum yang menghubungkan anatara os sacrum dan spina ischium
disebut ligamentum sacro spinosum
3. Ligementum antara os sacrum dan os tuber isciadicum dinamakan
ligamentum sacr tuberosum
4. Dasar panggul/ diafragma pelvis terdiri dari bagian otot disebut musculus
levator ani
5. Bagian membran disebut diafragma urogenital
6. Musculus levator ani menyelubungi rektum terdiri dari musculus pubo
coccygeus, musculus illiococcygeus dan musculus ischio coccygeus.
7. Direngah musculus pubococcygeus kanan dan kiri ada hiatus urogenitalis
merupakan celah segitiga.
8. Hiatus dibatasi sekat yang menyelubungi pintu bawah panggul sebelah
depan. Pada wanita sekat ini merupakan tempat keluarnya uretra dari
vagina.
9. Fungsi diafragma pelvis adalah menjaga agar genetalia interna tetap pada
tempatnya. Jika menurun fungsinya maka akan terjadi prolaps.

3. Passenger
1) Janin
Janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa faktor: yakni : ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin.

a. Ukuran Kepala Janin


Ukuran Diameter
- Diameter Sub Occipito Bregmatika 9,5 cm
- Diameter Occipitofrontalis Frontalis ± 12
- Diameter Mento Occipito ± 13,5 cm
- Diameter Submento Bregmatika ± 9,5 cm
- Diameter Biparietal ± 9,5 cm
- Diameter Bitemporalis ± 8 cm
- Ukuran Cirkumferensia
- Cirkumferensia Fronto Occipitalis ± 34 cm
- Cirkumferensia Mento Occipitalis ± 35 cm
- Cirkumferensia Sub Occipitalis Bregmatika ± 32 cm
b. Ukuran Badan Janin
- Bahu
Jarak antara kedua akromion ± 12 cm
Lingkaran Bahu ± 34 cm

- Bokong
Lebar bokong (diameter intertrokanterika) ± 12 cm

- Lingkaran Bokong ± 27 cm
c. Presentasi Janin
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki
pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan

mencapai aterm. Tiga presentasi janin yang utama ialah : kepala (96
%); Sungsang (3%); Bahu (1%). Bagian Presentasi ialah bagian tubuh
janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan
pemeriksaan dalam. Faktor- faktor yang mempengaruhi bagian
presentasi ialah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala
janin.

d. Letak Janin

Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung)

janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam letak :

- Memanjang atau vertikal, dimana sumbu panjang janin paralel


dengan sumbu panjang ibu
- Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin membentuk
sudut terhadap sumbu panjang ibu.
- Letak memanjang dapat berupa presentasi kepalan atau presentasi
sacrum
e. Sikap Janin
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan
bagian yang lain. Hal ini akibat penyesuaian janin terhadap bentuk
rongga rahim. Pada kondisi normal punggung janin sangat fleksi ke
arah dada, dan paha fleksi kearah sendi lutut disebut fleksi umum.
Tangan disilang di depan toraks dan tali pusat terletak diantara lengan
dan tungkai. Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan
saat kelahiran.

Diameter biparietal ialah diameter lintang terbesar kepala janin.


Kepala dalam sikap pleksi sempurna memungkinkan diameter
sukoksipitobregmatika (diameter terkecil) memasuki panggul sejati
dengan mudah.
f. Posisi Janin
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput,
sakrum, mentum(dagu) sinsiput, (puncak kepala yang defleksi/
menengadah) terhadap 4 kuadran panggul ibu. Posisi dinyatakan
dengan singkatan yang terdiri dari hurup pertama masing- masing kata
kunci; OAKa = posisi Oksipitoanterior kanan.

Engagement menunjukan bahwa diameter tranversa terbesar


bagian presentasi telah memasuki pintu atas panggul. Pada presentasi
kepala fleksi dengan benar diameter bivarietal (9,25 cm) merupakam
diameter terlebar.

Engagement dapat diketahui melalui pemeriksaan abdoment


atau pemeriksaan dalam.

Stasiun adalah hubungan antara bagian presentasi janin


dengan garis imajiner (bayangan) yang ditarik dari spina iskiadika ibu,
statiun dinyatakan dalam centimeter, yakni diatas atau dibawah spina.

g. Plasenta
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap
sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada persalinan normal.

h. Air Ketuban
Waktu persalinan air ketuban membuka servik dengan mendorong
selaput janin kedalam ostium uteri, bagian selaput anak yang diatas
ostium uteri yang menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban inilah
yang membuka serviks

4. Psikologis
Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak
tepenuhi paling tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya. Prognosis
keseluruhan wanita tersebut yang berkenan dengan kehadiran anaknya terkena
akibat yang merugikan.

H. PENAPISAN IBU HAMIL


No. Penyulit Ya Tidak
1. Riwayat bedah sesar
Beresiko terjadinya ruptur uteri yaitu robeknya uterus akibat
perlukaan sesar, sehingga berbahaya bagi ibu dan bayi
2. Perdarahan pervaginam, beresiko terjadinya :
a. Solusio plasenta : terlepasnya plasenta lebih dahulu,
Adanya nyeri perut bagian bawah, perut tegang, warna
darah yang dikeluarkan merah tua.
b. Plasenta previa : letak plasenta dibawah atau
menutupi jalan lahir, tidak ada nyeri perut kecuali ada
kontraksi, warna darah merah segar.
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37
minggu)
Beresiko bagi janinnya karena kondisi janin terjadi prematur
yang akibatnya organ-organ janin belum matur, sehingga
janin belum sanggup menjalankan fungsinya dengan
optimal.
4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
Beresiko janin terjadi hipoksia dan ketika lahir terjadi asfiksi
yang dapat membahayakan janin.
5. Ketuban pecah lama
Beresiko terjadinya partus lama sehingga dapat
mengakibatkan infeksi pada ibu dan janin.
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia
kehamilan kurang dari 37 minggu)
Beresiko terjadinya kelahiran prematur yang nantinya dapat
berdampak pada janin yang belum siap untuk dilahirkan.
7. Ikterus
Beresiko terjadi kerusakan pada hepar yang nantinya dapat
mengakibatkan komplikasi pada janin sehingga terjadi
ikterus pada janin.
8. Anemia berat
Beresiko terjadinya IUGR pada janin serta persalinan
dengan komplikasi yang berlebihan.
9. Tanda/gejala infeksi
10. Preeklampsia/hipertensi dalam kehamilan
Beresiko pada ibu dengan terjadinya hipertensi kronik serta
kejangdan beresiko pula pada janin, yaitu pertumbuhan
janin terhambat, kematian janin, perdarahan serebral serta
persalinan prematur.
11. Tinggu fundus uteri 40 cm atau lebih
Tinggi fundus uteri yang tidak sesuai dengan usia kehamilan
bisa di sebabkan (makrosomia, kehamilan ganda),maka
perlu dilakukan pemeriksaan dini, karena makrosomia dapat
menyebabkan distosia bahu dan menyebabkan perdarahan
pasca persalinan.
12. Gawat janin
Ibu yang mengalami gawat janin perlu di lakukan
pemantauan DJJ yang sering, karena gawat janin dapat
berakibat fatal pada janin yang di kandung dan bahkan
dapat menyebabkan kematian pada janin.
13. Primipara dalam fase aktif dengan palpasi kepala janin
masih 5/5
Untuk mengatasinya ibu dapat miring ke kiri ataupun dengan
mengubah posisi ibu dengan jongkok maupun berdiri. Posisi
ini bisa membantu untuk penurunan kepala dan jika tetap
tidak ada penurunan persalinan bisa dilakukan dengan SC.
14. Presentasi bukan belakang kepala
Kelainan pada malpresentasi/malposisi dapat
menyebabkan kesulitan pada proses persalinan,maka ini
bisa dilakukan SC untuk untuk proses persalinannya.
15. Presentasi majemuk
Untuk mencegah letak majemuk dapat dilakukan dengan ibu
posisi sujud.tetapi jika presentasi terendah sudah masuk
PAP posisi sujud tidak dapat mengubah presentasi dan
persalinan harus dilakukan SC.
16. Kehamilan gemelli
Ibu yang mengandung bayi gemeli/kembar perlu dilakukan
SC untuk mengeluarkan bayinya karena di khawatirkan
adanya malpresentasi/malposisi pada salah satu janinnya,
dan juga dapat mengakibatkan perdarahan.
17. Tali pusat menumbung
Untuk mengetahui tali pusat menumbung perlu di lakukan
pemeriksaan ini dengan USG, karena tali pusat menumbung
dapat mengakibatkan perdarahan bahkan juga partus lama
karena tali pusat menutupi jalan lahir.
18. Syok
Untuk mengatasi syok bisa diberikan infus dan oksigen
untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Jika syok
tidak tertangani dapat menyebabkan kematian pada janin
dan ibu.

Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti di atas, pasien harus dirujuk (Ulfa
dkk., 2014).

I. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Kala I
1) Pengkajian Kala I
a) Integritas Ego
- Dapat senang atau cemas
- Nyeri/Ketidak nyamanan
- Kontraksi reguler, peningkatan frekuensi, durasi dan keparahan.
b) Keamanan
Irama jantung janin paling baik terdengar pada umbilicus (tergantung posisi
janin)

c) Seksualitas
Adanya dilatasi serviks, rabas vagina, mungkin lender merah muda,
kecoklatan, atau terdiri dari plak lendir

d) Prioritas keperawatan
- Meningkatkan emosi dan fisik klien/pasangan terhadap persalinan.
- Meningkatkan kemajuan persalinan
- Mendukung kemampuan koping klien/pasangan
- Mencegah komplikasi maternal/bayi.
e) Secara Khusus
- Memeriksa tanda-tanda vital
- Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi cerviks dan penurunan
karakteristik yang mengambarkan kontraksi uterus: Frekwensi, Interval,
Intensitas, Durasi dan Tonus istirahat
- Penipisan cerviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada kehamilan
pertama dan seorang diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya
- Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan
bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan:
 Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus,letrak
janin,penurunan janin
 Pemeriksaan Vagina: membran, cerviks, foetus, station.
 Tes diagnostik dan laboratorium
 Spesimen urin dan tes darah
 Ruptur membran
 Cairan amnion : Warna ,karakter dan jumlah

2) Diagnosa Keperawatan
Fase Laten
a. Nyeri b/d intensitas kontraksi
Tujuan : Klien mampu beradaptasi dengan nyeri.

No Intervensi Rasional
1 Menggunakan teknik pernapasan Tehnik pernapasan dapat
meningkatkan relaksasi otot – otot
abdomen dengan demikian menambah
ukuran kapasitas abdomen sehingga
Mengurangi gesekan (priksi) antara uterus
dan dinding abdomen.
2 Melakukan masage atau gosokan Merupakan suatu tehnik untuk
pada pinggang (teori gate kontrol mengalihkan perhatian ibu dari nyeri
terhadap nyeri)
3 Menganjurkan untuk memberikan air Membantu relaksasi, meningkatkan
hangat untuk mengompres pinggang kenyamanan
bawah
4 Memberikan HE pada klien bahwa Informasi yang cukup dapat
respon nyeri ini sudah indikasi positif dan mengurangi kecemasan dan merupakan
memang harus ada untuk mengakhiri salah satu aspek sayang ibu
kala I dan mendekati kala transisi
b. Ansietas b/d persalinan dan menjelang kelahiran
Tujuan : Klien akan menunjukan rasa cemas teratasi.
No Intervensi Rasional
1 Perkenalkan diri pada klien dan berikan Memperkenalkan diri merupakan salah
support satu pendekatan kepada klien dan
support yang diberikan dapat menambah
semangat hidup klien dalam menanti
kelahiran
2 Komunikasikan peran seperti support Ibu akan lebih mengerti dan memahami
perawatan dan pengetahuan perawat Tentang persalinan, peran perawat
secara verbal dan non verbal
sehingga akan mengurangi rasa takut
dan klien akan tenang
3 Orientasikan klien ke lingkungan (tempat Orientasi terhadap lingkungan membuat
klien lebih mengetahui dan dapat
persalinan) beradaptasi dengan lingkungan tempat
persalinan sehingga akan mengurangi
rasa takut
b. Ansietas b/d persalinan dan menjelang kelahiran
Tujuan : Klien akan menunjukan rasa cemas teratasi.
No Intervensi Rasional
1 Perkenalkan diri pada klien dan berikan Memperkenalkan diri merupakan salah
support satu pendekatan kepada klien dan
support yang diberikan dapat menambah
semangat hidup klien dalam menanti
kelahiran
2 Komunikasikan peran seperti support Ibu akan lebih mengerti dan memahami
perawatan dan pengetahuan perawat Tentang persalinan, peran perawat
secara verbal dan non verbal
sehingga akan mengurangi rasa takut
dan klien akan tenang
3 Orientasikan klien ke lingkungan (tempat Orientasi terhadap lingkungan membuat
klien lebih mengetahui dan dapat
persalinan) beradaptasi dengan lingkungan tempat
persalinan sehingga akan mengurangi
rasa takut

Fase Aktif

a) Defisit volume cairan b/d intake cairan yang tidak adekuat


Tujuan : Klien akan menunjukkan defisit voleme cairan adekuat
No Intervensi Rasional
1 Pertahankan kalori dan elekrolit Kalori dibutuhkan sebagai sumber
energi selama proses persalinan untuk
mencegah Dehidrasi
2 Anjurkan minum air putih selama Cairan lebih cepat diabsorbsi melalui
proses persalinan jika tidak ada mual dan
muntah lambung dibandingkan dengan
makanan padat dan untuk mencegah
dehidrasi
3 Berikan cairan IV secara rutin (dextrosa 5 Memenuhi kebutuhan tubuh akan cairan
% dan RL) dan elekrolit
b) Gangguan eliminasi BAK

Tujuan : Klien menunjukkan pola eliminasi BAK kembali normal

No Intervensi Rasional
1 Catat tentang jumlah dan waktu berkemih Frekuensi lebih sering selama proses
Persalinan
2 Kosongkan kandung kemih setiap 2 jam Kandung kemih yang penuh
menimbulkan ketidaknyamanan dan
turunnya bayi ke pelvis.
3 Kolaborasi pemasangan kateter Membantu dalam mengosongkan
kandung kemih sehingga penurunan
kepala bayi ke pelvis tidak terhambat

c) Ansietas b/d ketidaktahuan tentang situasi persalinan, nyeri pada persalinan


Tujuan : Klien akan mengungkapkan cemas teratasi
No Intervensi Rasional
1 Jelaskan prosedur sebelum memulai Mengingatkan pasien untuk
melakukan tindakan mengendalikan dan mempersiapkan
mentalnya, hal ini akan mengurangi
kecemasan yang dialami
2 Beri gambaran yang jelas tentang Gambaran yang jelas tentang persalinan,
proses persalinan ibu akan lebih memahami dan mengerti
tentang proses persalinan sehingga akan
mengurangi perasaan takut dan pasien
akan tenang
d) Ketidakefektifan koping individu b/d kelemahan dan ketidaknyamanan dari
persalinan

Tujuan : Klien menunjukkan koping efektif

No Intervensi Rasional
1 Catat secara berkala tentang perubahan Catat secara berkala dapat mengetahui
tingkah laku ibu sehingga memudahkan perubahan tingkah laku ibu sehingga
dalam pemberian tindakan. memudahkan dalam pemberian intervensi
2 Anjurkan kepada ibu untuk konsentrasi Konsentrasi dan komunikasi yang baik
akan membantu dalam intervensi
Dalam mengontrol dengan berkomunikasi yang akan dilakukan

3 Menyarankan pada suami untuk Ibu membutuhkan seseorang untuk


Memberi semangat atau dukungan moril
meminta bantuan dan dorongan suami
adalah salah seorang yang sangat
penting

e) Gangguan persepsi sensori

Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan lingkungannya


No Intervensi Rasional
1 Lakukan pendekatan pada klien Pendekatan dilakukan agar klien
dapat berkomunikasi dan merupakan
langkah awal untuk mengenal dan
membimbing klien
2 Bantu klien dalam pengenalan lingkungan Klien dapat beradaptasi terhadap
lingkungan dan mengetahui seluk beluk
ruangan tempat persalinan
3 Jelaskan semua prosedur proses Klien dapat mengerti dan memahami
persalinan tentang proses persalinan

f) Defisit perawatan diri b/d gangguan energi dan nyeri dalam persalinan
Tujuan : Klien mampu merawat diri setelah proses persalinan
No Intervensi Rasional
1 Lakukan teknik effluerage Meningkatkan relaksasi dan kenyamanan
2 Anjurkan ambulasi dan posisi yang Ambulasi dan posisi yang nyaman
nyaman merupakan salah satu cara dalam
melakukan rawat diri pada ibu untuk
mencegah kekakuan
3 Anjurkan klien untuk beristirahat Istirahat merupakan hal yang penting
bagi ibu hamil dalam mengatasi
kelelahan sehingga ibu tetap segar dan
kuat
4 Anjurkan suami untuk memberikan Suami adalah orang yang
bantuan dalam hal perawatan diri terdekat, diharapkakan mampu dalam
membantu merawat istrinya
5 Berikan support dalam melakukan Support yang diberikan akan
perawatan diri menambah semangat ibu dalam
melakukan dan meningkatkan
perawatan terhadap dirinya

 
b. Kala II

1) Pengkajian Kala II

Tanda yang menyertai kala II


- Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir, adanya mual, bertambahnya
perdarahan, gerakan ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan
sering, ibu merasakan tekanan pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban
+/-, perineum menonjol, anus dan vulva membuka, gelisah mengatakan
saya ingin BAB usaha keras tanpa disadari, pada waktu his kepala janin
tampak di vulva

- Melakukan monitoring terhadap:

His (frekuensi, kekuatan, jarak, intensitas), keadaan janin (penurunan janin


melalui vagina), kandung kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan darah.

- Durasi kala II → kemajuan pada kala II:

Primigravida berlangsung 45– 60 menit, multipara berlangsung 15 – 30


menit
2) Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d mengedan dan meregangnya perineum


Tujuan : Ibu dapat mengontrol rasa nyeri yang dialaminya dan meningkatkan rasa
nyaman
No Intervensi Rasional
1 Anjurkan sebaiknya posisi miring kiri Menghidari penekanan pada vena
cava, sehingga meningkatkan sirkulasi
ke ibu maupun janin
2 Pertahankan kandung kemih tetap Kandung kemih yang kosong
dalam keadaan kosong akan memperlancar penurunan bagian
terendah janin dan mengurangi tekanan
sehingga sirkulasi lancar

3 Pertahankan alat tenun dalam keadaan Meningkatkan rasa nyaman ibu


bersih, rapi dan kering

4 Anjurkan ibu untuk kumur-kumur atau Ibu merasa segar dan nyaman
basahi bibir dengan lemon gliserin

5 Jelaskan pada ibu bahwa relaksasi Ibu mengerti dan kooperatif


selama kontraksi sangat penting
6 Anjurkan teknik nafas dalam dan Nafas dalam untuk mengisi paru-paru
ekspirasi melalui hidung
7 Lakukan masase (eufflerage/deep Impuls rasa sakit diblok dengan
back massage/firm counter memberikan rangsangan pada syaraf
pressure/abdominal lifting) berdiameter besar sehingga gate
kontrol tertutup dan rangsangan sakit
tidak diteruskan ke korteks cerebral.
8 Pertahankan rasa nyaman dengan Memberikan posisi yang nyaman pada
pengaturan bantal untuk menyokong ibu dan mengurangi tekanan pada
tubuh daerah punggung yang dapat
menghambat sirkulasi ke jaringan
b. Gangguan konsep diri b/d hilangnya kontrol tubuh BAB
Tujuan :
- Persepsi ibu terhadap pengalamannya melahirkan akan bersifat positif

- Ibu akan berhenti terhadap kemungkinan bab selama melahirkan

- Ibu menerima pergerakan bowel pada saat melahirkan sebagai suatu


yang normal
No Intervensi Rasional
1 Memberitahukan pada ibu, bahwa Motilitas gastro intestinal menurun
bukan merupakan suatu hal yang biasa dalam persalinan dan usaha yang ekspulsif
bagi ibu untuk memiliki pergerakan diiringi penurunan bagian terendah janin
bowel selama melahirkan menyebabkan pengeluaran tinja

2 Bila tinja keluar, bersihkan secepatnya Jika perawat tidak beraksi secara
dan menyumbat bila mungkin, negatif, atensi ibu akan teralihkan dari
sementara ibu memberikan timbal balik pergerakan bowelnya ke usaha mengedan
yang positif dalam usaha mengedan

c. Resiko tinggi cedera pada ibu dan janin b/d penggunaan secara tetap manuver
palpasi, posisi kaki tidak tepat, tindakan yang salah dari penolong
Tujuan : Tidak terjadi cedera pada ibu maupun janin
No Intervensi Rasional
1 Bantu ibu bentuk posisi yang nyaman Memperlancar aliran darah dari ibu ke
yaitu posisi setengah duduk dengan janin dan memudahkan penolong untuk
bahu dan punggung yang ditopang membantu melahirkan
oleh seorang anggota keluarga.
2 Periksa denyut nadi setiap 15 menit dan Untuk mengetahui keadaan umum ibu
ukur tekanan darah
3 Periksa DJJ antara tiap-tiap kontraksi Meningkatan identifikasi awal bahaya
pada fetal
4 Yakinkan ibu dengan kata-kata langsung Ibu tenang dan tetap koopretif
dan dengan cara yang menyenangkan dan
rileks
5 Bila perinium menonjol, anus membuka Merupakan tanda-tanda yang tepat
kepala anak terlihat di depan vulva sat untuk memimpin dan menolong
kontraksi dan tidak masuk maka penolong persalinan
akan mulai memimpin persalinan
6 Penolong cuci tangan dan Mencegah kontaminasi dan transmisi
menggunakan sarung tangan steril dari mikroorganisme
7 Jika ada dorongan untuk mengedan
bantulah persalinan dengan:
o Melahirkan kepala
o Periksa lilitan tali pusat pada leher
o Melahirkan bahu depan dan
belakang
o Melahirkan badan bayi
o Menjepit tali pusat dengan 2 klem
dan gunting diantara kedua klem
tersebut
o Menaikan bayi lebih tinggi dari perut
ibu dan menaruh diatas perut ibu
o Melakukan palpasi abdomen untuk
mengetahui kemungkinan adanya
janin yang lain
o Injeksi oksitoksin
c. Kala III

1) Pengkajian Kala III

Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:


a) Adanya kontraksi yang kuat

b) Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk bulat


pipih sehingga plasenta bergerak kebagian bawah
c) Keluarnya darah hitam dari intrauterus

d) Terjadinya perpanjangan tali pusat sebagai akibat plasenta akan


keluar.

e) Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan vagina


atau rektal, atau membran fetus terlihat pada introitus vagina)

f) Status fisik dan mental

g) Perubahan secara psikologi setelah melahirkan akan dijumpai,


curah jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi maternal
ke plasenta berhenti, didapatkan melalui pemeriksaan:

h) Suhu, nadi, dan pernafasan

i) Pemeriksaan terhadap perdarahan : warna darah dan jumlah darah

j) Tanda-tanda masalah potensial

k) Saat praktisi keperawatan primer mengeluarkan plasenta perawat


mengobservasi tanda-tanda dari ibu, perubahan tingkat kesadaran
atau perubahan pernafasan
2) Diagnosa Perawatan
a. Koping individu tidak efektif b./d. selesainya proses persalinan yang berbahaya
bagi neonatus dan kurang pengalaman merasakan tahap ketiga persalinan
Tujuan : Pasien berpartisipasi secara aktif dalam pengeluaran plasenta

No Intervensi Rasional
1 Jelaskan pada ibu dan suaminya apa Untuk mendapatkan kerja sama
yang diharapkan dalam tahap ke 3
dari persalinan
2 Pertahankan posisi ibu Untuk memudahkan lahirnya plasenta
3 Tanyakan pada ibu jika ia ingin Mengikuti kebiasan budaya tertentu
mengeluarkan plasenta dengan cara
khusus

b. Kelelahan b/d pengeluaran energi selama persalinan dan kelahiran


Tujuan : Energi ibu pulih kembali
No Intervensi Rasional
1 Ajarkan ibu dan suaminya tentang Untuk memastikan bahwa ibu dapat
perlunya istirahat dan tentukan waktu- memulihkan energi yang hilang
waktu tertentu untuk istirahat dan tidur dalam persiapan untuk merawat bayi baru
lahir
2 Observasi tingkat kelelahan ibu dan Untuk memastikan pemulihan energi
jumlah istirahat yang seharusnya

c. Resiko defisit velume cairan b/d penurunan intake cairan yang hilang selama proses
persalinan
Tujuan : Keseimbangan cairan diperetahankan dan tidak ada tanda-tanda
dehidrasi

No Intervensi Rasional
1 Monitor kehilangan cairan (darah, Untuk menilai status hidrasi
urine, pernapasan) dan tanda-tanda vital,
inspeksi turgor kulit dan membran
mukosa terhadap kekeringan

2 Berikan cairan secara oral/parenteral Untuk mempertahankan hidrasi


sesuai anjuran dokter
3 Monitor keras lembutnya uterus setelah Untuk memastikan kontraksi uterus yang
adekuat dan mencegah kehilangan darah
lepasnya plasenta
lebih lanjut

4 Berikan obat-obatan sesuai anjuran dokter Untuk membantu kontraksi uterus

e. Kala IV

1) Pemeriksaan pada kala IV

a. Tanda tanda vital

Vital sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa potensial, komplikasi
seperti perdarahan dan hipertermia. Pada kala IV observasi vital sign sangat
penting untuk mengetahui perubahan setelah melahirkan seperti: pulse
biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama dan mengalami
perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari cardiovaskuler.

b. Pemeriksaan fundus dan tingginya,selama waktu itu pengosongan kandung


kemih mempermudah pengkajian dan hasilnya lebih tepat.

c. Kandung kemih

Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika kandung kemih


menengang akan mencapai ketinggian suprapubik dan redup pada perkusi.
Kateterisasi mungkin diperlukan mencegah peregangan kandung kemih dan
retensi kandung kencing jika klien tidak bisa kencing.

d. Lochia

Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan kain
dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat dicatat
hasil dan bekuannya.

e. Perineum

Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk mengiring dan


melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan perlahan-lahan
mengangkat bokong untuk melihat perineum.
f. Temperatur

Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan dengan keadaan
temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas normal selama rentang
waktu satu jam pertama, kenaikan pada periode ini mungkin berhubungan dengan
dehidrasi atau kelelahan.

g. Kenyamanan

Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang didapatkan selama persalinan
akan berpengaruh terhadap persepsi ketidak nyamanannya

h. Tanda-tanda potensial masalah : Karena pendarahan dapat menyebabkan


potensial masalah komplikasi,perawat harus waspada adanya potensial
komplikasi

2) Diagnosa Keperawatan

a. Resiko kekurangan volume cairan (perdarahan) b/d Atonia uterus setelah


melahirkan

Tujuan : Perdarahan tidak terjadi sampai klien pulang

No Intervensi Rasional
1 Monitor TTV, warna kulit, dan tonus Penting untuk mengidentifikasi
uterus perubahan dalam vital sign dan tonus
uterus segera untuk menghentikan
perdarahan post partum
2 Kaji posisi uterus dan lokhia yang Jika fundus tidak dirasakan pada
keluar, masagge fundus uterus pertengahan setinggi umbilikus, ini
menunjukkan distensi blast. Massage
fundus uterus merangsang otot-otot
uterus untuk berkontraksi
3 Kaji distensi kandung kemih Distensi blas dapat mendorong uterus ke
luar dari tempatnya dan menambah
atonia uterus
b. Nyeri b/d terputusnya kontuinitas jaringan akibat proses persalinan
Tujuan : Setelah kita memberikan intervensi sebelum pulang, nyeri berkurang
sampai hilang
No Intervensi Rasional
1 Anjurkan untuk merubah posisi selang Tekanan dari tempat satu posisi dapat
seling dan menghindari duduk untuk menyebabkan bertambahnya nyeri
beberapa waktu
2 Berikan bantal untuk alas ketika duduk Untuk meningkatkan kenyamanan
di kursi
3 Pemberian analgetik sesuai program Analgetik bekerja pada bagian atas otak
dokter untuk mengurangi rasa nyeri

4 Beri penjelasan mengenai rasionalisasi Penggunaan bantuan topikal


dari nyeri dan masage uterus dengan Meningkatkan kenyamanan di daerah
halus perianal

c. Tidak efektifnya menyusui b/d kurangnya pengalaman


Tujuan : Setelah kita memberikan intervensi klien dapat mengerti dan bisa
melaksanakan sesuai dengan cara-cara menyusui yang baik

No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan ibu mengenai Untuk mengetahui sejauh mana
cara menyusui yang baik pengetahuan ibu dalam menyusui
bayinya sehingga kita dapat membantu
tentang bagaimana teknik menyusui yang
baik
2 Kaji konsistensi payudara dan Apakah terjadi bendungan pada
lakukan massage payudara dan untuk merangsang
pembentukan ASI, sehingga mengatasi
bendungan

3 Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya Isapan bayi merangsang oksitosin


sesering mungkin sehingga merangsang refleks letdown
yang menyebabkan ejeksi ASI ke sinus
laktiferus kemudian duktus yang ada
pada putting/ areola
4 Berikan HE pada ibu tentang Untuk memotivasi ibu dalam melakukan
pentingnya perawatan payudara perawatan payudara secara dini

DAFTAR PUSTAKA

Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID

FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Gary dkk. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.

Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.

Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo..

Anda mungkin juga menyukai