Anda di halaman 1dari 38

NASKAH AKADEMIK

JABATAN FUNGSIONAL
PERAWAT KETERAMPILAN
DAN ANGKA KREDITNYA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan semakin tinggi dan


berubah sesuai dengan perubahan dalam masyarakat. Sehingga mengharuskan
tenaga kesehatan juga memacu diri untuk menyesuaikan dengan perubahan
masyarakat tersebut, keperawatan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat juga
harus berubah menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan berkembang sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, profesi, kewenangan dan
tanggung jawab profesi. Pelayanan keperawatan yang diberikan seluas luasnya
untuk kepentingan klien sebagai manusia yang bersifat holistik dalam tatanan
pelayanan keperawatan primer, sekunder dan tertier.
Sejalan arah pembangunan kesehatan, adanya tuntutan kuat dari segenap
lapisan masyarakat terhadap pemerintah untuk segera diadakan reformasi
birokrasi dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Aparatur
Sipil Negara diharapkan memiliki integritas, profesional mempunyai kompetensi
serta adanya kejelasan karir, sebagaimana Undang-Undang nomor 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara perlunya dikembangkan Aparatir Sipil Negara
(ASN) dengan Jabatan Fungsional.
Keberadaan Jabatan Fungsional Perawat telah ditetapkan serta diatur
dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN)
No. 94/Kep/Men.PAN/11/2001 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka
Kreditnya. Surat Keputusan MENPAN tersebut telah direvisi dan disesuaikan
dengan perkembangan dan kebijakan-kebijakan yang baru. Revisi ini
dibutuhkan untuk mengantisipasi berkembangnya masyarakat dan berbagai
bentuk pelayanan profesional serta adanya perubahan kebijakan dalam bidang
kesehatan yang juga mencakup keperawatan yang menyebabkan terjadinya
pergeseran peran keperawatan dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Hasil revisi tersebut tertuang dalam PerMenpan-RB Nomor
25 tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya.
Dari evaluasi pelaksanaan PerMenpan-RB Nomor 25 tahun 2014 selama 2
tahun (tahun 2015 s.d tahun 2016), teridentifikasi beberapa permasalahan yang
menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap penyesuaian beberapa
kebijakan yang harus diikuti terkait jabatan fungsional tenaga kesehatan.
Permasalahan tersebut diantaranya: perbedaan nomenklatur pada jenjang

1
jabatan kategori keterampilan yang seharusnya masih menggunakan
nomenklatur lama dan belum menggunakan istilah yang tertuang dalam UU No.
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; pelaksanaan Uji Kompetensi untuk
kenaikan jenjang jabatan fungsional; pelaksanaan program Pengakuan
Pembelajaran Lampau (PPL); serta besaran angka kredit pada beberapa butir
kegiatan pada jenjang keterampilan yang dinilai terlalu besar. Berdasarkan
permasalahan tersebut diatas, maka perlu dilakukan revisi dan peninjauan
ulang terhadap PerMenpan-RB Nomor 25 tahun 2014.
Sehubungan dengan hal tersebut itu, Direktorat Pelayanan Kesehatan
Rujukan sebagai unit pembina teknis yang bertanggung jawab terhadap Jabatan
Fungsional Perawat perlu melakukan revisi terhadap Keputusan. PerMenpan-RB
Nomor 25 tahun 2014. Bagian yang akan disempurnakan atau direvisi akan
dibahas dalam naskah akademik ini dan akan dijelaskan justifikasi pentingnya
revisi berdasarkan analisis dan hasil implementasi di lapangan. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia sangat mengharapkan dukungan dari berbagai
pihak, khususnya Kementerian Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, Badan Kepegawaian Negara, dan Kementerian Dalam Negeri, sehingga
revisi PerMenpan-RB Nomor 25 tahun 2014 dapat terlaksana dengan baik. Atas
dukungan tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………….............................................. 4
B. Maksud dan Tujuan Penetapan Jabatan Fungsional …….. 6

BAB II. GAMBARAN UMUM


A. Keadaan Tenaga Perawat ………………............................ 9
B. Keadaan yang diinginkan................................................. 16

BAB III. KONSEP JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT


A. Dasar Hukum.......................................................... 20
B. Pengertian ............................................................….. 21
C. Rumpun Jabatan dan Kedudukan.............................. 22
D. Kategori dan Jenjang Jabatan Fungsional................... 22
E. Tugas Jabatan, Unsur dan Sub Unsur Kegiatan.......... 23
F. Uraian Kegiatan dan Hasil Kerja.................................... 24
G. Pengangkatan dalam Jabatan..................................... 29
H. Kompetensi................................................................ 30
I. Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji................ 30
J. Penilaian Kinerja..................... ................................... 30
K. Kenaikan Pangkat dan Kenaikan Jabatan ................. 31
L. Pelatihan……………………............................................ 31
M. Kebutuhan ASN dalam Jabatan Fungsional (Formasi).. 32
N. Pemberhentian dari Jabatan………………………....…… 32
O. Instansi Pembina ……......................................... 32
P. Batas Usia Pensiun..................................................... 33
Q. Organisasi Profesi ....................................................... 33
R. Substansi perubahan ……………………………………..…. 33

BAB IV. PENUTUP................................................................. 37


LAMPIRAN
Kompetensi Teknis
Kompetensi Manajerial
Kompetensi Sosio Kultural

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025
menetapkan bahwa pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis, serta tercapainya Visi Indonesia Sehat Tahun 2025
“Masyarakat Yang Proaktif Berperilaku Sehat”. Visi tersebut dapat terwujud
bila pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan diberikan secara
profesional dan menjangkau seluruh masyarakat.
Sensus Penduduk Indonesia 2010 menunjukkan data jumlah
penduduk Indonesia adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang bertempat
tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118.320.256 jiwa (49,79%) dan di
daerah perdesaan sebanyak 119.321.070 jiwa (50,21%). Untuk
mempermudah akses pelayanan kesehatan pada masyarakat, Kementerian
Kesehatan telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan berupa
puskesmas rawat inap sebanyak 3.401 unit dan puskesmas non rawat inap
sebanyak 6.358 unit dengan jumlah total 9.759 unit. Untuk pelayanan
rujukan Kementerian Kesehatan telah menyiapkan 2.655 rumah sakit, terdiri
dari 2.090 rumah sakit umum dan 565 rumah sakit khusus
(http://sirs.yankes.kemkes.go.id, April 2017). Fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut membutuhkan perawat yang kompeten untuk melakukan layanan
keperawatan pada tingkat primer, sekunder dan tersier dalam berbagai area
praktik.
Masalah keperawatan sebagai bagian masalah kesehatan yang dihadapi
masyarakat juga terus-menerus berubah, karena berbagai faktor yang
mendasarinya juga terus mengalami perubahan. Berkembangnya masyarakat
dan berbagai bentuk pelayanan profesional serta kemungkinan adanya
perubahan kebijakan dalam bidang kesehatan yang juga mencakup
keperawatan memungkinkan terjadinya pergeseran peran keperawatan dalam
sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

4
Tuntutan yang meningkat dari masyarakat akan pelayanan kesehatan
yang berkualitas mengharuskan perawat bekerja secara terampil, cepat dan
tepat sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan klien dan keluarga.
Perawat kategori keterampilan dituntut untuk memberikan pelayanan secara
komprehensif sesuai jenjangnya dengan supervisi dari perawat ahli. Kondisi
ini menuntut upaya konkrit dari profesi keperawatan, yaitu pelayanan yang
mudah diakses oleh semua masyarakat termasuk masyarakat terpencil
sekalipun. Perawat perlu mengantisipasi: (1) perkembangan pendidikan
membuat masyarakat memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan hak dan
hukum, menuntut berbagai bentuk dan jenjang pelayanan kesehatan yang
profesional, dan rentang kehidupan daya ekonomi masyarakat semakin
melebar; (2) Sistem pemberian pelayanan kesehatan meluas mulai dari
teknologi yang sederhana sampai pada teknologi yang sangat canggih,
perubahan dari pola penyakit infeksius menjadi penyakit keganasan; (3) Ilmu
pengetahuan dan teknologi terus berkembang dan harus dimanfaatkan secara
tepat guna; (4) Tuntutan profesi terus meningkat didorong oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi medis, permasalahan internal
pada profesi keperawatan, dan era kesejagatan.
Jumlah tenaga perawat yang tersebar di wilayah Indonesia mencapai
223.910 orang (Profil Kesehatan 2015) dan diperkirakan komposisi perawat
Indonesia berdasarkan kompetensi pada tahun 2014-2019 terdiri dari
perawat vokasional dengan sertifikat ketrampilan (60%), Ners Generalis
dengan sertifikasi ketrampilan (20%), Ners Generalis dengan sertifikat
keterampilan lanjutan (15%), dan Ners Spesialis (5%). Saat ini perawat
dituntut untuk dapat bekerja dalam tim secara interprofesional guna
mewujudkan iklim kemitraan (partnership) sehingga menjamin pelayanan
yang diberikan berkualitas dan aman bagi pasien dan masyarakat.

Perubahan-perubahan diatas berpengaruh terhadap pengembangan


sumber daya manusia perawat yang salah satunya jabatan fungsional tenaga
perawat. Pada tahun 2014 telah ditetapkan PerMenpan-RB Nomor 25 Tahun
2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya sebagai revisi
atas Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan
Angka Kreditnya. Namun, dari evaluasi implementasi Permenpan tersebut
selama 2 tahun (tahun 2015 s.d tahun 2016), teridentifikasi beberapa
permasalahan yang berdampak pada penyesuaian beberapa kebijakan terkait

5
jabatan fungsional perawat. Permasalahan tersebut diantaranya: perbedaan
nomenklatur pada jenjang jabatan terampil yang tidak sejalan dengan UU No.
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pelaksanaan Uji Kompetensi
kenaikan jenjang jabatan fungsional, pelaksanaan program Pengakuan
Pembelajaran Lampau (PPL), serta besaran angka kredit pada beberapa butir
kegiatan yang dinilai terlalu besar. Berdasarkan permasalahan tersebut
diatas, maka perlu dilakukan revisi dan peninjauan ulang terhadap
PerMenpan-RB Nomor 25 Tahun 2014.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, pada pasal 69 dijelaskan bahwa terdapat 2
(dua) kategori jabatan yaitu (1) Jabatan Fungsional Keahlian dan (2) Jabatan
Fungsional Keterampilan. Naskah akademik ini akan menjelaskan pentingnya
jabatan fungsional kategori keterampilan.

B. Maksud dan Tujuan Penetapan Jabatan Fungsional


1. Maksud
Penetapan Jabatan Fungsional Perawat sebagai penyempurnaan dari
Jabatan Fungsional Perawat, dalam hal pembinaan karir kepangkatan,
jenjang jabatan serta peningkatan pelayanan yang profesional dan sistem
reward yang sesuai bagi tenaga Perawat kategori keterampilan.

2. Tujuan
Jabatan Fungsional Perawat disusun untuk:
a. Memperkuat kinerja instansi/organisasi dalam upaya meningkatkan
upaya pelayanan keperawatan yang lebih menitikberatkan pada upaya
promotif dan preventif, dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif
dan rehabilitatif pada semua tatanan pelayanan kesehatan, sesuai
dengan pendekatan keperawatan holistik dan komprehensif.
b. Upaya pembinaan dan pengembangan jenjang karir jabatan fungsional
Perawat menjadi lebih jelas, terarah dan memenuhi kebutuhan
pelayanan keperawatan.

Penyempurnaan peraturan ini bertujuan untuk melakukan perubahan


peraturan terhadap Keputusan MENPAN tentang Jabatan Fungsional
Perawat yang telah ada agar dapat menyesuaikan dengan kebijakan terkini
yang berlaku. Komponen penyempurnaan PerMenpan-RB Nomor 25 Tahun

6
2014 berdasarkan permasalahan yang ada antara lain:
a. Penyesuaian nomenklatur pada jenjang jabatan terampil agar sejalan
dengan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
b. Penyesuaian kebijakan pelaksanaan Uji Kompetensi kenaikan jenjang
jabatan fungsional.
c. Penyesuaian kebijakan pelaksanaan program Pengakuan Pembelajaran
Lampau (PPL).
d. Revisi besaran angka kredit pada beberapa butir kegiatan yang dinilai
terlalu besar.

3. Manfaat Jabatan Fungsional Perawat


Dengan ditetapkannya Jabatan Fungsional Perawat diharapkan
upaya pelayanan keperawatan dapat terlaksana dengan baik sehingga
memberikan manfaat bagi masyarakat, individu yang bersangkutan, dan
institusi tempat bekerja.
a. Manfaat bagi masyarakat
1. Masyarakat mendapatkan layanan kesehatan yang aman dan
berkualitas dari perawat yang kompeten sesuai jenjangnya.
2. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa pelayanan
keperawatan diberikan oleh perawat yang kompeten dan memiliki
kewenangan sesuai kualifikasi dan jenjangnya.
b. Manfaat bagi individu/pemangku jabatan fungsional
1. Memiliki kejelasan kualifikasi sesuai dengan jenjang karir.
2. Memiliki kewenangan memberikan pelayanan keperawatan
berdasarkan jenjang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Memiliki kesempatan meningkatkan peringkat jabatan fungsional
sampai pada jenjang ahli utama.
4. Memotivasi perawat untuk memberikan pelayanan yang berfokus
pada pasien.
5. Pengakuan dan penghargaan bagi individu perawat sebagai
profesi.
c. Manfaat bagi institusi tempat bekerja:
1. Memperkuat tugas institusi dalam upaya penyelenggaraan
pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan yang efektif dan
efisien.

7
2. Meningkatkan fungsi pengelolaan SDM perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan
yang efektif dan efisien.

d. Manfaat bagi profesi keperawatan


Meningkatkan keberadaan profesi keperawatan sebagai profesi yang
diakui yang memberikan pelayanan yang komprehensif dan
profesional sesuai keilmuan keperawatan.

8
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Tenaga Perawat


1. Rasio Keadaan Perawat
Jumlah perawat yang memiliki STR menurut data MTKI per 31 Desember
2015 adalah 384.971 orang dari 550.000 perawat yang terdaftar, dengan
demikian rasio perawat dengan penduduk per 31 Desember 2015 adalah
150,7 per 100.000 penduduk. Angka ini belum mencapai Rencana
Pengembangan Tenaga Kesehatan sebesar 162,4 per 100.000 penduduk.
Jumlah perawat dengan status Aparatur Sipil Negara (ASN) sebanyak
155.544 orang dari 384.971 ASN atau sekitar 4% (Sistem Informasi BKN,
2016).

2. Selisih Ketersediaan Tenaga Perawat di Fasyankes

Tabel berikut ini memperlihatkan selisih data ketersediaan perawat


dengan data yang bekerja di fasyankes yang bersumber dari Sekretariat
BPPSDMK.
Tabel 2
Selisih Data Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Fasyankes dan
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia Tahun 2015
PERAWAT
NO PROVINSI
MTKI FASYANKES SELISIH
1 ACEH 22.036 8.386 13.650
2 SUMATERA UTARA 26.362 9.785 16.577
3 SUMATERA BARAT 9.497 5.750 3.747
4 RIAU 12.910 5.870 7.040
5 JAMBI 6.706 3.354 3.352
6 SUMATERA 15.624 7.899 7.725
SELATAN
7 BENGKULU 4.127 2.739 1.388
8 LAMPUNG 9.750 4.167 5.583
9 KEP. BANGKA 3.745 2.149 1.596
BELITUNG
10 KEPULAUAN RIAU 3.012 2.391 621
11 DKI JAKARTA 30.083 12.846 17.237
12 JAWA BARAT 37.990 24.844 13.146
13 JAWA TENGAH 58.652 29.546 29.106
14 DI YOGYAKARTA 8.427 4.715 3.712
15 JAWA TIMUR 10.707 25.417 -14.710
16 BANTEN 9.439 8.010 1.429
17 BALI 5.493 5.150 343
18 NUSA TENGGARA 6.107 4.333 1.774
BARAT
19 NUSA TENGGARA 7.727 4.782 2.945
TIMUR
20 KALIMANTAN 7.571 4.048 3.523
BARAT
21 KALIMANTAN 4.159 3.522 637
TENGAH

9
PERAWAT
NO PROVINSI
MTKI FASYANKES SELISIH
22 KALIMANTAN 7.755 3.951 3.804
SELATAN
23 KALIMANTAN 8.134 6.189 1.945
TIMUR
24 SULAWESI UTARA 306 1.295 -989
25 SULAWESI TENGAH 4.895 3.092 1.803
26 SULAWESI 3.896 4.152 -256
SELATAN
27 SULAWESI 33.248 10.723 22.525
TENGGARA
28 GORONTALO 7.619 2.671 4.948
29 SULAWESI BARAT 1.470 1.053 417
30 MALUKU 3.650 1.548 2.102
31 MALUKU UTARA 4.084 2.661 1.423
32 PAPUA BARAT 1.679 1.952 -273
33 PAPUA 2.753 1.458 1.295
INDONESIA 379.613 220.448 159.165

Selisih data pada tabel 2 di atas merupakan pengurangan data yang


teregistrasi di MTKI dengan data yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan
(RS dan puskesmas), banyaknya data perawat yang teregistrasi di MTKI
dibandingkan dengan data perawat kemungkinan disebabkan:
a. perawat tidak semua bekerja difasilitas pelayanan kesehatan;
b. belum seluruh yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan
terregistrasi di MTKI.

3. Jumlah Perawat di Puskesmas


Tabel 3
Ketersediaan dan Distribusi Tenaga Perawat
PUSKESMAS TANPA
PERAWAT
JML PERAWAT
NO PROVINSI
PUSK RATA-RATA/ JUM
KETERSEDIAAN % PUSK
PUSK PUSK
1 Aceh 339 3.201 9,44 24 7,08%
2 Sumatera Utara 571 3.602 6,31 71 12,43%
3 Sumatera Barat 264 1.998 7,57 9 3,41%
4 Riau 211 2.821 13,37 7 3,32%
5 Jambi 176 1.639 9,31 4 2,27%
6 Sumatera Selatan 321 4.145 12,87 14 4,35%
7 Bengkulu 180 1.522 8,46 6 3,33%
8 Lampung 290 1.768 6,10 36 12,41%
9 Kep. Bangka Belitung 61 762 12,49 3 4,92%
10 Kep. Riau 73 869 12,07 7 9,72%
11 DKI Jakarta 340 1.024 3,01 76 22,35%
12 Jawa Barat 1.050 5.565 5,30 49 4,67%
13 Jawa Tengah 875 5.915 6,76 28 3,20%
14 DI Yogyakarta 121 658 5,44 1 0,83%
15 Jawa Timur 960 8.889 9,26 32 3,33%
16 Banten 231 1.891 8,19 6 2,60%
17 Bali 120 659 5,49 22 18,33%
18 Nusa Tenggara Barat 158 1.828 11,57 2 1,27%
19 Nusa Tenggara Timur 370 2.496 6,75 63 17,03%

10
20 Kalimantan Barat 238 2.006 8,43 7 2,94%
21 Kalimantan Tengah 195 1.945 9,97 21 10,77%
22 Kalimantan Selatan 228 1.568 6,85 12 5,24%
23 Kalimantan Timur 174 1.938 11,14 13 7,47%
24 Kalimantan Utara 48 618 12,88 13 27,08%
25 Sulawesi Utara 187 1.310 7,01 44 23,53%
26 Sulawesi Tengah 184 1.330 7,11 24 12,83%
27 Sulawesi Selatan 446 3.626 8,13 53 11,88%
28 Sulawesi Tenggara 269 1.469 5,46 46 17,10%
29 Gorontalo 93 570 6,13 5 5,38%
30 Sulawesi Barat 94 805 8,56 2 2,13%
31 Maluku 197 1.450 7,29 31 15,58%
32 Maluku Utara 127 888 6,99 12 9,45%
33 Papua Barat 149 650 4,36 52 34,90%
34 Papua 394 1.886 4,79 140 35,53%
INDONESIA 9.740 73.311 7,53 935 9,60%
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 31 Desember 2015

Secara nasional masih terdapat 9,60% puskesmas yang tidak memiliki


tenaga perawat. Berdasarkan data ketersediaan tenaga perawat di
puskesmas, rerata jumlah tenaga perawat per puskesmas secara
nasional adalah 7,53 perawat, bervariasi dari yang terkecil yaitu 3,01 di
Provinsi DKI Jakarta dan Propinsi Papua Barat (4,36), rerata terbesar
yaitu 13,37 di Provinsi Riau dan Propinsi Sumatera Selatan (12,91).

4. Jumlah Perawat di Rumah Sakit


Tabel 4 menggambarkan jumlah keadaan perawat di RS serta jumlah RS
yang tidak mempunyai tenaga tersebut.

Tabel 4
Ketersediaan dan Distribusi Perawat
JML RS TANPA PERAWAT
NO PROVINSI JML RS JML PERAWAT
JML RS %
1 ACEH 66 5.185 10 15,15%
2 SUMATERA UTARA 185 6.183 104 56,22%
3 SUMATERA BARAT 65 3.752 18 27,69%
4 RIAU 68 3.049 27 39,71%
5 JAMBI 34 1.715 5 14,71%
6 SUMATERA SELATAN 63 3.754 17 26,98%
7 BENGKULU 20 1.217 2 10,00%
8 LAMPUNG 61 2.399 14 22,95%
9 KEP. BANGKA BELITUNG 17 1.387 3 17,65%
10 KEPULAUAN RIAU 25 1.522 8 32,00%
11 DKI JAKARTA 179 11.822 113 63,13%
12 JAWA BARAT 312 19.279 115 36,86%
13 JAWA TENGAH 280 23.631 83 29,64%
14 DI YOGYAKARTA 74 4.057 25 33,78%
15 JAWA TIMUR 360 16.528 212 58,89%
16 BANTEN 89 6.119 26 29,21%
17 BALI 55 4.491 16 29,09%
18 NUSA TENGGARA BARAT 28 2.505 6 21,43%

11
19 NUSA TENGGARA TIMUR 44 2.286 7 15,91%
20 KALIMANTAN BARAT 44 2.042 10 22,73%
21 KALIMANTAN TENGAH 20 1.577 1 5,00%
22 KALIMANTAN SELATAN 35 2.383 11 31,43%
23 KALIMANTAN TIMUR 48 4.251 10 20,83%
24 KALIMANTAN UTARA 7 677 1 14,29%
25 SULAWESI UTARA 42 1.782 18 42,86%
26 SULAWESI TENGAH 31 2.822 11 35,48%
27 SULAWESI SELATAN 85 7.097 12 14,12%
28 SULAWESI TENGGARA 29 1.202 7 24,14%
29 GORONTALO 12 483 3 25,00%
30 SULAWESI BARAT 10 743 1 10,00%
31 MALUKU 27 1.211 9 33,33%
32 MALUKU UTARA 19 1.064 7 36,84%
33 PAPUA BARAT 17 808 3 17,65%
34 PAPUA 39 1.489 19 48,72%
INDONESIA 2.490 150.512 934 37,51%
Sumber: Ditjen Pelayanan Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan, 31 Desember 2015

Ketersediaan perawat di RS tahun 2015 naik 34% dari tahun lalu yakni
150.512 orang, ketersediaan perawat terbanyak di Provinsi Jawa Tengah
yakni 23.631 orang. Jumlah RS tanpa perawat tertinggi ada di Provinsi
DKI. Jakarta dari 179 RS ada 113 RS (63,13%) tanpa perawat. RS tanpa
perawat dengan persentase tinggi juga dijumpai di Provinsi Jawa Timur
(58,89%), Sumatera Utara (56,22%), Papua (48,72%), dan Riau (39,71%).
Rumah sakit tanpa perawat merupakan kondisi yang dangat
memprihatinkan, karena akan mempengaruhi pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan baik secara kualitas maupun kuantitas.

5. Data Jumlah Pemangku Jabatan Fungsional Perawat


Jumlah Perawat pemangku jabatan fungsional perawat sesuai dengan UU
ASN di Indonesia saat ini yaitu 155.544 orang (sumber data: Direktorat
Pengolahan Data dan Sistem Informasi BKN, Maret 2016).
Jumlah perawat di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terdapat 137.290
orang yang telah terdata dan dilaporkan menduduki jabatan fungsional
Perawat, dengan sebaran sebagai berikut:

Tabel 5. Rekapitulasi Data Pejabfung Perawat di Indonesia


TERAMPIL TOTAL

NO PROVINSI
PELAKSANA
PELAKSANA PENYELIA
KANJUTAN

1 ACEH
2280 525 284 3089
SUMATERA
2
UTARA 2971 455 263 3689

12
SUMATERA
3
BARAT 1159 252 400 1811
4 RIAU
920 173 486 1579
5 JAMBI
885 125 126 1136
KEPULAUAN
6
RIAU 274 39 227 540
7 BENGKULU
1099 211 175 1485
SUMATERA
8
SELATAN 1245 241 261 1747
BANGKA
9
BELITUNG 280 40 90 410
10 LAMPUNG
1205 280 209 1694
11 DKI JAKARTA
452 57 43 552
12 BANTEN
627 141 214 982
13 JAWA BARAT
3829 851 649 5328
D.I.
14
YOGYAKARTA 779 138 33 950
15 JAWA TENGAH
4144 1260 1369 6773
16 JAWA TIMUR
4389 609 385 5380
KALIMANTAN
17
BARAT 1044 128 137 1309
KALIMANTAN
18
TENGAH 890 185 487 1562
KALIMANTAN
19
SELATAN 939 259 491 1689
KALIMANTAN
20
TIMUR 762 199 360 1321
SULAWESI
21
UTARA 885 234 128 1247
22 GORONTALO
381 59 35 478
SULAWESI
23
TENGAH 1085 158 201 1444
SULAWESI
24
BARAT 376 102 88 566
SULAWESI
25
SELATAN 2600 985 623 4208
SULAWESI
26
TENGGARA 1030 171 101 1302
27 BALI
1043 207 158 1408
NUSA
28 TENGGARA
BARAT 1018 353 290 1661
NUSA
29 TENGGARA
TIMUR 1435 214 93 1742
30 MALUKU UTARA
455 92 16 563
31 MALUKU
758 80 72 910

13
32 PAPUA BARAT
543 165 322 1030
33 PAPUA
764 277 427 1468
KALIMANTAN
34
UTARA 126 32 228 386

JUMLAH
42.672 9297 9471 61.440
Sumber: Direktorat Pengolahan Data dan Sistem Informasi BKN, Maret 2016

Tabel 6. Jumlah Tenaga Pejabat Fungsional Perawat dengan Pembina


Kementerian Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
No PROVINSI Jumlah

1 Aceh 6.565
2 Sumatera Utara 8.651
3 Sumatera Barat 3.705
4 Riau 3.467
5 Jambi 3.037
6 Sumatera Selatan 4.310
7 Bengkulu 2.665
8 Lampung 3.384
9 Kep. Bangka Belitung 1.634
10 Kepulauan Riau 1.252
11 DKI Jakarta 1.433
12 Jawa Barat 11.494
13 Jawa Tengah 9.063
14 D I Yogyakarta 1.766
15 Jawa Timur 14.796
16 Banten 2.231
17 Bali 2.785
18 NTB 3.030
19 NTT 5.600
20 Kalimantan Barat 3.721
21 Kalimantan Tengah 3.415
22 Kalimantan Selatan 3.564
23 Kalimantan Timur 2.848
24 Kalimantan Utara 998
25 Sulawesi Utara 3.191
26 Sulawesi Tengah 3.675
27 Sulawesi Selatan 7.171
28 Sulawesi Tenggara 3.139

14
29 Gorontalo 1.194
30 Sulawesi Barat 1.147
31 Maluku 3.219
32 Maluku Utara 1.677 DA
33 Papua Barat 2.635
34 Papua 4.828

Total 137.290
Sumber : Direktorat Pengolahan Data dan Sistem Informasi BKN, Maret 2016

Kementerian dan lembaga pemerintahan lain selain Kemenkes memiliki


tenaga perawat yang bertugas di klinik atau balai pelayanan kesehatan
Kementerian/Lembaga. Data Sebaran pemangku jabatan fungsional Perawat di
lingkungan Kementerian Kesehatan dan Kementerian/Lembaga lainnya adalah
sebagai berikut:

Tabel 7. Sebaran Jabatan Fungsional Perawat dengan Pembina


Kementerian Kesehatan di Lingkungan Kementerian Kesehatan dan
Kementerian/Lembaga Lainnya)
No Kementerian Perawat
1 KEMENAG 7
2 KEMENDAGRI 19
3 KEMENDESA 2
4 KEMEN ESDM 3
5 KEMENKUM HAM 381
6 KEMENKES 11.468
7 KEMENAKER 2
8 KEMKEU 1
9 KEMKOMINFO 2
10 KEMENKO POLHUKAM 1
11 KEMNKOP UKM 0
12 KEMEN LH 6
13 KEMLU 4
14 KEMEN PU 4
15 KEMENPPPA 1
16 KEMENPORA 5
17 KEMENPAN RB 1
18 KEMDIKBUD 7
19 KEMDAG 3
20 KEMHUB 41
21 KEMENPERIN 2

15
22 KEMHAN 1.797
23 KEMENTAN 13
24 KEMENRISTEK 64
25 KEMEN-SETNEG 6
26 KEMENSOS 5
Total 13.845

B. Keadaan yang diinginkan


Pelayanan keperawatan sedianya dapat dilaksanakan sesuai dengan konsep
kelilmuan keperawatan yang mempertimbangkan berbagai komponen
pelayanan asuhan, pengelolaan, fasilitas dan dukungan kebijakan berupa
regulasi tentang ketenagaan, jenjang karir dan system pernghargaan yang
memadai.
Integrasi aturan kepegawaian yang berjenjang pada kategori keterampilan
dengan konsep pelayanan keperawatan berdasarkan kemampuan klinik dan
kompleksitas kebutuhan klien menjadikan pelayanan keperawatan
dilakukan secara berjenjang pula. Dasar penentuan kebutuhan pemangku
jabatan fungsional dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7. Perbedaan Level Kompetensi


Jabatan Fungsional Perawat Kategori Keterampilan

KETERAMPILAN
ITEM PEMBEDA
JENJANG TERAMPIL MAHIR PENYELIA
A. TINGKAT
KETERGANTUNGAN
1. Minimal (1) V

2. Partial (2) V V

3. Total (3)

4. Intensif (4)

B. KOMPLEKSITAS KASUS

1. Ringan/Sederhana (1) V V

2. Kompleks (2) V

3. Sangat kompleks (3)


C. RISIKO TERHADAP
PASIEN DAN PERAWAT
1. Rendah (1) V V

2. Sedang (2) V

16
3. Tinggi (3)

4.Sangat tinggi (4)


D. SCOPE AREA DAN
DAMPAK
1. Kecil (1) V V V

2. Sedang (2)

3. Besar (3)

JUMLAH 4 5 7

Penentuan jumlah kebutuhan pemangku jabatan fungsional perawat pada


setiap jenjang didasarkan pada berbagai konsep keperawatan sebagai
profesi yang memberikan pelayanan kepada klien, keluarga, kelompok dan
masyarakat sesuai kebutuhannya secara holistik dan komprehensif. Teori
dan konsep keperawatan yang digunakan sebagai acuan antara lain;
tingkat ketergantungan klien dari Dorothea Orem dan Douglas, kebutuhan
dasar dari Virginia Handerson, Dasar–dasar Keperawatan, konsep
ketenagaan Gillies dan konsep lainnya.

Kebutuhan Jabatan Fungsional Perawat


Jabatan Fungsional Perawat idealnya ada pada setiap jenjang
instansi/institusi kesehatan mulai dari Kementerian Kesehatan dan Unit
Pelaksana Teknisnya (UPT), Dinas Kesehatan Provinsi dan UPT Daerah,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Pemerintah, dan
Puskesmas. Kebutuhan pemangku jabatan fungsional Perawat berdasarkan
penghitungan jumlah dan jenjang jabatan sesuai beban kerja dengan
memperhatikan jumlah penduduk, luas wilayah, tingkat
kesulitan/terpencil/kepulauan, jumlah kabupaten, jumlah kecamatan,
jumlah desa, adalah sebagai berikut:
Analisis kebutuhan dan formasi tenaga perawat di fasilitas pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan serta area kerja perawat di fasilitas pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Analisis kebutuhan perawat di rumah sakit ditetapkan berdasarkan
jumlah minimal tempat tidur dan rasio perawat dengan pasien sesuai
kualifikasi rumah sakit yang mengacu pada Permenkes RI Nomor 56
Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

17
Tabel 8. Analisis Kebutuhan Perawat di RS Berdasarkan Kualifikasi RS,
baik RS Pemerintah maupun RS Non Pemerintah di Indonesia Tahun
2012 (n = 2.086)
RS Kelas RS Kelas RS Kelas RS Kelas RS
NoT Komponen A B C D Non Kelas
N = 56 N = 255 N = 630 N = 415 N = 730
a
1 Jumlah Minimal TT 500 200 100 50 20
2 b Rasio 1:1 1:1 2:3 2:3 2:3
perawat pasien
3 e Jumlah Perawat 14388 39323 44191 12942 16560
saat ini
4 l Jumlah perawat 28000 51000 42210 13903 9782
yang dibutuhkan
5 Jumlah 13612 11677 -1981 961 -6778
d kekurangan
perawat
iatas menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan perawat yang bekerja
di RS baik pemerintah maupun RS non pemerintah sebesar 127.404
perawat dan jumlah kekurangan perawat di RS baik pemerintah
maupun RS non pemerintah sebesar 17.491 perawat. Selain itu
penyebaran kebutuhan jumlah perawat dengan kualifikasi RS
berdasarkan jumlah minimal TT dan rasio perawat dengan pasien
tidak merata sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai kajian dalam
analisis kebutuhan perawat yang dikaitkan dengan jabatan fungsional
yang akan dibahas.

b. Analisis kebutuhan perawat di Puskesmas sesuai dengan Permenkes No.


75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
- Kualifikasi kebutuhan tenaga koordinator Perkesmas minimal Ners
dan tenaga pelaksana perkesmas minimal DIII keperawatan.
- Kebutuhan tenaga perawat sesuai dengan beban tugas perawat di
puskesmas baik kegiatan didalam gedung puskesmas dan diluar
gedung puskesmas.
- Kebutuhan tenaga perawat berbeda pada fasilitas pelayanan
puskesmas kawasan perkotaan, kawasan pedesaan, kawasan
terpencil dan sangat terpencil.
- Jumlah Puskesmas perawatan di Indonesia 3.401 puskesmas dan
Puskesmas non Perawatan sebanyak 6.358 puskesmas.
1) Puskesmas Perawatan
Puskesmas perawatan di seluruh Indonesia sebanyak 3.401
Puskesmas. Jumlah kebutuhan perawat di satu Puskesmas Rawat
Inap 8 orang. Berdasarkan hal tersebut, jumlah perawat yang
dibutuhkan untuk Puskesmas perawatan adalah 27.208 perawat.

18
2) Puskesmas non perawatan
Puskesmas non perawatan di seluruh Indonesia sejumlah 6.358
Puskesmas. Jumlah kebutuhan perawat di Puskesmas Non Rawat
Inap 5 orang. Berdasarkan hal tersebut, jumlah perawat yang
dibutuhkan untuk Puskesmas non perawatan adalah 31.790
perawat.

19
BAB III
KONSEP JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

A. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2015 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan;
6. Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional Aparatir Sipil Negara;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Aparatir
Sipil Negara;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Aparatir Sipil Negara;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Aparatir
Sipil Negara;
11. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian
Kesehatan;
12. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan
Fungsional Aparatir Sipil Negara;
13. Perpres Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri;
15. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 60 tahun 2016 tentang Pembinaan
Jabatan Fungsional Kesehatan Dan Jabatan Fungsional Nonkesehatan
Di Lingkungan Kementerian Kesehatan;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;
18. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala BKN No.
733/MENKES/SKB/VI/2002 dan No. 10 Tahun 2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya;

20
19. Keputusan Menteri Kesehatan No.1280/MENKES/SK/X /2002 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Perawat;
20. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan
Angka Kreditnya;
21. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi No. 25 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan
Angka Kreditnya;
22. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 5 Tahun 2015 dan Nomor 6 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi No. 25 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional
Perawat dan Angka Kreditnya.

B. Pengertian
1. Kesehatan adalah keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
2. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat.
3. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan.
4. Perawat Keterampilan adalah Perawat yang mempunyai kualifikasi
teknis atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan
fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang
pelayanan keperawatan.
5. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit.
6. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh
Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan.

21
7. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien
dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian Klien dalam merawat dirinya.
8. Jabatan fungsional adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup
tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan yang
diduduki oleh Aparatir Sipil Negara.
9. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Pejabat
Fungsional Perawat yang merupakan penilaian prestasi kerja sebagai
salah satu syarat untuk pengangkatan, kenaikan pangkat dan/atau
jabatan.
10. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat adalah tim yang dibentuk dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai prestasi
kerja pemangku jabatan Perawat.

C. Rumpun Jabatan dan Kedudukan


Jabatan Fungsional Perawat termasuk dalam rumpun jabatan fungsional
bidang kesehatan.
Kedudukan
Perawat berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional pelayanan
keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Perawat sebagaimana tersebut
diatas adalah jabatan karir yang diduduki oleh Aparatir Sipil Negara.

D. Kategori dan Jenjang Jabatan Fungsional


 Jenjang Jabatan Fungsional Perawat Kategori Keterampilan dari jenjang
terendah sampai jenjang tertinggi, terdiri atas :
a. Perawat Terampil/Pelaksana
b. Perawat Mahir/Pelaksana Lanjutan
c. Perawat Penyelia
 Jenjang pangkat, golongan ruang jabatan fungsional Perawat kategori
Keterampilan adalah sebagai berikut:
a. Perawat Terampil/Pelaksana
1. Pengatur, golongan ruang II/c; dan
2. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
b. Perawat Mahir/Pelaksana Lanjutan
1. Penata Muda, golongan ruang III/a; dan
2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.

22
c. Perawat Penyelia
1. Penata, golongan ruang III/c; dan
2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

E. Tugas Jabatan, Unsur dan Sub Unsur Kegiatan


a. Tugas Jabatan
Tugas jabatan fungsional Perawat memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan termasuk pengelolaan keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat secara holistik, komprehensif dan
berkesinambungan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Unsur dan Sub Unsur Kegiatan


(1) Unsur kegiatan tugas Jabatan Fungsional Perawat yang dapat
dinilai angka kreditnya, terdiri atas:
a. unsur utama; dan
b. unsur penunjang.
(2) Unsur utama, terdiri atas:
a. Pendidikan
b. Pelayanan Keperawatan
c. Pengabdian pada Masyarakat
d. Pengembangan Profesi

(3) Sub unsur dari unsur utama, adalah:


a. pendidikan, meliputi:
1. Pendidikan
a. Mengikuti pendidikan formal dan mendapat gelar/ijazah
Diploma 3 Keperawatan
b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang
keperawatan dan mendapat Surat Tanda Tamat Pendidikan
dan Pelatihan (STTPL) dan atau sertifikat kompetensi sesuai
kebutuhan.
2. Pelayanan Keperawatan
a. Asuhan Keperawatan
b. Pengelolaan Keperawatan
3. Pengabdian pada masyarakat
a. Melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan
b. Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan

23
4. Pengembangan profesi
a. Melakukan penelitian di bidang keperawatan
b. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang keperawatan
atau kesehatan
c. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang
keperawatan dan atau kesehatan

(4) Unsur Penunjang, meliputi:


a. Menjadi tim penilai jabatan fungsional perawat
b. Menjadi anggota organisasi profesi keperawatan
c. Menjadi anggota komite keperawatan
d. Menjadi tim pengembangan pelayanan keperawatan
e. Menjadi tim akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan
f. Mengajar dan melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai
g. Mengikuti seminar/ lokakarya internasional/ nasional
h. Memperoleh piagam kehormatan
i. Peran serta dalam delegasi ilmiah dalam bidang keperawatan
j. Membimbing dalam bidang keperawatan di kelas atau lahan
praktik
k. Menilai atau menguji dalam bidang keperawatan/ kesehatan di
kelas atau lahan praktik
l. Memperoleh gelar sarjana lain

F. Uraian Kegiatan dan Hasil Kerja


Uraian Kegiatan Jabatan Fungsional Perawat keterampilan sesuai Jenjang
Jabatannya sebagai berikut:

a. Perawat Terampil/Pelaksana
1) melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu;
2) mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;
3) membuat media untuk peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif;
4) memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan atau pelindung
fisik pada pasien untuk mencegah risiko cedera pada individu
dalam rangka upaya preventif;
5) memantau perkembangan pasien sesuai dengan kondisinya
(melakukan pemeriksaan fisik, mengamati keadaan pasien) pada
individu dalam rangka upaya preventif;

24
6) memfasilitasi penggunaan pelindung diri pada kelompok dalam
rangka melakukan upaya preventif;
7) memberikan oksigenasi sederhana;
8) memberikan bantuan hidup dasar;
9) melakukan pengukuran antropometri;
10) melakukan fasilitasi pasien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi;
11) memantau keseimbangan cairan dan elektrolit pasien;
12) melakukan mobilisasi posisi pasien;
13) mempertahankan posisi anatomis pasien;
14) melakukan fiksasi fisik;
15) memfasilitasi lingkungan yang mendukung istirahat;
16) memfasilitasi kebiasaan tidur pasien;
17) memfasilitasi penggunaan pakaian yang mendukung kenyamanan
pada pasien;
18) melakukan pemeliharaan diri pasien;
19) memandikan pasien;
20) membersihkan mulut pasien;
21) melakukan kegiatan kompres hangat/dingin;
22) mempertahankan suhu tubuh saat tindakan (memasang warming
blanket);
23) melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan;
24) melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care);
25) memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai
meninggal;
26) memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan
kematian;
27) memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;
28) melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan
29) menyusun rencana kegiatan individu perawat;
30) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan;
31) melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan;
32) melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu; dan
33) melakukan supervisi lapangan.

b. Perawat Mahir/Pelaksana Lanjutan


1) melakukan pengkajian keperawatan dasar pada keluarga;

25
2) melakukan pengkajian keperawatan dasar pada kelompok;
3) melaksanakan imunisasi pada individu dalam rangka melakukan
upaya preventif;
4) melakukan restrain/fiksasi pada pasien pada individu dalam rangka
melakukan upaya preventif;
5) memberikan oksigenasi kompleks;
6) memberikan nutrisi enteral;
7) memberikan nutrisi parenteral;
8) melakukan tindakan manajemen mual muntah;
9) melakukan bladder training;
10) melakukan bladder re-training;
11) melakukan massage pada kulit tertekan;
12) memfasilitasi keluarga untuk mengekpresikan perasaan;
13) melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan;
14) melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care);
15) memfasilitasi kebutuhan spiritual klien menjelang ajal;
16) memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;
17) melakukan perawatan luka;
18) mendampingi pasien untuk tindakan bone marrow punction (BMP)
dan lumbal punction (LP);
19) melakukan tindakan keperawatan pada kondisi gawat
darurat/bencana/kritikal;
20) melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi
pembedahan dengan risiko rendah (bedah minor) pada tahap pre-
operasi;
21) melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi
pembedahan dengan risiko rendah (bedah minor) pada tahap post-
operasi;
22) melakukan range of motion (ROM) pada pasien dengan berbagai
kondisi dalam rangka melakukan upaya rehabilitatif pada individu;
23) melatih mobilisasi pada pasien dengan berbagai kondisi dalam
rangka melakukan upaya rehabilitatif pada individu;
24) memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai
meninggal;
25) memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan
kematian;
26) melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap
pengkajian keperawatan;

26
27) melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan;
28) menyusun rencana kegiatan individu perawat;
29) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan;
30) melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan;
31) melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu; dan
32) melakukan supervisi lapangan.

c. Perawat Penyelia
1) mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan pada individu
dalam rangka melakukan upaya promotif;
2) melaksanakan pendidikan kesehatan pada kelompok dalam rangka
melakukan upaya promotif;
3) membentuk dan mempertahankan keberadaan kelompok
masyarakat pemerhati masalah kesehatan;
4) melakukan isolasi pasien sesuai kondisinya dalam rangka
melakukan upaya preventif pada individu;
5) memasang alat bantu khusus lain sesuai dengan kondisi;
6) mengatur posisi pasien sesuai dengan rencana tindakan
pembedahan;
7) mengatur posisi netral kepala, leher, tulang punggung untuk
meminimalisasi gangguan neurologis;
8) memfasilitasi lingkungan dengan suhu yang sesuai dengan
kebutuhan;
9) melakukan isolasi pasien imunosupresi;
10) memberikan pertolongan kesehatan dalam situasi gawat
darurat/bencana;
11) melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan;
12) melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi;
13) melakukan TAK stimulasi sensorik;
14) melakukan komunikasi dengan klien dengan hambatan
komunikasi;
15) melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care);
16) memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;
17) melakukan manajemen nyeri pada setiap kondisi;
18) melakukan intervensi krisis;
19) melakukan perawatan CVC dan port a cath;

27
20) melakukan perawatan pasien transplantasi sumsum tulang (pre,
intra, post);
21) melakukan perawatan pasien dengan risiko radio aktif (radioterapi);
22) menyiapkan pasien untuk tindakan brachioterapi;
23) melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi
pembedahan dengan risiko tinggi pada tahap pre-operasi;
24) melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi
pembedahan dengan risiko tinggi pada tahap post-operasi;
25) memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai
meninggal;
26) memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan
kematian;
27) memberikan perawatan pada pasien terminal;
28) melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap diagnosis
keperawatan;
29) melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan;
30) menyusun rencana kegiatan individu perawat;
31) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan;
32) melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan;
33) melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu; dan
34) melakukan supervisi lapangan.

Hasil Kerja
Hasil kerja tugas dan jabatan fungsional secara umum adalah kegiatan
pelayanan asuhan keperawatan, pengelolaan keperawatan pengabdian
masyarakat dan hasil kegiatan pengembangan profesi. Output kegiatan
tersebut antara lain adalah peningkatan kesehatan klien, keluarga, kelompok
dan masyarakat, peningkatan pengetahuan dan kemampuan klien, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam melakukan promosi kesehatan dan
pencegahan terjadinya masalah kesehatan.
Bukti fisik hasil kegiatan asuhan keperawatan, pengelolaan keperawatan,
pengabdian masyarakat dan pengembangan profesi ditunjukkan dengan
dokumen, antara lain:
a. catatan kegiatan perawatan (logbook)
b. laporan asuhan keperawatan dan perkembangan klien
c. surat tugas melakukan kegiatan
d. hasil karya tulis, buku, artikel, dan lain lain

28
e. sertifikat
f. dokumen lain yang relevan

Apabila pada suatu unit kerja tidak terdapat Jabatan Fungsional Perawat
sesuai dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan kegiatan
sebagaimana dimaksud diatas, maka Jabatan Fungsional Perawat yang
berada satu tingkat di atas atau satu tingkat di bawah jenjang
jabatannya dapat melakukan kegiatan tersebut berdasarkan penugasan
secara tertulis dari pimpinan unit kerja yang bersangkutan.

G. Pengangkatan dalam Jabatan


Pengangkatan ASN ke dalam Jabatan Fungsional Perawat dilakukan melalui:
a. pengangkatan Pertama
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Perawat Keterampilan melalui
pengangkatan pertama harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) berijazah Diploma III (D.III) Keperawatan
2) pangkat paling rendah Pengatur, golongan ruang II/c; dan
3) nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir.
b. Perpindahan dari jabatan lain
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Perawat melalui perpindahan
dari jabatan lain, harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat sebagaimana dimaksud diatas
2. Memiliki pengalaman di bidang pelayanan keperawatan paling kurang
1 (satu) tahun terakhir sebelum pengangkatan
3. Usia paling tinggi 50 (lima puluh) tahun
4. Tersedia formasi untuk jabatan fungsional Perawat.

b. Penyesuaian/Inpasssing
Pejabat fungsional Perawat dimungkinkan untuk melakukan
penyesuaian/inpassing sesuai peraturan yang berlaku dan harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Sudah menjadi aparatur sipil negara
2) Belum diangkat dalam jabatan fungsional perawat
3) Tidak sedang dalam pengusulan dalam jabatan fungsional perawat
4) Memiliki perilaku dan kinerja baik

29
5) Memiliki STR
6) Telah melaksanakan kegiatan keperawatan minimal 1 (satu) tahun

H. Kompetensi
ASN yang menduduki Jabatan Fungsional Perawat harus memenuhi standar
kompetensi sesuai dengan jenjang jabatan. Kompetensi Jabatan Fungsional
Perawat meliputi:
a. Kompetensi Teknis;
b. Kompetensi Manajerial; dan
c. Kompetensi Sosial Kultural.

Rincian standar kompetensi setiap jenjang jabatan dan pelaksanaan uji


kompetensi ditetapkan oleh Instansi Pembina.

I. Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji


Setiap ASN yang diangkat menjadi pejabat fungsional Perawat wajib dilantik
dan diambil sumpah/janji menurut agama atau kepercayaannya kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Sumpah/janji sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

J. Penilaian Kinerja
Pada awal tahun, setiap Jabatan Fungsional Perawat wajib menyusun
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang akan dilaksanakan dalam 1 (satu)
tahun berjalan. Adapun ketentuan penyusunan SKP bagi Jabatan
Fungsional Perawat adalah:
1) SKP Jabatan Fungsional Perawat disusun berdasarkan penetapan kinerja
unit kerja yang bersangkutan.
2) SKP untuk masing-masing jenjang jabatan diambil dari kegiatan sebagai
turunan dari penetapan kinerja unit dengan mendasarkan kepada
tingkat kesulitan dan syarat kompetensi untuk masing-masing jenjang
jabatan.
3) SKP yang telah disusun harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan
langsung.

30
4) Penilaian kinerja Jabatan fungsional Perawat dilakukan oleh atasan
langsung berdasarkan pertimbangan Tim Penilai Kinerja Jabatan
Fungsional Perawat
5) Penilaian kinerja ditetapkan berdasarkan pencapaian angka kredit setiap
tahun.

Penilaian Angka Kredit


Untuk mendukung objektivitas dalam penilaian kinerja, pejabat fungsional
Perawat mendokumentasikan hasil kerja yang diperoleh sesuai dengan SKP
yang ditetapkan setiap tahunnya. Untuk kelancaran penilaian dan
penetapan angka kredit, setiap pejabat fungsional Perawat wajib mencatat,
menginventarisasi seluruh kegiatan yang dilakukan dan mengusulkan
Daftar Usulan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit (DUPAK). DUPAK
sebagaimana dimaksud memuat kegiatan sesuai dengan SKP yang
ditetapkan setiap tahunnya, dengan dilampiri bukti fisik. Penilaian dan
penetapan angka kredit dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam
penilaian kinerja jabatan fungsional Perawat.

K. Kenaikan Pangkat dan Kenaikan Jabatan


Persyaratan dan mekanisme kenaikan jabatan bagi pejabat fungsional
Perawat dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kenaikan jabatan fungsional Perawat dilakukan dengan memperhatikan
ketersediaan kebutuhan jabatan. Selain memenuhi syarat kinerja, Jabatan
fungsional Perawat yang akan dinaikkan jabatannya setingkat lebih tinggi
harus mengikuti dan lulus uji kompetensi.

L. Pelatihan
Untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pejabat fungsional
Perawat diikutsertakan pelatihan. Pelatihan yang diberikan bagi pejabat
sebagaimana dimaksud disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan
pelatihan dan/atau pertimbangan dari Tim Penilai Kinerja Jabatan
Fungsional Perawat. Pelatihan yang diberikan kepada pejabat fungsional
Perawat, antara lain dalam bentuk:
a. pelatihan fungsional; dan
b. pelatihan teknis sesuai jenjang jabatan dan area keilmuan yang diampu.

31
Selain pelatihan tersebut diatas, pejabat fungsional dapat mengembangkan
kompetensi melalui program pengembangan kompetensi lainnya. Program
Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan dalam bentuk:
a. seminar;
b. lokakarya (workshop); atau
c. konferensi.
Ketentuan mengenai pelatihan dan pengembangan kompetensi serta
pedoman penyusunan analisis kebutuhan pelatihan fungsional jabatan
fungsional diatur lebih lanjut oleh Kementerian Kesehatan selaku Instansi
Pembina.

M. Kebutuhan ASN dalam Jabatan Fungsional (Formasi)


(1) Penetapan kebutuhan ASN dalam Jabatan Fungsional Perawat dihitung
berdasarkan beban kerja yang ditentukan dari indikator antara lain:
a. ruang lingkup bidang pelayanan Keperawatan; dan
b. beban tugas organisasi yang terkait dengan bidang pelayanan
Keperawatan.
(2) Pedoman perhitungan kebutuhan Jabatan Fungsional Perawat diatur lebih
lanjut oleh Menteri Kesehatan selaku Pimpinan Instansi Pembina setelah
mendapat persetujuan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.

N. Pemberhentian dari Jabatan


Jabatan Fungsional Perawat diberhentikan dari jabatannya apabila:
a. diberhentikan sementara sebagai ASN;
b. menjalani cuti di luar tanggungan negara;
c. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
d. ditugaskan secara penuh pada jabatan Administrator, Pengawas, atau
jabatan fungsional lainnya; atau
e. tidak memenuhi persyaratan jabatan.

O. Instansi Pembina
Instansi Pembina Jabatan Fungsional Perawat adalah Kementerian
Kesehatan.

32
P. Batas Usia Pensiun
Batas usia pensiun Jabatan Fungsional Perawat 60 (enam puluh) tahun
untung jenjang ahli pertama dan ahli muda , usia 65 tahun untuk jenjang
ahli madya dan ahli utama sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.

Q. Organisasi Profesi
Organisasi Profesi Perawat adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI), sebagai wadah organisasi perawat yang legal dan resmi berperan
dalam pembinaan perawat agar mampu menjaga perilaku profesionalnya.

R. Substansi Perubahan
Berdasarkan identifikasi dan analisis terhadap berbagai permasalahan
implementasi Permenpan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Jabatan fungsional
Perawat dan Angka Kreditnya, diperlukan pengaturan kembali Jabatan
Fungsional Perawat yang merupakan pelaksana teknis fungsional di bidang
kesehatan lingkungan.

Substansi perubahan dalam pengaturan kembali Jabatan Fungsional


Perawat antara lain meliputi:

a. Penyesuaian nomenklatur
Dengan ditetapkannya Undang Undang No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, maka perlu disesuaikan nomenkaltur jabatan
fungsional Perawat yang tercantum dalam Permenpan No. 25 Tahun 2014
sebagai berikut :
Jenjang jabatan fungsional Perawat Terampil dari yang paling rendah
sampai dengan yang paling tinggi, yaitu:
1. Perawat Terampil/Pelaksana;
2. Perawat Mahir/Pelaksana Lanjutan; dan
3. Perawat Penyelia
Sementara di UU No. 5 tentang Aparatur Sipil Negara, dijelaskan bahwa
Jabatan Fungsional Keterampilan terdiri atas:
1. Penyelia
2. Mahir
3. Terampil; dan

33
4. Pemula
Untuk memperjelas pelaksanaan Permenpan No. 25 Tahun 2014, telah
dikeluarkan kebijakan melalui Permenpan No. 20 Tahun 2016 tentang
Jenjang Jabatan Fungsional yang menyatakan pada:
1. Pasal 1
Jenjang Jabatan Fungsional Keterampilan dari yang paling rendah
sampai dengan yang paling tinggi, yaitu:
a. Pemula/Pelaksana Pemula
b. Terampil/Pelaksana
c. Mahir/Pelaksana Lanjutan
d. Penyelia
2. Pasal 2 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua jenjang
jabatan fungsional yang sudah ditetapkan berdasarkan Undang–
Undang Nomor 5 Tahun 2015 tentang Aparatur Sipil Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494) dibaca
dan dimaknai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.

b. Penyesuaian Pemberlakuan uji kompetensi


Dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala BKN nomor 5
Tahun 2015 dan nomor 6 tahun 2015 tertulis pada pasal 33 bahwa Uji
kompetensi kenaikan jenjang jabatan fungsional perawat berlaku sejak
tanggal 1 Januari 2016.
Menyesuaikan dengan surat dari Badan Kepegawaian Negara Nomor
K.26-30/V.75-10/14 tanggal 28 Juli 2016 tentang Pelaksanaan Uji
Kompetensi Bagi Jabatan Fungsional Perawat Gigi dan Perawat serta
didukung oleh surat Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan No. KP.03.02/V.3/007922/2016 tentang
Pelaksanaan Uji Komptensi Jabatan Fungsional Perawat Gigi dan
Perawat yang menyatakan tentang persetujuan pengunduran waktu
pelaksanaan uji kompetensi bagi jabatan fungsional Perawat yang
semula berlaku sejak tanggal 1 Januari 2016 menjadi tanggal 1
Januari 2018.

34
c. Penyesuaian pemberlakuan ketentuan mengenai Pengakuan
Pembelajaran Lampau (PPL)
Dalam Permenpan No. 25 Tahun 2014 tertulis pada pasal 41 bahwa
Kewajiban mengikuti dan lulus program PPL diselesaikan paling
lambat tanggal 31 Desember 2018.
Kemenristek Dikti telah mengeluarkan ketentuan mengenai PPL yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan Meteri Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Nomor: 113/M/KPT/2017tentang Perguruan Tinggi
Penyelenggara Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan
melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau, yang akan dimulai pada
tahun ajaran 2017.
Mempertimbangkan bahwa jumlah pemangku jabatan fungsional
perawat kategori keterampilan dengan latar belakang pendidikan
pendidikan D.IV Keperawatan adalah sebanyak 2.232 perawat (data
SAPK Badan Kepegawaian Negara per tanggal 23 Agustus 2016) dan
harus mengikuti program Pengakuan Pembelajaran lampau (PPL),
sementara pelaksanaan PPL baru akan dilaksanakan pada tahun 2017,
maka kewajiban mengikuti dan lulus program PPL untuk Perawat
diundur menjadi paling lambat tanggal 31 Desember 2020. Batas
waktu pemberlakuan PPL adalah sebelum tahun 2021 untuk
menduduki jenjang jabatan paling tinggi
ahli muda.

d. Penyempurnaan dan peninjauan kembali besaran angka kredit untuk


beberapa butir kegiatan jabatan fungsional Perawat
Dari evaluasi pelaksanaan Permenpan Nomor 25 Tahun 2014 sejak
tahun 2015-2016, ditemui permasalahan besaran angka kredit yang
terlalu besar untuk beberapa butir kegiatan jabatan fungsional
perawat.
Butir kegiatan dengan angka kredit yang terlalu besar:
1) Membuat media untuk peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat , AK 0,5
2) Oksigenasi kompleks, AK 0,5
3) Melakukan fiksasi fisik AK 0,5
4) Memfasilitasi lingkungan yang mendukung istirahat, AK 0,5

35
5) Memfasilitasi lingkungan dengan suhu yang sesuai dengan
kebutuhan, AK 0,43
6) Melakukan massage pada kulit tertekan AK 0,60

Butir angka kredit terlalu kecil:


1) Melakukan supervisi lapangan AK 0,025

36
BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas dan dikaitkan dengan fakta yang ada di


masyarakat dalam menghadapi perkembangan tenaga kesehatan khususnya
Perawat serta dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan saat ini sudah berkembang sedemikian pesat
sehingga memerlukan perangkat hukum yang jelas dan mengakomodir
semua kegiatan pelayanan keperawatan dan pelayanan yang diberikan
memadai, aman bagi pasien dan perawat, berdampak pada peningkatan
kesehatan dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
2. Usulan revisi jabatan fungsional ini diajukan sebagai deskripsi yang
menggambarkan kondisi tenaga jabatan fungsional Perawat saat ini dan
mendatang, serta banyaknya tantangan serta peluang yang ada.
3. Hasil implementasi Permenpan Nomor 25 Tahun 2014 selama tahun 2015
sampai 2016, terdapat beberapa permasalahan terkait implementasi di
lapangan antara lain: angka kredit pada beberapa butir kegiatan yang terlalu
tinggi, masalah Pengakuan Pembelajaran Lampau (PPL), permasalahan
nomenklatur dan uji kompetensi. Berdasarkan hal tersebut, perlu
dilakukan revisi dan tinjuan ulang terutama pada permasalahan terkait
diatas.

Berdasarkan hal tersebut, kami menganggap penting menyampaikan


usulan-usulan perubahannya untuk mengatasi keadaan tersebut. Mengingat
kondisi dan kebutuhan yang mendesak agar kebutuhan tenaga perawat di pusat
dan daerah terpenuhi serta implementasi Permenpan Nomor 25 Tahun 2014
dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan revisi Permenpan Nomor 25 Tahun
2014 tersebut.
Diharapkan dengan adanya revisi Permenpan Nomor 25 Tahun 2014 ini
dapat meningkatkan kapasitas tenaga jabatan fungsional Perawat Ahli dan
Terampil di pusat dan daerah yang berdampak pada percepatan tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan.

37

Anda mungkin juga menyukai