JABATAN FUNGSIONAL
PERAWAT KETERAMPILAN
DAN ANGKA KREDITNYA
1
jabatan kategori keterampilan yang seharusnya masih menggunakan
nomenklatur lama dan belum menggunakan istilah yang tertuang dalam UU No.
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; pelaksanaan Uji Kompetensi untuk
kenaikan jenjang jabatan fungsional; pelaksanaan program Pengakuan
Pembelajaran Lampau (PPL); serta besaran angka kredit pada beberapa butir
kegiatan pada jenjang keterampilan yang dinilai terlalu besar. Berdasarkan
permasalahan tersebut diatas, maka perlu dilakukan revisi dan peninjauan
ulang terhadap PerMenpan-RB Nomor 25 tahun 2014.
Sehubungan dengan hal tersebut itu, Direktorat Pelayanan Kesehatan
Rujukan sebagai unit pembina teknis yang bertanggung jawab terhadap Jabatan
Fungsional Perawat perlu melakukan revisi terhadap Keputusan. PerMenpan-RB
Nomor 25 tahun 2014. Bagian yang akan disempurnakan atau direvisi akan
dibahas dalam naskah akademik ini dan akan dijelaskan justifikasi pentingnya
revisi berdasarkan analisis dan hasil implementasi di lapangan. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia sangat mengharapkan dukungan dari berbagai
pihak, khususnya Kementerian Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, Badan Kepegawaian Negara, dan Kementerian Dalam Negeri, sehingga
revisi PerMenpan-RB Nomor 25 tahun 2014 dapat terlaksana dengan baik. Atas
dukungan tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………….............................................. 4
B. Maksud dan Tujuan Penetapan Jabatan Fungsional …….. 6
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025
menetapkan bahwa pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis, serta tercapainya Visi Indonesia Sehat Tahun 2025
“Masyarakat Yang Proaktif Berperilaku Sehat”. Visi tersebut dapat terwujud
bila pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan diberikan secara
profesional dan menjangkau seluruh masyarakat.
Sensus Penduduk Indonesia 2010 menunjukkan data jumlah
penduduk Indonesia adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang bertempat
tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118.320.256 jiwa (49,79%) dan di
daerah perdesaan sebanyak 119.321.070 jiwa (50,21%). Untuk
mempermudah akses pelayanan kesehatan pada masyarakat, Kementerian
Kesehatan telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan berupa
puskesmas rawat inap sebanyak 3.401 unit dan puskesmas non rawat inap
sebanyak 6.358 unit dengan jumlah total 9.759 unit. Untuk pelayanan
rujukan Kementerian Kesehatan telah menyiapkan 2.655 rumah sakit, terdiri
dari 2.090 rumah sakit umum dan 565 rumah sakit khusus
(http://sirs.yankes.kemkes.go.id, April 2017). Fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut membutuhkan perawat yang kompeten untuk melakukan layanan
keperawatan pada tingkat primer, sekunder dan tersier dalam berbagai area
praktik.
Masalah keperawatan sebagai bagian masalah kesehatan yang dihadapi
masyarakat juga terus-menerus berubah, karena berbagai faktor yang
mendasarinya juga terus mengalami perubahan. Berkembangnya masyarakat
dan berbagai bentuk pelayanan profesional serta kemungkinan adanya
perubahan kebijakan dalam bidang kesehatan yang juga mencakup
keperawatan memungkinkan terjadinya pergeseran peran keperawatan dalam
sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
4
Tuntutan yang meningkat dari masyarakat akan pelayanan kesehatan
yang berkualitas mengharuskan perawat bekerja secara terampil, cepat dan
tepat sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan klien dan keluarga.
Perawat kategori keterampilan dituntut untuk memberikan pelayanan secara
komprehensif sesuai jenjangnya dengan supervisi dari perawat ahli. Kondisi
ini menuntut upaya konkrit dari profesi keperawatan, yaitu pelayanan yang
mudah diakses oleh semua masyarakat termasuk masyarakat terpencil
sekalipun. Perawat perlu mengantisipasi: (1) perkembangan pendidikan
membuat masyarakat memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan hak dan
hukum, menuntut berbagai bentuk dan jenjang pelayanan kesehatan yang
profesional, dan rentang kehidupan daya ekonomi masyarakat semakin
melebar; (2) Sistem pemberian pelayanan kesehatan meluas mulai dari
teknologi yang sederhana sampai pada teknologi yang sangat canggih,
perubahan dari pola penyakit infeksius menjadi penyakit keganasan; (3) Ilmu
pengetahuan dan teknologi terus berkembang dan harus dimanfaatkan secara
tepat guna; (4) Tuntutan profesi terus meningkat didorong oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi medis, permasalahan internal
pada profesi keperawatan, dan era kesejagatan.
Jumlah tenaga perawat yang tersebar di wilayah Indonesia mencapai
223.910 orang (Profil Kesehatan 2015) dan diperkirakan komposisi perawat
Indonesia berdasarkan kompetensi pada tahun 2014-2019 terdiri dari
perawat vokasional dengan sertifikat ketrampilan (60%), Ners Generalis
dengan sertifikasi ketrampilan (20%), Ners Generalis dengan sertifikat
keterampilan lanjutan (15%), dan Ners Spesialis (5%). Saat ini perawat
dituntut untuk dapat bekerja dalam tim secara interprofesional guna
mewujudkan iklim kemitraan (partnership) sehingga menjamin pelayanan
yang diberikan berkualitas dan aman bagi pasien dan masyarakat.
5
jabatan fungsional perawat. Permasalahan tersebut diantaranya: perbedaan
nomenklatur pada jenjang jabatan terampil yang tidak sejalan dengan UU No.
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pelaksanaan Uji Kompetensi
kenaikan jenjang jabatan fungsional, pelaksanaan program Pengakuan
Pembelajaran Lampau (PPL), serta besaran angka kredit pada beberapa butir
kegiatan yang dinilai terlalu besar. Berdasarkan permasalahan tersebut
diatas, maka perlu dilakukan revisi dan peninjauan ulang terhadap
PerMenpan-RB Nomor 25 Tahun 2014.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, pada pasal 69 dijelaskan bahwa terdapat 2
(dua) kategori jabatan yaitu (1) Jabatan Fungsional Keahlian dan (2) Jabatan
Fungsional Keterampilan. Naskah akademik ini akan menjelaskan pentingnya
jabatan fungsional kategori keterampilan.
2. Tujuan
Jabatan Fungsional Perawat disusun untuk:
a. Memperkuat kinerja instansi/organisasi dalam upaya meningkatkan
upaya pelayanan keperawatan yang lebih menitikberatkan pada upaya
promotif dan preventif, dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif
dan rehabilitatif pada semua tatanan pelayanan kesehatan, sesuai
dengan pendekatan keperawatan holistik dan komprehensif.
b. Upaya pembinaan dan pengembangan jenjang karir jabatan fungsional
Perawat menjadi lebih jelas, terarah dan memenuhi kebutuhan
pelayanan keperawatan.
6
2014 berdasarkan permasalahan yang ada antara lain:
a. Penyesuaian nomenklatur pada jenjang jabatan terampil agar sejalan
dengan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
b. Penyesuaian kebijakan pelaksanaan Uji Kompetensi kenaikan jenjang
jabatan fungsional.
c. Penyesuaian kebijakan pelaksanaan program Pengakuan Pembelajaran
Lampau (PPL).
d. Revisi besaran angka kredit pada beberapa butir kegiatan yang dinilai
terlalu besar.
7
2. Meningkatkan fungsi pengelolaan SDM perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan
yang efektif dan efisien.
8
BAB II
GAMBARAN UMUM
9
PERAWAT
NO PROVINSI
MTKI FASYANKES SELISIH
22 KALIMANTAN 7.755 3.951 3.804
SELATAN
23 KALIMANTAN 8.134 6.189 1.945
TIMUR
24 SULAWESI UTARA 306 1.295 -989
25 SULAWESI TENGAH 4.895 3.092 1.803
26 SULAWESI 3.896 4.152 -256
SELATAN
27 SULAWESI 33.248 10.723 22.525
TENGGARA
28 GORONTALO 7.619 2.671 4.948
29 SULAWESI BARAT 1.470 1.053 417
30 MALUKU 3.650 1.548 2.102
31 MALUKU UTARA 4.084 2.661 1.423
32 PAPUA BARAT 1.679 1.952 -273
33 PAPUA 2.753 1.458 1.295
INDONESIA 379.613 220.448 159.165
10
20 Kalimantan Barat 238 2.006 8,43 7 2,94%
21 Kalimantan Tengah 195 1.945 9,97 21 10,77%
22 Kalimantan Selatan 228 1.568 6,85 12 5,24%
23 Kalimantan Timur 174 1.938 11,14 13 7,47%
24 Kalimantan Utara 48 618 12,88 13 27,08%
25 Sulawesi Utara 187 1.310 7,01 44 23,53%
26 Sulawesi Tengah 184 1.330 7,11 24 12,83%
27 Sulawesi Selatan 446 3.626 8,13 53 11,88%
28 Sulawesi Tenggara 269 1.469 5,46 46 17,10%
29 Gorontalo 93 570 6,13 5 5,38%
30 Sulawesi Barat 94 805 8,56 2 2,13%
31 Maluku 197 1.450 7,29 31 15,58%
32 Maluku Utara 127 888 6,99 12 9,45%
33 Papua Barat 149 650 4,36 52 34,90%
34 Papua 394 1.886 4,79 140 35,53%
INDONESIA 9.740 73.311 7,53 935 9,60%
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 31 Desember 2015
Tabel 4
Ketersediaan dan Distribusi Perawat
JML RS TANPA PERAWAT
NO PROVINSI JML RS JML PERAWAT
JML RS %
1 ACEH 66 5.185 10 15,15%
2 SUMATERA UTARA 185 6.183 104 56,22%
3 SUMATERA BARAT 65 3.752 18 27,69%
4 RIAU 68 3.049 27 39,71%
5 JAMBI 34 1.715 5 14,71%
6 SUMATERA SELATAN 63 3.754 17 26,98%
7 BENGKULU 20 1.217 2 10,00%
8 LAMPUNG 61 2.399 14 22,95%
9 KEP. BANGKA BELITUNG 17 1.387 3 17,65%
10 KEPULAUAN RIAU 25 1.522 8 32,00%
11 DKI JAKARTA 179 11.822 113 63,13%
12 JAWA BARAT 312 19.279 115 36,86%
13 JAWA TENGAH 280 23.631 83 29,64%
14 DI YOGYAKARTA 74 4.057 25 33,78%
15 JAWA TIMUR 360 16.528 212 58,89%
16 BANTEN 89 6.119 26 29,21%
17 BALI 55 4.491 16 29,09%
18 NUSA TENGGARA BARAT 28 2.505 6 21,43%
11
19 NUSA TENGGARA TIMUR 44 2.286 7 15,91%
20 KALIMANTAN BARAT 44 2.042 10 22,73%
21 KALIMANTAN TENGAH 20 1.577 1 5,00%
22 KALIMANTAN SELATAN 35 2.383 11 31,43%
23 KALIMANTAN TIMUR 48 4.251 10 20,83%
24 KALIMANTAN UTARA 7 677 1 14,29%
25 SULAWESI UTARA 42 1.782 18 42,86%
26 SULAWESI TENGAH 31 2.822 11 35,48%
27 SULAWESI SELATAN 85 7.097 12 14,12%
28 SULAWESI TENGGARA 29 1.202 7 24,14%
29 GORONTALO 12 483 3 25,00%
30 SULAWESI BARAT 10 743 1 10,00%
31 MALUKU 27 1.211 9 33,33%
32 MALUKU UTARA 19 1.064 7 36,84%
33 PAPUA BARAT 17 808 3 17,65%
34 PAPUA 39 1.489 19 48,72%
INDONESIA 2.490 150.512 934 37,51%
Sumber: Ditjen Pelayanan Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan, 31 Desember 2015
Ketersediaan perawat di RS tahun 2015 naik 34% dari tahun lalu yakni
150.512 orang, ketersediaan perawat terbanyak di Provinsi Jawa Tengah
yakni 23.631 orang. Jumlah RS tanpa perawat tertinggi ada di Provinsi
DKI. Jakarta dari 179 RS ada 113 RS (63,13%) tanpa perawat. RS tanpa
perawat dengan persentase tinggi juga dijumpai di Provinsi Jawa Timur
(58,89%), Sumatera Utara (56,22%), Papua (48,72%), dan Riau (39,71%).
Rumah sakit tanpa perawat merupakan kondisi yang dangat
memprihatinkan, karena akan mempengaruhi pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan baik secara kualitas maupun kuantitas.
NO PROVINSI
PELAKSANA
PELAKSANA PENYELIA
KANJUTAN
1 ACEH
2280 525 284 3089
SUMATERA
2
UTARA 2971 455 263 3689
12
SUMATERA
3
BARAT 1159 252 400 1811
4 RIAU
920 173 486 1579
5 JAMBI
885 125 126 1136
KEPULAUAN
6
RIAU 274 39 227 540
7 BENGKULU
1099 211 175 1485
SUMATERA
8
SELATAN 1245 241 261 1747
BANGKA
9
BELITUNG 280 40 90 410
10 LAMPUNG
1205 280 209 1694
11 DKI JAKARTA
452 57 43 552
12 BANTEN
627 141 214 982
13 JAWA BARAT
3829 851 649 5328
D.I.
14
YOGYAKARTA 779 138 33 950
15 JAWA TENGAH
4144 1260 1369 6773
16 JAWA TIMUR
4389 609 385 5380
KALIMANTAN
17
BARAT 1044 128 137 1309
KALIMANTAN
18
TENGAH 890 185 487 1562
KALIMANTAN
19
SELATAN 939 259 491 1689
KALIMANTAN
20
TIMUR 762 199 360 1321
SULAWESI
21
UTARA 885 234 128 1247
22 GORONTALO
381 59 35 478
SULAWESI
23
TENGAH 1085 158 201 1444
SULAWESI
24
BARAT 376 102 88 566
SULAWESI
25
SELATAN 2600 985 623 4208
SULAWESI
26
TENGGARA 1030 171 101 1302
27 BALI
1043 207 158 1408
NUSA
28 TENGGARA
BARAT 1018 353 290 1661
NUSA
29 TENGGARA
TIMUR 1435 214 93 1742
30 MALUKU UTARA
455 92 16 563
31 MALUKU
758 80 72 910
13
32 PAPUA BARAT
543 165 322 1030
33 PAPUA
764 277 427 1468
KALIMANTAN
34
UTARA 126 32 228 386
JUMLAH
42.672 9297 9471 61.440
Sumber: Direktorat Pengolahan Data dan Sistem Informasi BKN, Maret 2016
1 Aceh 6.565
2 Sumatera Utara 8.651
3 Sumatera Barat 3.705
4 Riau 3.467
5 Jambi 3.037
6 Sumatera Selatan 4.310
7 Bengkulu 2.665
8 Lampung 3.384
9 Kep. Bangka Belitung 1.634
10 Kepulauan Riau 1.252
11 DKI Jakarta 1.433
12 Jawa Barat 11.494
13 Jawa Tengah 9.063
14 D I Yogyakarta 1.766
15 Jawa Timur 14.796
16 Banten 2.231
17 Bali 2.785
18 NTB 3.030
19 NTT 5.600
20 Kalimantan Barat 3.721
21 Kalimantan Tengah 3.415
22 Kalimantan Selatan 3.564
23 Kalimantan Timur 2.848
24 Kalimantan Utara 998
25 Sulawesi Utara 3.191
26 Sulawesi Tengah 3.675
27 Sulawesi Selatan 7.171
28 Sulawesi Tenggara 3.139
14
29 Gorontalo 1.194
30 Sulawesi Barat 1.147
31 Maluku 3.219
32 Maluku Utara 1.677 DA
33 Papua Barat 2.635
34 Papua 4.828
Total 137.290
Sumber : Direktorat Pengolahan Data dan Sistem Informasi BKN, Maret 2016
15
22 KEMHAN 1.797
23 KEMENTAN 13
24 KEMENRISTEK 64
25 KEMEN-SETNEG 6
26 KEMENSOS 5
Total 13.845
KETERAMPILAN
ITEM PEMBEDA
JENJANG TERAMPIL MAHIR PENYELIA
A. TINGKAT
KETERGANTUNGAN
1. Minimal (1) V
2. Partial (2) V V
3. Total (3)
4. Intensif (4)
B. KOMPLEKSITAS KASUS
1. Ringan/Sederhana (1) V V
2. Kompleks (2) V
2. Sedang (2) V
16
3. Tinggi (3)
2. Sedang (2)
3. Besar (3)
JUMLAH 4 5 7
17
Tabel 8. Analisis Kebutuhan Perawat di RS Berdasarkan Kualifikasi RS,
baik RS Pemerintah maupun RS Non Pemerintah di Indonesia Tahun
2012 (n = 2.086)
RS Kelas RS Kelas RS Kelas RS Kelas RS
NoT Komponen A B C D Non Kelas
N = 56 N = 255 N = 630 N = 415 N = 730
a
1 Jumlah Minimal TT 500 200 100 50 20
2 b Rasio 1:1 1:1 2:3 2:3 2:3
perawat pasien
3 e Jumlah Perawat 14388 39323 44191 12942 16560
saat ini
4 l Jumlah perawat 28000 51000 42210 13903 9782
yang dibutuhkan
5 Jumlah 13612 11677 -1981 961 -6778
d kekurangan
perawat
iatas menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan perawat yang bekerja
di RS baik pemerintah maupun RS non pemerintah sebesar 127.404
perawat dan jumlah kekurangan perawat di RS baik pemerintah
maupun RS non pemerintah sebesar 17.491 perawat. Selain itu
penyebaran kebutuhan jumlah perawat dengan kualifikasi RS
berdasarkan jumlah minimal TT dan rasio perawat dengan pasien
tidak merata sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai kajian dalam
analisis kebutuhan perawat yang dikaitkan dengan jabatan fungsional
yang akan dibahas.
18
2) Puskesmas non perawatan
Puskesmas non perawatan di seluruh Indonesia sejumlah 6.358
Puskesmas. Jumlah kebutuhan perawat di Puskesmas Non Rawat
Inap 5 orang. Berdasarkan hal tersebut, jumlah perawat yang
dibutuhkan untuk Puskesmas non perawatan adalah 31.790
perawat.
19
BAB III
KONSEP JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT
A. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2015 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan;
6. Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional Aparatir Sipil Negara;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Aparatir
Sipil Negara;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Aparatir Sipil Negara;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Aparatir
Sipil Negara;
11. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian
Kesehatan;
12. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan
Fungsional Aparatir Sipil Negara;
13. Perpres Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri;
15. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 60 tahun 2016 tentang Pembinaan
Jabatan Fungsional Kesehatan Dan Jabatan Fungsional Nonkesehatan
Di Lingkungan Kementerian Kesehatan;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;
18. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala BKN No.
733/MENKES/SKB/VI/2002 dan No. 10 Tahun 2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya;
20
19. Keputusan Menteri Kesehatan No.1280/MENKES/SK/X /2002 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Perawat;
20. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan
Angka Kreditnya;
21. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi No. 25 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan
Angka Kreditnya;
22. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 5 Tahun 2015 dan Nomor 6 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi No. 25 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional
Perawat dan Angka Kreditnya.
B. Pengertian
1. Kesehatan adalah keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
2. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat.
3. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan.
4. Perawat Keterampilan adalah Perawat yang mempunyai kualifikasi
teknis atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan
fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang
pelayanan keperawatan.
5. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit.
6. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh
Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan.
21
7. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien
dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian Klien dalam merawat dirinya.
8. Jabatan fungsional adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup
tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan yang
diduduki oleh Aparatir Sipil Negara.
9. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Pejabat
Fungsional Perawat yang merupakan penilaian prestasi kerja sebagai
salah satu syarat untuk pengangkatan, kenaikan pangkat dan/atau
jabatan.
10. Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat adalah tim yang dibentuk dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai prestasi
kerja pemangku jabatan Perawat.
22
c. Perawat Penyelia
1. Penata, golongan ruang III/c; dan
2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
23
4. Pengembangan profesi
a. Melakukan penelitian di bidang keperawatan
b. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang keperawatan
atau kesehatan
c. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang
keperawatan dan atau kesehatan
a. Perawat Terampil/Pelaksana
1) melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu;
2) mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;
3) membuat media untuk peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif;
4) memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan atau pelindung
fisik pada pasien untuk mencegah risiko cedera pada individu
dalam rangka upaya preventif;
5) memantau perkembangan pasien sesuai dengan kondisinya
(melakukan pemeriksaan fisik, mengamati keadaan pasien) pada
individu dalam rangka upaya preventif;
24
6) memfasilitasi penggunaan pelindung diri pada kelompok dalam
rangka melakukan upaya preventif;
7) memberikan oksigenasi sederhana;
8) memberikan bantuan hidup dasar;
9) melakukan pengukuran antropometri;
10) melakukan fasilitasi pasien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi;
11) memantau keseimbangan cairan dan elektrolit pasien;
12) melakukan mobilisasi posisi pasien;
13) mempertahankan posisi anatomis pasien;
14) melakukan fiksasi fisik;
15) memfasilitasi lingkungan yang mendukung istirahat;
16) memfasilitasi kebiasaan tidur pasien;
17) memfasilitasi penggunaan pakaian yang mendukung kenyamanan
pada pasien;
18) melakukan pemeliharaan diri pasien;
19) memandikan pasien;
20) membersihkan mulut pasien;
21) melakukan kegiatan kompres hangat/dingin;
22) mempertahankan suhu tubuh saat tindakan (memasang warming
blanket);
23) melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan;
24) melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care);
25) memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai
meninggal;
26) memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan
kematian;
27) memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;
28) melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan
29) menyusun rencana kegiatan individu perawat;
30) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan;
31) melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan;
32) melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu; dan
33) melakukan supervisi lapangan.
25
2) melakukan pengkajian keperawatan dasar pada kelompok;
3) melaksanakan imunisasi pada individu dalam rangka melakukan
upaya preventif;
4) melakukan restrain/fiksasi pada pasien pada individu dalam rangka
melakukan upaya preventif;
5) memberikan oksigenasi kompleks;
6) memberikan nutrisi enteral;
7) memberikan nutrisi parenteral;
8) melakukan tindakan manajemen mual muntah;
9) melakukan bladder training;
10) melakukan bladder re-training;
11) melakukan massage pada kulit tertekan;
12) memfasilitasi keluarga untuk mengekpresikan perasaan;
13) melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan;
14) melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care);
15) memfasilitasi kebutuhan spiritual klien menjelang ajal;
16) memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;
17) melakukan perawatan luka;
18) mendampingi pasien untuk tindakan bone marrow punction (BMP)
dan lumbal punction (LP);
19) melakukan tindakan keperawatan pada kondisi gawat
darurat/bencana/kritikal;
20) melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi
pembedahan dengan risiko rendah (bedah minor) pada tahap pre-
operasi;
21) melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi
pembedahan dengan risiko rendah (bedah minor) pada tahap post-
operasi;
22) melakukan range of motion (ROM) pada pasien dengan berbagai
kondisi dalam rangka melakukan upaya rehabilitatif pada individu;
23) melatih mobilisasi pada pasien dengan berbagai kondisi dalam
rangka melakukan upaya rehabilitatif pada individu;
24) memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai
meninggal;
25) memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan
kematian;
26) melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap
pengkajian keperawatan;
26
27) melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan;
28) menyusun rencana kegiatan individu perawat;
29) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan;
30) melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan;
31) melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu; dan
32) melakukan supervisi lapangan.
c. Perawat Penyelia
1) mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan pada individu
dalam rangka melakukan upaya promotif;
2) melaksanakan pendidikan kesehatan pada kelompok dalam rangka
melakukan upaya promotif;
3) membentuk dan mempertahankan keberadaan kelompok
masyarakat pemerhati masalah kesehatan;
4) melakukan isolasi pasien sesuai kondisinya dalam rangka
melakukan upaya preventif pada individu;
5) memasang alat bantu khusus lain sesuai dengan kondisi;
6) mengatur posisi pasien sesuai dengan rencana tindakan
pembedahan;
7) mengatur posisi netral kepala, leher, tulang punggung untuk
meminimalisasi gangguan neurologis;
8) memfasilitasi lingkungan dengan suhu yang sesuai dengan
kebutuhan;
9) melakukan isolasi pasien imunosupresi;
10) memberikan pertolongan kesehatan dalam situasi gawat
darurat/bencana;
11) melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan;
12) melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi;
13) melakukan TAK stimulasi sensorik;
14) melakukan komunikasi dengan klien dengan hambatan
komunikasi;
15) melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care);
16) memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;
17) melakukan manajemen nyeri pada setiap kondisi;
18) melakukan intervensi krisis;
19) melakukan perawatan CVC dan port a cath;
27
20) melakukan perawatan pasien transplantasi sumsum tulang (pre,
intra, post);
21) melakukan perawatan pasien dengan risiko radio aktif (radioterapi);
22) menyiapkan pasien untuk tindakan brachioterapi;
23) melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi
pembedahan dengan risiko tinggi pada tahap pre-operasi;
24) melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi
pembedahan dengan risiko tinggi pada tahap post-operasi;
25) memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai
meninggal;
26) memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan
kematian;
27) memberikan perawatan pada pasien terminal;
28) melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap diagnosis
keperawatan;
29) melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan;
30) menyusun rencana kegiatan individu perawat;
31) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan;
32) melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan;
33) melaksanakan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu; dan
34) melakukan supervisi lapangan.
Hasil Kerja
Hasil kerja tugas dan jabatan fungsional secara umum adalah kegiatan
pelayanan asuhan keperawatan, pengelolaan keperawatan pengabdian
masyarakat dan hasil kegiatan pengembangan profesi. Output kegiatan
tersebut antara lain adalah peningkatan kesehatan klien, keluarga, kelompok
dan masyarakat, peningkatan pengetahuan dan kemampuan klien, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam melakukan promosi kesehatan dan
pencegahan terjadinya masalah kesehatan.
Bukti fisik hasil kegiatan asuhan keperawatan, pengelolaan keperawatan,
pengabdian masyarakat dan pengembangan profesi ditunjukkan dengan
dokumen, antara lain:
a. catatan kegiatan perawatan (logbook)
b. laporan asuhan keperawatan dan perkembangan klien
c. surat tugas melakukan kegiatan
d. hasil karya tulis, buku, artikel, dan lain lain
28
e. sertifikat
f. dokumen lain yang relevan
Apabila pada suatu unit kerja tidak terdapat Jabatan Fungsional Perawat
sesuai dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan kegiatan
sebagaimana dimaksud diatas, maka Jabatan Fungsional Perawat yang
berada satu tingkat di atas atau satu tingkat di bawah jenjang
jabatannya dapat melakukan kegiatan tersebut berdasarkan penugasan
secara tertulis dari pimpinan unit kerja yang bersangkutan.
b. Penyesuaian/Inpasssing
Pejabat fungsional Perawat dimungkinkan untuk melakukan
penyesuaian/inpassing sesuai peraturan yang berlaku dan harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Sudah menjadi aparatur sipil negara
2) Belum diangkat dalam jabatan fungsional perawat
3) Tidak sedang dalam pengusulan dalam jabatan fungsional perawat
4) Memiliki perilaku dan kinerja baik
29
5) Memiliki STR
6) Telah melaksanakan kegiatan keperawatan minimal 1 (satu) tahun
H. Kompetensi
ASN yang menduduki Jabatan Fungsional Perawat harus memenuhi standar
kompetensi sesuai dengan jenjang jabatan. Kompetensi Jabatan Fungsional
Perawat meliputi:
a. Kompetensi Teknis;
b. Kompetensi Manajerial; dan
c. Kompetensi Sosial Kultural.
J. Penilaian Kinerja
Pada awal tahun, setiap Jabatan Fungsional Perawat wajib menyusun
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang akan dilaksanakan dalam 1 (satu)
tahun berjalan. Adapun ketentuan penyusunan SKP bagi Jabatan
Fungsional Perawat adalah:
1) SKP Jabatan Fungsional Perawat disusun berdasarkan penetapan kinerja
unit kerja yang bersangkutan.
2) SKP untuk masing-masing jenjang jabatan diambil dari kegiatan sebagai
turunan dari penetapan kinerja unit dengan mendasarkan kepada
tingkat kesulitan dan syarat kompetensi untuk masing-masing jenjang
jabatan.
3) SKP yang telah disusun harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan
langsung.
30
4) Penilaian kinerja Jabatan fungsional Perawat dilakukan oleh atasan
langsung berdasarkan pertimbangan Tim Penilai Kinerja Jabatan
Fungsional Perawat
5) Penilaian kinerja ditetapkan berdasarkan pencapaian angka kredit setiap
tahun.
L. Pelatihan
Untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pejabat fungsional
Perawat diikutsertakan pelatihan. Pelatihan yang diberikan bagi pejabat
sebagaimana dimaksud disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan
pelatihan dan/atau pertimbangan dari Tim Penilai Kinerja Jabatan
Fungsional Perawat. Pelatihan yang diberikan kepada pejabat fungsional
Perawat, antara lain dalam bentuk:
a. pelatihan fungsional; dan
b. pelatihan teknis sesuai jenjang jabatan dan area keilmuan yang diampu.
31
Selain pelatihan tersebut diatas, pejabat fungsional dapat mengembangkan
kompetensi melalui program pengembangan kompetensi lainnya. Program
Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan dalam bentuk:
a. seminar;
b. lokakarya (workshop); atau
c. konferensi.
Ketentuan mengenai pelatihan dan pengembangan kompetensi serta
pedoman penyusunan analisis kebutuhan pelatihan fungsional jabatan
fungsional diatur lebih lanjut oleh Kementerian Kesehatan selaku Instansi
Pembina.
O. Instansi Pembina
Instansi Pembina Jabatan Fungsional Perawat adalah Kementerian
Kesehatan.
32
P. Batas Usia Pensiun
Batas usia pensiun Jabatan Fungsional Perawat 60 (enam puluh) tahun
untung jenjang ahli pertama dan ahli muda , usia 65 tahun untuk jenjang
ahli madya dan ahli utama sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Q. Organisasi Profesi
Organisasi Profesi Perawat adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI), sebagai wadah organisasi perawat yang legal dan resmi berperan
dalam pembinaan perawat agar mampu menjaga perilaku profesionalnya.
R. Substansi Perubahan
Berdasarkan identifikasi dan analisis terhadap berbagai permasalahan
implementasi Permenpan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Jabatan fungsional
Perawat dan Angka Kreditnya, diperlukan pengaturan kembali Jabatan
Fungsional Perawat yang merupakan pelaksana teknis fungsional di bidang
kesehatan lingkungan.
a. Penyesuaian nomenklatur
Dengan ditetapkannya Undang Undang No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, maka perlu disesuaikan nomenkaltur jabatan
fungsional Perawat yang tercantum dalam Permenpan No. 25 Tahun 2014
sebagai berikut :
Jenjang jabatan fungsional Perawat Terampil dari yang paling rendah
sampai dengan yang paling tinggi, yaitu:
1. Perawat Terampil/Pelaksana;
2. Perawat Mahir/Pelaksana Lanjutan; dan
3. Perawat Penyelia
Sementara di UU No. 5 tentang Aparatur Sipil Negara, dijelaskan bahwa
Jabatan Fungsional Keterampilan terdiri atas:
1. Penyelia
2. Mahir
3. Terampil; dan
33
4. Pemula
Untuk memperjelas pelaksanaan Permenpan No. 25 Tahun 2014, telah
dikeluarkan kebijakan melalui Permenpan No. 20 Tahun 2016 tentang
Jenjang Jabatan Fungsional yang menyatakan pada:
1. Pasal 1
Jenjang Jabatan Fungsional Keterampilan dari yang paling rendah
sampai dengan yang paling tinggi, yaitu:
a. Pemula/Pelaksana Pemula
b. Terampil/Pelaksana
c. Mahir/Pelaksana Lanjutan
d. Penyelia
2. Pasal 2 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua jenjang
jabatan fungsional yang sudah ditetapkan berdasarkan Undang–
Undang Nomor 5 Tahun 2015 tentang Aparatur Sipil Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494) dibaca
dan dimaknai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.
34
c. Penyesuaian pemberlakuan ketentuan mengenai Pengakuan
Pembelajaran Lampau (PPL)
Dalam Permenpan No. 25 Tahun 2014 tertulis pada pasal 41 bahwa
Kewajiban mengikuti dan lulus program PPL diselesaikan paling
lambat tanggal 31 Desember 2018.
Kemenristek Dikti telah mengeluarkan ketentuan mengenai PPL yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan Meteri Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Nomor: 113/M/KPT/2017tentang Perguruan Tinggi
Penyelenggara Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan
melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau, yang akan dimulai pada
tahun ajaran 2017.
Mempertimbangkan bahwa jumlah pemangku jabatan fungsional
perawat kategori keterampilan dengan latar belakang pendidikan
pendidikan D.IV Keperawatan adalah sebanyak 2.232 perawat (data
SAPK Badan Kepegawaian Negara per tanggal 23 Agustus 2016) dan
harus mengikuti program Pengakuan Pembelajaran lampau (PPL),
sementara pelaksanaan PPL baru akan dilaksanakan pada tahun 2017,
maka kewajiban mengikuti dan lulus program PPL untuk Perawat
diundur menjadi paling lambat tanggal 31 Desember 2020. Batas
waktu pemberlakuan PPL adalah sebelum tahun 2021 untuk
menduduki jenjang jabatan paling tinggi
ahli muda.
35
5) Memfasilitasi lingkungan dengan suhu yang sesuai dengan
kebutuhan, AK 0,43
6) Melakukan massage pada kulit tertekan AK 0,60
36
BAB IV
PENUTUP
37