Anda di halaman 1dari 19

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara

1. Keadaan Geografi

Kabupaten Konawe Utara merupakan salah satu bagian daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak di Jazirah utara Pulau Sulawesi.

Secara geografis, Kabupaten Konawe Utara terletak di bagian utara garis

khatulistiwa, melintang dari Utara ke Selatan di antara 3º.58.56' dan

4º.31.52' Lintang Selatan dan membujur dari Barat ke Timur di antara

121.58' dan 123.16' Bujur Timur. Batas Wilayah Kabupaten Konawe Utara

adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolut dan Kabupaten Konawe

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut banda

c. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe

2. Luas Wilayah

Luas wilayah daratan Kabupaten Konawe Utara4.877,46Km2 atau

11,83% dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara. Sedangkan luas

wilayah perairan (laut) diperkirakan seluas 9.368 Km 2secara administratif

41
terbagi menjadi 10 kecamatan, 103 desa dan 8 kelurahan dengan jumlah

penduduk 53.657 jiwapadatahun 2013

3. Topografi

Permukaan tanah pada umumnya bergunung dan berbukit yang

diapit oleh dataran rendah.

4. Sumber Daya Upaya Kesehatan

a. Puskesmas

Sampai dengan Tahun 2013jumlah Puskesmas di Kabupaten

Konawe Utara adalah 13 buah yangtersebar di setiap wilayah kecamatan.

b. Rumah Sakit

Jumlah rumah sakit di Kabupaten Konawe Utara sampai dengan

Tahun 2014 adalah 1 unit Rumah Sakit Umum yang merupakan milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Utara..

c. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

Upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dilakukan

dengan menerapkan berbagai pendekatan, termasuk didalamnya

melibatkan potensi masyarakat dengan pendekatan pemberdayaan

masyarakat.Upaya tersebut tercermin dengan pengambangan sarana

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), diantaranya

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa),

Poskesdes (Pos Kesehatan Desa).

d. Tenaga Kesehatan

42
Berdasarkan data yang ada, jumlah tenaga Kesehatan di Dinas

Kesehatan Kabupaten Konawe Utara tahun 2013 adalah sebesar 85 orang

terdiri dari 65 orang Pegawai Negeri Sipil dan 20 orang Tenaga honorer.

B. Hasil Peneltian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten

Konawe Utara Prov. Sultra pada bulan Juni 2014. Jumlah sampel dalam

penelitian ini sebanyak 40 yang ditentukan dengan caraexhaustive

sampling, semua pegawai yang berstatus PNS yang ada di kantor Dinas

Kesehatan Kabupaten Konawe Utara.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan dengan

wawancara dan angket yang menanyakan isi materi maka diperoleh hasil

seperti dibawah ini :

1. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

Tabel 2
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
diKantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
Tahun 2014

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki – Laki 15 37,5


Perempuan 25 62,5

Total 40 100,0
Sumber : Data Primer, Tahun 2014

43
Tabel 2 menunjukkan bahwa Jenis kelamin dengan distribusi

tertinggi yang ada di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe

Utaraadalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 15 responden (37,5%) dan

jenis kelamin perempuan dengan jumlah 25 responden (62,5%).

b. Umur

Tabel 3
Distribusi Responden Menurut Umur
diKantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra
Tahun 2014
Umur Responden
Jumlah(n) Persentase (%)
(Tahun)
23 – 27 4 10,0
28 – 32 9 22,5
33 – 37 12 30,0
38 – 42 7 17,5
43 – 47 4 10,0
> 48 4 10,0
Total 40 100,0
Sumber : Data Primer, Tahun 2014

Tabel 3 menunjukan persentase umur responden tertinggi pada

kelompok umur 33 – 37 tahun sebanyak 12responden (30,0%) dan

terendah pada kelompok umur 23 – 27 tahun, 43 – 47 tahun dan > 48

tahun yang masing – masing kelompok umur tersebut sebanyak 4

responden (10,0%).

c. Pendidikan

Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
diKantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra
Tahun 2014

44
Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
Diploma 9 22,5
Sarjana 29 72,5
SMU 0 0
SPK 2 5,0

Total 40 100,0
Sumber : Data Primer, Tahun 2014
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 40 responden, jenjang

pendidikan terbanyak adalah jenjang pendidikan sarjana sebanyak 29

responden (72,5%) dan jenjang pendidikanSPK paling sedikit yaitu 2

responden (5,0%).

2. Karakteristik Berdasarkan Variabel yang Diteliti

a. Distribusi Berdasarkan Tanggung Jawab

Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab
diKantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra
Tahun 2014

Tanggung Jawab Jumlah (n) Persentase (%)

Ada 25 62.5
Tidak Ada 15 37.5
Total 40 100.0
Sumber : Data Primer, Tahun 2014

Tabel 5 menunjukkan bahwa tanggapan responden berdasarkan

tanggung jawab dari 40 responden yang memberi jawaban, terdapat 25

responden (62.5%) yang menyatakan adanya tanggung jawab,sementara

yang menyatakan tidak adanya tanggung jawabterdistribusi lebih sedikit

yaitu 15 responden (37.5%).

b. Distribusi Berdasarkan Penghargaan

Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Penghargaan

45
di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra
Tahun 2014

Penghargaan Jumlah (n) Persentase (%)

Cukup 23 57.5
Kurang 17 42.5
Total 40 100.0
Sumber : Data Primer, Tahun 2014

Tabel 6 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap


penghargaan dari 40 responden yang yang memberi jawaban, terdapat 23
responden (57.5%) yang menyatakan penghargaan cukup, sementara
yang menjawab penghargaan kurang yaitu 17 responden (42.5%).
c. Distribusi Berdasarkan Kondisi Kerja

Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja
di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra
Tahun 2014

Kondisi Kerja Jumlah (n) Persentase (%)


Baik 19 47.5
Tidak Baik 21 52.5

Total 40 100.0
Sumber : Data Primer, Tahun 2014

Tabel 7 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap Kondisi

kerja dari 40 responden yang memberi jawaban terdapat 19 responden

(47.5%) yang menyatakan kondisi kerja, sementara yang menjawab kondisi

kerja tidak baik yang terdistribusi lebih banyak yaitu 21 responden (52.5%).

d. Distribusi berdasarkan Pemberian Insentif

Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Insentif
di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra
Tahun 2014

46
Pemberian Insentif Jumlah (n) Persentase (%)

Cukup 20 50
Kurang 20 50

Total 40 100.0
Sumber : Data Primer, Tahun 2014

Tabel 8 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap

pemberian insentif dari 40 responden yang memberi jawaban terdapat

20 responden (50%) yang menyatakan pemberian insentif cukup,

sementara yang menjawab pemberian insentif kurang yang terdistribusi

yaitu 20 responden (50%).

e. Distribusi berdasarkan Motivasi Kerja

Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Kerja
di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra
Tahun 2014

Motivasi Kerja Jumlah (n) Persentase (%)

Cukup 22 55.0
Kurang 18 45.0

Total 40 100.0
Sumber : Data Primer, Tahun 2014

Tabel 9 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap

Motivasi kerja berdasarkan hubungan dengan tanggung Jawab,

penghargaajn, kondisi kerja, dan pemberian insentif yaitu 22 responden

(55.0%) menilai motivasi kerja kerja cukup dan 18 responden (45.0%)

yang menilai motivasi kerja kurang.

3. Deskripsi antara Variabel

a. Hubungan Tanggung Jawab dengan Motivasi Kerja Pegawai

47
Hubungan tanggung jawabterhadap motivasi kerja pegawai di

Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sulawesi Tenggara

Tahun 2014, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10
Hubungan Antara Tanggung Jawab dengan Motivasi Kerja Pegawai
di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra

Motivasi Kerja Pegawai


Total
Tanggung Jawab Cukup Kurang
n % n % n %
Ada 18 72.0 7 28.0 25 100.0
Tidak Ada 4 26.7 11 73.3 15 100.0
Total 22 55.0 18 45.0 40 100.0
Sumber :Data Primer, Tahun 2014

Tabel 10 menunjukkan 40 responden yang terdistribusi, 25 responden

yang menilai ada atau memiliki tanggung jawab dimana terdapat 18

responden (72.0%) yang merasakan motivasi kerja pegawai cukup dan 7

responden (28.0%) yang merasakan motivasi kerja pegawai kurang.

Sementara 15 responden yang menilai tidak ada atau tidak memiliki

tanggung jawab terdapat 4responden (26.7%) yang merasakan motivasi

kerja pegawai cukup dan 11 responden (73.3%) merasakan motivasi

pegawai kurang. Nilai X² Hitung = 7.785, X² Tabel = 3.841 dan nilai

kontingensi phi (φ) = 0.441 yang artinya terdapat hubungan yang sedang.

b. Hubungan Penghargaan dengan Motivasi Kerja Pegawai

48
Hubungan penghargaan terhadap motivasi kerja pegawai di Dinas

Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sulawesi Tenggara Tahun

2014, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11
Hubungan Antara Penghargaan dengan Motivasi Kerja Pegawai
di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra

Motivasi Kerja Pegawai


Total
Penghargaan Cukup Kurang

n % n % n %

Cukup 18 78.3 5 21.7 23 100.0

Kurang 4 23.5 13 76.5 17 100.0

Total 22 55.0 18 45.0 40 100.0


Sumber : Data Primer, Tahun 2014

Tabel 11 menunjukkan 40responden yang terdistribusi, 23

responden yang menyatakan penghargaan cukup dimana terdapat 18

responden (78.3%) yang merasakan motivasi kerja pegawai cukup dan

5 responden (21.7%) yang merasakan motivasi kerja pegawai kurang.

Sementara 17 responden yang menyatakan penghargaan kurang

terdapat 4 responden (23.5%) yang merasakan motivasi kerja pegawai

cukup dan 13 responden (76.5%) merasakan motivasi kerja

pegawaikurang.Nilai X² Hitung = 11.831, X² Tabel = 3.841 dan nilai

kontingensi phi (φ) = 0.544 yang artinya terdapat hubungan yang sedang.

c. Hubungan Kondisi Kerja Jabatan dengan Motivasi Kerja Pegawai


49
Hubungan kondisi kerja terhadap motivasi kerja pegawai di Dinas

Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sulawesi Tenggara Tahun

2014, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12
Hubungan Antara Kondisi Kerja dengan Motivasi Kerja Pegawai
di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra

Motivasi Kerja Pegawai


Total
Kondisi Kerja
Cukup Kurang

n % n % n %

Baik 14 73.7 5 26.3 19 100.0

Tidak Baik 8 38.1 13 61.9 21 100.0

Total 22 55.0 18 45.0 40 100.0


Sumber : Data Primer, Tahun 2014

Tabel 12 menunjukkan 40responden yang terdistribusi, 19

responden yang menilai kondisi kerja baik dimana terdapat 14

responden (73.7%) yang merasakan motivasi kerja pegawai cukup dan

5 responden (26.3%) yang merasakan motivasi kerja pegawai kurang.

Sementara 21 responden yang menilai kondisi kerja tidak baik terdapat

8 responden (38.1%) yang merasakan motivasi kerja cukup dan 13

responden (61.9%) merasakan motivasi kurang.Nilai X² Hitung = 5.105,

X² Tabel = 3.841 dan nilai kontingensi phi (φ) = 0.357 yang artinya terdapat

hubungan yang lemah.

d. Hubungan Pemberian Insentif dengan Motivasi Kerja Pegawai

50
Hubungan pemberian insentif terhadap motivasi kerja pegawai di

Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sulawesi Tenggara

Tahun 2014, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 13
Hubungan Pemberian Insentif dengan Motivasi Kerja Pegawai
di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra

Motivasi Kerja Pegawai


Total
Insentif
Cukup Kurang
n % n % n %
Cukup 15 75.0 5 25.0 20 100.0
Kurang 7 35.0 13 65.0 20 100.0
Total 22 55.0 18 45.0 40 100.0
Sumber : Data Primer, Tahun 2014

Tabel 13 menunjukkan 40responden yang terdistribusi, 20 responden

yang menilai pemberian insentifcukup dimana terdapat 15 responden

(75.0%) yang merasakan motivasi kerja pegawai cukup dan 5 responden

(25.0%) yang merasakan motivasi kerja pegawai kurang. Sementara 20

responden yang menilai pemberian insentif kurang terdapat 7 responden

(35.0%) yang merasakan motivasi kerja pegawai cukup dan 13responden

(65.0%) merasakan motivasi pegawai kurang. Nilai X² Hitung = 6.465, X²

Tabel = 3.841 dan nilai kontingensi phi (φ) = 0.402 yang artinya terdapat

hubungan yang lemah.

C. Pembahasan

1. Hubungan Tanggung Jawabdengan Motivasi Kerja

51
Tanggung jawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah keadaan

wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab

menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban

menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya, dan menanggung

akibatnya.(Frederick Herzberg,1966).

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan tanggung jawab

responden dengan motivasi kerja bahwa dari 40 responden yang memberi

jawaban, 25 responden yang menilai tanggung jawab ada pada pegawai

dimana 18 responden (72.0%) yang merasakan motivasi kerja pegawai

cukup dan 7 responden (28.0%) yang merasakan motivasi kerja pegawai

kurang.Sementara 15 responden yang menilai tanggung jawab kurang

terdapat 4responden (26.7%) yang merasakan motivasi kerja pegawai

cukup dan 11 (73.3%) merasakan motivasi pegawai kurang baik.

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa terdapat 7 responden

(28.0%) yang masih merasakan motivasi kurang walaupun sudah memiliki

tanggung jawab.Hal ini dikarenakan masih ada pegawai yang belum mampu

melaksanakan tanggung jawab tanpa ketergantungan dari pihak lain.Sehingga

motivasi pegawai juga bergantung dari pihak lainyang memberikan pengaruh

terhadap keberhasilan tanggung jawab yang dikerjakan.

Hasil penelitian diatas juga menunjukkan bahwa terdapat sebanyak

4 responden (26.7%) yang masih merasakan motivasi cukup walaupun

tidak ada tanggung jawab. Hal ini dikarenakan pegawai yang bekerja

sudah sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Menurut Robbins (2007) dalam teori yang dikemukakan oleh

Frederick Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan seorang individu

52
dengan pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap individu terhadap

pekerjaan bisa sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan.

Menurut Mangkunegara(2006) Salah satu prinsip dalam motivasi

kerja pegawai yaitu prinsip pendelegasian wewenang dimana pemimpin

akan memberikan otoritas wewenang pada pegawai bahwa untuk

sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang

dilakukan, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi

untuk tujuan yang dihadapkan oleh pemimpin.

Interpretasinya : Nilai X² Hitung = 7.785 dan X² Tabel = 3.841, Sehingga

dari uji statistik diperoleh nilai X² Hitung lebih besar dari nilai X² tabel yang

berarti ada hubungan antara tanggung jawab dengan motivasi kerja pegawaidi

Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra. Serta

diketahui pula nilai kontingensi phi (φ) = 0.441 yang artinya terdapat hubungan

yang sedang antara tanggung jawab dengan motivasi kerja.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kamiel

Roesman Bachtiar dan Nanang Hendriana (2011) tentang Faktor-Faktor

yang berhubungan dengan Motivasi Kerja Pegawai di Puskesmas Cisaga

Kabupaten Ciamis Jawa Barat, menunjukkan bahwa terdapat hubungan

tanggung jawab dengan motivasi kerja pegawai di Puskesmas Cisaga..

2. Hubungan Penghargaandengan Motivasi Kerja

Penghargaan adalah semua pendapatan yang berbentuk uang,

barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai

imbalan atau jasa yang diberikan kepada perusahan (Hasibuan, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan penghargaan

dengan motivasi kerja bahwadari 40responden yang terdistribusi, 23

responden yang menyatakan penghargaan cukup dimana terdapat 18

53
responden (78.3%) yang merasakan motivasi kerja pegawai cukup dan 5

responden (21.7%) yang merasakan motivasi kerja pegawai kurang.

Sementara 17 responden yang menyatakan penghargaan kurang terdapat

4 responden (23.5%) yang merasakan motivasi kerja pegawai cukup dan

13 responden (76.5%) merasakan motivasi kerja pegawai kurang.

Penelitian diatas menunujukkan dengan adanya penghargaan yang

cukup tidak selalu sejalan dengan motivasi kerja pegawai yang cukup

demikian halnya pada hasil penelitian diatas yang menunjukkan bahwa

walaupun dengan penghargaan yang cukup masih terdapat5 responden

(21.7%) yang merasakan motivasi kurang. Hal ini dikarenakan adanya

ketidak puasan dengan kenaikan gaji yang telah diberikan dan tidak ada

insentif bagi pegawai yang berprestasi.

Hasil penelitian diatas juga menunjukkan bahwa antara

penghargaan dengan motivasi kerja tidak sejalan. Hal ini berdasarkan

penelitian diatas bahwa walaupun dengan penghargaan yang kurang akan

tetapi masih terdapat 4 responden (23.5%) yang merasakan motivasi

cukupdikarenakan adanya penerapan program pengembangan bagi

pegawai yang sangat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam pekerjaan.

Penghargaan merupakan pemberi motivasi oleh pihak pimpinan

oganisasi sebagai pengakuan terhadap prestasi kerja dan kontribusi

karyawan kepada organisasi (Mangkunegara, 2004) hasil penelitian tidak

sesuai dengan teori mangkunegara akan tetapi Menurut David Mc Clelland

(1978) motivasi kerja dapat dipengaruhi karena kebutuhan akan afiliasi

menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja pegawai

karena setiap orang menginginkan hal-hal berikut :

54
1. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia

tinggal; dan bekerja (sense of belonging)


2. Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa

dirinya penting (sense of importance). Kebutuhan akan perasaan maju

dan tidak gagal (sense of achievement).


3. Kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation).

Interpretasinya : Nilai X² Hitung = 11.831 dan X² Tabel = 3.841,

sehingga dari uji statistik diperoleh nilai X² Hitung lebih besar dari nilai X²

tabel yang berarti ada hubungan antara penghargaan dengan motivasi

kerja pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov.

Sultra.Serta diketahui pula nilai kontingensi phi (φ) = 0.544 yang artinya

terdapat hubungan yang sedangantara penghargaan dengan motivas kerja.

Hal ini sejalan dengan penelitian Aprilia Adam (2012) tentang Faktor-

faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja perawat di ruang rawat

inap RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang menyatakan

terdapat hubungan penghargaan dengan motivasi kerja perawat dengan

nilai signifikan sebesar 0.006 (α<0.05).

3. Hubungan Kondisi Kerja dengan Motivasi Kerja

Menurut Agus Darma (2000) “kondisi kerja adalah semua faktor

lingkungan dimana pekerjaan berlangsung”. Kondisi kerja merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi karyawan, dengan motivasi

yang tinggi maka kinerja suatu perusahaan dapat meningkat bahkan

produktivitas pun akan meningkat sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.


Berdasarkan penelitian tentang hubungan kondisi kerja dengan motivasi

kerja bahwa dari 40 responden yang terdistribusi, 19 responden yang menilai

kondisi kerja baik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya kondisi kerja

yang baik tidak selalu sejalan dengan motivasi kerja yang baik. Demikian halnya

55
pada hasil peneltian diatas terdapat 5 responden (26.3%) yang mengatakan

walaupun kondisi kerja baik akan tetapi motivasi kerja kurang, hal ini

dikarenakan responden tersebut masih merasakan kondisi fasilitas kerja

(Komputer, Mesin Ketik, ATK) kurang mendukung dalam melakukan pekerjaan.


Hasil peneltian diatas juga didapatkan adanya kondisi kerja yang

kurang dengan motivasi kerja yang cukup sehingga hal ini tidak sejalan

antara kondisi kerja dengan motivasi kerja berdasarkan hasil penelitian

yang didapatkan yaitu sebanyak 8 responden (38.1%) yang mengatakan

walaupun kondisi kerja tidak baik akan tetapi motivasi kerja cukup, hal ini

dikarenakan beberapa hal dan salah satunya adanya perasaan nyaman

disekitaran lingkungan kerja.


Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005) Kondisi karyawan akan

lebih mudah untuk menyelesaikan pekerjaan mereka apabila kondisi kerja

mendukung (seperti bersih,lingkungan menarik), tetapi jika kondisi kerja

tidak mendukung (seperti panas, lingkungan ribut,tidak nyaman) pegawai

akan sukar untuk melaksanakan tugasnya.


Disamping itu, salah satu faktor pendukung utama personalia dalam

melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman yaitu melalui

perbaikan kondisi kerja. Seperti yang diungkapkan sedarmayanti (2000) bahwa:

“manusia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga dicapai

suatu hasil yang optimal, apabila ditunjang suatu kondisi kerja yang sesuai.

Kondisi kerja dikatakan naik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan

kegiatannya secara optimal, sehat, aman dan nyaman”.


Interpretasinya : Nilai X² Hitung = 5.105 dan nilai X² Tabel = 3.841

Sehingga dari uji statistik diperoleh nilai X² Hitung lebih besar dari nilai X²

tabel yang berarti ada hubungan antara kondisi kerja dengan motivasi kerja

pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov.

56
Sultra.Serta diketahui pula nilai kontingensi phi (φ) = 0.357 yang artinya

terdapat hubungan yang lemah antara kondisi kerja dengan motivasi kerja.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh faridah (2009)

yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kondisi kerja dengan

motivasi kerja pada petugas pelaksana Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) di Puskesmas Kota Surabaya. Hasil penelitian ini juga konsisten

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryam (2012) yang meneliti

tentang motivasi kerja pegawai di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten

Sidrap dan menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan

antara kondisi kerja dengan motivasi.

4. Pemberian Insentif dan Motivasi Kerja Tenaga kesehatan

Insentif merupakan salah satu jenis penghargaan yang dikaitkan

dengan prestasi kerja. Semakin tinggi prestasi kerjanya, diharapkan

semakin besar pula insentif yang diberikan.

Menurut Abd. Rachman Syam (2008) menyatakan bahwa fungsi

utama dari insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan

dorongan kepada Pegawai. Adapun tujuan pemberian insentif adalah untuk

meningkatkan produktifitas kerja individu maupun kelompok.

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 13 tentang hubungan

pemberian insentif dengan motivasi kerja bahwa dari 40responden yang

terdistribusi, 20 responden yang menilai pemberian insentifcukup dimana

terdapat 15 responden (75.0%) yang merasakan motivasi kerja pegawai

cukup dan 5 responden (25.0%) yang merasakan motivasi kerja pegawai

kurang. Sementara 20 responden yang menilai pemberian insentif kurang

57
terdapat 7 responden (35.0%) yang merasakan motivasi kerja pegawai

cukup dan 13 (65.0.5%) merasakan motivasi pegawai kurang.

Berdasarkanpenelitian ini masih ditemukan 5responden (25.0%)

yang menjawab pemberian insentif cukup namun merasakan motivasi kerja

kurang,hal ini dikarenakan responden bekerja melebihi jam kerja tidak

dianggap lembur dan tidak mendapat upah tambahan.

Pada penelitian ini juga ditemukan 7 responden (35.0%) yang menjawab

pemberian insentif kurang namun motivasi kerjanya cukup, hal ini dikarenakan

responden yang melaksanakan semua tugas yang dibebankan mendapatkan

insentif sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja.

Pembayaran insentif tenaga kesehatan dilakukan dalam jangka waktu

tiga bulan.Akan tetapi sering juga terlambat karena dananya belum

cair.Keadaan ini mengurangi kepuasan tenaga kesehatan terhadap sistem

pembayaran insentif di Kantor Dinas Kesehatan Konawe Timur.Selain sistem

pembayaran tersebut, sistem penilaian dalam pemberian insentif tidak

menggunakan jam kerja lembur namun lebih mengacu pada golongan/pangkat.

Gaji sudah memenuhi standar peraturan pemerintah, namun jumlah-

nya masih kecil sehingga perlu didukung dengan tambahan dalam bentuk

insentif atau bentuk lainnya.Pemberian insentif bagi tenaga kesehatan perlu

diubah karena selama ini tenaga kesehatan memperoleh insentif dalam

jumlah yang kurang memadai. Tenaga kesehatan yang puas dengan

insentif yang diterima selama ini adalah tenaga kesehatan yang dari sisi

tugas dan beban kerjanya tidak terlalu berat sehingga insentif yang diterima

dalam bentuk uang dinilai cukup karena merupakan tambahan diluar gaji.

Sistem pemberian insentif menimbulkan rasa tidak puas dalam diri

tenaga kesehatan.tenaga kesehatan merasa diperlakukan kurang adil

dengan sistem pemberian insentif saat ini yang tidak mengarah pada beban

58
kerja tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang rajin masuk dengan

tenaga kesehatan yang jarang masuk, tenaga kesehatan yang beban

kerjanya tinggi dengan tenaga kesehatan yang beban kerjanya kurang,

menerima insentif yang sama. Padahal dari sisi pengeluaran, tenaga

kesehatan yang rajin dirugikan karena uangnya keluar untuk biaya

transportasi atau bahan bakar, sementara yang jarang masuk uangnya

tidak keluar. Beberapa tenaga kesehatan juga mengharapkan insentif

dalam bentuk jaminan sosial karena jaminan sosial akan mendukung

kesejahteraan keluarga. Hal ini dikarenakan keluarga sangat berpengaruh,

Bila keluarga aman, sehat dan sejahtera maka secara otomatis tenaga

kesehatan merasa senang dalam bekerja.

Interpretasinya : Nilai X² Hitung = 6.465 dan nilai X² Tabel = 3.841

Sehingga dari uji statistik diperoleh nilai X² Hitung lebih besar dari nilai X²

tabel yang berarti ada hubungan antara kondisi kerja dengan motivasi kerja

pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Prov. Sultra.

Serta diketahui pula nilai kontingensi phi (φ) = 0.402 yang artinya terdapat

hubungan yang lemah.antara kondisi kerja dengan motivasi kerja.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abd. Rachman

Syam (2008), menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pemberian insentif dengan motivasi kerja, apabila pemberian insentif

terpenuhi maka akan mampu mendorong semangat kerja dari tenaga

kesehatan dalam melaksanakan tugas karena tingkat motivasi yang dimiliki

oleh seseorang dapat dinilai dari apa yang dicapai dan apa yang

diinginkan.

59

Anda mungkin juga menyukai