Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PRAKTIKUM KOMPUTASI KIMIA

KESETIMBANGAN KETO-ENOL

Kelompok

( Kimia B )

Rahmawati (F1C113002)
Lia Yuni Safitri (F1C113018)
Zummul Kisthi (F1C113020)
Devia Astuti (F1C113050)
Endang Lestari (F1C113056)

Dosen Pengampu :

Diah Mastutik, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2015
KESETIMBANGAN KETO-ENOL

I. Tujuan
Mengetahui tetapan keseimbangan keto-enol dari dua senyawa karbonil
menggunakan perhitungan semi empiris AM1 dan untuk menyelidiki pengaruh
ikatan hidrogen intramolekular pada kesetimbangan ini.

II. Latar Belakang


Senyawa organik dalam senyawa-senyawa karbonil yang mempunyai atom
hidrogen pada karbon-α (karbon yang terletak bersebelahan karbon karbonil)
dengan cepat akan berubah –ubah antara bentuk keto dan bentuk enol.

Enol merupakan suatu struktur dengan gugus –OH yang terikat pada karbon
yang berikatan rangkap. Akhiran –ena menunjukkan suatu ikatan karbon dengan
karbon rangkap dua, sedangkan –ol menunjukkan gugus alkohol dan keto
menunjukkan senyawa tersebut mengandung gugus karbonil.
Perubahan cepat yang terjadi antar bentuk keto dan enol disebut sebagai
tautomeri. Atau dapat kita tuliskan tautomerisasi merupakan perubahan yang
terjadi pada senyawa organik dalam bentuk keto-enol, hampir seluruh tautomeri
pada senyawa keto-enol melibatkan struktur-struktur yang berbeda dalam hal
letak terikatnya hidrogen secara khas, keseimbangan perubahan ini sangat
menyukai struktur yang hidrogennya terikat pada karbon (bentuk keto). Fakta lain
juga menunjukkan bentuk keto lebih stabil daripada enol. Untuk membuktikan hal
tersebut, maka perlu dilakukan anilisis agar diketahui kestabilan antara keto dan
enol melalui praktikum kali ini.
III. Landasan Teori
Suatu senyawa karbonil dengan suatu hidrogen alfa yang bersifat asam,
dapat berada dalam dua bentuk yang disebut tautomer : suatu tautomer keto dan
sebuah tautomer enol. Tautomer adalah isomer-isomer yang berbeda satu dengan
yang lainnya hanya pada posisi ikatan rangkap dan sebuah atom hidrogen
berhubungan. Tautomer keto suatu senyawa karbonil mempunyai struktur
karbonil seperti diharapkan. Tautomer enol (dari –ena+-ol) yang merupakan suatu
alcohol vinilik, terbentuk dengan serah-terima sebuah hidrogen asam dari karbon
α ke oksigen karbonil. Karena atom hidrogen berada dalam posisi yang berlainan,
kedua bentuk tautometrik ini bukanlah struktur-resonansi, melainkan dua struktur
berlainan yang berada dalam kesetimbangan. (harus diingat bahwa struktur-
struktur resonansi berbeda hanya dalam posisi elektron).
Menurut Hard (200), tautomeri adalah perpindahan atom dalam satu
molekul menjadi isomer. contohnya perubahan keto menjadi enol, amin menjadi
imin.

Kuantitas relative enol versus keto dalam suatu cairan murni dapat
diperkirakan dengan spektroskopi inframerah atau nmr. Aseton terutama ada
dalamketo (99,99% menurut prosedur titrasi khusus). Kebanyakan aldehida dan
keton yang sederhana juga terutama ada dalam bentuk keto; tetapi, 2,4-
pentanadion terdiri dari 80% enol. Bagaimana perbedaan besar ini dapat
dijelaskan ? Perhatikan struktur tautomer 2,4-pentanadion:
Bentuk enol tidak hanya memiliki ikatan rangkap berkonjugasi, yang sedikit
menambah kestabilan, tetapi juga memiliki susunan yang sedemikian rupa
sehingga mmemungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen internal, yang membantu
menstabilkan tautomer ini.
Tatomeri dapat mempengaruhi kereaktivan suatu senyawa. Suatu
pengecualian terhadap sifat keton yang tidak mudah teroksidasi, ialah oksidasi
keton yang memiliki sekurang-kurangnya suatu hidrogen alfa. Suatu keton yang
dapat menjalani tautomeri dapat dioksidasi oleh zat-pengoksidasi kuat pada ikatan
rangkap karbon-karbon (dari) tautomer enolnya. Rendemen reaksi ini tidak
diguakan untuk kerja sinetik, tetapi sering digunakan dalam penuturan struktur.

Senyawa 1,3-dikarbonil dan 1,3,5-trikarbonil sedikit asam karena adanya


stabilisasi resonansi yang kuat yang terjadi ketika satu atom hidrogen dilepaskan
(dari bentuk keto maupun enol). Resonansi enol memiliki analogi yang sama yang
digunakan untuk menjelaskan keasaman fenol, yakni terjadi delokalisasi muatan
negatif ion enolat ke karbon alfa. Ion-ion enolat ini sangatlah berguna dalam
sintesis senyawa alkohol dan karbonil yang rumit. Ia sangat berguna karena
karbon-α gugus enolat bersifat nukleofilik (Fessenden, 1986).
Pada keton (sejenis karbonil) dengan hidrogen-α yang asam pada kedua
karbon di sebelah gugus karbonil, selektivitas deprotonasi dapat dicapai untuk
mendapatkan enolat yang kita inginkan. Pada temperatur rendah (-78 °C, yakni
dengan penangas es kering), pelarut aprotik, dan basa seperti LDA, proton
“kinetik” dapat dilepaskan. Proton “kinetik” adalah proton yang secara sterik
lebih mudah dijangkau. Di bawah kondisi termodinamik (temperatur yang lebih
hangat, basa lemah, dan pelarut protik), kesetimbangan terjadi antara keton
dengan dua enolat yang memungkinkan. Enolat yang difavoritkan diistilahkan
sebagai enolat “termodinamik” dan difavoritkan karena ia memiliki aras energi
yang lebih rendah dari enolat yang dimungkinkan lainnya.
Enols dan Anion enolat: Proses dimana sebuah atom hidrogen terikat pada
atom karbon karbonil α sebuah senyawa (di-hidrogen atom α) bergerak ke atom
oksigen karbonil dikenal sebagai enolisasi atau-enol tautomerisme keto. Karbonil
isomerik dan struktur enol adalah tautomers. Besarnya enolisasi tergantung pada
keasaman-proton – lebih asam di-proton, yang lebih mungkin yang enolisasi dan
karenanya konstanta kesetimbangan untuk tautomerisme K T akan lebih tinggi.
Biasanya, bentuk karbonil lebih disukai, namun faktor struktural dapat secara
signifikan mempengaruhi K T antara keto dan bentuk enol dikatalisis oleh asam
dan dasar. Dalam air asam, protonasi cepat gugus karbonil terjadi pertama, yang
diikuti dengan penghapusan α-proton oleh air di tingkat mengendalikan langkah
menuju ke enol.
Pada kondisi dasar, abstraksi dari atom hidrogen-α adalah tingkat awal
pengendali. langkah. Proton abstraksi dari pelarut menyelesaikan proses enolisasi.
Seperti dapat dilihat, proses ini pada dasarnya reaksi asam-basa dan melibatkan
keseimbangan. senyawa Karbonil jauh lebih asam (kita jelas mengacu Bronsted
keasaman) dari Analog hidrokarbon mereka. enolat anion adalah dari dasar dan
senyawa karbonil konjugasi adalah resonansi stabil. Hal ini juga dapat bertindak
sebagai nukleofil – fakta ini dalam adalah dasar dari reaktivitas mereka dalam
berbagai reaksi antara dari alkilasi, reaksi aldol lebih reaksi iodoform kompleks.
Ide umum sebuah nilai-nilai berbagai asam karbon akan membantu kita
untuk memahami reaksi-reaksi yang lebih baik dan juga akan memungkinkan kita
untuk memutuskan apa dasar dapat digunakan untuk deprotonasi diberikan proton
dalam kondisi tertentu. tergantung pada sumber sedikit variasi dalam jumlah yang
mungkin sedemikian rupa sehingga keseimbangan akan hampir secara eksklusif
terhadap enolat (Rasyid, 2010).
IV. Prosedur
1. Gambarkan senyawa karbonil aseton dan bentuk enolnya. Hitung panas
pembentukannya menggunakan metode semi empiris AM1 dan catat
hasilnya pada lembar laporan. Langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Gambarkan bentuk keto dan minimisasi strukturnya.
b. Hilangkan atom hidrogen pada karbon alfa (gunakan menu Select)
dan dengan menggunakan menu Draw.
c. Gambarkan bentuk enol dengan mengubah ikatan C=O menjadi
ikatan tunggal dan C-C menjadi ikatan ganda.
d. Pilih menu Build dan Add H & Model Build. Anda akan
mendapatkan bentuk enol.
e. Lakukan minimisasi dan catat panas pembentukannya.
2. Gambarkan diketon 2,4-pentadion, minimisasi strukturnya dan catat panas
pembentukannya. Untuk bentuk enol, anda dapat membuat dua bentuk
seperti yang tergambar berikut :
3. Pada bentuk sebelah kiri, OH digambarkan menjauh dari C=O sehingga
tidak dapat mengadakan ikatan hidrogen dengan gugus karbonil. Jika
senyawa tidak nampak seperti itu pilih mode Select dan klik dan geser dari
atom H dari OH ke atom sp2 yang mengikat H (4 atom terpilih). Pilih
Build dan atur Constrain Bond Torsion pada Trans. Lakukan model Build.
Lakukan optimasi struktur dan catat panas pembentukannya.
4. Gambarkan bentuk enol yang lain dengan mengatur Constrain Bond
Torsion pada Cis. Optimasi struktur dan catat panas pembentukannya.
V. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil

Molekul Hf bentuk keto Hf bentuk enol Tetapan


(kkal/mol) (kkal/mol) keseimbangan
Aseton -934,1538 -924,3617 0,989 kkal/mol
2,4-pentadion 1,002 kkal/mol
non ikatan -1472,1080 -1475,4676
hidrogen
2,4 pentadion 0,996 kkal/mol
dengan ikatan -1472,1080 -1466,8073
hidrogen
4.2 Pembahasan
Enol (juga disebut sebagai alkenol) adalah alkena yang mempunyai gugus
hidroksil yang melekat pada karbon berikatan rangkap dua. Enol dan senyawa
karbonil (seperti keton dan aldehida) sebenarnya adalah isomer ini dikenal sebagai
tautomerisme keto-enol.

Bentuk enol ditunjukkan pada gambar sebelah kanan. Biasanya ia tidak


stabil dan berubah dengan cepat menjadi bentuk keto (keton) pada gambar sebelah
kiri. Hal ini dikarenakan oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga
oksigen membentuk energi ikatan rangkap yang lebih kuat. Ikatan ganda karbon-
oksigen (karbonil) lebih kuat dua kali lipat daripada ikatan tunggal karbon-
oksigen, namun ikatan ganda karbon-karbon lebih lemah daripada dua ikatan
tunggal karbon-karbon.
Menurut Hard (2003), hanya dalam senyawa 1,3-karbonil dan 1,3,5-
trikarbonil yang memiliki bentuk enol yang stabil. Hal ini disebabkan oleh
resonansi dan ikatan hidrogen antarmolekul yang terjadi pada bentuk enol dan
tidak mungkin terjadi pada bentuk keto. Oleh karenanya, pada kesetimbangan,
lebih dari 99% molekul propanadial (OHCCH2CHO) berbentuk monoenol.
Persentase tersebut lebih rendah untuk keton 1,3-aldehida dan diketon. Enol (dan
enolat) merupakan zat antara yang penting pada banyak reaksi organik.
Bentuk enol biasanya tidak stabil dan berubah dengan cepat menjadi bentuk
keto (keton). Ini ditunjukkan pada percobaan nilai Hf bentuk enol (kkal/mol) lebih
besar dari pada nilai Hf bentuk keto (kkal/mol). Hal ini dikarenakan oksigen lebih
elektronegatif daripada karbon, sehingga oksigen membentuk energi ikatan
rangkap yang lebih kuat. Ikatan ganda karbon-oksigen (karbonil) lebih kuat dua
kali lipat daripada ikatan tunggal karbon-oksigen, namun ikatan ganda karbon-
karbon lebih lemah daripada dua ikatan tunggal karbon-karbon.
Pada percobaan ini nilai tetapan kesetimbangan juga dapat dihitung :
- Aseton
−924,3617
Kc = −934,1538 = 0,989 kkal/mol
- 2,4-pentanadion non ikatan hidrogen
−1475,4676
Kc = −1472,4676 = 1,002 kkal/mol

- 2,4-pentanadion dengan ikatan hidrogen


−1466,8073
Kc = −1472,4676 = 0,996 kkal/mol

Pada 2,4-pentanadion non ikatan hidrogen yang lebih disukai diantara keto
atau enol dari molekul dikarbonil non-ikatan hidrogen yaitu bentuk keto, karena
panas pembentukkannya lebih rendah dari pada bentuk enol. Tetapan
kesetimbangannya jika dibandingkan dengan aseton lebih besar, artinya
kesetimbangan dari molekul dikarbonil non ikatan hidrogen lebih memungkinkan
dari pada aseton.
Sedangkan pada 2,4-pentanadion dengan ikatan hidrogen yaitu bentuk enol,
karena panas pembentukkannya lebih rendah dari pada bentuk keto. Jika
dibandingkan dengan non ikatan hidrogen, panas pembentukkannya yang lebih
besar yaitu bentuk enol dari dikarbonil dengan ikatan hidrogen, hal ini karena
pengaruh ikatan hidrogen pada molekul sehingga kurang kestabilannya.
Yang perlu kita ingat adalah dalam senyawa organik bentuk keto
merupakan bentuk yang paling stabil daripada bentuk enol, dan kedua bentuk
tersebut dapat berubah atau saling berubah dengan cepat.
VI. Kesimpulan
2,4-pentanadion non ikatan hidrogen lebih menyukai bentuk keto, karena
panas pembentukkannya lebih rendah dari pada bentuk enol dan tetapan
kesetimbangannya dibandingkan dengan aseton lebih besar sehingga molekul
dikarbonil non ikatan hidrogen lebih memungkinkan dari pada aseton. Sedangkan
pada 2,4-pentanadion dengan ikatan hidrogen menyukai bentuk enol, karena
panas pembentukkannya lebih rendah dari pada bentuk keto. Dibandingkan
dengan non ikatan hidrogen, panas pembentukkannya yang lebih besar yaitu
bentuk enol dari dikarbonil dengan ikatan hidrogen, hal ini karena pengaruh
ikatan hidrogen pada molekul sehingga kurang stabil.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden.1986. Kimia Organik Edisi Ke 3. Jakarta: Erlangga.

Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Edisi ke II. Jakarta: Erlangga.

Rasyid, Muhaedah. 2010. Kimia Organik I. Makassar : Universitas Negeri

Makassar.
LAMPIRAN

Keto

Enol
Keto-enol
Pentadion
 Keto
Enol
Selec15 ke 3

Bont torsion, Select dua kali

Anda mungkin juga menyukai