Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu cara untuk mengatasi masalah dalam pengembangan tanaman unggul adalah
dengan merakit varietas baru yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap hama, penyakit serta
cekaman abiotik. Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mendapatkan varietas baru antara
lain melakukan persilangan dengan spesies tertentu, melakukan mutasi buatan, penerapan
metode transformasi atau melakukan fusi protoplas (Sukmadjaja, 2007)
Istilah protoplasma pertama kali diperkenalkan oleh Hanstein pada tahun 1880, yang
dimaksud dengan istilah tersebut adalah sel tumbuhan yang telah dikupas bagian diding selnya
atau sel tumbuhan telanjang tanpa dibungkus oleh dinding sel. Protoplas dapat dimanfaatkan
untuk mendukung penelitian dasar biologi tanaman dan merupakan sarana penting di bidang
rekayasa genetik,misalnya untuk hibridisasi somatik untuk meningkatkan kualitas tanaman
(Anonim, 2007).
Fusi protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari spesies
yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies), atau antargenus
dari satu famili (inter-genus). Penggunaan fusi protoplas memungkinkan diperolehnya hibrida-
hibrida dengan tingkat heterosigositas yang tinggi walaupun tingkat keberhasilannya sangat
ditentukan oleh genotipenya (Mollers et al. 1992). Teknologi fusi protoplas juga dapat dilakukan
untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti sifat ketahanan terhadap hama dan penyakit serta
cekaman abiotik (Purwito 1999).
Dengan demikian, tanaman hasil fusi dapat berupa tanaman dengan sifat-sifat gabungan
dari kedua tetuanya termasuk sifat-sifat yang tidak diharapkan terutama berasal dari spesies liar.
Oleh karena itu, untuk menghilangkan sifat-sifat yang tidak diinginkan tersebut maka perlu
dilakukan silang balik (back cross) dengan tetua budi daya. Kemajuan pesat dalam penelitian
produksi hibrida somatik dan sibrida dalam transfer DNA tidak terlepas dari teknik isolasi,
kultur dan regenerasi protoplas menjadi tanaman.Untuk menunjang keberhasilan teknik kultur
dibutuhkan keahlian dan pengetahuan tentang teknik kultur protoplasma guna mendukung teknik
pencarian varietas baru berbagai jenis tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan fusi protoplas
2. Bagimana Tahapan pengerjaan isolasi protoplasma
3. Bagaimana Manfaat atau fungsi dari Fusi Protoplasma
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui di maksud dengan fusi protoplas
2. Untuk mengetahui Tahapan pengerjaan isolasi protoplasma
3. Untuk mengetahui Manfaat atau fungsi dari Fusi Protoplasma
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fusi Protoplas
Protopas diistilahakan sebagai sel tanaman tampa dinding sel, karena dinding selnya telah
dihilangkan baik secara mekanik maupun secara enzimatik. Istilah protoplas pertaman kali
diperkenalkan oleh Hanstein (1880) yang menunjukkan zat hidup tampa dinding sel (Fahn,
1991).
Sel-sel tanaman saling di hubungkan satu sama lain melalui plasmodesmata membentuk
jaringan. Ketika di Isolasi protoplas, di hasilkan suspense sel tunggal dari jaringan, Suspensi
protoplas terdapat sel tunggal, oleh karena itu dapat digunakan untuk mempelajari proses
fisiologi genetic dan biokimia, Selain itu juga digunakan untuk studi mikrobiologi, membran sel,
isolasi vacuola dari protoplas, organel sel, cloning sel, dan fusi sel ( Dodds dan Roberts, 1985).
Protoplas dapat digunakan sebagai bahan manipulasi genetik dan perbaikan tanaman.
Tanaman yang didapat dari regenersi protoplas menunjukkan keragaman genetik yang tinggi.
untuk mendapatkan hibrida somatik (Narayaswamy, 1994). Trasformasi genetic tanaman dapat
dilalui melalui transfer DNA ke protoplas (Dodds, 1985).
Fusi protoplas adalah salah satu metode persilangan atau hibridisasi tanaman dengan
memanfaatkan rekayasa genetika konvensional. Protoplas adalah sel tanaman tanpa bagian
dinding sel. Teknik fusi protoplas dapat digunakan untuk mencampur sifat genetik dari spesies
tanaman yang sama ataupun dari spesies yang berbeda. Selain itu, teknik ini menguntungkan
untuk diterapkan dalam persilangan tanaman steril ataupun tanaman dengan siklus hidup yang
panjang. Untuk menginduksi atau mendukung terjadinya fusi protoplas dapat dilakukan dengan
pemakaian senyawa kimia seperti polietilen glikol (PEG) ataupun penggunaan arus listrik untuk
membantu fusi (elektrofusi). Ketika dua protoplas bersatu, dapat terjadi pemisahana atau
penggabungan dua inti sel (nukleus) sehingga menghasilkan tanaman dengan sifat baru hasil
pencampuran kedua tetua. Apabila salah satu inti sel hilang selama terjadinya fusi maka akan
dihasilkan sel baru yang disebut sitoplasmik hibrid (cybrid).
Fusi protoplasma pada sel hewan dan manusia sangat berguna terutama untuk
menghasilkan hibridoma. Hibridoma merupakan hasil fusi yang terjadi antara sel pembentuk
antibody dan sel mieloma. Sel pembentuk antibodi ini adalah sel limfosit B, sedangkan sel
mieloma sendiri merupakan sel kanker. Sel hibridoma yang dihasilkan dapat membelah secara
tidak terbatas seperti sel kanker, tetapi juga menghasilkan antibodi seperti sel-sel limfosit B.
Hibridoma yang dihasilkan diseleksi karena setiap sel menghasilkan antibodi yang sifatnya khas.
Satu antibodi yang dihasilkan spesifik untuk satu antigen. Setiap hibrid ini kemudian
diperbanyak (dikloning). Oleh karena antibodi ini berasal dari satu klon maka antibodi ini
disebut antibodi monoclonal
Fusi protoplasma atau teknologi hibridoma adalah proses penggabungan dua sel dari
jaringan yang sama atau dari dua sel dari organisme yang berbeda dalam suatu medan listrik.
Teknik ini juga dapat digunakan untuk menghasilkan organisme transgenik. Prinsip dasar fusi
protoplasma yaitu menghilangkan dinding dari kedua sel kemudian menggabungkan kedua isi sel
tersebut dalam suatu medan listrik. Teknik fusi ini dapat dilakukan ada sel tumbuhan maupun
hewan. Fusi protoplasma pada sel hewan atau manusia bermanfaat untuk menghasilkann
hibridoma(sel hibrid). Hibridoma merupakan hasil fusi antara sel pembentuk antibodi dengan sel
mieloma. Fusi protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari
spesies yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies), atau
antargenus dari satu famili (inter-genus). Penggunaan fusi protoplas memungkinkan
diperolehnya hibrida-hibrida dengan tingkat heterosigositas yang tinggi walaupun tingkat
keberhasilannya sangat ditentukan oleh genotipenya (Mollers et al. 1992). Teknologi fusi
protoplas juga dapat dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti sifat ketahanan
terhadap hama dan penyakit serta cekaman abiotik (Purwito 1999).
Tanaman hasil fusi dapat berupa tanaman dengan sifat-sifat gabungan dari kedua
tetuanya termasuk sifat-sifat yang tidak diharapkan terutama berasal dari spesies liar. Oleh
karena itu, untuk menghilangkan sifat-sifat yang tidak diinginkan tersebut maka perlu dilakukan
silang balik (back cross) dengan tetua budi daya. Kemajuan pesat dalam penelitian produksi
hibrida somatik dan sibrida dalam transfer DNA tidak terlepas dari teknik isolasi, kultur dan
regenerasi protoplas menjadi tanaman. Untuk menunjang keberhasilan teknik kultur dibutuhkan
keahlian dan pengetahuan tentang teknik kultur protoplasma guna mendukung teknik pencarian
varietas baru berbagai jenis tanaman.
Hibridoma adalah fusi sel pada organisme tingkat tinggi yang bertujuan untuk
mendapat-kan gabungan sifat kedua sel induk.
Contoh :
Fusi sel manusia dan tikus untuk menghasilkan antibodi untuk pengobatan kanker.
Fusi sel tomat dan kentang menghasilakan tanaman baru Pomato (Potato-Tomato) yang
berbuah tomat dan berumbi kentang.
Fusi protoplasma adalah penggabungan dua sel dari jaringan yang sama (organisme
berbeda) dalam suatu medan listrik. Fusi protoplasma pada tumbuhan melalui tahap-tahap:
1) menyiapkan protoplasma dari sel-sel yang masih muda karena dinding sel tipis serta
protoplasma yang banyak dan utuh
2) mengisolasi protoplasma sel dengan cara menghilangkan dinding selnya dengan
menggunakan enzim kemudian dilakukan penyaringan dan sentrifugasi berkali-kali
3) protoplasma yang didapat kemudian diuji viabilitasnya (aktivitas hidupnya) dengan cara
melihat aktivitas organel, misalnya melihat aktivitas fotosintesisnya
2.2 Tahapan pengerjaan isolasi protoplasma
1. Persiapan Ekspaln
Jaringan tanaman yang digunakan untuk isolasi protoplasma ini beragam, umumnya
jaringan yang lebih muda dan berasal dari tanaman yang mempunyai umur fisiologis muda,
seperti pucuk muda (seperti dari kecambah, bibit, plantlet), pucuk adventif hasil
pangkasan.Protoplasma dari sel jaringan tersebut lebih mudah diisolasi protoplasmanya karena
dinding selnya masih sederhana dan hanya terdiri dari dinding sel primer saja dan jaringannya
masih memiliki sel-sel parenchyma (dindingnya belum berlignin).Selain itu, ada juga yang
menggunakan jaringan yang telah dewasa, namun media untuk isolasi protoplasma dari jaringan
ini lebih kompleks karena dinding selnya telah berlignin, telah memiliki dinding sel primer dan
dinding sel sekunder.
Bagian tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan terlebih dahulu dicuci kemudian
disterilakan, umumnya menggunakan sodium hypoklorit 1 -2 % selama 10 - 30 menit tergantung
jenis eksplan yang digunakan. Eksplan tersebut selanjutnya dicuci dengan air steril (3 - 4 kali)
untuk mencuci sisa sodium hipoklorit pada eksplan.
2. Isolasi protoplasma
Jaringan tanaman steril, diiris halus dan dikupas eidermis serta dihilangkan urat daunnya
dengan menggunakan mata skalpel runcing steril, untuk lebih memudahkan isolasi
protoplasmanya. Contoh campuran dan konsentrasi enzym yang digunakan untuk isolasi
protoplasma beragam dan tergantung dari jenis jaringan yang digunakan sebagai eksplan, seperti:
o Medium enzim untuk jaringan Akar
 2 % rhozyme
 2 % meicellase
 0,03 % macerozyme R10
o Medium enzim untuk daun Serealia
 2 % cellulysin
 0,2 % macerozyme R10
 0,5 % hemicellullase
 11 % mannitol
o Medium enzim untuk Daun Tembakau:
 0,5 % Onozuka R10 cellulase
 0,1 % Onozuka R10 macerozyme R10
 13,0 Mannitol
 pH 5,8
Untuk mengurangi daya tarik menarik (adhesi) antara sitoplasma dengan dinding selnya,
Larutan enzim biasanya ditamhkan senyawa osmoticum. Senyawa osmoticum yang dapat
digunakan antara lain: Mannitol, Sorbitol, Glukosa, Fruktosa, Galaktosa, Sukrosa. Setelah
dinding sel lepas, selanjutnya eksplan direndam ke dalam 20 ml larutan media preplasmolisis
selama 1-8 jam. Medium preplasmolisis untuk setiap jenis eksplan berbeda, untuk tembakau
medium preplasmolisis tersusun atas medium isolasi protoplasma ditambah 13% mannitol.
Komponen Medium Isolasi Protoplasma (MIP) adalah sebagai berikut:
 CaCl2.H2O 1480,0 mg/l
 KH2PO4 27,2 mgl
Eksplan dipindahkan ke larutan medium enzim (komposisi media ini juga berbeda-beda
untuk setiap jenis eksplan yang digunakan) untuk daun tembakau komponennya dapat dilihat di
atas. Eksplan dipindah ke tabung steril dan dituangi medium enzim sebanyak 10 ml, lalu tabung
ditutup dengan aluminium foil steril dan diisolasi menggunakan parafilm atau plastik wrap.
Tabung berisi eksplan tersebut digoyang pada shaker dengan kecepatan 40 rpm selama semalam
atau 4-16 jam.
Fusi protoplasma pada tumbuhan melalui tahap-tahap:
Peleburan protoplasma dari 2 genom yang berbeda dapat diperoleh baik secara spontan ataupun
dengan teknik pemacuan peleburan.
a. Metode peleburan spontan
Peleburan protoplasma secara spontan biasanya terjadi karena membran protoplas yang
sangat tipis dan lunak sehingga mudah sobek atau pecah yang dapat mengakibatkan
peleburan protoplasma. Biasanya terjadi pada protoplasma yang diisolasi dari kalus.
Perleburan protoplasma dengan teknik ini biasanya terjadi pada protoplasma yang
mempunyai asal tanaman yang sama sehingga tidak bernilai untuk perbaikan tanaman.
b. Metode pemacuan peleburan
Untuk mencapai peleburan protoplasma diperlukan adanya agensia untuk memacu
terjadinya peleburan protoplasma (dikenal sebagai fusagen) yang berbeda jenis
tanamannya. Larutan fusagen contohnya:
 Perlakuan dengan sodium nitrat: 5,5% sodium nitrat dalam larutan 10% sukrose
dan kultur diinkubasikan dalam water bath bersuhu 35o C selama 5 menit
selanjutnya disentrifuge dengan kecepatan 200 g selama 5 menit. Subernatan
dibuang dan pelet disimpan dalam water bath bersuhu 35o C selama 30 menit.
Pada beberapa saat protoplasma akan terjadi peleburan. Agregat ditiangkan
secara hati-hati pada medium kultur yang telah ditambah 0,1% NaNO3. Teknik
ini akan dihasilkan dengan frekuensi rendah bila asal protoplasmanya dari mesofil
daun.
 Perlakuan ion calsium padas pH tinggi . Teknik ini telah digunakan pada
protoplasma tembakau. Caranya protoplasma yang telah diisolasi ditambahkan
larutan fusagen berupa 0,5 M mannitol yang berisi 0,05 M CaCl2.2H2O pada pH
10,5 selanjutnya disentrifuge dengan kecepatan 50 g selama 3 menit. Selanjutnya
tabung sentrifuge disimpan dalam water bath bersuhu 37o C selama 40-50 menit
hingga protoplasma melebur.
 Perlakuan polyethelene glycol (PEG). Dari sekian banyak metode peleburan
protoplasma, metode ini yang yang berhasil dengan baik untuk melebur
protoplasma.
Suspensi protoplasma dilarutkan dalam larutan PEG: 1 ml suspensi protoplasmadalam
medium kultur dicampur dengan 1 ml 28-56% PEG (1500-6000 MW). Tabung digoyang selama
5 detik dan biarkan berhenti 10 menit. Selanjutnya suspensi protoplasma tersebut dipindahkan
dari larutan PEG dengan cara mencucinya menggunakan medium kultur sebanyak 2 kali. Hasil
peleburan protoplasma ini berupa pembentukan heterokarion dengan frekuensi yang tinggi,
sedangkan kebanyakan tipe sel sitoplasmik dengan pembentukan hetekarion binukleat rendah.
Protoplasma yang didapat kemudian diuji viabilitasnya (aktivitas hidupnya) dengan cara melihat
aktivitas organel, misalnya melihat aktivitas fotosintesisnya.
Fusi protoplas dapat menghasilkan dua macam kemungkinan produk: Hibrid, jika
nukleus dari kedua spesies tersebut betul-betul mengalami fusi (menyatu) Cybrid (cytoplasmid
hybrid ataru heteroplast), jika hanya sitoplasma yang mengalami fusi sedangkan informasi
genetik dari salah satu induknya hilang.
2.3 Manfaat atau fungsi dari Fusi Protoplasma
Proses fusi protoplas ini hanya bisa dilakukan oleh sel hewan atau sel tumbuhan tertentu.
Fusi protoplasma digunakan untuk memisahkan sel tumbuhan dari dinding sel. Tujuan
penggunaan fusi protoplasma adalah untuk meningkatkan kualitas pada tanaman. Pada tanaman,
fusi protoplasma dimanfaatkan sebagai teknik persilangan tanaman dengan menggunakan gen
yang telah direkayasa.
Teknik seperti ini dapat digunakan untuk mencampur gen tanaman yang berbeda atau
memisahkan susunan genetic tanaman yang sama. Teknik ini bisa digunakan terhadap jenis
tanaman apapun dengan siklus hidup yang berbeda. Untuk menggunakan teknik fusi protoplasma
biasanya dilakukan dengan cara memakai cairan kimia seperti polietilen glikol dengan arus
listrik. Hasil dari fusi protoplasma adalah dua sel jaringan yang bersatu atau terpisah, tergantung
penggunaannya. Jika kedua sel bersatu, akan didapat tanaman dengan karakter baru dari
percampuran kedua tanaman.
Namun jika salah satu sel menghilang ketika proses fusi, maka akan menghasilkan sel
baru yaitu sitoplasmik hybrid. Berbeda hal jika fusi protoplasma jika pada hewan atau manusia.
Penerapan fusi protoplasma pada manusia akan menghasilkan hibridoma. Hibridoma adalah hasil
teknik fusi dari sel myeloma dan sel pembentuk limfosit. Sel hibridoma jika akan menghasilkan
sel limfosit B, namun di sisi lain juga akan menghasilkan sel myeloma yang bisa
mengembangkan kanker.
Cara kerja fusi protoplasma adalah menghilangkan kedua dinding sel lalu digabungkan
dalam medan listrik. Fusi protoplasma bisa digunakan untuk menggabungkan genom dari kerabat
yang sama, antar kerabat atau antar gen. Teknik fusi protoplasma dapat menghasilkan tanaman
hibrida dengan heterozigositas yang tinggi.
Metode fusi protoplasma juga dapat dimanfaatkan sebagai cara untuk mendapatkan sifat
tertentu yang dapat dipilih. Tanaman yang dihasilkan dari proses fusi protoplasma akan memiliki
sifat gabungan dari indukan. Untuk menghasilkan benih tanaman yang baik, dalam proses fusi
protoplasma harus mengisolasi sifat buruk tanaman.Cara lain yang bisa bisa digunakan untuk
menghilangkan sifat buruk adalah dengan melakukan silang balik dengan indukan.
Penggabungan dua jaringan sehingga membentuk satu jaringan baru disebut protoplasma.
Penggabungan ini hanya dapat dilakukan pada medan listrik. Fusi protoplasma pada tanaman
bisa terjadi secara ilmiah pada tanaman dengan kopleksitas yang lebih tinggi. Hasil fusi
protplasma dalam tanaman biasanya akan berjenis tanaman hybrid. Tujuan utama dari fusi
protoplasma adalah menghasilkan hibrida somatic atau sibrida. Hal lain yang menjadi
keunggulan dari teknik fusi protoplasma adalah dapat melakukan persilangan antara galur
tanaman yang tidak dilakukan dengan cara persilangan biasa.
Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas, hasil dari proses fusi protoplasma harus
dilakukan serangkain pengujian terlebih dahulu dengan cara memperhatikan aktivitas
organelnya. Setelah pengujian dilakukan, hasil bibit kemudian diseleksi. Setelah proses seleksi
selesai, kemudian bibit baru dikembang-biakkan.
 Fungsi fusi protoplasma pada tanaman
1. Untuk memperoleh hybrid somatic
2. Memperoleh galur tnaman heterozigot yang tidak bisa dilakukan secara normal
3. Merubah kromosom dengan memindah kode gen
4. Memindah kode gen yang terdapat dalam sitoplasma ke galur lain
5. Hasil fusi protoplasa pada tanaman
6. Menghasilkan tanaman hybrid jika dinsing sel menyatu
7. Jika salah satu sel hilang akan menghasilkan cibrid
Teknik fusi protoplasma juga mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kelebihannya
adalah bisa menghasilkan tanaman dengan sifat baik dari jenis yang berbeda. Sedangkan
kekurangan dari teknik adalah secara ekonomi biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Sebuah fusi
protoplasma adalah proses bergabungnya dua jaringan atau sel pada medan listrik.
 Manfaat lain dari fusi protoplas
1. Teknik fusi protoplas dapat digunakan untuk mencampur sifat genetik dari spesies
tanaman yang sama ataupun dari spesies yang berbeda.
2. Teknik ini menguntungkan untuk diterapkan dalam persilangan tanaman steril ataupun
tanaman dengan siklus hidup yang panjang.
3. Teknologi fusi protoplas juga dapat dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu
seperti sifat ketahanan terhadap hama dan penyakit serta cekaman abiotik.
Hubungan metabolit sekunder dengan fusi protoplasma, yaitu saat terjadi penggabungan
antar protoplas akan menghasilkan varietas baru. Dimana varietas tersebut diharapkan dapat
mempertahankan ataupun meningkatkan jumlah metabolit sekunder dari tiap protoplasma yang
diinduksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpilan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut
a. Fusi protoplas adalah salah satu metode persilangan atau hibridisasi tanaman
dengan memanfaatkan rekayasa genetika konvensional.
b. Fusi protoplasma pada tumbuhan melalui tahap-tahap:
 menyiapkan protoplasma dari sel-sel yang masih muda karena
dinding sel tipis serta protoplasma yang banyak dan utuh
 mengisolasi protoplasma sel dengan cara menghilangkan dinding
selnya dengan menggunakan enzim kemudian dilakukan penyaringan dan
sentrifugasi berkali-kali
 protoplasma yang didapat kemudian diuji viabilitasnya (aktivitas
hidupnya) dengan cara melihat aktivitas organel, misalnya melihat
aktivitas fotosintesisnya.
c. Fusi protoplasma pada tumbuhan diawali dengan menyiapkan protoplasma. Tahap
selanjutnya, mengisolasi protoplasma sel yang telah dipersiapkan, protoplasma
diisolasi dengan cara menghilangkan dinding selnya.
d. Tahapan pengerjaan isolasi protoplasma
 Persiapan Ekspaln
 Isolasi protoplasma
3.2 Saran
Kedepannya semoga fusi protoplas ini dapat di praktekan agar mahasiswa dapat
mengetahui secara langsung pengerjaan dari fusi protoplas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Kultur Protoplasma Dan Fusi Protoplasma.http://www.e-learning.unram.ac.id.
Diakses tanggal 28 Oktober 2008
Dodds, JH. 1985. Plant Genetyc Engeneritng Combridge. Combridge Universiry Prees.
Evans DA, Bavo JE. 1983. Protoplas Isolation culture. In evans DA, Sarp WR, Ammirato PV,
Yamaha Y, eds Hadsbook of flan cell culture. Vol 1. New York. Macmillan: Publising
Company.
Fahr, A. 1991. Anatomi Tumbuhan (Terjemahan) Ed-3. Yogyakarta. Gajah Mada University
Press
Sukmadjaja, D.,Novianti S., Endang G., Ika R., Tintin S. 2007. Teknik Isolasi dan Kultur
Protoplas Tanaman Padihttp://biogen.litbang-deptan.go.idDiakses tanggal 28 Oktober
2008.
Purwito, A. 1999. Fusi Protoplas Intra Dan Interspesies Pada Tanaman Kentang. Disertasi
Program Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai