OLEH
RENI TILOVA
H14070023
Batubara adalah salah satu pilihan energi alternatif yang saat ini banyak
digunakan oleh industri-industri di dunia. Menurut International Energy Agency
(2010), konsumsi batubara dunia akan tumbuh rata-rata 2,6 persen per tahun
antara periode 2005-2015 dan kemudian melambat menjadi rata-rata 1,7 persen
per tahun sepanjang 2015-2030.
Konsumsi batubara terbesar adalah Asia yaitu sekitar 65,6 persen dari
konsumsi batubara dunia. Adanya pembangunan pembangkit listrik di sejumlah
kawasan Asia membuat komoditi ini sangat dibutuhkan di kawasan tersebut
(World Coal Institute, 2008). Hal inilah yang menjadikan Asia sebagai pasar
terbesar batubara dunia. Tingginya konsumsi batubara menyebabkan naiknya
permintaan batubara oleh negara-negara di Asia, seperti Jepang, India, Taiwan,
Korea Selatan, Cina, Hongkong, Thailand, dan Malaysia. Tingginya permintaan
batubara di Asia memberikan prospek pasar yang menarik bagi para eksportir
batubara. Indonesia merupakan salah satu eksportir batubara yang memiliki peran
penting sebagai pemasok batubara di pasar dunia yaitu sebesar 24 persen. Jepang,
India, Korea Selatan, Taiwan, dan Cina merupakan lima negara terbesar tujuan
ekspor batubara Indonesia. Jumlah permintaan batubara dari negara Jepang, India,
Korea Selatan, dan Cina dari tahun ke tahun tidak stabil karena volume dan
nilainya berfluktuatif. Kondisi ini dirasakan belum maksimal mengingat Indonesia
masih memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi eksportir utama
batubara di dunia.
Studi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
permintaan ekspor batubara Indonesia di Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina.
Negara Taiwan tidak diikutsertakan dalam penelitian ini dikarenakan adanya
keterbatasan data dari variabel-variabel yang akan dianalisis. Penelitian ini
menggunakan metode panel data dengan data sekunder, berupa deret waktu (time
series) dari tahun 2001 hingga tahun 2009. Pengolahan data menggunakan
program Eviews 6 dan Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hasil estimasi yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 10 persen (0,1)
terhadap permintaan batubara Indonesia adalah harga ekspor batubara negara
tujuan ekspor, GDP per kapita negara tujuan ekspor, jumlah penduduk negara
tujuan ekspor, dan nilai tukar riil negara tujuan ekspor. Variabel harga ekspor
batubara memiliki tanda koefisien yang tidak sesuai dengan hipotesis.
Ketidaksesuaian ini diduga karena adanya kontrak berjangka pada penjualan dan
pembelian batubara antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor sehingga harga
yang meningkat tidak menjadi masalah bagi para importir.
Variabel jumlah penduduk negara tujuan ekspor juga memiliki tanda
koefisien yang tidak sesuai dengan hipotesis. Jumlah penduduk berpengaruh
negatif terhadap permintaan ekspor batubara Indonesia. Hal tersebut diduga
karena batubara merupakan salah satu komoditi yang tidak langsung dikonsumsi
masyarakat tetapi dikonsumsi oleh industri.
Berdasarkan hasil penelitian variabel yang diteliti, hanya variabel nilai
tukar yang dapat dikendalikan oleh pemerintah Indonesia sehingga disarankan
perlunya peran pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam menstabilkan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor. Dengan demikian harga
ekspor menjadi lebih kompetitif di pasar internasional sehingga akan
meningkatkan volume ekspor batubara.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PERMINTAAN BATUBARA INDONESIA
DI EMPAT NEGARA TUJUAN EKSPOR TERBESAR
OLEH
RENI TILOVA
H14070023
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
Reni Tilova
H14070023
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan
Batubara Indonesia di Empat Negara Tujuan Ekspor
Terbesar
Nama Mahasiswa : Reni Tilova
NRP : H14070023
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Widyastutik, M.Si
NIP. 19751105 200501 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Permintaan Batubara di Empat Negara Tujuan Ekspor Terbesar”. Penelitian ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :
1. Widyastutik, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga
dapat diselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec selaku dosen penguji utama
dan Bapak Dr. Alla Asmara selaku dosen penguji dari komisi pendidikan
atas segala masukan, kritik, dan saran yang membangun untuk perbaikan
skripsi penulis.
3. Seluruh staf departemen Ilmu Ekonomi atas bantuan selama masa
perkuliahan dan proses menyelesaikan skripsi ini.
4. Kedua orang tua tercinta, Bapak Maruli Siagian (Alm.) dan Ibu Tiarma
Helena Simatupang serta kakak dan adik tersayang, kak Nancy Irene P.
Siagian dan Chandra Maja A. Siagian serta bang Jermy P, keluarga
Siagian dan Simatupang yang selalu memberikan perhatian, semangat,
motivasi, dan dukungan baik moral maupun material serta doa bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Lina, Guruh, dan David sebagai teman bimbingan yang memberikan
dukungan dan bantuan.
6. Partner terkasih, Heru Triadi Saputra Damanik yang telah memberikan
semangat dan doa kepada penulis dan juga saudari Helena A.P.H dan
saudara Moris De Qualer atas doa, bantuan, dan kebersamaan selama ini.
7. Teman-teman Ilmu Ekonomi 44 yang telah memberikan bantuan,
semangat, dan persahabatan selama masa kuliah, terutama kepada Ajeng,
Lisa, Nancy, Merry, Hesti, Michelle, Risa, Kristina, dan Retno.
8. Komisi Pembinaan Pemuridan (KPP) yaitu Togi, Debora, Meiada, Bertha,
Ririn, Kristi, dan Kelompok Kecil Pemuridan (KKP) yaitu kak Meiyu,
Yesica, Prinsa, Citra, Astra, Desi, dan Monica serta asistensi UZIA,
OBAJA, dan El-Hagadol yang telah memberikan semangat, keceriaan,
doa, dan pembelajaran hidup kepada penulis.
9. Saudara-saudari penulis di Persekutuan Mahasiswa Kristen yaitu Novita,
Lenny, Connie, Yesika, Vera, Ribkha, Desi, Basten, dan Vania atas
dukungan, kerjasama, kebersamaan, doa, dan semangat yang diberikan
kepada penulis.
10. Gembala, pengerja, dan Imam Musik GBI Ciomas atas doa, kebersamaan,
kasih persaudaraan, keceriaan, sukacita, dan semangat.
11. Seluruh penghuni Perwira 77 yang telah memberikan semangat, inspirasi,
dan kemeriahan selama tinggal bersama dengan penulis.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Reni Tilova
H14070023
RIWAYAT HIDUP
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10
2.1 Teori Perdagangan Internasional ........................................................ 10
2.2 Teori Permintaan ................................................................................ 13
2.2.1 Pergerakan Kurva Permintaan ................................................... 13
2.2.2 Pergeseran Kurva Permintaan ................................................... 15
2.3 Teori Nilai Tukar ................................................................................. 17
2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 18
2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual ........................................................ 20
2.6 Hipotesis ............................................................................................. 24
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 25
3.1 Jenis dan Sumber Data........................................................................ 25
3.2 Metode Analisis Data ......................................................................... 25
3.2.1 Analisis Panel Data ................................................................... 26
3.2.2 Pemilihan Model ....................................................................... 30
3.2.3 Pengujian Model ....................................................................... 32
3.3 Model Penelitian ................................................................................. 37
3.4 Definisi Operasional ........................................................................... 38
IV. GAMBARAN UMUM .............................................................................. 40
4.1 Pertambangan Batubara Indonesia ..................................................... 40
ix
4.2 Jenis dan Karakteristik Batubara Indonesia ........................................ 42
4.3 Produksi Batubara............................................................................... 44
4.4 Konsumsi Domestik ........................................................................... 47
4.5 Ekspor ................................................................................................. 48
4.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Batubara Indonesia.... 50
4.6.1 Permintaan Batubara Negara Tujuan Ekspor ............................ 50
4.6.2 Gross Domestic Product (GDP) Per Kapita Negara Tujuan
Ekspor Batubara Indonesia ....................................................... 52
4.6.3 Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor ................................. 53
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 55
5.1 Hasil Estimasi Fungsi Permintaan Ekspor Batubara Indonesia .......... 55
5.2 Kriteria Statistik .................................................................................. 56
5.3 Kriteria Ekonometrika ........................................................................ 57
5.4 Kriteria Ekonomi ................................................................................ 58
5.4.1 Harga Ekspor Batubara Indonesia ............................................. 58
5.4.2 GDP Per Kapita ......................................................................... 59
5.4.3 Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor ................................. 60
5.4.4 Nilai Tukar Riil ......................................................................... 60
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 62
6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 62
6.2 Saran ................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 64
LAMPIRAN ........................................................................................................ 66
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
4. Kurva Permintaan................................................................................. 14
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xiii
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya
perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
terpenuhi agar roda industrialisasi terus dapat berjalan adalah ketersediaan bahan
bakar untuk menggerakkan mesin-mesin yang terus berputar setiap saat. Oleh
sebab itu negara-negara di dunia berusaha untuk memenuhi pasokan energi dalam
negerinya agar industrinya dapat terus berjalan dan tetap bisa mendatangkan
Batubara adalah salah satu pilihan energi alternatif yang saat ini banyak
rata-rata 2,6 persen per tahun antara periode 2005-2015 dan kemudian melambat
menjadi rata-rata 1,7 persen per tahun sepanjang 2015-2030 (International Energy
Agency, 2010).
8000
7000
6817,9
6866,6
6000 6684,9
6395,6
5000 6118,1
Million/Ton
5846,8
5513,9
4000 5120,2
5012,9
3000 4990,5
4804
Konsumsi
2000
1000
0
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
1
Batubara memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan
Penurunan ini disebabkan karena adanya krisis finansial global. Tetapi keadaan
sepuluh produsen utama batubara, yaitu Cina, Amerika Serikat, India, Australia,
1.2 menunjukkan sepuluh besar produsen batubara dunia pada tahun 2009.
Kesepuluh negara produsen ini menghasilkan sekitar 5990 juta ton batubara
produksi dunia yakni 2971 juta ton, diikuti oleh Amerika Serikat sebesar 919 juta
ton, India sebesar 526 juta ton, Australia sebesar 335 juta ton, Indonesia sebesar
263 juta ton, Afrika Selatan sebesar 247 juta ton, Rusia sebesar 229 juta ton,
Kazakhstan sebesar 96 juta ton, Polandia sebesar 78 juta ton, dan Colombia
sebesar 73 juta ton. Selain sebagai produsen batubara terbesar, Cina juga
negara pengimpor batubara, Cina termasuk dalam pengimpor kedua terbesar dunia
dengan estimasi total impor sebesar 137 juta ton pada tahun 2009.
2
3500
3000 2971
2500
2000
1500
1000 919
526
500 335 263 247 229 96 78 73
0
Konsumsi batubara terbesar adalah Asia yaitu sekitar 65,6 persen dari
konsumsi batubara dunia. Hal inilah yang menjadikan Asia sebagai pasar terbesar
batubara oleh negara-negara di Asia, seperti Jepang, India, Taiwan, Korea Selatan,
memberikan prospek pasar yang menarik bagi para eksportir batubara. Adanya
sebagai eksportir batubara memiliki peran yang penting sebagai pemasok batubara
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa total ekspor batubara dunia dari
kedelapan negara ini adalah sebesar 960,7 juta ton. Australia merupakan eksportir
batubara terbesar dunia dengan jumlah ekspor batubara pada tahun 2009 adalah
sebesar 288,5 juta ton dengan pangsa pasar dunia sebesar 26,5 persen.
3
Tabel 1.1 Negara Eksportir Batubara Terbesar Dunia Tahun 2009
Jumlah Ekspor Batubara Pangsa Pasar Dunia
Negara
(Juta ton) (%)
Australia 288,5 26,5
Indonesia 261,4 24,0
Rusia 130,9 12,0
Kolombia 75,7 6,9
Afrika Selatan 73,8 6,8
Amerika Serikat 60,4 5,5
China 38,4 3,5
Kanada 31,9 2,9
Sumber : International Energy Annual, 2010
tingkat rendah (low rank) seperti bituminus, sub bituminus, dan briket. Sedangkan
batubara berkalori tingkat tinggi (high rank) karena akan menghasilkan panas
Asia. Jepang, India, Taiwan, Korea Selatan, dan Cina merupakan lima negara
Agreement (EPA) antara Indonesia dengan Jepang yang memuat kerjasama untuk
kerjasama ini dikarenakan Cina sebagai pemasok utama batubara ke Jepang telah
4
Selatan, dan Cina yang merupakan negara terbesar tujuan ekspor batubara
Indonesia.
pembangkit listrik. India memiliki sumberdaya batubara sekitar 267 miliar ton,
namun sumber daya tersebut rata-rata berada pada hutan lindung dan lokasi-lokasi
izin pertambangan oleh kementerian lingkungan setempat. Oleh sebab itu dengan
Kementerian ESDM (2011) menyatakan bahwa tahun ini negara Cina akan
sepanjang April tahun 2011 sekitar US$ 93 per ton karena harganya lebih murah
dibandingkan batubara dari Australia dan Afrika Selatan, bahkan harga batubara
domestik sekali pun. Selain itu adanya pembatasan ekspor batubara Cina ke
Jepang oleh pemerintah sejak tahun 2008 mendorong Jepang untuk mengimpor
batubara dari Indonesia. Pembatasan ekspor oleh Cina ini dilakukan melalui
Begitu juga dengan negara Taiwan dan Korea Selatan. Pada tahun 2010,
Taiwan telah membeli batubara Indonesia senilai US$ 1,2 miliar yang digunakan
oleh BUMN pembangkit listrik Taiwan Power untuk menyuplai listrik ke Taiwan
dan sejumlah pulau lepas pantai di Cina. Oleh sebab itu perusahaan-perusahaan
5
Taiwan berencana akan membeli lebih banyak sumber daya alam, khususnya
batubara dan gas alam dari Indonesia (Deputi Menteri Perekonomian Taiwan,
2011). Korea Selatan pun membutuhkan batubara dalam jumlah besar untuk
41 juta ton pada tahun 2005 menjadi 67 juta ton pada tahun 2010. Dalam struktur
energi nasional, porsi batubara tahun 2005 sebesar 19 persen dan kemudian
meningkat menjadi 23 persen tahun 2010. Pada tahun 2025, ditargetkan porsi
ini didominasi oleh Australia sebagai eksportir terbesar batubara dunia. Indonesia
peluang yang besar untuk meningkatkan volume batubara yang akan diekspor.
Peluang tersebut antara lain adanya pembatasan ekspor batubara yang dilakukan
oleh Cina sebagai eksportir batubara ke pasar Jepang. Selain itu posisi Cina yang
saat ini menjadi importir batubara terbesar didunia justru akan menjadi pasar
Miranti (2008), bahwa 72 persen konsumsi batubara dunia hingga tahun 2030
akan didominasi oleh Cina dan India. Impor batubara India akan mencapai lebih
6
dari 50 juta ton pada tahun 2020 dan impor batubara Cina diproyeksikan akan
mencapai 150 hingga 230 juta ton pada tahun yang sama. Meningkatnya
permintaan Cina dan India dimasa mendatang akan memberi peluang Indonesia
untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor melalui kedua negara tersebut. Ekspor
berkalori rendah, yakni batubara yang memiliki kelembaban tinggi dan kandungan
energi rendah. Dominasi batubara berkualitas rendah ini tidak terlepas dari Cina
dan India sebagai pasar utama batubara Indonesia, yang memang membutuhkan
batubara berkualitas rendah untuk pembangkit listrik baru mereka. Tentunya ini
mengalami gangguan.
Indonesia.
7
Berdasarkan Tabel 1.2 adapun yang menjadi permasalahan adalah jumlah
permintaan batubara dari negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina dari tahun
ke tahun tidak stabil karena volume dan nilainya berfluktuatif. Kondisi ini
sangat besar untuk menjadi eksportir utama batubara di dunia, sehingga pada
permintaan ekspor batubara di negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina.
diantaranya:
8
(2) Bagi pelaku pasar, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
(4) Bagi pembaca, penelitian ini sebagai bahan referensi dan infomasi
penelitian ini hanya dibatasi kepada empat negara importir terbesar batubara
Indonesia yaitu Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina dalam periode waktu
Harmonized Commodity Description and Coding atau yang lebih dikenal dengan
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain atas
yaitu individu dengan individu, antara individu dengan pemerintah suatu negara
terdiri dari manfaat secara langsung dan manfaat secara tidak langsung. Manfaat
langsung yang dapat diperoleh dari adanya perdagangan internasional antara lain
kebutuhan terhadap barang atau jasa yang tidak dapat diproduksi secara
10
peningkatan upah bagi warga dunia, menghasilkan devisa, dan
asing.
secara teoritis volume ekspor suatu komoditas tertentu dari suatu negara lain
yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess suply). Di lain pihak kelebihan
penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain
pasar dunia seperti harga komoditas subsitusinya di pasar internasional serta hal-
hal yang dapat mempengaruhi harga baik secara langsung maupun tidak langsung.
lebih rendah jika dibandingkan dengan harga domestik negara Jepang sebelum
11
Indonesia lebih rendah karena produksi domestiknya lebih besar daripada
(excess demand) sehingga harga yang terjadi di negara Jepang lebih tinggi. Dalam
hal ini, negara Jepang berkeinginan untuk membeli batubara di negara lain yang
harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara
Indonesia dan negara Jepang, maka akan terjadi perdagangan batubara antara
kedua negara tersebut sehingga harga yang diterima kedua negara tersebut
menjadi sama. Untuk lebih jelasnya dapat diilustrasikan dalam Gambar 2.1 yang
X P*
M
PA
B
0 QA Jumlah 0 Q* Jumlah 0 QB Jumlah
12
internasional lebih tinggi dari pada P A sedangkan permintaan di pasar
internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari P B. Pada saat
harga internasional (P*) sama dengan P A, maka negara Jepang akan terjadi excess
demand (ED) sebesar B. Jika harga internasional sama dengan P B , maka di negara
Indonesia akan terjadi excess supply (ES) sebesar A. Dari A dan B akan terbentuk
kurva ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional
sebesar P*. Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara Indonesia akan
Pergerakan kurva permintaan dapat disebabkan oleh salah satu faktor yaitu
ekonomi dasar menyatakan bahwa harga suatu komoditas dan kuantitas yang akan
diminta berhubungan negatif, dengan faktor lain dianggap tetap atau sama.
Artinya, semakin rendah harga batubara maka jumlah batubara yang diminta akan
adanya hubungan antara jumlah yang diminta pada tingkat harga tertentu, dengan
13
P
P2 B
P1 A
C
P3
D
Q
Q1 Q2 Q3
tingkat harga batubara (P) pada kurva permintaan. Kemiringan yang menurun
meningkat jika harga batubara turun. Ketiga titik (A, B, C) yang terdapat pada
dan kuantitas Q2, titik B adalah titik yang dibentuk dari kombinasi harga P2 dan
kuantitas Q1 dan titik C adalah kombinasi dari harga P3 dan kuantitas Q3.
jumlah batubara yang diminta meningkat dari Q2 ke Q3. Pergerakan dalam kurva
14
2.2.2 Pergeseran Kurva Permintaan
lain :
penurunan harga minyak akan menggeser kurva pemintaan ke kiri dari D ke D**.
D*
D
D**
Q
15
(3) Gross Domestic Product (GDP)
GDP adalah indikator ekonomi untuk mengukur total nilai produk barang
dan jasa akhir dalam suatu perekonomian (Mankiw, 2003). Dampak perubahan
Px Px Px B
E** ES
B Ekspor C’ Sx B**
P3 F’
P2 B C B* E* P2 G H
P1 G I
A* ED
ED
A Dx’
Impor Dx
X X X
negara tujuan ekspor menjadi Dx’. Dengan kurva penawaran yang tetap,
dari G-H menjadi G-I. Jumlah impor meningkat sehingga kurva excess demand
komoditi batubara di pasar dunia juga bergeser ke kanan menjadi ED’. Excess
harga untuk naik. Keseimbangan baru terjadi pada titik E**. Harga batubara di
16
pasar dunia menjadi B**. Peningkatan harga dunia tersebut memberikan insentif
akan meningkat dari titik B-C menjadi B’- C’. Berdasarkan uraian diatas
Nilai tukar adalah salah satu peubah yang responsif terhadap nilai ekspor
suatu komoditas. Menurut Mankiw (2003), nilai tukar adalah tingkat harga yang
Nilai tukar dibedakan atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Menurut
Mankiw (2003), nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua
negara, dan nilai tukar riil adalah harga relatif barang-barang antar kedua negara.
dari suatu negara untuk barang lain. Nilai tukar riil disebut juga term of trade. Jika
nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terdepresiasi, maka harga
riil batubara Indonesia di luar negeri akan menjadi relatif lebih murah daripada
harga batubara lain yang diperdagangkan di pasar dunia sehingga hal tersebut
terhadap batubara asal Indonesia. Hubungan nilai tukar riil dan nominal dapat
17
Rasio tingkat harga merupakan perbandingan antara tingkat harga di
dalam negeri dengan tingkat harga di luar negeri. Dari rumus di atas, maka jika
nilai tukar riil tinggi, barang-barang di luar negeri relatif lebih murah dan barang-
barang domestik relatif lebih mahal. Sedangkan jika nilai tukar riil rendah,
barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang domestik relatif lebih
murah.
memprediksi berapa jumlah batubara yang dapat diekspor oleh Indonesia pada
tahun 2006. Dalam penelitian ini juga dianalisa mengenai distribusi nilai tambah
dan distribusi pendapatan yang diperoleh oleh faktor produksi, institusi, dan
sektor produksi pada perekonomian Indonesia sebagai akibat dari kegiatan ekspor
batubara tersebut.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian.
Kedua, menggunakan alat analisa SNSE. Alat analisa ini digunakan untuk
menghitung efek multiplier, distribusi nilai tambah, dan distribusi pendapatan dari
simulasi kegiatan ekspor batubara. Hasil penelitian yang dilakukan pada kegiatan
18
batubara akan meningkatkan sumbangan sektor pertambangan batubara terhadap
menggunakan dua analisis yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
tahun 2007 meningkat 92,5 persen dibanding tahun 2003. Berdasarkan hasil
ekspor batubara Indonesia ke Jepang adalah harga ekspor riil batubara Indonesia,
harga ekpsor riil batubara Afrika Selatan, harga ekspor riil batubara Australia,
GDP riil negara Jepang, nilai tukar rupiah terhadap yen, dan dummy pembatasan
ekspor batubara Cina. Variabel yang sangat responsif terhadap permintaan ekspor
batubara ke Jepang adalah GDP negara Jepang itu sendiri, sedangkan variabel
19
dampak dari implementasi kebijakan nasional tentang pembatasan ekspor
terhadap komoditi ekspor tak terbarukan tersebut. Peneliti menggunakan tabel I-O
provinsi Jambi sebesar 104,17 milyar. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa
kepada (1) negara-negara tujuan ekspor batubara Indonesia, (2) Variabel yang
Batubara merupakan salah satu bahan bakar disamping minyak dan gas
bumi serta panas bumi. Batubara saat ini banyak digunakan oleh industri-industri
di dunia sebagai salah satu pilihan energi alternatif. Batubara dipilih oleh
beberapa negara karena harga bahan bakar minyak yang semakin tinggi sehingga
migas yang diekspor untuk memenuhi permintaan negara tujuan ekspor. Pada
20
terbesar sebesar 15,26 persen dari total komoditi utama yaitu sebesar 65,22 persen
memberikan prospek pasar yang menarik bagi Indonesia karena selama tahun
2004 hingga 2009, Indonesia tercatat sebagai eksportir batubara kedua terbesar di
dunia setelah Australia. Hal ini dibuktikan dengan sumber daya dan cadangan
sebesar 93,4 miliar ton berada di kawasan hutan Sumatera bagian selatan, Jawa
Tengah, dan Papua Barat. Cadangan batubara yang besar ini menjadikan
ekspor baik volume dan nilai ekspor. Sebagian besar hasil produksi batubara
Indonesia diekspor ke negara tujuan ekspor dengan volume dan nilai ekspor
Asia. Jepang, India, Taiwan, Korea Selatan, dan Cina merupakan lima negara
Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor melalui kelima negara tujuan
ekspor.
Faktor-faktor tersebut antara lain harga ekspor batubara negara tujuan ekspor,
21
GDP perkapita negara tujuan ekspor, jumlah penduduk negara tujuan ekspor
batubara Indonesia, dan nilai tukar negara tujuan ekspor terhadap mata uang
Indonesia. Secara skematis kerangka pemikiran pada penelitian ini, dapat dilihat
22
Konsumsi dunia terhadap batubara
semakin besar
23
2.6 Hipotesis
2. GDP perkapita negara tujuan ekspor yaitu Jepang, India, Korea Selatan,
24
III. METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan panel data dengan periode waktu 9 tahun dari tahun 2001 hingga tahun
2009. Data tersebut diperoleh dari beberapa instansi terkait seperti Kementrian
batubara Indonesia dianalisis dengan menggunakan model panel data. Panel data
menggunakan kombinasi runut waktu (time series) dan kerat lintang (cross
25
3.2.1 Analisis Panel Data
menggunakan data time series atau cross section. Data cross section adalah data
yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu, sedangkan data
time series merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap
suatu individu.
Karena mengkombinasikan data cross section dan time series maka panel
tidak dapat diatasi dalam data cross section murni atau data time series
murni.
4. Data panel lebih baik digunakan untuk studi dynamics of adjusment karena
terkait dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang.
kompleks.
metode, yaitu metode kuadrat terkecil (pooled least square), metode efek tetap
26
1. Metode Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)
Dimana N adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah
kuadrat terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk
setiap unit cross section. Untuk periode t=1, akan diperoleh persamaan regresi
Y it = α + β X it + є it
X it = variabel eksogen
α = intersep
β = slope
i = individu ke-i
є = error
Dari persamaan di atas akan diperoleh parameter α dan β yang konstan dan efisien
cross section dan T menunjukkan jumlah data time series. Pada metode ini asumsi
intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap individu yang
diobservasi.
27
2. Metode Efek Tetap (Fixed Effect)
adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan,
baik antar daerah maupun antar waktu yang kurang sesuai dengan tujuan
penggunaan data panel. Untuk mengatasi hal ini kita dapat menggunakan
Model fixed effect atau Least Square Dummy Variable atau disebut juga
perubahan intersep ini, dapat ditambahkan variabel dummy ke dalam model yang
selanjutnya akan diduga dengan model OLS (Ordinary Least Square) yaitu :
Y it = ∑ αiDi + β X it + є it
X it = variabel eksogen
α i = intersep
β = slope
i = individu ke-i
є = error / simpangan
Pada metode fixed effect estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot
(no weighted) atau Least Square Dummy (LSDV) dan dengan pembobot (cross
section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan
28
ini adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati,
1995).
untuk mengatasi hal ini adalah model random effect. Model random effect disebut
juga sebagai error component model karena dalam model ini, parameter yang
Y it = α 0 + β X it + є it
є it = u it + V it + Wit
Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah error secara individual tidak
tidak mengurangi jumlahnya seperti pada model fixed effect. Hal ini berimplikasi
kepada parameter hasil estimasi akan menjadi efisien. Semakin efisien maka
29
3.2.2 Pemilihan Model
dianalisis agar memperoleh dugaan model yang efisien dan paling baik di antara
berbagai pilihan model. Terdapat tiga pengujian statistik yang digunakan dalam
data panel untuk menentukan model mana yang paling baik untuk dipilih.
1) Chow Test
Chow test atau biasa disebut dengan uji F statistics merupakan pengujian
statistik yang bertujuan untuk memilih apakah lebih baik menggunakan model
Pooled Least Square atau Fixed Effect. Dalam pengujian ini dilakukan dengan
hipotesa berikut :
Dimana: ESS 1 = residual sum square hasil pendugaan model fixed effect
square
Jika nilai chow statistics (F-stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka
30
2) Hausmann Test
dalam memilih apakah menggunakan model fixed effect atau menggunakan model
Sebagai dasar penolakan hipotesa nol tersebut digunakan statistik Hausmann dan
m = ( β – b ) ( M 0 – M 1 )-1 – χ2 ( K )
K = degrees of freedom
Jika nilai χ2 – statistik hasil pengujian lebih besar dari χ2 – tabel maka cukup bukti
3) LM Test
pertimbangan stastisik dalam memilih model random effect dan pooled least
31
Dasar penolakan H 0 yaitu dengan cara membandingkan antara nilai statistik LM
dengan nilai Chi-square. Apabila nilai LM hasil perhitungan lebih besar dari χ2 –
tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H 0 sehingga model
estimasi tersebut. Terdapat tiga kriteria yang umum digunakan dalam menentukan
A. Uji-F
H 1 : minimal ada satu β t ≠ 0 (paling tidak ada satu variabel independen yang
- Probability F-stastistic < taraf nyata (α), maka tolak H 0 dan dapat
32
- Probability F-statistic > taraf nyata (α), maka terima H 0 dan disimpulkan
dependennya.
B. Uji-t
variabel yang terdapat di dalam model. Besaran yang digunakan dalam uji ini
H0 : β1 = 0 t = 1,2,...,n
H1 : β1 ≠ 0
βt = parameter hipotesis
- Jika t-stat > t-tabel, maka tolak H 0 dan dapat disimpulkan bahwa variabel
- Jika t-stat < t-tabel, maka terima H 0 dan dapat disimpulkan bahwa
bebasnya.
Model yang diduga akan semakin baik apabila semakin banyak variabel
bebas yang signifikan atau berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya.
Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat sejauh mana besar keseragaman
yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Nilai R2
33
atau R2 adjusted berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati satu
R2 = [ (Y t – Y) (Y t – Y) / (Y t – Y)2 (Y t – Y)2]
Dimana : Y t = Y aktual
Y t = Y dugaan
Y = Y rata-rata
ekonometrika agar variabel yang diestimasi bersifat BLUE (Best Linier unbiased
A. Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi yang penting dalam regresi linier berganda yang harus
dipenuhi agar model bersifat BLUE adalah Var (u i ) = σ2 (konstan), atau semua
atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Pada
maka model akan menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Dan
jika regresi tetap dilakukan, hasil regresi yang diperoleh menjadi “misleading”.
data panel digunakan metode General Least Square (Cross Section Weights). Jika
sum square resid pada Weighted Statistics lebih kecil dari sum square resid
34
unweighted statistics dapat dikatakan bahwa dalam model panel tersebut terjadi
heteroskedasticity.
B. Autokorelasi
waktu (time series) yang berbeda saling berkorelasi. Masalah autokorelasi ini
akan menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun masih tidak bias dan
regresi yang diperoleh akan underestimated, sehingga R2 akan besar serta uji t dan
uji F akan menjadi tidak valid. Autokorelasi yang kuat dapat menyebabkan dua
tidaknya autokorelasi adalah dengan melihat nilai dari Durbin Watson (DW)
statistiknya yang dibandingkan dengan nilai dari tabel DW. Berikut merupakan
Korelasi serial terjadi apabila error dari periode waktu yang berbeda
saling berkorelasi. Untuk mendeteksi hal ini yaitu dengan melihat pola random
error dari hasil regresi. Dalam pendekatan fixed effect tidak mensyaratkan
35
persamaan terbebas dari masalah autokorelasi sehingga asumsi adanya
C. Multikolinearitas
dan F statistik hasil regresi. Apabila koefisien parameter dari t statistik banyak
yang tidak signifikan sementara F hitungnya signifikan maka patut diduga terjadi
D. Normalitas
mendekati distribusi normal atau tidak. Uji normalitas error term dilakukan
diperoleh dalam model sesuai dengan teori ekonomi. Apabila tanda dan besaran
model yang diperoleh relevan dengan teori ekonomi maka model tersebut dapat
36
3.3 Model Penelitian
Sebelumnya telah dilakukan uji coba menggunakan variabel nilai tukar tetapi
variabel ini tidak mendukung dengan hasil yang baik sehingga didapat model
yang terbaik. Model ini digunakan untuk melihat hubungan volume permintaan
Dimana :
VEB = Volume ekspor batubara Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t (Juta ton)
GDP = Pendapatan per kapita negara tujuan ekspor tahun ke-t (US$)
POP = Jumlah penduduk negara tujuan ekspor tahun ke-t (Juta orang)
KURS = Nilai Tukar Riil negara tujuan ekspor tahun ke-t (Rp/mata uang)
α = intersep
β = slope
variabel, mengurangi perbedaan nilai dari sepuluh kali lipat menjadi dua kali lipat
37
VEB = Volume ekspor batubara Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t (persen)
GDP = Pendapatan per kapita negara tujuan ekspor tahun ke-t (persen)
KURS = Nilai Tukar Riil negara tujuan ekspor tahun ke-t (persen)
α = intersep
β = slope
Selatan, dan Cina yang menjadi variabel tak bebas dalam model
3. GDP adalah ukuran daya beli masyarakat suatu negara terhadap suatu
jiwa.
38
5. Nilai Tukar Riil adalah perbandingan dari perubahan nilai tukar mata
Nilai tukar riil dinyatakan dalam satuan rupiah per mata uang negara
tujuan ekspor.
39
IV. GAMBARAN UMUM
tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan
yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan
yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier
batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun
permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara,
pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak
40
sektor pertambangan merupakan komoditi utama kedua yang mempunyai prospek
yang cerah, yang ditandai dengan nilai ekspor yang besar dan memberikan
batubara. Adapun dua metode yang dipakai dalam penambangan batubara adalah
sebagai berikut:
banyak daripada tambang bawah tanah karena seluruh lapisan batubara dapat
lapisan berada dekat dengan permukaan tanah yaitu dengan perbandingan tebal
(a) Room and pillar, penambangan dengan cara ini memiliki nilai ekonomis
yang tinggi yaitu proses produksi yang lebih cepat dengan biaya yang
murah karena hanya dengan 5 juta dolar penambangan ini sudah bisa
41
mendukung sebelum diadakannya eksploitasi, sehingga penambangan ini
yang tinggi yaitu sebesar 75 persen yang dapat diambil dari panil batubara
sejauh 3 km pada lapisan batubara. Kekurangan dari cara ini adalah dapat
(c) Cut and fill, penambangan dengan cara ini prosesnya cukup rumit dan
lebih kompleks untuk mengurangi kandungan campuran seperti batu dan lumpur.
terkumpul dalam suatu daerah dengan kondisi banyak air memerlukan waktu yang
iklim hangat dan basah biasanya lebih terang dan tebal dibandingkan dengan yang
menentukan mutu dari setiap endapan batubara. Selain itu suhu dan tekanan juga
mempengaruhi mutu dari endapan batubara. Proses awalnya adalah gambut yang
kemudian berubah menjadi lignit (batubara muda) atau brown coal (batubara
42
cokelat), kedua batubara tersebut memiliki kandungan kalori yang rendah.
Dengan mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan
tahun, batubara muda berubah secara bertahap menjadi batubara sub bitumen.
Perubahan kimiawi dan fisika yang berlangsung terus menerus akan mengubah
batubara sub bitumen menjadi batubara yang lebih keras dan berwarna gelap yaitu
Tabel 4.1 Kualitas, Sumber daya dan Cadangan Batubara Indonesia Tahun
2007
Kelas Nilai Kalori Sumber Daya Cadangan
(kal/gr) Juta ton % Juta ton %
Rendah < 5100 21038.80 22.50 5397.55 28.90
Sedang 5100-6100 58937.91 63.10 11184.88 59.80
Tinggi 6100-7100 12424.16 13.30 1946.65 10.40
Sangat tinggi >7100 1001.65 1.07 182.47 0.97
Sumber : Pusat Sumber Daya Geologi dalam Direktorat Pengusahaan Mineral,
Batubara, dan Geothermal, 2008 (diolah)
kandungan abu dan sulfur yang rendah. Namun cadangan batubara Indonesia
mempunyai volatilitas (volatile) dan kandungan air (moisture) yang relatif tinggi.
kualitas rendah memiliki nilai kalori kurang dari 5100 kal/gr dan kadar air 30-45
persen. Batubara jenis ini sering disebut sebagai lignit. Sedangkan batubara sub
bituminus (kualitas sedang) memiliki nilai kalori antara 5100 sampai 6100 kal/gr
dengan kadar air 10-25 persen . Sementara itu, bitumin atau batubara berkualitas
tinggi memiliki nilai kalori antara 6100 sampai 7100 kal/gr dengan 57 kadar air
sekitar 5-10 persen. Semakin tinggi kalori batubara maka semakin tinggi
kualitasnya.
43
Batubara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras, kuat serta
seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batubara dengan mutu yang
lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban
yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit
merupakan batubara dengan kualitas terbaik. Batubara jenis ini memiliki nilai
kalori diatas 7100 kal/gr dan kadar air hanya 1-3 persen.
batubara berkalori sedang yaitu dengan sumber daya sebesar 63,10 persen dan
cadangan sebesar 59,80 persen dari batubara yang tersedia di Indonesia. Selain
sub bituminus, batubara jenis lignit juga melimpah di Indonesia yaitu dengan
sumber daya sebesar 22,50 persen dengan cadangan sebesar 28,90 persen.
Indonesia memiliki sumber daya batubara berkualitas tinggi yang terbatas seperti
bitumen dan antrasit padahal kedua jenis batubara ini yang paling diminati oleh
sendiri adalah sebesar 13,30 persen dan 10,40 persen, dan batubara antrasit yang
tersedia di Indonesia hanya sebesar 1,07 persen dengan cadangan sebesar 0,97
persen.
Selain minyak dan gas bumi, batubara merupakan salah satu komoditi
sejak tahun 1990 dan diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan
44
batubara sejak tahun 2005 mengalami peningkatan dan pada tahun 2007 hingga
2005 sangat tinggi, yakni mencapai 32,09 persen. Pertumbuhan produksi batubara
tertinggi terjadi pada tahun 1984 yang mencapai 123,33 persen dengan produksi
sebesar 1.084.652 metrik ton. Produksi batubara pada tahun 2005 sebesar
141.048.545 metrik ton atau tumbuh sebesar 6,65 persen. Produksi batubara dari
tahun 2006 hingga tahun 2025 diperkirakan akan tumbuh sebesar 112,8 persen
(DSEM, 2006).
pada pasar ekspor batubara Indonesia, salah satunya di negara Cina. Hal ini terkait
peraturan pengiriman barang yang semakin ketat. Oleh sebab itu permintaan
lebih dari 70 persen dari total produksi batubara Indonesia dikirim untuk
kapasitas produksi batubara Indonesia adalah sebesar 200 juta ton dan bisa
hingga 93 tahun lagi. Pada tahun 2009, sumber daya batubara Indonesia
diperhitungkan mencapai 104,76 miliar ton. Hal ini menunjukkan bahwa sumber
daya batubara meningkat dengan pertumbuhan rata-rata hampir 6 persen per tahun
dimana dua tahun sebelumnya sumber daya batubara hanya mencapai 93,4 miliar
45
ton. Cadangan batubara Indonesia tersebar cukup luas di berbagai daerah di
Tabel 4.2 Sumber Daya dan Cadangan Batubara di Indonesia per Januari
2009 (juta ton)
Provinsi Sumber Daya Cadangan
Banten 13,31 0,00
Jawa Barat 0,00 0,00
Jawa Tengah 0,82 0,00
Jawa Timur 0,08 0,00
Nanggroe Aceh Darussalam 450,15 0,00
Sumatera Utara 26,97 0,00
Riau 1767,54 1940,37
Sumatera Barat 732,16 36,75
Bengkulu 198,65 21,12
Jambi 2069,07 9,00
Sumatera Selatan 47085,08 9542,01
Lampung 106,95 0,00
Kalimantan Barat 527,52 0,00
Kalimantan Tengah 1586,34 74,28
Kalimantan Selatan 12265,56 3523,24
Kalimantan Timur 37537,98 3633,04
Sulawesi Selatan 231,12 0,12
Sulawesi Tengah 1,98 0,00
Maluku Utara 2,13 0,00
Irian Jaya 151,26 0,00
Papua 2,16 0,00
Total 104756,84 18779,93
Sumber: Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia, 2009 (diolah)
Indonesia berjumlah 104.756,84 juta ton. Cadangan batubara ini tersebar cukup
luas di berbagai daerah dengan cadangan yang dapat ditambang sebesar 18.779,93
juta ton. Sumber daya dan cadangan batubara Indonesia sebagian besar terletak di
Pulau Sumatera dan Kalimantan. Hanya sebesar 3,8 persen sumber daya batubara
46
Indonesia yang tersebar di pulau-pulau besar lainnya. Sumber daya batubara yang
terbesar terletak di provinsi Sumatera Selatan sebesar 47.085,08 juta ton dan
terbesar terletak di Sumatera Selatan yaitu sebesar 9.542,01 juta ton dan
dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki sumber daya dan cadangan batubara
dari 15 persen per tahun. Sebagian besar dari konsumsi batubara tersebut
Indonesia adalah PLN. Perusahaan negara ini mengkonsumsi lebih dari 80 persen
pasokan batubara domestik atau sekitar 34 juta ton pada 2010, sedangkan sisanya
dikonsumsi oleh industri domestik, seperti baja dan semen. Penggunaan batubara
pada sektor industri meliputi industri-industri semen dan keramik, pulp dan kertas,
besi dan baja, serta industri lainnya yang meliputi tekstil dan makanan.
yang cukup besar. Kebutuhan batubara pada industri semen pada tahun 2008
mencapai sekitar 6.8 juta ton. Pada industri-industri besi dan baja, pulp dan kertas,
47
bahan bakar pembangkit listrik. Semakin meningkatnya penggunaan batubara
harga minyak dan tidak tercukupinya listrik dari PLN (Petromindo, 2009).
dalam bentuk briket untuk memenuhi kebutuhan energi pada sektor rumah tangga
serta industri kecil dan menengah. Briket batubara diperkirakan akan semakin
tangga. Namun secara pangsa, batubara untuk briket masih tidak signifikan bila
4.5 Ekspor
Australia sebagai eksportir batubara terbesar dunia. Pada tahun 2009, nilai ekspor
180
161,34
160
140,05140,52
140 129,12
120 105,82
93,29
Juta Ton
100
79,39 84,02
80 65,36
60 44,98 42,23
38,4 41,98
40
20
0
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan tertinggi adalah pada tahun 2001 yaitu
48
sebesar 54 persen dengan total kenaikan ekspor sebesar 23.13 juta ton. Sejak saat
itu ekspor batubara Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun
hingga pada tahun 2008 ekspor batubara mencapai 140.52 juta ton. Kemudian
naik sebesar 14,8 persen pada tahun 2009 dengan jumlah ekspor mencapai 161.34
juta ton. Sebagian besar negara tujuan ekspor batubara Indonesia adalah negara-
negara di Asia seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, India, Taiwan, Malaysia,
seperti Spanyol, Itali, Belanda, Switzerland, dan Inggris serta kawasan Asia
pembatasan ekspor batubara Cina ke Jepang. Hal ini terjadi karena Cina akan
2009)
yang signifikan dari tahun ke tahun. Selain dipicu oleh booming harga batubara,
hal ini pun dipengaruhi oleh semakin banyaknya pembangunan PLTU di luar
49
negeri yang menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Tingginya
ekspornya.
45.000.000.000
40.000.000.000
35.000.000.000
30.000.000.000
Negara Jepang
Juta Ton
25.000.000.000
20.000.000.000 Negara India
15.000.000.000 Negara Korea Selatan
10.000.000.000 Negara Cina
5.000.000.000
0
International Energy Agency, 2010 pasokan listrik yang dihasilkan oleh Jepang
pada tahun 2009 terdiri dari tenaga Batubara sebesar 28 persen, Nuklir sebesar 27
persen, Gas sebesar 26 persen, Minyak sebesar 9 persen, dan Hidro sebesar 8
persen.
50
Walaupun pasca bencana gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada
tahun 2011, tidak menurunkan jumlah permintaan batubara Indonesia. Saat ini
produksi listrik Jepang terganggu dengan rusaknya beberapa PLTN setelah gempa
pasokan listrik Jepang. Salah satunya adalah dengan menambah impor batubara.
Menurut data Ditjen Minerba pada tahun 2010, Jepang mengimpor batubara
Indonesia sebesar 24 juta ton atau hampir sebesar 10 persen dari total produksi
batubara Indonesia 2010 sebesar 275 juta ton. Realisasi impor batubara Jepang
pada tahun 2010 berjumlah 116.5 juta ton. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2010
membutuhkan batubara sekitar 609 juta ton, sementara produksi batubara India
pada tahun 2010 sebesar 533 juta ton. Sehingga India harus mengimpor batubara
kebutuhan pembangkit listrik India yaitu sekitar 18 juta ton. Peluang kerjasama
bidang batubara antara India dan Indonesia masih terbuka di antaranya dalam
batubara kelas rendah (low rank coal), kesempatan investasi dan kerjasama dalam
pendidikan dan pelatihan. Kerjasama antara pemerintah Indonesia dan India ini
51
pemanfaatan dan pengelolaan batubara pada kedua negara (Kementerian ESDM,
2010).
energi untuk pembangkit tenaga listrik. Sebagian besar kebutuhan batubara Korea
Selatan diimpor dari Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun
juta ton.
Pada tahun 2009 konsumsi batubara Cina mencapai 340 juta ton dengan
laju pertumbuhan sepanjang tahun 2005 sampai tahun 2009 sebesar 5 sampai 15
persen per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan domestik, sekitar 180 juta ton
bagi Cina pada tahun 2010 dengan volume sebesar 55 juta ton untuk kebutuhan
4.6.2 Gross Domestic Product (GDP) Per Kapita Negara Tujuan Ekspor
Batubara Indonesia
suatu negara terhadap suatu produk. GDP Riil yang semakin meningkat
mengindikasikan bahwa daya beli suatu masyarakat menjadi lebih tinggi. Semakin
tingginya daya beli suatu masyarakat maka akan semakin tinggi pula tingkat
konsumsinya.
52
45000
40000
35000
30000
NEGARA Jepang
US Dollar
25000
NEGARA India
20000
NEGARA Korea Selatan
15000
NEGARA Cina
10000
5000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : www.worldbank.org
Gambar 4.3 GDP Negara Tujuan Ekspor Batubara Indonesia tahun
2001-2009
konsumsi akan batubara semakin tinggi diikuti dengan semakin tingginya daya
beli masyarakat. Negara Jepang memiliki GDP per kapita tertinggi dari negara
India, Korea Selatan, dan Cina. Oleh sebab itu, negara Jepang mengimpor
dengan Korea Selatan, pada tahun 2010 GDP riil meningkat hingga 5,5 persen.
korelasi positif terhadap jumlah komoditi yang diminta. Jika jumlah penduduk
suatu negara meningkat maka akan meningkatkan jumlah suatu komoditi yang
diminta dan menggeser kurva permintaan ke arah kanan atas (ceteris paribus).
53
1,4E+09
1,2E+09
1E+09
Negara India
60000000
Negara Korea Selatan
40000000 Negara Cina
20000000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : www.worldbank.org
Gambar 4.4 Jumlah Penduduk Negara Jepang, India, Korea Selatan, Cina
dengan jumlah penduduk terbanyak dalam daftar pengimpor batubara dan bahkan
setelah Jepang, India, Korea Selatan. Peningkatan jumlah penduduk Cina disertai
juga dengan peningkatan jumlah batubara Indonesia yang diimpor. Selain Cina,
India juga merupakan salah satu negara yang berpenduduk banyak di dunia.
54
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil estimasi dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam tiga
mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.
Bagian kedua akan dijabarkan mengenai hasil uji ekonometrika yang terdiri dari
bagian ketiga merupakan bagian yang paling penting karena akan dijelaskan
pemaparan hasil secara ekonomi yang dibandingkan dengan fakta yang terjadi di
tujuan studi terdahulu serta berbagai alternatif spesifikasi model yang telah
dicoba. Analisis yang digunakan adalah regresi data panel. Setelah dilakukan
+ Ut
Dimana:
VEB = Volume ekspor batubara Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t (persen)
GDP = Pendapatan per kapita negara tujuan ekspor tahun ke-t (persen)
55
KURS = Nilai Tukar Riil negara tujuan ekspor tahun ke-t (persen)
Selatan, dan Cina yang dihasilkan dari output Eviews menghasilkan nilai R-
Berdasarkan nilai probability F-statistic pada model lebih kecil dari taraf
nyata 10 persen yang digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa model dianggap
56
mampu merepresentasikan permintaan ekspor batubara di Jepang, India, Korea
Sebuah model dikatakan baik jika memenuhi kebaikan uji statistik maupun
Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa nilai sum square resid pada weighted
statistic (2.393088) lebih kecil dari pada nilai sum square resid pada unweighted
nilai korelasi antar variabel yang terdapat di dalam model. Model tersebut
apakah error term mendekati distribusi normal atau tidak. Uji ini dapat dilakukan
persen. Berdasarkan uji normalitas maka dihasilkan nilai probabilitas Jarque Bera
sebesar 0.53 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa model yang digunakan telah memiliki error yang telah
57
5.4 Kriteria Ekonomi
5.4.1 Harga Ekspor Batubara Indonesia
yang terjadi pada transaksi perdagangan maka jumlah permintaan komoditi suatu
bahwa variabel harga ekspor batubara memiliki koefisien yang bertanda positif
dan bernilai sebesar 0.112. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan
harga ekspor batubara sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume
batubara yang diminta sebesar 0.112 persen. Variabel harga ekspor batubara ini
ternyata tidak sesuai dengan teori dan hipotesis yang dibuat. Ketidaksesuaian ini
diduga karena adanya kontrak berjangka pada penjualan dan pembelian batubara
Harga batubara dalam kontrak ini mengacu kepada rata-rata indeks ICI-1
(Newcastle Global Coal Index). Harga batubara berlaku untuk harga harga spot
(kontrak penjualan di bawah 12 bulan) dan untuk harga term (kontrak penjualan
lebih dari 12 bulan). Harga batubara acuan ini menggunakan rata-rata harga
batubara acuan pada tiga bulan terakhir yang berlaku untuk penjualan batubara
selama 12 bulan (Kementerian ESDM, 2009). Hal ini diduga yang menyebabkan
negara tujuan ekspor karena harga yang digunakan adalah pada waktu kontrak
dilakukan.
variabel harga ekspor batubara sebesar 0.0603 yang lebih kecil dari pada taraf
58
nyata 10 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel harga ekspor batubara
barang dan jasa suatu negara. Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa
koefisien GDP per kapita memiliki tanda positif sebesar 5.823. Hal ini sesuai
dengan hipotesis penelitian. Artinya jika terjadi kenaikan satu persen pendapatan
5.823 persen. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui juga bahwa variabel
GDP per kapita berpengaruh nyata pada taraf nyata 10 persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa variabel GDP per kapita negara Jepang, India, Korea
2009). Berdasarkan hasil estimasi negara Jepang sebagai negara tujuan ekspor
batubara Indonesia, variabel GDP nyata pada taraf nyata 5 persen dan nilai
koefisien GDP memiliki tanda yang sesuai dengan hipotesis. Jika GDP suatu
negara meningkat, maka konsumsi negara tersebut terhadap suatu komoditi akan
meningkat pula. Hal ini terjadi pada barang normal, karena konsumsi barang
59
5.4.3 Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor
korelasi positif terhadap jumlah komoditi yang diminta. Artinya jika jumlah
komoditi yang diminta dan menggeser kurva permintaan ke arah kanan atas
(ceteris paribus).
jumlah penduduk memiliki koefisien yang bertanda negatif dan bernilai sebesar
8.870. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan jumlah penduduk
sebesar satu persen maka akan menurunkan volume batubara yang diminta
sebesar 8.870 persen. Variabel jumlah penduduk ini ternyata tidak sesuai dengan
teori dan hipotesis yang dibuat. Ketidaksesuaian ini diduga karena batubara
merupakan salah satu komoditi yang tidak langsung dikonsumsi masyarakat tetapi
dari bahan baku batubara tersebut. Oleh sebab itu batubara tidak hanya
dipengaruhi oleh penduduk negara yang mengimpor tetapi dipengaruhi juga oleh
penduduk negara lain dimana industri negara tersebut mengekspor produk yang
tukar sebesar 0.494 dan memiliki tanda negatif. Artinya apabila nilai tukar rupiah
terdepresiasi atau turun sebesar satu persen maka akan meningkatkan permintaan
60
ekspor batubara Indonesia sebesar 0.494 persen (ceteris paribus). Disamping itu
pula variabel nilai tukar riil memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
volume ekspor yang ditandai dengan nilai probabilitas dari variabel nilai tukar riil
sebesar 0.0297 yang lebih kecil dari pada taraf nyata 10 persen. Hal tersebut
Koefisien nilai tukar riil sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Nilai
tukar riil memiliki pengaruh negatif terhadap permintaan ekspor komoditi tertentu
di suatu negara. Apabila terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang
negara tujuan ekspor, maka harga barang di Indonesia relatif lebih murah daripada
Indonesia akan meningkat. Hal ini akan mendorong negara Jepang, India, Korea
Selatan, dan Cina untuk meningkatkan permintaan batubara dari negara yang
memiliki harga relatif lebih murah sehingga akan merangsang peningkatan ekspor
61
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
positif terhadap permintaan ekspor batubara Indonesia. Hal ini tidak sesuai
b. GDP per kapita negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina memiliki
permintaan ekspor batubara Indonesia. Artinya jika nilai tukar riil rupiah
62
menurun sebesar satu persen maka akan meningkatkan permintaan
batubara.
6.2 Saran
Selatan, dan Cina merupakan prospek yang cerah bagi ekspor batubara Indonesia.
Batubara dapat menjadi sumber devisa negara. Berdasarkan variabel yang diteliti
hanya variabel nilai tukar yang dapat dikendalikan oleh pemerintah Indonesia.
nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor. Dengan demikian
63
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, M. 2012. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. IPB
Press, Bogor.
64
Rahmawati. 2007. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya
terhadap Perekonomian Indonesia [Skripsi]. Program Studi Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
65
LAMPIRAN
66
Lampiran 1. Data Penelitian
Harga
Negara Tahun Volume Ekspor Batubara GDP Populasi Nilai Tukar
(Juta Ton) (US$/Kg) (US$) (Juta Orang) Riil
Jepang 2001 15.011.059.724 23.95773003 36.776 127.149.000 118.8936273
2002 16.717.868.385 22.42407508 36.787 127.445.000 93.55157918
2003 20.472.024.026 34.88105027 37.227 127.718.000 87.14418685
2004 22.699.937.014 48.02242102 38.236 127.761.000 91.53596692
2005 27.312.807.557 38.00000000 38.972 127.773.000 88.26683333
2006 35.295.664.290 27.88032033 39.772 127.756.000 69.83485627
2007 35.255.506.580 57.18444973 40.707 127.770.750 64.79291667
2008 36.259.746.265 56.10601416 40.238 127.704.000 72.40685235
2009 32.217.820.983 152.8807394 38.177 127.560.000 80.36389832
India 2001 4.335.395.010 17.51816391 469 1.032.473.426 257.7083997
2002 5.092.534.781 16.09530368 479 1.048.640.721 213.7691938
2003 7.812.699.400 25.54040148 512 1.064.398.612 199.7931182
2004 10.674.103.472 35.00000000 546 1.079.721.194 209.1904069
2005 16.255.416.221 27.00000000 589 1.094.583.000 220.5375
2006 20.742.398.003 22.00000000 635 1.109.811.147 190.4258989
2007 25.179.146.595 50.00000000 688 1.124.786.997 208.5682976
2008 26.396.640.263 46.00000000 712 1.139.964.932 206.2967355
2009 39.108.918.130 112.00000000 766 1.155.347.678 210.1042181
Korea Selatan 2001 5.427.419.340 18.59205322 11.711 47.357.000 9.758487878
2002 7.461.749.189 17.8898223 12.478 47.622.000 8.488084457
2003 7.856.883.018 31.18397914 12.764 47.859.000 7.933981221
2004 11.740.787.186 40.00000000 13.304 48.039.000 8.398149536
2005 14.376.567.954 31.00000000 13.802 48.138.000 9.482566667
2006 21.314.096.718 23.00000000 14.469 48.297.000 8.677445009
2007 27.371.494.943 53.00000000 15.158 48.456.000 8.56709815
2008 26.355.551.782 48.00000000 15.458 48.607.000 7.362085412
2009 33.418.449.116 124.00000000 15.444 48.747.000 6.623130849
Cina 2001 656.720.000 24.45531002 1.021 1.271.850.000 1621.876972
2002 2.531.438.169 25.44629037 1.106 1.280.400.000 1316.532268
2003 554.566.000 45.97996145 1.209 1.288.400.000 1149.104191
2004 1.473.143.859 37.3628904 1.323 1.296.075.000 1170.97943
2005 2.503.155.834 23.21219808 1.464 1.303.720.000 1186.749167
2006 6.656.464.350 21.89093852 1.641 1.311.020.000 1031.252859
2007 14.186.311.184 50.0757981 1.864 1.317.885.000 1061.855171
2008 15.673.734.380 44.7685307 2.033 1.324.655.000 1185.506757
2009 38.790.622.290 118.978574 2.206 1.331.460.000 1225.928941
67
Sumber : UNComtrade, Worldbank, Kementrian Perdagangan, tahun 2001-2009, diolah
68
2006 22.61885 3.086073 0.49531 20.99407 6.93853
2007 23.37554 3.913538 0.62272 20.99929 6.967773
2008 23.47525 3.801505 0.70951 21.00442 7.077926
2009 24.38144 4.778943 0.79118 21.00954 7.111454
Sumber : UNComtrade, Worldbank, Kementrian Perdagangan, tahun 2001-2009, diolah
10
Series: Standardized Residuals
Sample 2001 2009
8 Observations 36
Mean -5.02e-16
6 Median -0.026066
Maximum 0.673593
Minimum -0.470501
4 Std. Dev. 0.261484
Skewness 0.457280
Kurtosis 3.074953
2
Jarque-Bera 1.263059
Probability 0.531778
0
-0.4 -0.2 -0.0 0.2 0.4 0.6
69