Anda di halaman 1dari 83

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PERMINTAAN BATUBARA INDONESIA


DI EMPAT NEGARA TUJUAN EKSPOR TERBESAR

OLEH
RENI TILOVA
H14070023

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN

RENI TILOVA. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Batubara


Indonesia di Empat Negara Tujuan Ekspor Terbesar (dibimbing oleh
WIDYASTUTIK).

Batubara adalah salah satu pilihan energi alternatif yang saat ini banyak
digunakan oleh industri-industri di dunia. Menurut International Energy Agency
(2010), konsumsi batubara dunia akan tumbuh rata-rata 2,6 persen per tahun
antara periode 2005-2015 dan kemudian melambat menjadi rata-rata 1,7 persen
per tahun sepanjang 2015-2030.
Konsumsi batubara terbesar adalah Asia yaitu sekitar 65,6 persen dari
konsumsi batubara dunia. Adanya pembangunan pembangkit listrik di sejumlah
kawasan Asia membuat komoditi ini sangat dibutuhkan di kawasan tersebut
(World Coal Institute, 2008). Hal inilah yang menjadikan Asia sebagai pasar
terbesar batubara dunia. Tingginya konsumsi batubara menyebabkan naiknya
permintaan batubara oleh negara-negara di Asia, seperti Jepang, India, Taiwan,
Korea Selatan, Cina, Hongkong, Thailand, dan Malaysia. Tingginya permintaan
batubara di Asia memberikan prospek pasar yang menarik bagi para eksportir
batubara. Indonesia merupakan salah satu eksportir batubara yang memiliki peran
penting sebagai pemasok batubara di pasar dunia yaitu sebesar 24 persen. Jepang,
India, Korea Selatan, Taiwan, dan Cina merupakan lima negara terbesar tujuan
ekspor batubara Indonesia. Jumlah permintaan batubara dari negara Jepang, India,
Korea Selatan, dan Cina dari tahun ke tahun tidak stabil karena volume dan
nilainya berfluktuatif. Kondisi ini dirasakan belum maksimal mengingat Indonesia
masih memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi eksportir utama
batubara di dunia.
Studi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
permintaan ekspor batubara Indonesia di Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina.
Negara Taiwan tidak diikutsertakan dalam penelitian ini dikarenakan adanya
keterbatasan data dari variabel-variabel yang akan dianalisis. Penelitian ini
menggunakan metode panel data dengan data sekunder, berupa deret waktu (time
series) dari tahun 2001 hingga tahun 2009. Pengolahan data menggunakan
program Eviews 6 dan Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hasil estimasi yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 10 persen (0,1)
terhadap permintaan batubara Indonesia adalah harga ekspor batubara negara
tujuan ekspor, GDP per kapita negara tujuan ekspor, jumlah penduduk negara
tujuan ekspor, dan nilai tukar riil negara tujuan ekspor. Variabel harga ekspor
batubara memiliki tanda koefisien yang tidak sesuai dengan hipotesis.
Ketidaksesuaian ini diduga karena adanya kontrak berjangka pada penjualan dan
pembelian batubara antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor sehingga harga
yang meningkat tidak menjadi masalah bagi para importir.
Variabel jumlah penduduk negara tujuan ekspor juga memiliki tanda
koefisien yang tidak sesuai dengan hipotesis. Jumlah penduduk berpengaruh
negatif terhadap permintaan ekspor batubara Indonesia. Hal tersebut diduga
karena batubara merupakan salah satu komoditi yang tidak langsung dikonsumsi
masyarakat tetapi dikonsumsi oleh industri.
Berdasarkan hasil penelitian variabel yang diteliti, hanya variabel nilai
tukar yang dapat dikendalikan oleh pemerintah Indonesia sehingga disarankan
perlunya peran pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam menstabilkan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor. Dengan demikian harga
ekspor menjadi lebih kompetitif di pasar internasional sehingga akan
meningkatkan volume ekspor batubara.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PERMINTAAN BATUBARA INDONESIA
DI EMPAT NEGARA TUJUAN EKSPOR TERBESAR

OLEH
RENI TILOVA
H14070023

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN

BATUBARA INDONESIA DI EMPAT NEGARA TUJUAN EKSPOR

TERBESAR” ADALAH BENAR-BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG

BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA

ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2012

Reni Tilova
H14070023
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan
Batubara Indonesia di Empat Negara Tujuan Ekspor
Terbesar
Nama Mahasiswa : Reni Tilova
NRP : H14070023

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Widyastutik, M.Si
NIP. 19751105 200501 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec


NIP. 19641022 198903 1 003

Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Permintaan Batubara di Empat Negara Tujuan Ekspor Terbesar”. Penelitian ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :
1. Widyastutik, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga
dapat diselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec selaku dosen penguji utama
dan Bapak Dr. Alla Asmara selaku dosen penguji dari komisi pendidikan
atas segala masukan, kritik, dan saran yang membangun untuk perbaikan
skripsi penulis.
3. Seluruh staf departemen Ilmu Ekonomi atas bantuan selama masa
perkuliahan dan proses menyelesaikan skripsi ini.
4. Kedua orang tua tercinta, Bapak Maruli Siagian (Alm.) dan Ibu Tiarma
Helena Simatupang serta kakak dan adik tersayang, kak Nancy Irene P.
Siagian dan Chandra Maja A. Siagian serta bang Jermy P, keluarga
Siagian dan Simatupang yang selalu memberikan perhatian, semangat,
motivasi, dan dukungan baik moral maupun material serta doa bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Lina, Guruh, dan David sebagai teman bimbingan yang memberikan
dukungan dan bantuan.
6. Partner terkasih, Heru Triadi Saputra Damanik yang telah memberikan
semangat dan doa kepada penulis dan juga saudari Helena A.P.H dan
saudara Moris De Qualer atas doa, bantuan, dan kebersamaan selama ini.
7. Teman-teman Ilmu Ekonomi 44 yang telah memberikan bantuan,
semangat, dan persahabatan selama masa kuliah, terutama kepada Ajeng,
Lisa, Nancy, Merry, Hesti, Michelle, Risa, Kristina, dan Retno.
8. Komisi Pembinaan Pemuridan (KPP) yaitu Togi, Debora, Meiada, Bertha,
Ririn, Kristi, dan Kelompok Kecil Pemuridan (KKP) yaitu kak Meiyu,
Yesica, Prinsa, Citra, Astra, Desi, dan Monica serta asistensi UZIA,
OBAJA, dan El-Hagadol yang telah memberikan semangat, keceriaan,
doa, dan pembelajaran hidup kepada penulis.
9. Saudara-saudari penulis di Persekutuan Mahasiswa Kristen yaitu Novita,
Lenny, Connie, Yesika, Vera, Ribkha, Desi, Basten, dan Vania atas
dukungan, kerjasama, kebersamaan, doa, dan semangat yang diberikan
kepada penulis.
10. Gembala, pengerja, dan Imam Musik GBI Ciomas atas doa, kebersamaan,
kasih persaudaraan, keceriaan, sukacita, dan semangat.
11. Seluruh penghuni Perwira 77 yang telah memberikan semangat, inspirasi,
dan kemeriahan selama tinggal bersama dengan penulis.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini
namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2012

Reni Tilova
H14070023
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Reni Tilova, lahir pada tanggal 05 Desember 1988 di


Bontang, Kalimantan Timur dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari
pasangan Alm. Maruli Siagian dan Tiarma Helena Simatupang. Penulis mulai
menjalani pendidikan formal di TK YPPSB Sangatta, kemudian melanjutkan
pendidikan di SD YPPSB, Sangatta. Setelah itu melanjutkan pendidikan di SMP
YPPSB, Sangatta dan pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan di SMA Yadika 4,
Bekasi. Pada tahun 2007, lulus dari SMA Yadika 4 dan diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI-IPB) pada
program studi Ekonomi dan Studi Pembangunan, Departemen Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan mengambil minor Manajemen Fungsional.
Selama menjadi mahasiswi, juga aktif dibeberapa organisasi dan
kepanitian, antara lain menjadi bendahara Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) pada tahun 2008-2009, staf divisi
Kewirausahaan HIPOTESA, serta menjadi Koordinator Komisi Pembinaan
Pemuridan PMK IPB periode 2009-2010. Selain itu, aktif juga dalam berbagai
kegiatan kepanitian antara lain staf divisi Sponsorship Extravaganza (2008), staf
divisi Dana dan Usaha Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2009, staf divisi
Sponsorship Economic Contest 2009, Ketua HIPOTEX-R 2010, Ketua Retreat
Angkatan 47 (2011), dan kegiatan kepanitian lainnya.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10
2.1 Teori Perdagangan Internasional ........................................................ 10
2.2 Teori Permintaan ................................................................................ 13
2.2.1 Pergerakan Kurva Permintaan ................................................... 13
2.2.2 Pergeseran Kurva Permintaan ................................................... 15
2.3 Teori Nilai Tukar ................................................................................. 17
2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 18
2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual ........................................................ 20
2.6 Hipotesis ............................................................................................. 24
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 25
3.1 Jenis dan Sumber Data........................................................................ 25
3.2 Metode Analisis Data ......................................................................... 25
3.2.1 Analisis Panel Data ................................................................... 26
3.2.2 Pemilihan Model ....................................................................... 30
3.2.3 Pengujian Model ....................................................................... 32
3.3 Model Penelitian ................................................................................. 37
3.4 Definisi Operasional ........................................................................... 38
IV. GAMBARAN UMUM .............................................................................. 40
4.1 Pertambangan Batubara Indonesia ..................................................... 40

ix
4.2 Jenis dan Karakteristik Batubara Indonesia ........................................ 42
4.3 Produksi Batubara............................................................................... 44
4.4 Konsumsi Domestik ........................................................................... 47
4.5 Ekspor ................................................................................................. 48
4.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Batubara Indonesia.... 50
4.6.1 Permintaan Batubara Negara Tujuan Ekspor ............................ 50
4.6.2 Gross Domestic Product (GDP) Per Kapita Negara Tujuan
Ekspor Batubara Indonesia ....................................................... 52
4.6.3 Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor ................................. 53
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 55
5.1 Hasil Estimasi Fungsi Permintaan Ekspor Batubara Indonesia .......... 55
5.2 Kriteria Statistik .................................................................................. 56
5.3 Kriteria Ekonometrika ........................................................................ 57
5.4 Kriteria Ekonomi ................................................................................ 58
5.4.1 Harga Ekspor Batubara Indonesia ............................................. 58
5.4.2 GDP Per Kapita ......................................................................... 59
5.4.3 Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor ................................. 60
5.4.4 Nilai Tukar Riil ......................................................................... 60
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 62
6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 62
6.2 Saran ................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 64
LAMPIRAN ........................................................................................................ 66

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Negara Eksportir Batubara Terbesar Dunia Tahun 2009 ..................... 4

2. Volume Ekspor Batubara Indonesia berdasarkan Negara Tujuan


Tahun 2001-2010 (dalam ton) .............................................................. 7

3. Jenis dan Sumber Data Penelitian ........................................................ 25

4. Kerangka Identifikasi Autokorelasi...................................................... 35

5. Kualitas, Sumber daya dan Cadangan Batubara Indonesia


Tahun 2007 .......................................................................................... 43

6. Sumber Daya dan Cadangan Batubara di Indonesia per Januari


2009 (juta ton) ...................................................................................... 46

7. Hasil Estimasi Model Permintaan Batubara Menggunakan


Pendekatan Efek Tetap dengan Pembobotan Cross Section Weight .... 56

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Konsumsi Batubara Dunia Tahun 1999-2009 ............. 1

2. Sepuluh Besar Produsen Batubara Dunia (Hard Coal) ........................ 3

3. Kurva Perdagangan Internasional ........................................................ 12

4. Kurva Permintaan................................................................................. 14

5. Pergeseran Kurva Permintaan .............................................................. 15

6. Kurva Dampak Peningkatan GDP Negara Tujuan Ekspor


terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional ............................ 16

7. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................ 23

8. Perkembangan Ekspor Batubara Indonesia Tahun 1997-2009


(Juta Ton) ............................................................................................. 48

9. Permintaan Batubara Indonesia di Negara Tujuan Ekspor


Tahun 2001-2009 (Juta Ton) ................................................................ 50

10. GDP Negara Tujuan Ekspor Batubara Indonesia


Tahun 2001-2009 (US Dollar) ............................................................. 53

11. Jumlah Penduduk Negara Jepang, India, Korea Selatan, Cina


Tahun 2001-2009 (Jiwa) ...................................................................... 54

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Penelitian ........................................................................................ 67

2. Data Penelitian (Ln) ................................................................................ 68

3. Hasil Estimasi Uji Normalitas ................................................................ 69

xiii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya

perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

terpenuhi agar roda industrialisasi terus dapat berjalan adalah ketersediaan bahan

bakar untuk menggerakkan mesin-mesin yang terus berputar setiap saat. Oleh

sebab itu negara-negara di dunia berusaha untuk memenuhi pasokan energi dalam

negerinya agar industrinya dapat terus berjalan dan tetap bisa mendatangkan

devisa bagi negara tersebut.

Batubara adalah salah satu pilihan energi alternatif yang saat ini banyak

digunakan oleh industri-industri di dunia. Konsumsi batubara dunia akan tumbuh

rata-rata 2,6 persen per tahun antara periode 2005-2015 dan kemudian melambat

menjadi rata-rata 1,7 persen per tahun sepanjang 2015-2030 (International Energy

Agency, 2010).

8000
7000
6817,9
6866,6
6000 6684,9
6395,6
5000 6118,1
Million/Ton

5846,8
5513,9
4000 5120,2
5012,9
3000 4990,5
4804
Konsumsi
2000
1000
0
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun

Sumber: World Energy Council, 2009


Gambar 1.1 Perkembangan Konsumsi Batubara Dunia (1999-2009)

1
Batubara memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan

perekonomian suatu negara. Berdasarkan Gambar 1.1 terlihat selama periode

1999-2009, perkembangan konsumsi batubara dunia terus mengalami

peningkatan. Meningkatnya konsumsi batubara dunia disebabkan oleh tingginya

kebutuhan masyarakat dunia sehingga menyebabkan tingginya permintaan energi

dunia. Pada tahun 2008-2009 konsumsi batubara dunia mengalami penurunan.

Penurunan ini disebabkan karena adanya krisis finansial global. Tetapi keadaan

ini tidak secara tajam menurunkan permintaan batubara dunia.

Permintaan batubara dunia dipenuhi dari total produksi batubara oleh

sepuluh produsen utama batubara, yaitu Cina, Amerika Serikat, India, Australia,

Indonesia, Afrika Selatan, Rusia, Kazakhstan, Polandia, dan Colombia. Gambar

1.2 menunjukkan sepuluh besar produsen batubara dunia pada tahun 2009.

Kesepuluh negara produsen ini menghasilkan sekitar 5990 juta ton batubara

dunia. Cina merupakan produsen terbesar yang menyumbang hampir separuh

produksi dunia yakni 2971 juta ton, diikuti oleh Amerika Serikat sebesar 919 juta

ton, India sebesar 526 juta ton, Australia sebesar 335 juta ton, Indonesia sebesar

263 juta ton, Afrika Selatan sebesar 247 juta ton, Rusia sebesar 229 juta ton,

Kazakhstan sebesar 96 juta ton, Polandia sebesar 78 juta ton, dan Colombia

sebesar 73 juta ton. Selain sebagai produsen batubara terbesar, Cina juga

merupakan pengkonsumsi batubara terbesar dunia. Itu sebabnya diantara negara-

negara pengimpor batubara, Cina termasuk dalam pengimpor kedua terbesar dunia

dengan estimasi total impor sebesar 137 juta ton pada tahun 2009.

2
3500
3000 2971
2500
2000
1500
1000 919
526
500 335 263 247 229 96 78 73
0

Jumlah produksi (Mt)

Sumber : International Energy Agency, 2009


Gambar 1.2 Sepuluh Besar Produsen Batubara Dunia (Hard Coal)

Konsumsi batubara terbesar adalah Asia yaitu sekitar 65,6 persen dari

konsumsi batubara dunia. Hal inilah yang menjadikan Asia sebagai pasar terbesar

batubara dunia. Tingginya konsumsi batubara menyebabkan naiknya permintaan

batubara oleh negara-negara di Asia, seperti Jepang, India, Taiwan, Korea Selatan,

Cina, Hongkong, Thailand, dan Malaysia. Tingginya permintaan batubara di Asia

memberikan prospek pasar yang menarik bagi para eksportir batubara. Adanya

pembangunan pembangkit listrik di sejumlah kawasan Asia membuat komoditi ini

sangat dibutuhkan di kawasan tersebut (World Coal Institute, 2008). Indonesia

sebagai eksportir batubara memiliki peran yang penting sebagai pemasok batubara

dunia di pasar dunia yaitu sebesar 24 persen.

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa total ekspor batubara dunia dari

kedelapan negara ini adalah sebesar 960,7 juta ton. Australia merupakan eksportir

batubara terbesar dunia dengan jumlah ekspor batubara pada tahun 2009 adalah

sebesar 288,5 juta ton dengan pangsa pasar dunia sebesar 26,5 persen.

3
Tabel 1.1 Negara Eksportir Batubara Terbesar Dunia Tahun 2009
Jumlah Ekspor Batubara Pangsa Pasar Dunia
Negara
(Juta ton) (%)
Australia 288,5 26,5
Indonesia 261,4 24,0
Rusia 130,9 12,0
Kolombia 75,7 6,9
Afrika Selatan 73,8 6,8
Amerika Serikat 60,4 5,5
China 38,4 3,5
Kanada 31,9 2,9
Sumber : International Energy Annual, 2010

Indonesia dari sisi kualitas belum dapat mengungguli Australia dalam

memproduksi batubara dikarenakan sumber daya batubara terbesar di Indonesia

didominasi oleh batubara berkalori tingkat menengah (moderate rank) sampai

tingkat rendah (low rank) seperti bituminus, sub bituminus, dan briket. Sedangkan

sebagian besar negara-negara memakai batubara dalam industri sehingga memilih

batubara berkalori tingkat tinggi (high rank) karena akan menghasilkan panas

yang cukup tinggi. Australia memproduksi batubara berkalori sangat tinggi

sebesar 54 persen dari ekspor batubara dunia.

Negara-negara tujuan ekspor batubara Indonesia didominasi oleh kawasan

Asia. Jepang, India, Taiwan, Korea Selatan, dan Cina merupakan lima negara

terbesar yang mengimpor batubara Indonesia. Jepang sebagai pasar utama

batubara Indonesia memiliki perjanjian kerjasama Economic Partnership

Agreement (EPA) antara Indonesia dengan Jepang yang memuat kerjasama untuk

meningkatkan permintaan batubara dari Indonesia ke Jepang. Adanya perjanjian

kerjasama ini dikarenakan Cina sebagai pemasok utama batubara ke Jepang telah

membatasi ekspor batubara untuk memenuhi kebutuhan energi domestik dalam

pembangunan infrastrukturnya. Begitu pula dengan negara India, Taiwan, Korea

4
Selatan, dan Cina yang merupakan negara terbesar tujuan ekspor batubara

Indonesia.

Negara India menggunakan batubara sebagai sumber energi untuk

pembangkit listrik. India memiliki sumberdaya batubara sekitar 267 miliar ton,

namun sumber daya tersebut rata-rata berada pada hutan lindung dan lokasi-lokasi

lain yang infrastruktur transportasinya kurang memadai. Selain itu dikhawatirkan

pasokan domestik negara India akan mengalami penurunan akibat pembatasan

izin pertambangan oleh kementerian lingkungan setempat. Oleh sebab itu dengan

tingginya kebutuhan batubara, India akan terus meningkatkan impor batubara.

Berdasarkan hasil kajian Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Kementerian ESDM (2011) menyatakan bahwa tahun ini negara Cina akan

mengimpor batubara sebesar 180 juta ton untuk memenuhi kebutuhan

domestiknya. Indonesia masih menjadi pemasok batubara terbesar ke Cina

sepanjang April tahun 2011 sekitar US$ 93 per ton karena harganya lebih murah

dibandingkan batubara dari Australia dan Afrika Selatan, bahkan harga batubara

domestik sekali pun. Selain itu adanya pembatasan ekspor batubara Cina ke

Jepang oleh pemerintah sejak tahun 2008 mendorong Jepang untuk mengimpor

batubara dari Indonesia. Pembatasan ekspor oleh Cina ini dilakukan melalui

pemberlakuan pajak ekspor batubara sebesar 10 persen untuk mengantisipasi

meningkatnya ekspor batubara Cina.

Begitu juga dengan negara Taiwan dan Korea Selatan. Pada tahun 2010,

Taiwan telah membeli batubara Indonesia senilai US$ 1,2 miliar yang digunakan

oleh BUMN pembangkit listrik Taiwan Power untuk menyuplai listrik ke Taiwan

dan sejumlah pulau lepas pantai di Cina. Oleh sebab itu perusahaan-perusahaan

5
Taiwan berencana akan membeli lebih banyak sumber daya alam, khususnya

batubara dan gas alam dari Indonesia (Deputi Menteri Perekonomian Taiwan,

2011). Korea Selatan pun membutuhkan batubara dalam jumlah besar untuk

memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit listriknya. Kondisi-kondisi

tersebut memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor

batubaranya di negara-negara tujuan ekspor.

1.2 Perumusan Masalah

Peran batubara sebagai sumber energi terus mengalami peningkatan dari

41 juta ton pada tahun 2005 menjadi 67 juta ton pada tahun 2010. Dalam struktur

energi nasional, porsi batubara tahun 2005 sebesar 19 persen dan kemudian

meningkat menjadi 23 persen tahun 2010. Pada tahun 2025, ditargetkan porsi

batubara terus meningkat mencapai 33 persen (Kementerian ESDM, 2011).

Peningkatan permintaan akan ekspor batubara di pasar internasional saat

ini didominasi oleh Australia sebagai eksportir terbesar batubara dunia. Indonesia

menduduki peringkat kedua setelah Australia. Namun Indonesia mempunyai

peluang yang besar untuk meningkatkan volume batubara yang akan diekspor.

Peluang tersebut antara lain adanya pembatasan ekspor batubara yang dilakukan

oleh Cina sebagai eksportir batubara ke pasar Jepang. Selain itu posisi Cina yang

saat ini menjadi importir batubara terbesar didunia justru akan menjadi pasar

batubara baru bagi Indonesia.

Hal ini diperkuat oleh proyeksi International Energy Outlook dalam

Miranti (2008), bahwa 72 persen konsumsi batubara dunia hingga tahun 2030

akan didominasi oleh Cina dan India. Impor batubara India akan mencapai lebih

6
dari 50 juta ton pada tahun 2020 dan impor batubara Cina diproyeksikan akan

mencapai 150 hingga 230 juta ton pada tahun yang sama. Meningkatnya

permintaan Cina dan India dimasa mendatang akan memberi peluang Indonesia

untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor melalui kedua negara tersebut. Ekspor

batubara Indonesia kemungkinan akan didominasi batubara berkualitas atau

berkalori rendah, yakni batubara yang memiliki kelembaban tinggi dan kandungan

energi rendah. Dominasi batubara berkualitas rendah ini tidak terlepas dari Cina

dan India sebagai pasar utama batubara Indonesia, yang memang membutuhkan

batubara berkualitas rendah untuk pembangkit listrik baru mereka. Tentunya ini

dengan asumsi pembangunan pembangkit listrik di kedua negara tersebut tidak

mengalami gangguan.

Tabel 1.2 Volume Ekspor Batubara Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan


Tahun 2001-2010 (dalam ton)
Negara Tujuan
Tahun Korea
Jepang India Taiwan Cina
Selatan
2001 15,011,059 4,335,395 13,657,935 5,427,419 656,720
2002 16,717,868 5,092,534 13,108,547 7,461,749 2,531,438
2003 20,472,024 7,812,699 15,797,550 7,856,883 554,566
2004 22,699,937 10,674,103 17,768,679 11,740,787 1,473,143
2005 27,312,807 16,255,416 17,895,760 14,376,567 2,503,155
2006 35,295,664 20,742,398 26,723,818 21,314,096 6,656,464
2007 35,255,506 25,179,146 24,863,118 27,371,494 14,186,311
2008 36,259,746 26,396,640 24,669,442 26,355,551 15,673,734
2009 32,217,820 39,108,918 24,723,441 33,418,449 38,790,622
2010 35,269,939 50,948,856 25,002,219 43,210,560 67,432,216
Total 276,512,370 206,546,105 204,210,509 198,533,555 150,458,369
Sumber : Kementerian Perdagangan, 2010 (diolah)

Pada Tabel 1.2 di atas menunjukkan ekspor batubara Indonesia ke negara

tujuan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan ini disebabkan

karena tingginya kebutuhan dari kelima negara terbesar pengimpor batubara

Indonesia.

7
Berdasarkan Tabel 1.2 adapun yang menjadi permasalahan adalah jumlah

permintaan batubara dari negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina dari tahun

ke tahun tidak stabil karena volume dan nilainya berfluktuatif. Kondisi ini

dirasakan belum maksimal mengingat Indonesia masih memiliki peluang yang

sangat besar untuk menjadi eksportir utama batubara di dunia, sehingga pada

penelitian ini akan dianalisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi

permintaan ekspor batubara di negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dari

penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang memengaruhi permintaan ekspor

batubara Indonesia di Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor

batubara Indonesia di Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat,

diantaranya:

(1) Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan dalam merumuskan strategi-strategi yang

tepat terkait faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara

Indonesia di pasar internasional.

8
(2) Bagi pelaku pasar, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi tambahan atas kondisi industri batubara Indonesia saat ini.

(3) Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana untuk meningkatkan

pengetahuan dan pengaplikasian ilmu-ilmu ataupun teori-teori yang

diperoleh selama kuliah.

(4) Bagi pembaca, penelitian ini sebagai bahan referensi dan infomasi

tambahan untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang

memengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia di pasar internasional. Dalam

penelitian ini hanya dibatasi kepada empat negara importir terbesar batubara

Indonesia yaitu Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina dalam periode waktu

2001-2009. Negara Taiwan tidak diikutsertakan ke dalam wilayah yang akan

dianalisis karena data yang menjadi variabel yang memengaruhi permintaan

ekspor batubara Indonesia tidak tersedia secara lengkap.

Komoditi batubara yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi oleh

Harmonized Commodity Description and Coding atau yang lebih dikenal dengan

Harmonized System (HS). HS yang digunakan adalah HS dengan level 6 digit.

9
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perdagangan Internasional

Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah

perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain atas

dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa perorangan

yaitu individu dengan individu, antara individu dengan pemerintah suatu negara

atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya perdagangan internasional

terdiri dari manfaat secara langsung dan manfaat secara tidak langsung. Manfaat

langsung yang dapat diperoleh dari adanya perdagangan internasional antara lain

adalah (Salvatore, 1997):

1. Suatu negara mampu memperoleh komoditas yang tidak dapat diproduksi

di dalam negeri sehingga negara tersebut mampu untuk memenuhi

kebutuhan terhadap barang atau jasa yang tidak dapat diproduksi secara

lokal karena adanya keterbatasan kemampuan produksi.

2. Negara yang bersangkutan dapat memperoleh keuntungan dari spesialisasi,

yaitu dapat mengekspor komoditas yang diproduksi lebih murah untuk

ditukar dengan komoditas yang dihasilkan negara lain jika diproduksi

sendiri biayanya akan mahal.

3. Dengan adanya perluasan pasar produk suatu negara, pertambahan dalam

pendapatan nasional nantinya dapat meningkatkan output dan laju

pertumbuhan ekonomi, mampu memberikan peluang kesempatan kerja dan

10
peningkatan upah bagi warga dunia, menghasilkan devisa, dan

memperoleh kemajuan teknologi yang tidak tersedia di dalam negeri.

4. Memungkinkan terjadinya transfer teknologi.

Sedangkan manfaat secara tidak langsung yang diperoleh dari adanya

perdagangan internasional antara lain:

1. Perluasan pasar di bidang promosi.

2. Meningkatnya kemampuan suatu negara untuk memperbaiki kualitas dan

mutu hasil produksi.

3. Terciptanya iklim persaingan yang sehat dan sarana pemasukan modal

asing.

4. Terciptanya peluang untuk meningkatkan teknologi.

Dalam kegiatan ekspor komoditi, Kindleberger (1995) menyatakan bahwa

secara teoritis volume ekspor suatu komoditas tertentu dari suatu negara lain

merupakan suatu selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik

yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess suply). Di lain pihak kelebihan

penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain

atau merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Selain dipengaruhi oleh

permintaan dan penawaran domestik, ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

pasar dunia seperti harga komoditas subsitusinya di pasar internasional serta hal-

hal yang dapat mempengaruhi harga baik secara langsung maupun tidak langsung.

Secara teoritis negara Indonesia akan mengekspor batubara ke negara lain

(misalkan negara Jepang). Apabila harga domestik di negara Indonesia relatif

lebih rendah jika dibandingkan dengan harga domestik negara Jepang sebelum

terjadinya perdagangan internasional. Struktur harga yang terjadi di negara

11
Indonesia lebih rendah karena produksi domestiknya lebih besar daripada

konsumsi domestiknya atau terjadi excess suply (memiliki kelebihan produksi).

Dengan demikian negara Indonesia mempunyai kesempatan menjual kelebihan

produksinya ke negara lain. Di lain pihak, di negara Jepang terjadi kekurangan

supply karena konsumsi domestiknya lebih besar daripada produksi domestiknya

(excess demand) sehingga harga yang terjadi di negara Jepang lebih tinggi. Dalam

hal ini, negara Jepang berkeinginan untuk membeli batubara di negara lain yang

harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara

Indonesia dan negara Jepang, maka akan terjadi perdagangan batubara antara

kedua negara tersebut sehingga harga yang diterima kedua negara tersebut

menjadi sama. Untuk lebih jelasnya dapat diilustrasikan dalam Gambar 2.1 yang

menunjukkan mekanisme terjadinya perdagangan internasional.

Harga Harga Harga DB SB


DA SA
A
PB

X P*

M
PA
B
0 QA Jumlah 0 Q* Jumlah 0 QB Jumlah

Negara Indonesia Perdagangan Internasional Negara Jepang


(Eksportir) (Importir)
Sumber : Salvatore, 1997
Gambar 2.1 Kurva Perdagangan Internasional

Pada gambar di atas dijelaskan bahwa sebelum terjadinya perdagangan

internasional harga di negara Indonesia sebesar P A, sedangkan harga di negara

Jepang sebesar P B. Penawaran pasar internasional akan terjadi jika harga

12
internasional lebih tinggi dari pada P A sedangkan permintaan di pasar

internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari P B. Pada saat

harga internasional (P*) sama dengan P A, maka negara Jepang akan terjadi excess

demand (ED) sebesar B. Jika harga internasional sama dengan P B , maka di negara

Indonesia akan terjadi excess supply (ES) sebesar A. Dari A dan B akan terbentuk

kurva ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional

sebesar P*. Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara Indonesia akan

mengekspor komoditas sebesar X dan negara Jepang akan mengimpor komoditas

sebesar M, dimana pasar internasional sebesar X sama dengan M yaitu Q*.

2.2 Teori Permintaan


2.2.1 Pergerakan Kurva Permintaan

Pergerakan kurva permintaan dapat disebabkan oleh salah satu faktor yaitu

harga batubara. Permintaan batubara timbul akibat adanya keinginan dan

kemampuan konsumen untuk membeli komoditi batubara. Suatu hipotesis

ekonomi dasar menyatakan bahwa harga suatu komoditas dan kuantitas yang akan

diminta berhubungan negatif, dengan faktor lain dianggap tetap atau sama.

Artinya, semakin rendah harga batubara maka jumlah batubara yang diminta akan

semakin besar. Kurva permintaan merupakan suatu kurva yang menyajikan

adanya hubungan antara jumlah yang diminta pada tingkat harga tertentu, dengan

faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus).

13
P

P2 B

P1 A

C
P3
D

Q
Q1 Q2 Q3

Sumber : Lipsey, 1995


Gambar 2.2 Kurva Permintaan

Pada gambar di atas terdapat hubungan kuantitas batubara (Q) dengan

tingkat harga batubara (P) pada kurva permintaan. Kemiringan yang menurun

pada kurva permintaan menunjukkan bahwa jumlah batubara yang diminta

meningkat jika harga batubara turun. Ketiga titik (A, B, C) yang terdapat pada

kurva permintaan merupakan kombinasi terbentuk antara harga batubara dan

kuantitas batubara. Titik A merupakan kombinasi yang terbentuk antara harga P1

dan kuantitas Q2, titik B adalah titik yang dibentuk dari kombinasi harga P2 dan

kuantitas Q1 dan titik C adalah kombinasi dari harga P3 dan kuantitas Q3.

Kenaikan harga dari P1 ke P2 menyebabkan jumlah batubara yang diminta akan

menurun dari Q2 ke Q1. Penurunan harga batubara dari P1 ke P3 menyebabkan

jumlah batubara yang diminta meningkat dari Q2 ke Q3. Pergerakan dalam kurva

permintaan disebabkan oleh harga batubara.

14
2.2.2 Pergeseran Kurva Permintaan

Pergeseran kurva permintaan dapat disebabkan oleh beberapa hal antara

lain :

(1) Harga Minyak sebagai Barang Substitusi

Pada Gambar 2.3 menjelaskan kenaikan harga minyak sebagai barang

substitusi akan menggeser kurva permintaan ke kanan dari D ke D* dan

penurunan harga minyak akan menggeser kurva pemintaan ke kiri dari D ke D**.

Sedangkan kenaikan harga barang komplementer akan menggeser kurva

permintaan ke kiri dari D ke D ** dan penurunan harga barang komplementer

akan menggeser kurva permintaan ke kanan dari D ke D*.

D*
D
D**
Q

Sumber : Hyman, 1996


Gambar 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan

(2) Tingkat Populasi

Kenaikan dalam jumlah penduduk akan menggeser kurva permintaan

terhadap komoditas tersebut ke kanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

peningkatan populasi suatu negara akan menyebabkan kebutuhan akan batubara

semakin meningkat sehingga permintaan akan komoditi batubara pun meningkat.

Penjelasan ini dapat dijelaskan melalui Gambar 2.3.

15
(3) Gross Domestic Product (GDP)

GDP adalah indikator ekonomi untuk mengukur total nilai produk barang

dan jasa akhir dalam suatu perekonomian (Mankiw, 2003). Dampak perubahan

GDP negara tujuan ekspor terhadap keseimbangan perdagangan internasional

dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Negara Pasar Dunia Negara


pengekspor tujuan ekspor

Px Px Px B

E** ES
B Ekspor C’ Sx B**
P3 F’
P2 B C B* E* P2 G H

P1 G I
A* ED
ED
A Dx’
Impor Dx

X X X

Sumber : Salvatore, 1997


Gambar 2.4 Kurva Dampak Peningkatan GDP Negara Tujuan Ekspor
terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional

Pada negara tujuan ekspor batubara Indonesia, peningkatan GDP

merupakan peningkatan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan akan

meningkatkan permintaan batubara. Peningkatan ini menggeser kurva permintaan

negara tujuan ekspor menjadi Dx’. Dengan kurva penawaran yang tetap,

keseimbangan berubah menjadi F’ sehingga jumlah excess demand bertambah

dari G-H menjadi G-I. Jumlah impor meningkat sehingga kurva excess demand

komoditi batubara di pasar dunia juga bergeser ke kanan menjadi ED’. Excess

demand komoditi batubara di pasar dunia semakin besar, sehingga mendorong

harga untuk naik. Keseimbangan baru terjadi pada titik E**. Harga batubara di

16
pasar dunia menjadi B**. Peningkatan harga dunia tersebut memberikan insentif

bagi negara eksportir untuk meningkatkan ekspor batubaranya sehingga ekspor

akan meningkat dari titik B-C menjadi B’- C’. Berdasarkan uraian diatas

keseimbangan yang terbentuk setelah terjadinya peningkatan GDP negara tujuan

ekspor yaitu peningkatan aliran perdagangan batubara di pasar dunia.

2.3 Teori Nilai Tukar

Nilai tukar adalah salah satu peubah yang responsif terhadap nilai ekspor

suatu komoditas. Menurut Mankiw (2003), nilai tukar adalah tingkat harga yang

disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan.

Peningkatan dan penurunan nilai tukar sangat berpengaruh terhadap kebijakan

perdagangan antara masing-masing negara pengekspor dan pengimpor.

Nilai tukar dibedakan atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Menurut

Mankiw (2003), nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua

negara, dan nilai tukar riil adalah harga relatif barang-barang antar kedua negara.

Nilai tukar riil menyatakan dimana kita dapat memperdagangkan barang-barang

dari suatu negara untuk barang lain. Nilai tukar riil disebut juga term of trade. Jika

nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terdepresiasi, maka harga

riil batubara Indonesia di luar negeri akan menjadi relatif lebih murah daripada

harga batubara lain yang diperdagangkan di pasar dunia sehingga hal tersebut

akan membuat konsumen dunia meningkatkan permintaannya atau konsumsinya

terhadap batubara asal Indonesia. Hubungan nilai tukar riil dan nominal dapat

digambarkan oleh persamaan berikut ini :

Kurs Riil = Kurs Nominal x Rasio Tingkat Harga

17
Rasio tingkat harga merupakan perbandingan antara tingkat harga di

dalam negeri dengan tingkat harga di luar negeri. Dari rumus di atas, maka jika

nilai tukar riil tinggi, barang-barang di luar negeri relatif lebih murah dan barang-

barang domestik relatif lebih mahal. Sedangkan jika nilai tukar riil rendah,

barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang domestik relatif lebih

murah.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian Rahmawati (2006) mengenai analisis peramalan ekspor

batubara dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia bertujuan untuk

memprediksi berapa jumlah batubara yang dapat diekspor oleh Indonesia pada

tahun 2006. Dalam penelitian ini juga dianalisa mengenai distribusi nilai tambah

dan distribusi pendapatan yang diperoleh oleh faktor produksi, institusi, dan

sektor produksi pada perekonomian Indonesia sebagai akibat dari kegiatan ekspor

batubara tersebut.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian.

Pertama, metodologi Box-Jenkins (ARIMA) untuk meramalkan ekspor batubara.

Kedua, menggunakan alat analisa SNSE. Alat analisa ini digunakan untuk

menghitung efek multiplier, distribusi nilai tambah, dan distribusi pendapatan dari

simulasi kegiatan ekspor batubara. Hasil penelitian yang dilakukan pada kegiatan

ekspor batubara menunjukkan peningkatan sepanjang tahun 2006 dari triwulan

pertama hingga triwulan keempat. Hasil lainnya menunjukkan bahwa peningkatan

nilai sektor industri pertambangan batubara berpengaruh positif bagi

perekonomian Indonesia. Artinya, nilai yang diberikan oleh sektor pertambangan

18
batubara akan meningkatkan sumbangan sektor pertambangan batubara terhadap

devisa negara. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan batubara

memiliki peran cukup besar dalam menopang perekonomian Indonesia.

Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

ekspor batubara Indonesia di Pasar Jepang dilakukan oleh Suciati (2009)

menggunakan dua analisis yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis

deskriptif kualitatif dapat dijelaskan dengan melihat perkembangan produksi,

ekspor, dan harga ekspor batubara Indonesia. Sedangkan analisis kuantitatif

bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

ekspor batubara Indonesia ke Jepang. Pada analisis ini menggunakan metode

Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perkembangan industri batubara di Indonesia mengalami peningkatan baik

produksi, ekspor maupun harga ekspornya. Produksi batubara Indonesia pada

tahun 2007 meningkat 92,5 persen dibanding tahun 2003. Berdasarkan hasil

estimasi variabel-variabel yang mempengaruhi secara nyata terhadap permintaan

ekspor batubara Indonesia ke Jepang adalah harga ekspor riil batubara Indonesia,

harga ekpsor riil batubara Afrika Selatan, harga ekspor riil batubara Australia,

GDP riil negara Jepang, nilai tukar rupiah terhadap yen, dan dummy pembatasan

ekspor batubara Cina. Variabel yang sangat responsif terhadap permintaan ekspor

batubara ke Jepang adalah GDP negara Jepang itu sendiri, sedangkan variabel

lainnya pengaruhnya kurang responsif.

Penelitian Kurniawan (2009) yang berjudul “Dampak Ketergantungan

Perekonomian Provinsi Jambi Terhadap Sumberdaya Alam Tak Terbarukan

(Pemberlakuan Kuota Ekspor Batubara)” bertujuan untuk menganalisa bagaimana

19
dampak dari implementasi kebijakan nasional tentang pembatasan ekspor

batubara yang akan berpengaruh terhadap kinerja perekonomian Jambi, serta

mencari alternatif solusi dari ketergantungan Jambi agar tidak bergantung

terhadap komoditi ekspor tak terbarukan tersebut. Peneliti menggunakan tabel I-O

sebagai alat analisa. Hasil penelitian menunjukkan, penurunan ekspor batubara

akibat pemberlakuan kebijakan pembatasan ekspor menyebabkan turunnya output

provinsi Jambi sebesar 104,17 milyar. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa

implementasi kebijakan tersebut berpengaruh secara signifikan pada kinerja

perekonomian Jambi secara keseluruhan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak

kepada (1) negara-negara tujuan ekspor batubara Indonesia, (2) Variabel yang

digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan

batubara Indonesia di negara-negara tujuan ekspor, (3) Alat analisis yang

digunakan, (4) Tahun yang dianalisis, dan (5) Tujuan penelitian.

2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual

Batubara merupakan salah satu bahan bakar disamping minyak dan gas

bumi serta panas bumi. Batubara saat ini banyak digunakan oleh industri-industri

di dunia sebagai salah satu pilihan energi alternatif. Batubara dipilih oleh

beberapa negara karena harga bahan bakar minyak yang semakin tinggi sehingga

konsumsi dunia terhadap komoditi batubara pun semakin besar.

Batubara Indonesia merupakan salah satu komoditi utama barang non

migas yang diekspor untuk memenuhi permintaan negara tujuan ekspor. Pada

tahun 2009 sampai pertengahan tahun 2010, batubara memberikan kontribusi

20
terbesar sebesar 15,26 persen dari total komoditi utama yaitu sebesar 65,22 persen

terhadap barang non migas (BPS, 2009)

Konsumsi terbesar batubara Indonesia adalah kawasan Asia yaitu 54

persen dari konsumsi batubara dunia. Tingginya permintaan batubara di Asia

memberikan prospek pasar yang menarik bagi Indonesia karena selama tahun

2004 hingga 2009, Indonesia tercatat sebagai eksportir batubara kedua terbesar di

dunia setelah Australia. Hal ini dibuktikan dengan sumber daya dan cadangan

batubara dalam negeri yang sangat melimpah. Cadangan batubara diperkirakan

sebesar 93,4 miliar ton berada di kawasan hutan Sumatera bagian selatan, Jawa

Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi

Tengah, dan Papua Barat. Cadangan batubara yang besar ini menjadikan

Indonesia sebagai produsen terbesar kelima di dunia yang mengalami peningkatan

ekspor baik volume dan nilai ekspor. Sebagian besar hasil produksi batubara

Indonesia diekspor ke negara tujuan ekspor dengan volume dan nilai ekspor

batubara yang berfluktuasi.

Negara-negara tujuan ekspor batubara Indonesia didominasi oleh kawasan

Asia. Jepang, India, Taiwan, Korea Selatan, dan Cina merupakan lima negara

terbesar yang mengimpor batubara Indonesia. Meningkatnya permintaan batubara

Indonesia dari negara-negara pengimpor tersebut akan meningkatkan peluang

Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor melalui kelima negara tujuan

ekspor.

Untuk meningkatkan ekspor batubara Indonesia, perlu diketahui beberapa

faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara di pasar internasional.

Faktor-faktor tersebut antara lain harga ekspor batubara negara tujuan ekspor,

21
GDP perkapita negara tujuan ekspor, jumlah penduduk negara tujuan ekspor

batubara Indonesia, dan nilai tukar negara tujuan ekspor terhadap mata uang

masing-masing negara tujuan ekspor. Setelah dilihat faktor-faktor yang

memengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia, diperlukan juga upaya untuk

menganalisis seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut dalam memengaruhi

permintaan ekspor batubara Indonesia. Berdasarkan penelitian ini diharapkan

pemerintah dapat mengambil kebijakan yang tepat setelah mengetahui kondisi

batubara saat ini, faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara

dan seberapa besar pengaruhnya terhadap permintaaan ekspor batubara Indonesia

di pasar internasional. Pada akhirnya rekomendasi kebijakan dari pemerintah

diperlukan dalam rangka untuk meningkatkan permintaan ekspor batubara

Indonesia. Secara skematis kerangka pemikiran pada penelitian ini, dapat dilihat

pada Gambar 2.5.

22
Konsumsi dunia terhadap batubara
semakin besar

Jepang, India, Korea Selatan,


dan Cina sebagai tujuan
ekspor utama batubara
Indonesia di dunia

Peluang dan Tantangan Bagi Volume dan nilai


Indonesia untuk ekspor batubara
meningkatkan ekspor Indonesia berfluktuasi

Faktor-faktor yang memengaruhi


permintaan ekspor batubara Indonesia

Harga Ekspor GDP Populasi Nilai


Batubara Per Kapita penduduk Tukar Riil

Rekomendasi kebijakan yang dapat


diterapkan untuk mendukung ekspor
batubara Indonesia

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian

23
2.6 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka beberapa hipotesis penelitian ini yaitu :

1. Harga ekspor batubara negara tujuan ekspor berhubungan negatif dengan

permintaan batubara Indonesia dari Jepang, India, Korea Selatan, dan

Cina. Apabila harga ekspor meningkat maka permintaan batubara dari

negara tujuan ekspor akan menurun.

2. GDP perkapita negara tujuan ekspor yaitu Jepang, India, Korea Selatan,

dan Cina berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor batubara

Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila GDP perkapita negara

tujuan ekspor meningkat maka daya beli masyarakat terhadap konsumsi

batubara akan meningkat. Akibatnya tingkat konsumsi batubara pun akan

meningkat sehingga permintaan ekspor batubara akan naik.

3. Jumlah penduduk negara tujuan ekspor memiliki hubungan yang positif

terhadap volume ekspor batubara Indonesia. Jika jumlah penduduk negara

tujuan ekspor mengalami peningkatan maka jumlah batubara yang diminta

akan meningkat juga.

4. Nilai Tukar Riil berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor

batuabara Indonesia. Apabila nilai tukar negara Indonesia terdepresiasi,

maka harga domestik batubara menjadi lebih murah di mata masyarakat

internasional. Hal ini akan menyebabkan permintaan akan ekspor batubara

di dunia mengalami peningkatan.

24
III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

merupakan panel data dengan periode waktu 9 tahun dari tahun 2001 hingga tahun

2009. Data tersebut diperoleh dari beberapa instansi terkait seperti Kementrian

Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran

internet (Uncomtrade, World Bank)

Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian


No Jenis Data Sumber Data
1 Volume permintaan ekspor batubara Indonesia comtrade.un.org
di Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina (Kg)
2 Harga ekspor batubara dunia (US$/Kg) scribd.com
3 Nilai tukar nominal negara Jepang, India, Korea Fx.sauder.ubc.ca
Selatan, dan Cina
4 GDP perkapita riil negara Jepang, India, worldbank.org
Korea Selatan, dan Cina (US$)
5 Jumlah populasi Jepang, India, Korea Selatan, worldbank.org
dan Cina (Juta orang)

3.2 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor

batubara Indonesia dianalisis dengan menggunakan model panel data. Panel data

menggunakan kombinasi runut waktu (time series) dan kerat lintang (cross

section). Proses pengolahan data dilakukan menggunakan program Eviews 6 dan

Microsoft Excel 2007.

25
3.2.1 Analisis Panel Data

Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk

melakukan analisis empirik yang tidak mungkin dilakukan jika hanya

menggunakan data time series atau cross section. Data cross section adalah data

yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu, sedangkan data

time series merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap

suatu individu.

Karena mengkombinasikan data cross section dan time series maka panel

data memiliki beberapa keunggulan, antara lain (Gujarati, 2004) :

1. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek secara yang secara sederhana

tidak dapat diatasi dalam data cross section murni atau data time series

murni.

2. Mampu mengontrol heterogenitas individu atau unit cross section.

3. Memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah

serta meningkatkan derajat kebebasan sehingga data menjadi lebih efisien.

4. Data panel lebih baik digunakan untuk studi dynamics of adjusment karena

terkait dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang.

5. Mampu menguji dan mengembangkan model perilaku yang lebih

kompleks.

Estimasi model menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga

metode, yaitu metode kuadrat terkecil (pooled least square), metode efek tetap

(fixed effect), dan metode efek random (random effect).

26
1. Metode Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)

Merupakan metode yang paling sederhana dalam pengolahan data panel.

Misalkan dalam persamaan berikut ini :

Dimana N adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah

periode waktunya. Dengan mengansumsi komponen error dalam pengolahan

kuadrat terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk

setiap unit cross section. Untuk periode t=1, akan diperoleh persamaan regresi

cross section sebagai berikut :

Y it = α + β X it + є it

Dimana : Y it = variabel endogen

X it = variabel eksogen

α = intersep

β = slope

i = individu ke-i

t = periode waktu ke-t

є = error

Dari persamaan di atas akan diperoleh parameter α dan β yang konstan dan efisien

yang melibatkan sebanyak N x T observasi, dimana N menunjukkan jumlah data

cross section dan T menunjukkan jumlah data time series. Pada metode ini asumsi

yang digunakan menjadi terbatas karena model tersebut mengasumsikan bahwa

intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap individu yang

diobservasi.

27
2. Metode Efek Tetap (Fixed Effect)

Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terkecil adalah

adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan,

baik antar daerah maupun antar waktu yang kurang sesuai dengan tujuan

penggunaan data panel. Untuk mengatasi hal ini kita dapat menggunakan

pendekatan model efek tetap (fixed effect).

Model fixed effect atau Least Square Dummy Variable atau disebut juga

Covarians Model adalah model yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan

bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam

intersep-intersep cross section dan time series. Untuk memungkinkan perubahan-

perubahan intersep ini, dapat ditambahkan variabel dummy ke dalam model yang

selanjutnya akan diduga dengan model OLS (Ordinary Least Square) yaitu :

Y it = ∑ αiDi + β X it + є it

Dimana : Y it = variabel endogen

X it = variabel eksogen

α i = intersep

β = slope

D = variabel boneka (dummy)

i = individu ke-i

t = periode waktu ke-t

є = error / simpangan

Pada metode fixed effect estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot

(no weighted) atau Least Square Dummy (LSDV) dan dengan pembobot (cross

section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan

28
ini adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati,

1995).

3. Metode Efek Acak (Random Effect)

Keputusan untuk memasukkan variabel dummy ke dalam model akan

mengakibatkan berkurangnya jumlah derajat kebebasan yang pada akhirnya akan

mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Pendekatan yang digunakan

untuk mengatasi hal ini adalah model random effect. Model random effect disebut

juga sebagai error component model karena dalam model ini, parameter yang

berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error.

Persamaan umum dalam model random effect yaitu :

Y it = α 0 + β X it + є it

є it = u it + V it + Wit

Dimana : u it ~ N (0,δ u 2) = komponen cross section error

v it ~ N (0,δ v 2) = komponen time series error

w it ~ N (0,δ w 2) = komponen combinations error

Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah error secara individual tidak

saling berkorelasi, begitu pula dengan error kombinasinya.

Penggunaan model random effect dapat menghemat derajat kebebasan dan

tidak mengurangi jumlahnya seperti pada model fixed effect. Hal ini berimplikasi

kepada parameter hasil estimasi akan menjadi efisien. Semakin efisien maka

model yang akan didapat semakin baik.

29
3.2.2 Pemilihan Model

Dugaan model yang digunakan berdasarkan pertimbangan statistik perlu

dianalisis agar memperoleh dugaan model yang efisien dan paling baik di antara

berbagai pilihan model. Terdapat tiga pengujian statistik yang digunakan dalam

data panel untuk menentukan model mana yang paling baik untuk dipilih.

1) Chow Test

Chow test atau biasa disebut dengan uji F statistics merupakan pengujian

statistik yang bertujuan untuk memilih apakah lebih baik menggunakan model

Pooled Least Square atau Fixed Effect. Dalam pengujian ini dilakukan dengan

hipotesa berikut :

H 0 : model pooled square

H 1 : model fixed effect

Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan F statistik

(Uji Chow) yang dirumuskan dalam persamaan berikut ini :

Dimana: ESS 1 = residual sum square hasil pendugaan model fixed effect

ESS 2 = residual sum square hasil pendugaan model pooled least

square

N = jumlah data cross section

T = jumlah data time series

K = jumlah variabel penjelas

Jika nilai chow statistics (F-stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka

cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H 0 sehingga model yang

digunakan adalah fixed effect dan sebaliknya.

30
2) Hausmann Test

Hausmann Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita

dalam memilih apakah menggunakan model fixed effect atau menggunakan model

random effect. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut :

H 0 : model random effect

H 1 : model fixed effect

Sebagai dasar penolakan hipotesa nol tersebut digunakan statistik Hausmann dan

membandingkannya dengan Chi-Square. Statistik Hausmann dirumuskan dengan:

m = ( β – b ) ( M 0 – M 1 )-1 – χ2 ( K )

Dimana : β = vektor statistik variabel fixed effect

B = vektor statistik variabel random effect

(M 0 ) = matriks kovarian untuk dugaan model fixed effect

(M 1 ) = matriks kovarian untuk dugaan model random effect

K = degrees of freedom

Jika nilai χ2 – statistik hasil pengujian lebih besar dari χ2 – tabel maka cukup bukti

untuk melakukan penolakan terhadap H 0 sehingga pendekatan yang digunakan

adalah fixed effect model dan sebaliknya.

3) LM Test

LM test (The Breush – Pagan LM Test) digunakan sebagai dasar

pertimbangan stastisik dalam memilih model random effect dan pooled least

square. Hipotesis dari uji ini yaitu :

H 0 : model pooled effect

H 1 : model random effect

31
Dasar penolakan H 0 yaitu dengan cara membandingkan antara nilai statistik LM

dengan nilai Chi-square. Apabila nilai LM hasil perhitungan lebih besar dari χ2 –

tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H 0 sehingga model

yang akan digunakan adalah random effect dan sebaliknya.

3.2.3 Pengujian Model

Model yang dianalisis merupakan pengujian terhadap hipotesis yang

dilakukan. Setelah mendapatkan paramater estimasi yang dianggap sesuai maka

langkah selanjutnya adalah melakukan berbagai macam uji terhadap parameter

estimasi tersebut. Terdapat tiga kriteria yang umum digunakan dalam menentukan

baik tidaknya sebuah model yaitu :

3.2.3.1 Kriteria Statistik

Kriteria statistika digunakan untuk menganalisis kesesuaian model

regresi yang telah diperoleh. Adapun beberapa ujinya antara lain :

A. Uji-F

Tujuan dari uji-F yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh peubah

bebas terhadap peubah tidak bebas secara keseluruhan. Hipotesisnya yaitu :

H 0 : β 1 = β 2 = ... = β t = 0 (tidak ada variabel independen yang berpengaruh

terhadap variabel dependennya).

H 1 : minimal ada satu β t ≠ 0 (paling tidak ada satu variabel independen yang

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya).

- Probability F-stastistic < taraf nyata (α), maka tolak H 0 dan dapat

disimpulkan bahwa minimal ada satu variabel independen yang

mempengaruhi variabel dependennya.

32
- Probability F-statistic > taraf nyata (α), maka terima H 0 dan disimpulkan

bahwa tidak ada variabel independen yang mempengaruhi variabel

dependennya.

B. Uji-t

Tujuan dilakukannya uji-t untuk melihat signifikansi masing-masing

variabel yang terdapat di dalam model. Besaran yang digunakan dalam uji ini

yaitu statistik t. Hipotesisnya adalah :

H0 : β1 = 0 t = 1,2,...,n

H1 : β1 ≠ 0

Rumus perhitungan statistiknya yaitu :

Dimana : β = parameter dugaan

βt = parameter hipotesis

Seβ = standard error parameter β

- Jika t-stat > t-tabel, maka tolak H 0 dan dapat disimpulkan bahwa variabel

yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

- Jika t-stat < t-tabel, maka terima H 0 dan dapat disimpulkan bahwa

variabel yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak

bebasnya.

Model yang diduga akan semakin baik apabila semakin banyak variabel

bebas yang signifikan atau berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya.

C. Uji R2 ataupun adj-R2

Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat sejauh mana besar keseragaman

yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Nilai R2

33
atau R2 adjusted berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati satu

semakin baik. Rumus perhitungannya yaitu :

R2 = [ (Y t – Y) (Y t – Y) / (Y t – Y)2 (Y t – Y)2]

Dimana : Y t = Y aktual

Y t = Y dugaan

Y = Y rata-rata

3.2.3.2 Kriteria Ekonometrika

Kriteria ini mengisyaratkan pengujian terhadap asumsi-asumsi dasar

ekonometrika agar variabel yang diestimasi bersifat BLUE (Best Linier unbiased

Estimate). Pengujian ini terdiri dari :

A. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dalam regresi linier berganda yang harus

dipenuhi agar model bersifat BLUE adalah Var (u i ) = σ2 (konstan), atau semua

residual atau error mempunyai varian yang sama (homoskedastisitas). Adapun

yang disebut dengan heteroskedastisitas adalah sebaliknya, yaitu semua residual

atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Pada

umumnya heteroskedastisitas terjadi pada data kerat lintang (cross section).

Menurut Gujarati (2004), jika pada model terjadi masalah heteroskedastisitas

maka model akan menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Dan

jika regresi tetap dilakukan, hasil regresi yang diperoleh menjadi “misleading”.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam

data panel digunakan metode General Least Square (Cross Section Weights). Jika

sum square resid pada Weighted Statistics lebih kecil dari sum square resid

34
unweighted statistics dapat dikatakan bahwa dalam model panel tersebut terjadi

masalah heteroskedastisitas. Cara yang dilakukan untuk menghilangkan masalah

heteroskedastisitas ini adalah dengan mengestimasi GLS dengan white

heteroskedasticity.

B. Autokorelasi

Suatu model dikatakan memiliki autokorelasi jika error dari periode

waktu (time series) yang berbeda saling berkorelasi. Masalah autokorelasi ini

akan menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun masih tidak bias dan

konsisten. Autokorelasi menyebabkan estimasi standar error dan varian koefisien

regresi yang diperoleh akan underestimated, sehingga R2 akan besar serta uji t dan

uji F akan menjadi tidak valid. Autokorelasi yang kuat dapat menyebabkan dua

variabel yang tidak berhubungan menjadi berhubungan. Untuk mendeteksi ada

tidaknya autokorelasi adalah dengan melihat nilai dari Durbin Watson (DW)

statistiknya yang dibandingkan dengan nilai dari tabel DW. Berikut merupakan

kerangka identifikasi dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi.

Tabel 3.2 Kerangka Identifikasi Autokorelasi


Nilai DW Hasil
4-dl<DW<4 Tolak H0, korelasi serial negatif
4-dl<DW<4-dl Hasil tidak dapat ditentukan
2<DW<4-du Terima H0, tidak ada korelasi serial
du<DW<2 Terima H0, tidak ada korelasi serial
dl<DW<du Hasil tidak dapat ditentukan
0<DW<dl Tolak H0, korelasi serial positif
Sumber : Gujarati, 2004

Korelasi serial terjadi apabila error dari periode waktu yang berbeda

saling berkorelasi. Untuk mendeteksi hal ini yaitu dengan melihat pola random

error dari hasil regresi. Dalam pendekatan fixed effect tidak mensyaratkan

35
persamaan terbebas dari masalah autokorelasi sehingga asumsi adanya

autokorelasi dapat diabaikan.

C. Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi apabila terdapat hubungan linier antar variabel

independen. Indikasi terjadinya multikolinearitas adalah dengan melihat hasil t

dan F statistik hasil regresi. Apabila koefisien parameter dari t statistik banyak

yang tidak signifikan sementara F hitungnya signifikan maka patut diduga terjadi

masalah multikolinearitas. Masalah ini dapat diatasi dengan cara menghilangkan

variabel yang tidak signifikan, mentransformasikan data, dan menambah variabel.

D. Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah error term

mendekati distribusi normal atau tidak. Uji normalitas error term dilakukan

dengan menggunakan uji Jarque Bera dengan hipotesisnya sebagai berikut :

H 0 : α = 0, error term terdistribusi normal

H 1 : α ≠ 0, error term tidak terdistribusi normal

Wilayah penerimaan (Jarque Bera < X2 df -2 atau probabilitas (p-value) >

α) sedangkan wilayah penolakannya yaitu (Jarque Bera > X2 df -2 atau probabilitas

(p-value) < α).

3.2.3.3 Kriteria Ekonomi

Kriteria ekonomi mensyaratkan penggunaan tanda dan besaran yang

diperoleh dalam model sesuai dengan teori ekonomi. Apabila tanda dan besaran

model yang diperoleh relevan dengan teori ekonomi maka model tersebut dapat

dikatakan baik secara ekonomi.

36
3.3 Model Penelitian

Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu persamaan umum.

Sebelumnya telah dilakukan uji coba menggunakan variabel nilai tukar tetapi

variabel ini tidak mendukung dengan hasil yang baik sehingga didapat model

yang terbaik. Model ini digunakan untuk melihat hubungan volume permintaan

ekspor dengan variabel-variabel penyusunnya. Model tersebut adalah :

VEB = α + β 0 HB + β 1 GDP + β 2 POP + β 3 KURS + Ut

Dimana :

VEB = Volume ekspor batubara Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t (Juta ton)

HB = Harga ekspor batubara negara tujuan ekspor tahun ke-t (US$/kg)

GDP = Pendapatan per kapita negara tujuan ekspor tahun ke-t (US$)

POP = Jumlah penduduk negara tujuan ekspor tahun ke-t (Juta orang)

KURS = Nilai Tukar Riil negara tujuan ekspor tahun ke-t (Rp/mata uang)

Ut = error term perode ke-t

α = intersep

β = slope

Nilai dalam variabel-variabel ini memiliki skala yang berbeda.

Transformasi dalam bentuk ln dapat mengurangi masalah heteroskedastisitas. Hal

ini disebabkan karena transformasi yang memapatkan skala untuk pengukuran

variabel, mengurangi perbedaan nilai dari sepuluh kali lipat menjadi dua kali lipat

(Gujarati, 2004). Untuk mengurangi perbedaan tersebut, maka model

menggunakan ln sehingga didapat model penelitian sebagai berikut :

LnVEB = α + β 0 LnHB + β 1 LnGDP + β 2 LnPOP + β 3 LnKURS + Ut

37
VEB = Volume ekspor batubara Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t (persen)

HB = Harga ekspor batubara negara tujuan ekspor tahun ke-t (persen)

GDP = Pendapatan per kapita negara tujuan ekspor tahun ke-t (persen)

POP = Jumlah penduduk negara tujuan ekspor tahun ke-t (persen)

KURS = Nilai Tukar Riil negara tujuan ekspor tahun ke-t (persen)

Ut = error term perode ke-t

α = intersep

β = slope

3.4 Definisi Operasional

1. Volume permintaan ekspor batubara Indonesia di Jepang, India, Korea

Selatan, dan Cina yang menjadi variabel tak bebas dalam model

merupakan total permintaan batubara Indonesia ke Jepang, India, Korea

Selatan, dan Cina yang dinyatakan dalam satuan juta ton.

2. Harga ekspor batubara negara tujuan ekspor merupakan harga masing-

masing negara yang digunakan dalam transaksi perdagangan

internasional. Harga ekspor dinyatakan dalam satuan dollar Amerika.

3. GDP adalah ukuran daya beli masyarakat suatu negara terhadap suatu

produk. GDP perkapita yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

hasil pembagian antara GDP nominal dengan populasi penduduk negara

Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina.

4. Populasi penduduk merupakan jumlah total penduduk yang mendiami

suatu wilayah atau negara. Jumlah penduduk dinyatakan dalam satuan

jiwa.

38
5. Nilai Tukar Riil adalah perbandingan dari perubahan nilai tukar mata

uang negara tujuan ekspor batubara Indonesia terhadap mata uang

Indonesia yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Kurs Riil = Kurs Nominal x IHK negara tujuan ekspor


IHK Indonesia

Nilai tukar riil dinyatakan dalam satuan rupiah per mata uang negara

tujuan ekspor.

39
IV. GAMBARAN UMUM

4.1 Pertambangan Batubara Indonesia

Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari

tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan

panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification)

memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal pembentukan yang menghasilkan

gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit. Di

Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier,

yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan

Kalimantan), pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda,

yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier

Atas. Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau

Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai

batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah,

Papua, dan Sulawesi (Dirjen ESDM, 2007).

Komoditi batubara dihasilkan melalui tahapan kegiatan pertambangan.

Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga

dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun

manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah

permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara,

pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak

dan bijih mangan (BPS, 2009). Tahapan kegiatan pertambangan meliputi:

Prospeksi, Eksplorasi, Eksploitasi, Pengolahan (Pemurnian). Batubara dalam

40
sektor pertambangan merupakan komoditi utama kedua yang mempunyai prospek

yang cerah, yang ditandai dengan nilai ekspor yang besar dan memberikan

kontribusi besar terhadap total ekspor pertambangan.

Menurut World Coal Institute (2005), dalam industri pertambangan

pemilihan metode penambangan sangat ditentukan oleh unsur geologi endapan

batubara. Adapun dua metode yang dipakai dalam penambangan batubara adalah

sebagai berikut:

(1) Penambangan permukaan (terbuka)

Tambang terbuka dapat memberikan proporsi endapan batubara yang lebih

banyak daripada tambang bawah tanah karena seluruh lapisan batubara dapat

dieksploitasi. Cara penambangan ini hanya memiliki nilai ekonomis apabila

lapisan berada dekat dengan permukaan tanah yaitu dengan perbandingan tebal

batuan penutup dengan tebal lapisan batubara sebesar 5 : 1 atau 6 : 1. Kegiatan

utama dalam penambangan terbuka adalah penggalian, pemisahan, pemuatan,

pengangkutan dan pemupukan atau pembuangan.

(2) Penambangan bawah tanah (dalam)

Penambangan bawah tanah dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

(a) Room and pillar, penambangan dengan cara ini memiliki nilai ekonomis

yang tinggi yaitu proses produksi yang lebih cepat dengan biaya yang

murah karena hanya dengan 5 juta dolar penambangan ini sudah bisa

dilakukan. Pilar-pilar penyangga batubara memiliki kandungan lebih dari

40 persen dari jumlah lapisan batubara.

(b) Longwall caving, penambangan ini harus dilakukan dengan membuat

perencanaan yang lebih hati-hati untuk memastikan adanya geologi yang

41
mendukung sebelum diadakannya eksploitasi, sehingga penambangan ini

terbilang cukup mahal karena peralatan tambang longwall mencapai 50

juta dolar. Namun, penambangan ini menghasilkan rendemen batubara

yang tinggi yaitu sebesar 75 persen yang dapat diambil dari panil batubara

sejauh 3 km pada lapisan batubara. Kekurangan dari cara ini adalah dapat

membuat permukaan tanah menjadi amblas.

(c) Cut and fill, penambangan dengan cara ini prosesnya cukup rumit dan

membutuhkan banyak air untuk menyalurkan pasir atau tanah guna

mengisi rongga-rongga bekas penggalian, tetapi batubara yang dihasilkan

melalui cara ini memiliki rendemen yang tinggi.

Industri penambangan batubara mengolah komoditinya sesuai dengan

kandungan dan tujuan penggunaannya. Batubara tersebut mungkin hanya

memerlukan pemecahan sederhana atau memerlukan proses pengolahan yang

lebih kompleks untuk mengurangi kandungan campuran seperti batu dan lumpur.

4.2 Jenis dan Karateristik Batubara Indonesia

Batubara yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang membusuk dan

terkumpul dalam suatu daerah dengan kondisi banyak air memerlukan waktu yang

panjang dalam proses pembentukannya. Lapisan batubara yang diendapkan pada

iklim hangat dan basah biasanya lebih terang dan tebal dibandingkan dengan yang

diendapkan pada iklim basah. Lamanya waktu pembentukan batubara ini

menentukan mutu dari setiap endapan batubara. Selain itu suhu dan tekanan juga

mempengaruhi mutu dari endapan batubara. Proses awalnya adalah gambut yang

kemudian berubah menjadi lignit (batubara muda) atau brown coal (batubara

42
cokelat), kedua batubara tersebut memiliki kandungan kalori yang rendah.

Dengan mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan

tahun, batubara muda berubah secara bertahap menjadi batubara sub bitumen.

Perubahan kimiawi dan fisika yang berlangsung terus menerus akan mengubah

batubara sub bitumen menjadi batubara yang lebih keras dan berwarna gelap yaitu

bitumen atau antrasit. Antrasit merupakan jenis batubara yang memiliki

kandungan kalori paling tinggi.

Tabel 4.1 Kualitas, Sumber daya dan Cadangan Batubara Indonesia Tahun
2007
Kelas Nilai Kalori Sumber Daya Cadangan
(kal/gr) Juta ton % Juta ton %
Rendah < 5100 21038.80 22.50 5397.55 28.90
Sedang 5100-6100 58937.91 63.10 11184.88 59.80
Tinggi 6100-7100 12424.16 13.30 1946.65 10.40
Sangat tinggi >7100 1001.65 1.07 182.47 0.97
Sumber : Pusat Sumber Daya Geologi dalam Direktorat Pengusahaan Mineral,
Batubara, dan Geothermal, 2008 (diolah)

Secara kualitas, cadangan batubara Indonesia umumnya mempunyai

kandungan abu dan sulfur yang rendah. Namun cadangan batubara Indonesia

mempunyai volatilitas (volatile) dan kandungan air (moisture) yang relatif tinggi.

Kualitas batubara Indonesia dibedakan berdasarkan kalorinya, batubara dengan

kualitas rendah memiliki nilai kalori kurang dari 5100 kal/gr dan kadar air 30-45

persen. Batubara jenis ini sering disebut sebagai lignit. Sedangkan batubara sub

bituminus (kualitas sedang) memiliki nilai kalori antara 5100 sampai 6100 kal/gr

dengan kadar air 10-25 persen . Sementara itu, bitumin atau batubara berkualitas

tinggi memiliki nilai kalori antara 6100 sampai 7100 kal/gr dengan 57 kadar air

sekitar 5-10 persen. Semakin tinggi kalori batubara maka semakin tinggi

kualitasnya.

43
Batubara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras, kuat serta

seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batubara dengan mutu yang

lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban

yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit

merupakan batubara dengan kualitas terbaik. Batubara jenis ini memiliki nilai

kalori diatas 7100 kal/gr dan kadar air hanya 1-3 persen.

Jenis batubara yang mendominasi di Indonesia adalah sub bituminus atau

batubara berkalori sedang yaitu dengan sumber daya sebesar 63,10 persen dan

cadangan sebesar 59,80 persen dari batubara yang tersedia di Indonesia. Selain

sub bituminus, batubara jenis lignit juga melimpah di Indonesia yaitu dengan

sumber daya sebesar 22,50 persen dengan cadangan sebesar 28,90 persen.

Indonesia memiliki sumber daya batubara berkualitas tinggi yang terbatas seperti

bitumen dan antrasit padahal kedua jenis batubara ini yang paling diminati oleh

importir batubara Indonesia. Sumber daya dan cadangan bitumen di Indonesia

sendiri adalah sebesar 13,30 persen dan 10,40 persen, dan batubara antrasit yang

tersedia di Indonesia hanya sebesar 1,07 persen dengan cadangan sebesar 0,97

persen.

4.3 Produksi Batubara

Selain minyak dan gas bumi, batubara merupakan salah satu komoditi

tambang yang berpotensi untuk dimanfaatkan lebih lanjut oleh pemerintah.

Produksi batubara di Indonesia mulai mengalami peningkatan yang signifikan

sejak tahun 1990 dan diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan

semakin berkurangnya produksi minyak bumi di Indonesia. Total produksi

44
batubara sejak tahun 2005 mengalami peningkatan dan pada tahun 2007 hingga

Oktober 2009 mencapai 83,45 juta ton.

Rata-rata pertumbuhan produksi batubara dari tahun 1984 sampai dengan

2005 sangat tinggi, yakni mencapai 32,09 persen. Pertumbuhan produksi batubara

tertinggi terjadi pada tahun 1984 yang mencapai 123,33 persen dengan produksi

sebesar 1.084.652 metrik ton. Produksi batubara pada tahun 2005 sebesar

141.048.545 metrik ton atau tumbuh sebesar 6,65 persen. Produksi batubara dari

tahun 2006 hingga tahun 2025 diperkirakan akan tumbuh sebesar 112,8 persen

(DSEM, 2006).

Peningkatan produksi batubara Indonesia dipicu oleh kenaikan permintaan

pada pasar ekspor batubara Indonesia, salah satunya di negara Cina. Hal ini terkait

dengan pembatasan impor batubara dari Australia terkait dengan pemberlakukan

peraturan pengiriman barang yang semakin ketat. Oleh sebab itu permintaan

batubara dari Cina kepada Indonesia mengalami peningkatan. Setiap tahunnya

lebih dari 70 persen dari total produksi batubara Indonesia dikirim untuk

memenuhi permintaan importir batubara di luar negeri, sedangkan sisanya untuk

memenuhi konsumsi batubara domestik.

Berdasarkan perhitungan cadangan batubara Indonesia diperkirakan

kapasitas produksi batubara Indonesia adalah sebesar 200 juta ton dan bisa

diperkirakan bahwa cadangan batubara Indonesia mampu memenuhi produksi

hingga 93 tahun lagi. Pada tahun 2009, sumber daya batubara Indonesia

diperhitungkan mencapai 104,76 miliar ton. Hal ini menunjukkan bahwa sumber

daya batubara meningkat dengan pertumbuhan rata-rata hampir 6 persen per tahun

dimana dua tahun sebelumnya sumber daya batubara hanya mencapai 93,4 miliar

45
ton. Cadangan batubara Indonesia tersebar cukup luas di berbagai daerah di

Indonesia yaitu di wilayah-wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa,

Maluku, dan Papua.

Tabel 4.2 Sumber Daya dan Cadangan Batubara di Indonesia per Januari
2009 (juta ton)
Provinsi Sumber Daya Cadangan
Banten 13,31 0,00
Jawa Barat 0,00 0,00
Jawa Tengah 0,82 0,00
Jawa Timur 0,08 0,00
Nanggroe Aceh Darussalam 450,15 0,00
Sumatera Utara 26,97 0,00
Riau 1767,54 1940,37
Sumatera Barat 732,16 36,75
Bengkulu 198,65 21,12
Jambi 2069,07 9,00
Sumatera Selatan 47085,08 9542,01
Lampung 106,95 0,00
Kalimantan Barat 527,52 0,00
Kalimantan Tengah 1586,34 74,28
Kalimantan Selatan 12265,56 3523,24
Kalimantan Timur 37537,98 3633,04
Sulawesi Selatan 231,12 0,12
Sulawesi Tengah 1,98 0,00
Maluku Utara 2,13 0,00
Irian Jaya 151,26 0,00
Papua 2,16 0,00
Total 104756,84 18779,93
Sumber: Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia, 2009 (diolah)

Berdasarkan laporan Pusat Sumber Daya Geologi dalam Direktorat

Pengusahaan Mineral, Batubara, dan Geothermal per Januari 2009, batubara

Indonesia berjumlah 104.756,84 juta ton. Cadangan batubara ini tersebar cukup

luas di berbagai daerah dengan cadangan yang dapat ditambang sebesar 18.779,93

juta ton. Sumber daya dan cadangan batubara Indonesia sebagian besar terletak di

Pulau Sumatera dan Kalimantan. Hanya sebesar 3,8 persen sumber daya batubara

46
Indonesia yang tersebar di pulau-pulau besar lainnya. Sumber daya batubara yang

terbesar terletak di provinsi Sumatera Selatan sebesar 47.085,08 juta ton dan

Kalimantan Timur sebesar 37.537,98 juta ton. Sedangkan cadangan batubara

terbesar terletak di Sumatera Selatan yaitu sebesar 9.542,01 juta ton dan

Kalimantan Timur sebesar 3.633,04 juta ton. Berdasarkan penjelasan tersebut

dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki sumber daya dan cadangan batubara

yang begitu melimpah.

4.4 Konsumsi Domestik

Berdasarkan Outlook Energi Indonesia 2010, delapan tahun terakhir

konsumsi batubara di Indonesia meningkat dengan pertumbuhan rata-rata lebih

dari 15 persen per tahun. Sebagian besar dari konsumsi batubara tersebut

digunakan oleh pembangkit listrik. Konsumen utama bahan bakar batubara di

Indonesia adalah PLN. Perusahaan negara ini mengkonsumsi lebih dari 80 persen

pasokan batubara domestik atau sekitar 34 juta ton pada 2010, sedangkan sisanya

dikonsumsi oleh industri domestik, seperti baja dan semen. Penggunaan batubara

pada sektor industri meliputi industri-industri semen dan keramik, pulp dan kertas,

besi dan baja, serta industri lainnya yang meliputi tekstil dan makanan.

Kebutuhan industri dalam negeri akan batubara terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Industri semen merupakan konsumen batubara

yang cukup besar. Kebutuhan batubara pada industri semen pada tahun 2008

mencapai sekitar 6.8 juta ton. Pada industri-industri besi dan baja, pulp dan kertas,

dan lain-lain meliputi pabrik-pabrik tekstil, makanan, genteng, bata, dan

manufaktur, penggunaan batubara digunakan sebagai sumber energi panas dan

47
bahan bakar pembangkit listrik. Semakin meningkatnya penggunaan batubara

pada pabrik-pabrik tersebut diperkirakan disebabkan oleh semakin meningkatnya

harga minyak dan tidak tercukupinya listrik dari PLN (Petromindo, 2009).

Selain untuk pembangkit listrik dan industri, batubara juga dimanfaatkan

dalam bentuk briket untuk memenuhi kebutuhan energi pada sektor rumah tangga

serta industri kecil dan menengah. Briket batubara diperkirakan akan semakin

kompetitif karena adanya pengurangan minyak bersubsidi untuk sektor rumah

tangga. Namun secara pangsa, batubara untuk briket masih tidak signifikan bila

dibandingkan dengan batubara untuk pembangkit listrik maupun industri.

4.5 Ekspor

Dalam perdagangan dunia, Indonesia menempati urutan kedua setelah

Australia sebagai eksportir batubara terbesar dunia. Pada tahun 2009, nilai ekspor

batubara Indonesia mencapai 161.34 juta ton.

180
161,34
160
140,05140,52
140 129,12
120 105,82
93,29
Juta Ton

100
79,39 84,02
80 65,36
60 44,98 42,23
38,4 41,98
40
20
0
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Data Warehouse Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral, 2009


Gambar 4.1 Perkembangan Ekspor Batubara Indonesia

Ekspor batubara Indonesia meningkat setiap tahunnya dengan

pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan tertinggi adalah pada tahun 2001 yaitu

48
sebesar 54 persen dengan total kenaikan ekspor sebesar 23.13 juta ton. Sejak saat

itu ekspor batubara Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun

hingga pada tahun 2008 ekspor batubara mencapai 140.52 juta ton. Kemudian

naik sebesar 14,8 persen pada tahun 2009 dengan jumlah ekspor mencapai 161.34

juta ton. Sebagian besar negara tujuan ekspor batubara Indonesia adalah negara-

negara di Asia seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, India, Taiwan, Malaysia,

Thailand, dan Filipina sedangkan sisanya diekspor ke negara-negara di Eropa

seperti Spanyol, Itali, Belanda, Switzerland, dan Inggris serta kawasan Asia

Pasifik yaitu Amerika Serikat.

Jepang merupakan tujuan ekspor batubara Indonesia yang utama. Ekspor

batubara Indonesia ke Jepang tersebut diperkirakan akan meningkat terus setelah

adanya perjanjian kerjasama Economic Partnership Agreement (EPA) yang

memuat kerjasama untuk meningkatkan permintaan batubara oleh adanya

pembatasan ekspor batubara Cina ke Jepang. Hal ini terjadi karena Cina akan

memprioritaskan penggunaan batubara untuk kebutuhan pembangunan

infrastruktur dalam negerinya. Sehingga peran batubara Indonesia semakin besar

dikarenakan ekspor semakin meningkat. Meningkatnya ekspor batubara Indonesia

menunjukkan kemampuan industri batubara Indonesia untuk memenuhi pesatnya

pertumbuhan permintaan batubara di negara-negara pengimpor yang ditunjang

oleh keberadaan kapasitas transportasi dan pelabuhan yang memadai (Petromindo,

2009)

Sampai saat ini kebutuhan batubara dunia terus mengalami peningkatan

yang signifikan dari tahun ke tahun. Selain dipicu oleh booming harga batubara,

hal ini pun dipengaruhi oleh semakin banyaknya pembangunan PLTU di luar

49
negeri yang menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Tingginya

permintaan dengan harga dunia yang terus mengalami peningkatan menjadi

insentif bagi eksportir batubara dalam negeri untuk terus meningkatkan

ekspornya.

4.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Batubara Indonesia


4.6.1 Permintaan Batubara Negara Tujuan Ekspor

Besarnya permintaan suatu komoditi akan dipengaruhi oleh besarnya

kebutuhan akan komoditi tersebut. Kebutuhan akan batubara Indonesia setiap

tahunnya di negara tujuan ekspor volumenya berfluktuatif.

45.000.000.000
40.000.000.000
35.000.000.000
30.000.000.000
Negara Jepang
Juta Ton

25.000.000.000
20.000.000.000 Negara India
15.000.000.000 Negara Korea Selatan
10.000.000.000 Negara Cina
5.000.000.000
0

Sumber : Kementerian Perdagangan, 2010


Gambar 4.2 Permintaan Batubara Indonesia oleh Negara Tujuan Ekspor

Jepang merupakan negara yang menempati urutan pertama sebagai negara

yang mengimpor batubara Indonesia. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh

International Energy Agency, 2010 pasokan listrik yang dihasilkan oleh Jepang

pada tahun 2009 terdiri dari tenaga Batubara sebesar 28 persen, Nuklir sebesar 27

persen, Gas sebesar 26 persen, Minyak sebesar 9 persen, dan Hidro sebesar 8

persen.

50
Walaupun pasca bencana gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada

tahun 2011, tidak menurunkan jumlah permintaan batubara Indonesia. Saat ini

produksi listrik Jepang terganggu dengan rusaknya beberapa PLTN setelah gempa

yang terjadi. Pemerintah kemudian mencari alternatif untuk memenuhi pasokan

listrik dikarenakan rusaknya PLTN yang menyumbang lebih dari seperempat

pasokan listrik Jepang. Salah satunya adalah dengan menambah impor batubara.

Menurut data Ditjen Minerba pada tahun 2010, Jepang mengimpor batubara

Indonesia sebesar 24 juta ton atau hampir sebesar 10 persen dari total produksi

batubara Indonesia 2010 sebesar 275 juta ton. Realisasi impor batubara Jepang

pada tahun 2010 berjumlah 116.5 juta ton. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2010

sekitar 20 persen kebutuhan impor batubara Jepang dipasok dari Indonesia.

Bagi India, batubara merupakan sumber utama pasokan energi untuk

pembangkit listrik. Batubara memberikan kontribusi sebesar 66 persen.

Kebutuhan batubara di India terus meningkat. Pada tahun 2010 diperkirakan

membutuhkan batubara sekitar 609 juta ton, sementara produksi batubara India

pada tahun 2010 sebesar 533 juta ton. Sehingga India harus mengimpor batubara

sebesar 76 juta ton. Indonesia menjadi pengekspor batubara terbesar untuk

kebutuhan pembangkit listrik India yaitu sekitar 18 juta ton. Peluang kerjasama

bidang batubara antara India dan Indonesia masih terbuka di antaranya dalam

kerjasama ekplorasi batubara, penelitian dan pengembangan pemanfaatan

batubara kelas rendah (low rank coal), kesempatan investasi dan kerjasama dalam

pendidikan dan pelatihan. Kerjasama antara pemerintah Indonesia dan India ini

diharapkan akan terus berlanjut sehingga memberikan kontribusi positif dalam

51
pemanfaatan dan pengelolaan batubara pada kedua negara (Kementerian ESDM,

2010).

Korea Selatan juga menggunakan batubara sebagai salah satu sumber

energi untuk pembangkit tenaga listrik. Sebagian besar kebutuhan batubara Korea

Selatan diimpor dari Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun

2009, Korea Selatan mengimpor batubara Indonesia dengan volume sebesar 33

juta ton.

Pada tahun 2009 konsumsi batubara Cina mencapai 340 juta ton dengan

laju pertumbuhan sepanjang tahun 2005 sampai tahun 2009 sebesar 5 sampai 15

persen per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan domestik, sekitar 180 juta ton

batubara akan diimpor Cina. Indonesia merupakan pemasok batubara terbesar

bagi Cina pada tahun 2010 dengan volume sebesar 55 juta ton untuk kebutuhan

pembangkit listrik maupun rumah tangga di Cina.

4.6.2 Gross Domestic Product (GDP) Per Kapita Negara Tujuan Ekspor
Batubara Indonesia

Berdasarkan teori ekonomi GDP merupakan ukuran daya beli masyarakat

suatu negara terhadap suatu produk. GDP Riil yang semakin meningkat

mengindikasikan bahwa daya beli suatu masyarakat menjadi lebih tinggi. Semakin

tingginya daya beli suatu masyarakat maka akan semakin tinggi pula tingkat

konsumsinya.

52
45000
40000
35000
30000
NEGARA Jepang
US Dollar

25000
NEGARA India
20000
NEGARA Korea Selatan
15000
NEGARA Cina
10000
5000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : www.worldbank.org
Gambar 4.3 GDP Negara Tujuan Ekspor Batubara Indonesia tahun
2001-2009

Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat bahwa GDP negara-negara pengimpor

batubara Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa

konsumsi akan batubara semakin tinggi diikuti dengan semakin tingginya daya

beli masyarakat. Negara Jepang memiliki GDP per kapita tertinggi dari negara

India, Korea Selatan, dan Cina. Oleh sebab itu, negara Jepang mengimpor

batubara Indonesia terbesar untuk memenuhi kebutuhannya. Begitu juga halnya

dengan Korea Selatan, pada tahun 2010 GDP riil meningkat hingga 5,5 persen.

Sehingga daya beli akan batubara pun semakin meningkat.

4.6.3 Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor

Dalam teori permintaan disebutkan bahwa jumlah penduduk memiliki

korelasi positif terhadap jumlah komoditi yang diminta. Jika jumlah penduduk

suatu negara meningkat maka akan meningkatkan jumlah suatu komoditi yang

diminta dan menggeser kurva permintaan ke arah kanan atas (ceteris paribus).

53
1,4E+09

1,2E+09

1E+09

80000000 Negara Jepang


Jiwa

Negara India
60000000
Negara Korea Selatan
40000000 Negara Cina

20000000

0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : www.worldbank.org
Gambar 4.4 Jumlah Penduduk Negara Jepang, India, Korea Selatan, Cina

Berdasarkan Gambar 4.4 terlihat bahwa Cina menempati urutan pertama

dengan jumlah penduduk terbanyak dalam daftar pengimpor batubara dan bahkan

terbanyak di dunia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Cina memang

merupakan salah satu negara yang mengimpor batubara terbanyak keempat

setelah Jepang, India, Korea Selatan. Peningkatan jumlah penduduk Cina disertai

juga dengan peningkatan jumlah batubara Indonesia yang diimpor. Selain Cina,

India juga merupakan salah satu negara yang berpenduduk banyak di dunia.

Penduduk yang besar membutuhkan pasokan energi yang besar juga.

54
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil estimasi dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam tiga

pemaparan umum yaitu pemaparan secara statistik yang meliputi pembahasan

mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

Bagian kedua akan dijabarkan mengenai hasil uji ekonometrika yang terdiri dari

uji heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan normalitas. Sedangkan

bagian ketiga merupakan bagian yang paling penting karena akan dijelaskan

pemaparan hasil secara ekonomi yang dibandingkan dengan fakta yang terjadi di

negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina.

5.1 Hasil Estimasi Fungsi Permintaan Ekspor Batubara Indonesia

Model yang disajikan berdasarkan pada kerangka pemikiran teoritis dan

tujuan studi terdahulu serta berbagai alternatif spesifikasi model yang telah

dicoba. Analisis yang digunakan adalah regresi data panel. Setelah dilakukan

regresi panel data, maka diperoleh estimasi persamaan sebagai berikut :

LnVEB = 179,443 + 0,112LnHB + 5,822LnGDP - 8,870LnPOP - 0,494LnKURS

+ Ut

Dimana:

VEB = Volume ekspor batubara Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t (persen)

HB = Harga ekspor batubara negara tujuan ekspor tahun ke-t (persen)

GDP = Pendapatan per kapita negara tujuan ekspor tahun ke-t (persen)

POP = Jumlah penduduk negara tujuan ekspor tahun ke-t (persen)

55
KURS = Nilai Tukar Riil negara tujuan ekspor tahun ke-t (persen)

Ut = error term periode

5.2 Kriteria Stastistik

Model permintaan batubara Indonesia di negara Jepang, India, Korea

Selatan, dan Cina yang dihasilkan dari output Eviews menghasilkan nilai R-

squared adjusted sebesar 95 persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

variabel-variabel yang berada dalam model mampu menjelaskan 95 persen

keragaman yang terjadi pada permintaan batubara Indonesia. Sedangkan 5 persen

lainnya dapat dijelaskan oleh variabel lainnya.

Tabel 5.1 Hasil Estimasi Model Permintaan Batubara Menggunakan


Pendekatan Efek Tetap dengan Pembobotan Cross Section Weight
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LnHB 0.112308 0.057357 1.958045 0.0603*
LnGDP 5.822888 0.632772 9.202192 0.0000*
LnPOP -8.870329 3.263279 -2.718226 0.0111*
LnKURS -0.494002 0.215688 -2.290351 0.0297*
C 179.4427 61.59945 2.913056 0.0070
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared 0.964854 Mean dependent var 43.69450
Adjusted R-squared 0.956067 S.D. Dependent var 19.35874
S.E. Of regression 0.292348 Sum squared resid 2.393088
F-statistic 109.8099 Durbin-Watson stat 1.647236
Prob (F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistic
R-squared 0.929642 Mean dependent var 23.19245
Sum squared resid 3.075365 Durbin-Watson stat 2.180811
Keterangan: * signifikan pada taraf nyata 10 persen (0,1)

Berdasarkan nilai probability F-statistic pada model lebih kecil dari taraf

nyata 10 persen yang digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa model dianggap

56
mampu merepresentasikan permintaan ekspor batubara di Jepang, India, Korea

Selatan, dan Cina.

5.3 Kriteria Ekonometrika

Sebuah model dikatakan baik jika memenuhi kebaikan uji statistik maupun

dalam pengujian ekonometrika. Uji ekonometrika dikatakan baik jika terbebas

dari masalah heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan normalitas.

Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa nilai sum square resid pada weighted

statistic (2.393088) lebih kecil dari pada nilai sum square resid pada unweighted

statistic (3.075365) sehingga diindikasikan terjadi masalah heteroskedastisitas.

Karena model tersebut telah menggunakan cross-section, maka model tersebut

sudah bisa mengatasi masalah heteroskedastisitas dan masalah autokorelasi.

Uji ekonometrika selanjutnya adalah ingin melihat ada atau tidaknya

masalah multikolinearitas. Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat

nilai korelasi antar variabel yang terdapat di dalam model. Model tersebut

dikatakan terbebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai korelasi antar

variabel yang dimutlakkan tidak lebih besar dari nilai R-squared.

Uji selanjutnya adalah uji normalitas yang dilakukan untuk mendeteksi

apakah error term mendekati distribusi normal atau tidak. Uji ini dapat dilakukan

dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque Bera dengan taraf nyata 10

persen. Berdasarkan uji normalitas maka dihasilkan nilai probabilitas Jarque Bera

sebesar 0.53 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa model yang digunakan telah memiliki error yang telah

terdistribusi secara normal.

57
5.4 Kriteria Ekonomi
5.4.1 Harga Ekspor Batubara Indonesia

Teori permintaan ekspor menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat harga

yang terjadi pada transaksi perdagangan maka jumlah permintaan komoditi suatu

barang akan semakin menurun. Berdasarkan hasil estimasi model menunjukkan

bahwa variabel harga ekspor batubara memiliki koefisien yang bertanda positif

dan bernilai sebesar 0.112. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan

harga ekspor batubara sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume

batubara yang diminta sebesar 0.112 persen. Variabel harga ekspor batubara ini

ternyata tidak sesuai dengan teori dan hipotesis yang dibuat. Ketidaksesuaian ini

diduga karena adanya kontrak berjangka pada penjualan dan pembelian batubara

antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor.

Harga batubara dalam kontrak ini mengacu kepada rata-rata indeks ICI-1

(Indonesia Coal Index), Platts-1, NEX (Newcastle Export Index), dan GC

(Newcastle Global Coal Index). Harga batubara berlaku untuk harga harga spot

(kontrak penjualan di bawah 12 bulan) dan untuk harga term (kontrak penjualan

lebih dari 12 bulan). Harga batubara acuan ini menggunakan rata-rata harga

batubara acuan pada tiga bulan terakhir yang berlaku untuk penjualan batubara

selama 12 bulan (Kementerian ESDM, 2009). Hal ini diduga yang menyebabkan

harga batubara yang meningkat tidak memengaruhi permintaan batubara oleh

negara tujuan ekspor karena harga yang digunakan adalah pada waktu kontrak

dilakukan.

Berdasarkan hasil estimasi Eviews diketahui bahwa nilai probabilitas dari

variabel harga ekspor batubara sebesar 0.0603 yang lebih kecil dari pada taraf

58
nyata 10 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel harga ekspor batubara

Indonesia berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor batubara Indonesia.

5.4.2 GDP Per Kapita

GDP Per Kapita merepresentasikan ukuran daya beli masyarakat terhadap

barang dan jasa suatu negara. Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa

koefisien GDP per kapita memiliki tanda positif sebesar 5.823. Hal ini sesuai

dengan hipotesis penelitian. Artinya jika terjadi kenaikan satu persen pendapatan

per kapita akan meningkatkan permintaan ekspor batubara Indonesia sebesar

5.823 persen. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui juga bahwa variabel

GDP per kapita berpengaruh nyata pada taraf nyata 10 persen. Hal ini

mengindikasikan bahwa variabel GDP per kapita negara Jepang, India, Korea

Selatan, dan Cina memiliki pengaruh yang signifikan dalam memengaruhi

permintaan ekspor batubara Indonesia.

Hal tersebut didukung oleh penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia di pasar Jepang (Suciati,

2009). Berdasarkan hasil estimasi negara Jepang sebagai negara tujuan ekspor

batubara Indonesia, variabel GDP nyata pada taraf nyata 5 persen dan nilai

koefisien GDP memiliki tanda yang sesuai dengan hipotesis. Jika GDP suatu

negara meningkat, maka konsumsi negara tersebut terhadap suatu komoditi akan

meningkat pula. Hal ini terjadi pada barang normal, karena konsumsi barang

normal akan berhubungan positif dengan kenaikan GDP suatu negara.

59
5.4.3 Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor

Dalam teori permintaan disebutkan bahwa jumlah penduduk memiliki

korelasi positif terhadap jumlah komoditi yang diminta. Artinya jika jumlah

penduduk suatu negara meningkat maka akan meningkatkan jumlah suatu

komoditi yang diminta dan menggeser kurva permintaan ke arah kanan atas

(ceteris paribus).

Hasil estimasi dengan menggunakan Eviews menunjukkan bahwa variabel

jumlah penduduk memiliki koefisien yang bertanda negatif dan bernilai sebesar

8.870. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan jumlah penduduk

sebesar satu persen maka akan menurunkan volume batubara yang diminta

sebesar 8.870 persen. Variabel jumlah penduduk ini ternyata tidak sesuai dengan

teori dan hipotesis yang dibuat. Ketidaksesuaian ini diduga karena batubara

merupakan salah satu komoditi yang tidak langsung dikonsumsi masyarakat tetapi

dikonsumsi oleh industri. Bagaimanapun industri mengolah batubara yang

kemudian dikonsumsi oleh masyarakat di negara tersebut dan mengekspor produk

dari bahan baku batubara tersebut. Oleh sebab itu batubara tidak hanya

dipengaruhi oleh penduduk negara yang mengimpor tetapi dipengaruhi juga oleh

penduduk negara lain dimana industri negara tersebut mengekspor produk yang

menggunakan bahan baku batubara.

5.4.4 Nilai Tukar Riil (Kurs)

Berdasarkan hasil estimasi Eviews diperoleh koefisien dari variabel nilai

tukar sebesar 0.494 dan memiliki tanda negatif. Artinya apabila nilai tukar rupiah

terdepresiasi atau turun sebesar satu persen maka akan meningkatkan permintaan

60
ekspor batubara Indonesia sebesar 0.494 persen (ceteris paribus). Disamping itu

pula variabel nilai tukar riil memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

volume ekspor yang ditandai dengan nilai probabilitas dari variabel nilai tukar riil

sebesar 0.0297 yang lebih kecil dari pada taraf nyata 10 persen. Hal tersebut

menunjukkan bahwa variabel nilai tukar riil berpengaruh nyata terhadap

permintaan ekspor batubara Indonesia.

Koefisien nilai tukar riil sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Nilai

tukar riil memiliki pengaruh negatif terhadap permintaan ekspor komoditi tertentu

di suatu negara. Apabila terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

negara tujuan ekspor, maka harga barang di Indonesia relatif lebih murah daripada

harga barang di negara tujuan ekspor sehingga permintaan akan batubara

Indonesia akan meningkat. Hal ini akan mendorong negara Jepang, India, Korea

Selatan, dan Cina untuk meningkatkan permintaan batubara dari negara yang

memiliki harga relatif lebih murah sehingga akan merangsang peningkatan ekspor

batubara Indonesia ke negara tersebut.

61
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil estimasi dengan menggunakan metode panel data melalui

pendekatan fixed effect menunjukkan bahwa :

a. Variabel harga ekspor batubara memiliki pengaruh yang signifikan dan

positif terhadap permintaan ekspor batubara Indonesia. Hal ini tidak sesuai

dengan hipotesis yang telah dibuat. Ketidaksesuaian ini diduga karena

adanya kontrak berjangka pada penjualan dan pembelian batubara antara

Indonesia dengan negara tujuan ekspor sehingga harga yang meningkat

tidak menjadi masalah bagi para importir.

b. GDP per kapita negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan ekspor batubara

Indonesia. Artinya, apabila GDP per kapita negara pengimpor meningkat

maka akan meningkatkan permintaan ekspor batubara Indonesia.

c. Jumlah penduduk negara pengimpor memiliki nilai probabilitas yang

signifikan. Artinya jumlah penduduk negara pengimpor berpengaruh nyata

terhadap permintaan ekspor. Namun variabel ini berpengaruh negatif

terhadap permintaan ekspor batubara Indonesia. Hal tersebut tidak sesuai

hipotesis karena batubara merupakan salah satu komoditi yang tidak

langsung dikonsumsi masyarakat tetapi dikonsumsi oleh industri.

d. Nilai tukar riil memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap

permintaan ekspor batubara Indonesia. Artinya jika nilai tukar riil rupiah

62
menurun sebesar satu persen maka akan meningkatkan permintaan

batubara.

6.2 Saran

Peningkatan permintaan ekspor batubara dari negara Jepang, India, Korea

Selatan, dan Cina merupakan prospek yang cerah bagi ekspor batubara Indonesia.

Batubara dapat menjadi sumber devisa negara. Berdasarkan variabel yang diteliti

hanya variabel nilai tukar yang dapat dikendalikan oleh pemerintah Indonesia.

Oleh sebab itu sebaiknya pemerintah mengambil kebijakan dalam menstabilkan

nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor. Dengan demikian

harga ekspor menjadi lebih kompetitif di pasar internasional sehingga akan

meningkatkan volume ekspor batubara.

63
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Indonesia. BPS, Jakarta.

Djuanda, B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor.

Djiwandono, S. 1997. Pembiayaan Pembangunan Nasional : Permasalahan,


Tantangan, dan Kebijakan, Wijoyo Nitisastro 70 tahun, Pembangunan
Nasional Teori Kebijakan dan Pelaksanaan. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.

Firdaus, M. 2012. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. IPB
Press, Bogor.

Focus Group Discussion. 2007. Peranan Sektor Pertambangan Dalam


Perekonomian Nasional. Pusat Data dan Informasi ESDM, Departemen
ESDM, Jakarta.

Gujarati, D. 1995. Ekonometrika Dasar. Sumarno Zain [penerjemah]. Erlangga,


Jakarta.

Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. Handbook of Energy and


Economic Statistics of Indonesia. 2009. http://www.desdm.go.id

Kementerian Perdagangan. 2011. Data dan Statistik. Jakarta.

Kementerian Perindustrian. 2011. Data dan Statistik. Jakarta.

Kurniawan. 2009. Dampak Ketergantungan Perekonomian Provinsi Jambi


Terhadap Sumberdaya Alam Tak Terbarukan (Pemberlakuan Kuota
Ekspor Batubara) [Skripsi]. Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Laporan Pemetaan Sektor Ekonomi. 2006. Direktorat Statistik Ekonomi dan


Moneter, Jakarta.

Lipsey, R. G. 1995. Pengantar Mikroekonomi Edisi Kesepuluh Jlid Dua. A. J


Wasana, Kirbrandoko, Budijanto [penerjemah]. Binarupa Aksara, Jakarta.

Miranti, E. 2008. Prospek Industri Batubara di Indonesia. Economic Review no:


214. http://vend182.wordpress.com [September 2011].

Petromindo. 2009. Indonesian Oil, Mining and Energy News.


http://www.petromindo.com/ [September 2011].

64
Rahmawati. 2007. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya
terhadap Perekonomian Indonesia [Skripsi]. Program Studi Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional, Edisi Kelima. Haris Munandar


[penerjemah]. Erlangga, Jakarta.

Suciati, R. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor


Batubara Indonesia di Pasar Jepang [Skripsi]. Program Studi Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Gadjah


Mada Universitas Press.

Sukmawati, A. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan


Ekspor Mutiara Indonesia [Skripsi]. Program Studi Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Todaro, M. P. 2000. Economic Development. Seventh Edition. Addison Wesley


Longman, Inc, New York.

Oktaviani, R. dan Tanti, N. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan


Aplikasinya di Indonesia. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

United Nations Commodity Trade Statistic. 2010. Comodity Trade.


http://comtrade.un.org [Juli 2011].

World Coal Institute. Coal Statistics. 2008. http:www.worldcoalinstitute.org [Juli


2011].

65
LAMPIRAN

66
Lampiran 1. Data Penelitian

Harga
Negara Tahun Volume Ekspor Batubara GDP Populasi Nilai Tukar
(Juta Ton) (US$/Kg) (US$) (Juta Orang) Riil
Jepang 2001 15.011.059.724 23.95773003 36.776 127.149.000 118.8936273
2002 16.717.868.385 22.42407508 36.787 127.445.000 93.55157918
2003 20.472.024.026 34.88105027 37.227 127.718.000 87.14418685
2004 22.699.937.014 48.02242102 38.236 127.761.000 91.53596692
2005 27.312.807.557 38.00000000 38.972 127.773.000 88.26683333
2006 35.295.664.290 27.88032033 39.772 127.756.000 69.83485627
2007 35.255.506.580 57.18444973 40.707 127.770.750 64.79291667
2008 36.259.746.265 56.10601416 40.238 127.704.000 72.40685235
2009 32.217.820.983 152.8807394 38.177 127.560.000 80.36389832
India 2001 4.335.395.010 17.51816391 469 1.032.473.426 257.7083997
2002 5.092.534.781 16.09530368 479 1.048.640.721 213.7691938
2003 7.812.699.400 25.54040148 512 1.064.398.612 199.7931182
2004 10.674.103.472 35.00000000 546 1.079.721.194 209.1904069
2005 16.255.416.221 27.00000000 589 1.094.583.000 220.5375
2006 20.742.398.003 22.00000000 635 1.109.811.147 190.4258989
2007 25.179.146.595 50.00000000 688 1.124.786.997 208.5682976
2008 26.396.640.263 46.00000000 712 1.139.964.932 206.2967355
2009 39.108.918.130 112.00000000 766 1.155.347.678 210.1042181
Korea Selatan 2001 5.427.419.340 18.59205322 11.711 47.357.000 9.758487878
2002 7.461.749.189 17.8898223 12.478 47.622.000 8.488084457
2003 7.856.883.018 31.18397914 12.764 47.859.000 7.933981221
2004 11.740.787.186 40.00000000 13.304 48.039.000 8.398149536
2005 14.376.567.954 31.00000000 13.802 48.138.000 9.482566667
2006 21.314.096.718 23.00000000 14.469 48.297.000 8.677445009
2007 27.371.494.943 53.00000000 15.158 48.456.000 8.56709815
2008 26.355.551.782 48.00000000 15.458 48.607.000 7.362085412
2009 33.418.449.116 124.00000000 15.444 48.747.000 6.623130849
Cina 2001 656.720.000 24.45531002 1.021 1.271.850.000 1621.876972
2002 2.531.438.169 25.44629037 1.106 1.280.400.000 1316.532268
2003 554.566.000 45.97996145 1.209 1.288.400.000 1149.104191
2004 1.473.143.859 37.3628904 1.323 1.296.075.000 1170.97943
2005 2.503.155.834 23.21219808 1.464 1.303.720.000 1186.749167
2006 6.656.464.350 21.89093852 1.641 1.311.020.000 1031.252859
2007 14.186.311.184 50.0757981 1.864 1.317.885.000 1061.855171
2008 15.673.734.380 44.7685307 2.033 1.324.655.000 1185.506757
2009 38.790.622.290 118.978574 2.206 1.331.460.000 1225.928941

67
Sumber : UNComtrade, Worldbank, Kementrian Perdagangan, tahun 2001-2009, diolah

Lampiran 2. Data Penelitian (Ln)

Volume Harga GDP Populasi Nilai Tukar


Negara Tahun Ekspor Batubara (US$) (Juta Orang) Riil
(Juta Ton) (US$/Kg)
Jepang 2001 23.43205 3.176291 3.60485 18.66087 4.778229
2002 23.53974 3.110135 3.60514 18.6632 4.538513
2003 23.74233 3.551944 3.61703 18.66534 4.467564
2004 23.84563 3.871668 3.64378 18.66567 4.516732
2005 24.03062 3.637586 3.66284 18.66577 4.480364
2006 24.28703 3.327921 3.68316 18.66563 4.246133
2007 24.28589 4.046282 3.7064 18.66575 4.171196
2008 24.31397 4.027243 3.69481 18.66523 4.282301
2009 24.19579 5.029658 3.64223 18.6641 4.386565
India 2001 22.19008 2.863238 6.1506 20.75522 5.551829
2002 22.35104 2.778528 6.1717 20.77076 5.364897
2003 22.77902 3.240262 6.23832 20.78568 5.297282
2004 23.09109 3.555348 6.30262 20.79997 5.343245
2005 23.51169 3.295837 6.37843 20.81364 5.396068
2006 23.75545 3.091042 6.45362 20.82746 5.249263
2007 23.94928 3.912023 6.53379 20.84086 5.340267
2008 23.9965 3.828641 6.56808 20.85426 5.329316
2009 24.38962 4.718499 6.64118 20.86767 5.347604
Korea Selatan 2001 22.41473 2.922734 2.46053 17.67323 2.278137
2002 22.73306 2.884232 2.52397 17.67881 2.138663
2003 22.78466 3.439904 2.54663 17.68377 2.071155
2004 23.18633 3.688879 2.58806 17.68752 2.128011
2005 23.38887 3.433987 2.62481 17.68958 2.249455
2006 23.78263 3.135494 2.67201 17.69288 2.160727
2007 24.03277 3.970292 2.71853 17.69617 2.147929
2008 23.99494 3.871201 2.73813 17.69928 1.996343
2009 24.23237 4.820282 2.73722 17.70215 1.890568
Cina 2001 20.30277 3.196847 0.02078 20.96374 7.391339
2002 21.65205 3.23657 0.10075 20.97044 7.182756
2003 20.1337 3.828206 0.18979 20.97667 7.046738
2004 21.11066 3.620678 0.2799 20.98261 7.065596
2005 21.64082 3.144678 0.38117 20.98849 7.078973

68
2006 22.61885 3.086073 0.49531 20.99407 6.93853
2007 23.37554 3.913538 0.62272 20.99929 6.967773
2008 23.47525 3.801505 0.70951 21.00442 7.077926
2009 24.38144 4.778943 0.79118 21.00954 7.111454
Sumber : UNComtrade, Worldbank, Kementrian Perdagangan, tahun 2001-2009, diolah

Lampiran 3. Hasil Estimasi Uji Normalitas

10
Series: Standardized Residuals
Sample 2001 2009
8 Observations 36

Mean -5.02e-16
6 Median -0.026066
Maximum 0.673593
Minimum -0.470501
4 Std. Dev. 0.261484
Skewness 0.457280
Kurtosis 3.074953
2
Jarque-Bera 1.263059
Probability 0.531778
0
-0.4 -0.2 -0.0 0.2 0.4 0.6

69

Anda mungkin juga menyukai