Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin cacar tidak
dapat dipisahkan dari Edward Jenner (1749-1823).Jenner menyusun tulisan
ilmiahnya tentang kekebalan terhadap cacar pada manusia yang pernah tertular
cacar sapi.Ia juga melakukan survei nasional yang mendukung teorinya. Sesudah
penemuan Jenner diuji coba dan dikonfirmasi banyak ilmuwan vaksinasi cacar
mulai meluas di London untuk kemudian menyebar di Inggris, seluruh Eropa, dan
dunia. Pasteur (1885) memperkenalkan cara penanggulangan penyakit akibat
gigitan tersangka rabies dengan menggunakan cara vaksinasi menggunakan
vaksin anti rabies (VAR). Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari
risiko efek samping. Namun keputusan untuk tidak memberi vaksin juga lebih
berisiko untuk terjadinya penyakit atau lebih jauh menularkan penyakit pada
orang lain.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Vaksin

Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).


Edward Jenner sedang menyuntikkan vaksin Dunia sudah selayaknya
mengucapkan terima kasih untuk pionir-pionir seperti Jenner dan Pasteur.Mereka
telah menemukan vaksin yang mencegah tingginya angka kesakitan dan
kematian.Namun demikian, kondisi masih memprihatinkan, bahkan dirasakan
tragis, karena menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), hampir dua juta
anak-anak masih menjadi korban penyakit tiap tahun. Menutup tahun-tahun pada
abad ke-19 dan memasuki abad ke-20 ditandai dengan munculnya achievements
of great vaccine scientist seperti Pasteur. Sejak Jenner vaccinia200 tahun yang
lalu diperkenalkan, sembilan penyakit utama manusia telah dapat dikendalikan
dengan penggunaan vaksin: smallpox (1798), rabies (1885), plague (1897), difteri
(1923), pertusis (1926), tuberculosis/BCG (1927), tetanus (1927), dan yellow
fever (1935).Beberapa vaksin digunakan secara individu di daerah dengan resiko
penyakit seperti rabies dan plague, tetapi tidak pernah digunakan secara sistematis
dalam skala global.Antara lain pada vaksin BCG pada tanggal 24 April 1927,
dokter Albert Calmette dan seorang peneliti bernama Camille Guerin berhasil
menemukan vaksin untuk mengobati penyakit TBC, yang dinamakan
vaksin bacillus calmette guerin (BCG).

2.2. Definisi Vaksin


Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin dapat
berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak
menimbulkan penyakit.Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil
pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan
mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap

2
serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa
membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif
(kanker).Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh
untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari
serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.Ada beberapa jenis vaksin.
Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi kekebalan
tanpa menimbulkan penyakit. Ketika seorang individu divaksinasi terhadap
penyakit atau infeksi, mengatakan difterinya sistem kekebalan tubuh siap untuk
melawan infeksi.Setelah divaksinasi ketika orang terkena bakteri yang
menyebabkan tubuh persneling untuk melawan infeksi. Vaksin memanfaatkan
kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk menghilangkan hampir
semua penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang menyerang itu.Setelah
divaksinasi tubuh "mengingat" bagaimana melindungi diri dari mikroba yang
dialami sebelumnya.

2.3. Bahan-bahan Pembuatan Vaksin


Berikut bahan-bahan pembuat vaksin :
1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau
garam untuk mendorong anti body. Logam ini dikenal sebagai
kemungkinan penyebab kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan
dementia (pikun). Menurut pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat
meracuni darah, syaraf pernafasan, mengganggu sistem imun dan syaraf
seumur hidup. Alumunium digunakan pada vaksin DPT dan Hepatitis B.
2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk
konsumsi manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.
3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada
beberapavaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.
4. Formaldehida/Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar
karena dipakai sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini
dikenal sebagai bahan pembalseman.
5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.

3
6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya
dan kondisi lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin
Varicella.
7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman
di dalam perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal
pada sebagian orang dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.
8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk
bahan pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan
ditemukan padaVaksin Polio.
10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil
merkuri.
Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya
bahan-bahan lain seperti :
 Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf
dan sistem pernafasan.

 Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit


jamur. Efek sampingya dapat menyebabkan pembekuan darah.

 Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada
botol. Walaupun dihasilkan dari susu, namun di dalam tubuh protein ini
dianggap sebagai protein asing beracun.

2.4. Proses Pembuatan Vaksin


Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan
setelah tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium.
Perubahan dari produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi
bergalon-galon vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis,
dan prosedur laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan untuk
meningkatkan skala produksi. Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil
virus tertentu (atau disebut benih). Virus harus bebas dari kotoran, baik berupa
virus yang serupa atau variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus

4
disimpan dalam kondisi “ideal”, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi
lebih kuat atau lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas
kecil atau wadah plastik.Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 cm3, mengandung
ribuan hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter
vaksin.Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezerakan
mencatat secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang
dapat didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika suhu freezerberada di
luar suhu yang seharusnya. Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus
dalam kondisi tertentu secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak
air), sejumlah kecil sel virus ditempatkan ke dalam“pabrik sel” sebuah mesin
kecil yang telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel
memungkinkan virus untuk berkembang biak. Setiap jenis virus tumbuh terbaik di
media tertentu, namun semua media umumnya mengandung protein yang berasal
dari mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi. Media juga mengandung
protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel virus.
Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu
yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak. Selain suhu, faktor-faktor
lain harus dipantau adalah pH.pH adalah ukuran keasaman atau kebasaan, diukur
pada skala dari 0 sampai 14, dan virus harus disimpan pada pH yang tepat dalam
pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun
wadah di mana sel-sel tumbuh tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter),
terdapat sejumlah katup, tabung, dan sensor yang terhubung dengannya.Sensor
memantau pH dan suhu, dan ada berbagai koneksi untuk menambahkan media
atau bahan kimia seperti oksigen untuk mempertahankan pH, tempat untuk
mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan pengaturan steril untuk
menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil produk setengah jadi
ketika siap. Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa
pertumbuhan sel sangat dirangsang oleh penambahan enzim pada medium, yang
paling umum digunakan yaitu tripsin.Enzim adalah protein yang juga berfungsi
sebagai katalis dalam memberi makan dan pertumbuhan sel. Dalam praktek saat
ini, botol tidak digunakan sama sekali. Virus yang sedang tumbuh disimpan dalam

5
wadah yang lebih besar namun mirip dengan pabrik sel, dan dicampur
dengan “manik-manik,” partikel mikroskopis dimana virus dapat menempelkan
diri.Penggunaan “manik-manik” memberi virus daerah yang lebih besar untuk
menempelkan diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi jauh lebih
besar.Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH dikontrol secara ketat.Waktu yang
dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi sesuai dengan jenis virus yang
diproduksi, dan hal itu sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.

2.5. Jenis-Jenis Vaksin


1. Vaksin Toksoid                                  
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan
penyakit dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan
bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman.Hasil pembuatan bahan
toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu
merangsang terbentuknya antibodi antitoksin.Imunisasi bakteri toksoid efektif
selamasatu tahun.Contoh :Vaksin Difteri dan Tetanus

2. Vaksin Acellular dan Subunit


Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan
melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin
vektor virus dan vaksin antiidiotipe.Contoh:Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus
Influenza tipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.
3. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen
binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam
amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak
sebagai antigen.Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui
netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.

4. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah
besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot.
Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan

6
baculovirus.Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein
juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa
gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari
berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan
dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan
vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan-epitop organisme yang patogen.
Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen
epitop bagi sel penerima vaksin.
5. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki
potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari
mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk
meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah
disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak
berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang
dikodenya. Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang
bersifat imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini
berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigenyang patogen
dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir  penelitian
pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri)
merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian
klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.

6. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai
komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat
dari bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak
dapat menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial,
pemberian serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur
hidup.

2.6 Manfaat Vaksin

7
Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada
mengobati.Salah satu caranya adalah dengan memberikan vaksinasi.Vaksinasi
sangat membantu untuk mencegahpenyakit-penyakit infeksi yang menular baik
karena virus atau bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan),
rubella (campak Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b
(Hib), hepatitis, dll.
Sebenarnya setiap anak lahir dengan sistem kekebalan penuh terdiri dari
sel, kelenjar, organ, dan cairan yang berada di seluruh tubuhnya untuk melawan
bakteri dan virus yang menyerang.Sistem kekebalan mengenali kuman yang
memasuki tubuh sebagai penjajah “asing”, atau antigen, dan menghasilkan zat
protein yang disebut antibodi untuk melawan mereka.Suatu sistem kekebalan
tubuh yang sehat dan normal memiliki kemampuan untuk menghasilkan jutaan
antibodi untuk membela serangan terhadap ribuan antigen setiap hari.Mereka
melakukannya-secara alami sampai-sampai orang bahkan tidak menyadari mereka
sedang diserang dan membela diri. Ketika serangan sudah terlalu banyak dan
tubuh tidak mampu bertahan, barulah orang akan merasakan sakit atau berbagai
gejala penyakit. Banyak antibodi akan menghilang ketika mereka telah
menghancurkan antigen menyerang, tetapi sel-sel yang terlibat dalam produksi
antibodi akan bertahan dan menjadi “sel memori.” Sel memori ini dapat
mengingat antigen asli dan kemudian mempertahankan diri ketika antigen yang
sama mencoba untuk kembali menginfeksi seseorang, bahkan setelah beberapa
dekade kemudian. Perlindungan ini disebut imunitas.
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang
menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam
keadaan sudah dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke
dalam jaringan lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk
menghasilkan gejala dan tanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun
untuk menghasilkan antibodi terhadap mereka. Sel-sel memori yang menetap akan
mencegah infeksi ulang ketika mereka kembali lagi berhadapan dengan antigen
penyebab penyakit yang sama di waktu-waktu yang akan datang. Dengan

8
demikian, melalui vaksinasi, anak-anak mengembangkan kekebalan tubuh
terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah. Namun perlu juga diingat bahwa
karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah dilemahkan, jika daya tahan anak
atau host sedang lemah, mungkin bisa juga menyebabkan penyakit. Karena itu
pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika akan divaksinasi. Jika sedang
demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk imunisasi/vaksinasi.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang


menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam
keadaan sudah dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke
dalam jaringan lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk
menghasilkan gejala dan tanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun
untuk menghasilkan antibodi terhadap mereka. Sel-sel memori yang menetap akan
mencegah infeksi ulang ketika mereka kembali lagi berhadapan dengan antigen
penyebab penyakit yang sama di waktu-waktu yang akan datang. Dengan
demikian, melalui vaksinasi, anak-anak mengembangkan kekebalan tubuh
terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah. Namun perlu juga diingat bahwa
karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah dilemahkan, jika daya tahan anak
atau host sedang lemah, mungkin bisa juga menyebabkan penyakit. Karena itu
pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika akan divaksinasi. Jika sedang
demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk imunisasi/vaksinasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, ary. 2000. Kesehatan Modern. Jakarta : Puspa Swara.

Martin, Anthony. 1999. Pemikiran Kedokteran Modern. Bandung: Kawan Pustaka

Retnoningrum, Debbie S. 2010. Prinsip Teknologi DNA Rekombinan. Sekaloah


Farmasi
ITB. Bioteknologi Farmasi-FA 4202

Susanto, Agus Hery. 2011. DNA rekombinan. http://biomol.


wordpress.com/bahan-ajar/
organisme-trans/ (Diakses 28 Desember 2011)

Suwandi, Usman. 1990. Perkembangan Pembuatan Vaksin. Jakarta: Pusat


Penelitian dan
Pengembangan PT Kalbe Farma

11
Definisi dan Manfaat Vaksin

Disusun Oleh: Mario Grenfris (18114045)

D3 TEKNOLOGI TRANSFUSI DARAH

Politeknik Kesehatan Bhakti Setya Indonesia Yogyakarta

2019

12

Anda mungkin juga menyukai