Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

PELEDAKAN BAWAH TANAH (TIE IN)

DISUSUN OLEH :

NAMA : ALDI JUNIARSYAH

NIM : 15 31 00 31

TANGGAL : Tgl 07-12-2018

ACARA : 10 (sepuluh)

PRAKTIKUM TEKNIK PELEDAKAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI SUMBERDAYA ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT.


Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini guna memenuhi syarat
praktikum tekhnik peledakan

penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas


dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Olehnya penyusun mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat di sebutkan satu
persatu.

penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari


kesempurnaa dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki, oleh karena itu, penyusun mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Yogyakarta ,07 Desember 2018

Aldi juniarsyah
15310031

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................ 2
1.3 Praktek ........................................................................................... 2
1.4 Peralatan ........................................................................................ 2
1.5 Langkah Percobaan ....................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Peledakan Bawah Tanah ............................................................... 3
2.2 Bentuk-Bentuk Cut Pada Peledakan Bawah Tanah ...................... 5
2.3 Pola Lubang Ledak Bawah Tanah ................................................ 9

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil ............................................................................................. 11
3.3 Pembahasan ................................................................................... 14

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................... 19

4.2 Saran ............................................................................................. 19

Daftar Pustaka .................................................................................................. 20

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blasting Summary ............................................................................ 17

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Posisi Lubang Tembak ........................................................ 4


Gambar 2.2 Look Out 10 cm + 3 cm/m X 10 cm + 3 cm/m X Kedalaman
Lubang .......................................................................................... 4
Gambar 2.3 ‘V’ Cut.......................................................................................... 5
Gambar 2.4 Pyramid Cut ................................................................................. 6
Gambar 2.5 Burn Cut ....................................................................................... 7
Gambar 2.6 Letak Cut Pada Muka Terowongan .............................................. 7
Gambar 2.7 Bentuk Dasar Rancangan Large Hole Cut ................................... 9
Gambar 2.8 Geometri Bujursangkar ................................................................ 10
Gambar 3.1 sketsa potongan melintang terowongan ....................................... 18

v
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Permukaan kerja suatu terowongan

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada proses penambangan bawah tanah terdapat bermacam-macam
cara untuk membuat lubang bukaan atau terowongan. Salah satunya adalah
dengan cara peledakan. Peledakan pada tambang bawah tanah berbeda
dengan peledakan pada tembang terbuka, perbedaannya yaitu pada
peledakan tambang terbuka dilakukan dengan dua atau lebih arah bidang
bebas sedangkan pada peledakan tambang bawah tanah hanya mempunyai
satu arah bidang bebas. Maka dalam melakukan kegiatan peledakan
tambang bawah tanah perlu dibuat bidang bebas kedua yang dinamakan cut.
Cut itu sendiri dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yang biasanya dipakai
dalam membuat terowongan diantaranya adalah ‘V’ Cut, Burn Cut, Fan Cut,
Large Hole Cut, Drag Cut, dan Pyramid Cut.
Cut yang biasa dipergunakan dalam pembuatan terowongan adalah
circular cut atau large hole cut atau parallel hole cut untuk pemboran
horizontal tegak lurus pada permukaan batuan. Cut yang umum dipakai
pada saat ini adalah large hole cut; terdiri dari satu atau lebih lubang kosong
yang berdiameter besar dan dikelilingi oleh lubang yang berdiameter kecil
yang berisi muatan bahan peledak.
Pada umunya pola lubang ledak yang biasa digunakan berupa bujur
sangkar. Pemuatan lubang tembak dalam bujur sangkar pertama harus
sesuai dengan round yang akan diledakkan. Apabila muatan bahan peledak
(charge concentration) sedikit, maka batuan tidak akan terbongkar. Apabila
muatan bahan peledak banyak tidak akan terjadi blow out melalui lubang
kosong sehingga terjadi pemadatan kembali batuan yang telah terpecahkan
dan efisiensi kemajuan rendah.

1
1.2 Tujuan
1. Memahami prinsip peledakan bawah tanah
2. Mengetahui macam cut
3. Mengetahui tie-in underground

1.3 Praktik
Merangkai ti-in instalasi peledakan pada bidang /face terowongan

1.4 Peralatan
1. Dummy detonator dodol
2. Peralatan dan perlengkapan peledakan
3. Dummy bidang/face terowongan

1.5 Prosedur Percobaan


1. Buat perhitungan rancangan peledakan bawah tanah, dengan
parameter desain ditentukan sendiri
2. Membuat rangkaian instalasi peledakan pada terowongan bawah
tanah.
3. Tentukan pola peledakannya

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peledakan Bawah Tanah


Pada peledakan bawah tanah terdapat beberapa tahapan-tahapan yang
biasa disebut ‘siklus penerowongan’, diantaranya ialah;
a. Pemboran
b. Pemuatan
c. Peledakan
d. Pembersihan asap
e. Scalling dan grouting
f. Penyanggaan bila diperlukan.
g. Pemuatan dan pengangkutan
h. Persiapan pemboran selanjutnya
Pada peledakan bawah tanah sebelum dilakukan peledakan ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu;
a. Tegangan insitu
b. Air tanah
c. Arah ledakan 1 – 2 maksimum bidang bebas
d. Terbatas ruang, udara, penerangan
e. Specific charge 3 – 10 kali > Specific charge permukaan
f. Cut
g. Look out
Dalam pembuatan terowongan, bidang bebas kedua atau free face
diperoleh dengan membuat cut pada permukaan terowongan. Setelah
bukaan cut terbentuk, maka peledakan diikuti dengan lubang stoping yang
mengarah ke arah cut yang diikuti dengan ledakan pada lubang kontur
(contour holes) yang terdiri atas: lubang atap (roof holes / back holes),
lubang dinding (rib holes / wall holes), dan lubang lantai (lifter holes /
floors holes). Area perimeter mencakup area pada lubang ledak back holes
dan rib holes, dimana pada area tersebut dilakukan prespilting dan smooth

3
blasting untuk menghasilkan permukaan terowongan yang sesuai dengan
standar. Sebagai acuan look out tidak boleh melebihi harga = (10 cm + 3
cm/m x kedalaman lubang tembak), kira-kira berkisar 20 cm (lihat gambar
2.1 dan gambar 2.2). (Nando, L. 2013 dan Kramadibrata, S. 2008)

Gambar 2.1 Jenis Posisi Lubang Tembak.

Gambar 2.2 Look Out 10 cm + 3 cm/m X 10 cm + 3 cm/m X Kedalaman


Lubang

4
2.2 Bentuk-Bentuk Cut Pada Peledakan Bawah Tanah
Berbagai macam bentuk cut yang digunakan untuk membuat
terowongan diantaranya adalah:
1. ‘V’ cut
Lubang tembak pada pola ini diatur sedemikian rupa sehingga
tiap dua lubang membentuk ‘V’. Sebuah ‘Cut’ dapat terdiri dari dua
atau tiga pasang ‘V’, masing-masing pada posisi horizontal. Lubang–
lubang tembak pada ‘Cut’ biasanya dibuat membentuk sudut 600
terhadap permukaan terowongan. Dengan demikian, panjang
kemajuan tergantung pada lebar dari terowongan, karena panjang
batang bor terbatas pada lebar tersebut. Satu atau dua lubang tembak
yang lebih pendek (burster) dapat dibuat di tengah ‘Cut’ untuk
memperbaiki hasil pragmentasi (Kramadibrata, S. 2008 dan Permana,
I. 2016).

Gambar 2.3 ‘V’ Cut


2. Fan Cut
Pola ini cocok digunakan pada struktur batuan berlapis–lapis
dan sudah jarang digunakan. Pada tipe “Fan Cut” lubang tembak
dibuat menyudut dan berada pada bidang mendatar. Stelah Cut

5
diledakan maka batuan yang ada diantara dua garis lubang ‘Cut’ akan
terbongkar. Selanjutnya lubang-lubang ‘Easer’ dan ‘Trimmer’ akan
memperbesar bukaan ‘cut’ samapai pada bentuk geometri pada
terowongan.
3. Pyramid Cut
Terdiri dari 4 buah lubang tembak yang saling bertemu pada 1
titik di tengah terowongan. Untuk batuan yang keras, banyaknya
lubang Cut dapat ditambah menjadi 6 buah.

Gambar 2.4 Pyramid Cut


4. Drag Cut
Drag cut adalah tipe yang biasa digunakan pada batuan dengan
struktur perlapisan, misalnya batuan serpih. Lubang “Cut” dibuat
menyudut terhadap bidang perlapisan pada bidang tegak lurus,
sehingga batuan akan terbongkar menurut bidang perlapisan. Tipe
“Cut” seperti ini cocok untuk terowongan berukuran kecil (lebar 1,5–2
m) dimana kemajuan yang besar tidak terlalu penting (Permana, I.
2016).
5. Burn Cut
Berbeda dengan pola–pola ‘Cut’ sebelumnya, dimana lubang
‘Cut’ membentuk sudut satu sama lain dan tegak lurus dengan
permukaan terowongan. Pada pola Burn Cut, ada beberapa lubang cut
yang tidak di isi dengan bahan peledak yang berfungsi sebagai bidang
bebas terhadap lubang cut yang terisi. Lubang kosong dapat dibuat

6
lebih dari satu dengan ukuran yang lebih besar dari pada lubang cut
yang terisi.
Pengembangan dari burn cut adalah circular cut atau parallel
hole cut dimana cut hole dibuat tegak lurus terhadap permukaan
terowongan dan dibor parallel antara lubang bor yang satu dengan
yang lain. Penempatan cut dapat dilakukan di sembarang tempat,
tetapi cut mempengaruhi arah lemparan, konsumsi bahan peledak, dan
jumlah lubang dalam setiap round, oleh karena itu cut diletakkan di
tengah penampang dan agak ke bawah, cut diposisikan tinggi untuk
memudahkan pemuatan hasil peledakan, dan umumnya posisi cut
dideretan lubang tembak pertama diatas terowongan (Nando, L. 2013
dan Kramadibrata, S. 2008)

Gambar 2.5 Burn Cut

Gambar 2.6 Letak Cut Pada Muka Terowongan


6. Large Hole Cut
Metode ini mirip dengan Burn Cut, terdiri dari satu atau lebih
lubang kosong yang berdiameter besar, dikelilingi oleh lubang-lubang

7
bor berdiameter kecil yang berisi muatan bahan peledak. Burden
antara lubang–lubang yang terisi dengan lubang kosong relatif kecil.
Selanjutnya lubang – lubang ledak diatur dalam segi empat yang
mengelilingi bukaan. Jumlah segi empat dalam ‘Cut’ dibatasi oleh
ketentuan batuan ‘Burden’ dalam segi empat terakhir tidak melebihi
‘Burden’ dari lubang Stoping.
Ukuran lubang cut mempengaruhi keberhasilan suatu peledakan
round semakin besar dan semakin dalam lubang kosong maka
kemajuan makin besar. Bila menggunakan beberapa lubang kosong,
maka dihitung terlebih dahulu lubang samarannya (fictious diameter).

D = d√n
Keterangan:
D = Diameter lubang samaran
d = Diameter lubang kosong
n = Jumlah lubang
Agar peledakan berhasil dengan baik (cleaned blast) maka jarak
antar lubang ledak dengan lubang kosong, tidak boleh lebih besar
daripada 1,5 kali diameter lubang kosong. Apabila jaraknya lebih
besar hanya akan menimbulkan kerusakan (breakage) dan apabila
jaraknya terlalu dekat ada kemungkinan lubang ledak bertemu dengan
lubang besar kosong. (Nando, L. 2013 dan Kramadibrata, S. 2008)

a = 1.5 Φ
a = 1.5 D
Keterangan :
a = Jarak antara titik pusat lingkaran lubang besar dengan lubang
tembak
Φ = Diameter lubang besar
D = Diameter samaran

8
Gambar 2.7 Bentuk Dasar Rancangan Large Hole Cut

2.3 Pola Lubang Ledak Bawah Tanah


Pada peledakan bawah tanah pada umunya pola lubang ledak yang
biasa digunakan berupa bujur sangkar. Pemuatan lubang tembak dalam
bujur sangkar pertama harus sesuai dengan round yang akan diledakkan.
Apabila muatan bahan peledak (charge concentration) sedikit, maka batuan
tidak akan terbongkar. Apabila muatan bahan peledak banyak tidak akan
terjadi blow out melalui lubang kosong sehingga terjadi pemadatan kembali
batuan yang telah terpecahkan dan efisiensi kemajuan rendah. Kebutuhan
muatan bahan peledak untuk berbagai jarak C–C (pusat ke pusat) antara
lubang kosong dan lubang tembak terdekat dapat dihitung sebagai berikut:
(Kramadibrata, S. 2008)
Bujursangkar I
a = 1.5 Φ
W1 = a√2
Bujur sangkar II
B1 =W1
C – C = 1.5 W1
W2 = 1.5 W1 √2
Bujursangkar III
B2 = W2
C-C = 1.5 W2

9
W3 = 1.5 W2 √2
Bujursangkar IV
B3 = W3
C – C = 1.5W3
W4 = 1.5 W3 √2

Gambar 2.8 Geometri Bujursangkar

10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

11
12
3.2 Pembahasan

13
14
15
16
Berdasarkan hasil perhitungan diatas PT. Agung Perkasa yang akan
mulai melakukan penambangan bawah tanah yang memerlukan sebuah
terowongan dengan panjang 1500 m sebagai akses utama masuk ke
penambangan bawah tanah tersebut. Bentukan terowongan yang dibuka
adalah tapal kuda dengan dimensi muka terowongan yaitu lebar terowongan
adalah 4.5 m, tinggi terowongan adalah 4.5 m, dan tinggi busur terowongan
yaitu 1.5 m, dengan densitas batuan yang harus diledakkan sebesar 2.3
ton/m3. Kedalaman pengeboran ditentukan oleh diameter lubang kosong.
Waktu kerja yang diperlukan untuk pembuatan terowongan per round
dengan 1 kali peledakan adalah 1 hari/round yang meliputi aktifitas
pengeboran, peledakan, ventilasi, mucking, dan aktifitas lainnya. Maka
diperlukan diperlukan waktu 466 hari untuk membuat terowongan
sepanjang 1400 m tersebut. Adapun diperoleh blasting summary sebagai
berikut;
TABEL 3.1 Blasting Summary
Bagian dari round Jumlah lubang Jenis bahan peledak
CUT
Segiempat 1 4 Dynamite 25 mm
2 4 Dynamite 32 mm
3 4 Dynamite 38 mm
4 4 Dynamite 38 mm
Lubang Lantai [lifter] 5 Dynamite 38 mm
Lubang dinding [wall] 6 Dynamite 38 mm
Lubanga atap [roof] 10 Dynamite 25 mm
Stoping
Keatas 3 Dynamite 32 mm
Horizontal 6 Dynamite 32 mm
Kebawah 3 Dynamite 32 mm
Total lubang 49
Kedalaman lubang 3,2183 m

17
Sistem penyalaan menggunakan detonator waktu tunda MS-caps dan
HS-caps di dalam lubang, dimana MS-caps berarti msec caps (4 angka =
100msec) dan HS-caps berarti half-sec caps (1 angka = 0.5sec). Sebagai
trunkline dipakai sumbu ledak (detonating cord) dan pemicunya detonator
listrik dilengkapi electric blasting machine. Untuk membuat free face kedua
diterapkan sistem burn cut dengan diameter lubang kecil berisi bahan
peledak 45 mm dan sebuah lubang kosong berdiameter 102 mm. Lubang
ledak dibor menggunakan alat bor drifter berpenyangga (Jackdrill) dengan
diameter bit 45 mm. Adapun sketsa potongan melintang terowongan dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Sketsa Potongan Melintang Terowongan

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bentuk cut yang digunakan dalam peledakan terowongan pada contoh
kasus diatas menggunakan burn cut dengan satu lubang kosong yang tidak
diisi bahan peledak. Bentukan terowongan yang dibuka adalah tapal kuda
dengan dimensi muka terowongan yaitu lebar terowongan adalah 4.5 m,
tinggi terowongan adalah 4.5 m, dan tinggi busur terowongan yaitu 1.5 m,
dengan densitas batuan yang harus diledakkan sebesar 2.3 ton/m3.
Kedalaman pengeboran ditentukan oleh diameter lubang kosong. Waktu
kerja yang diperlukan untuk pembuatan terowongan per round dengan 1 kali
peledakan adalah 1 hari/round dengan 49 lubang ledak yang meliputi
aktifitas pengeboran, peledakan, ventilasi, mucking, dan aktifitas lainnya.
Maka diperlukan diperlukan waktu 466 hari untuk membuat terowongan
sepanjang 1400 m tersebut.

4.2 Saran.
Praktikan berharap agar kedepannya perlengkapan untuk kegiatan
praktikum dilengkapi, agar dalam melakukan kegiatan praktikum praktikan
benar-benar mengetahui cara menggunakan alat dan data yang di dapatkan
betul-betul data lapangan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kramadibrata, S. 2008. Modul 7: Rancangan Peledakan Bawah Tanah.


Departemen Teknik Pertambangan ITB. Bandung

Nando, L. 2013. Modul 6: Desain Peledakan Bawah Tanah. Jurusan Teknik


Pertambangan-ITM. Medan

Permana, I. 2016. Peledakan tambang Bawah Tanah.


http://www.documentsaya.com/. Diakses Pada Tanggal 5 Januari 2019

20

Anda mungkin juga menyukai