DISUSUN OLEH :
NIM : 15 31 00 31
ACARA : 10 (sepuluh)
i
KATA PENGANTAR
Aldi juniarsyah
15310031
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................ 2
1.3 Praktek ........................................................................................... 2
1.4 Peralatan ........................................................................................ 2
1.5 Langkah Percobaan ....................................................................... 2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................... 19
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blasting Summary ............................................................................ 17
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Memahami prinsip peledakan bawah tanah
2. Mengetahui macam cut
3. Mengetahui tie-in underground
1.3 Praktik
Merangkai ti-in instalasi peledakan pada bidang /face terowongan
1.4 Peralatan
1. Dummy detonator dodol
2. Peralatan dan perlengkapan peledakan
3. Dummy bidang/face terowongan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
blasting untuk menghasilkan permukaan terowongan yang sesuai dengan
standar. Sebagai acuan look out tidak boleh melebihi harga = (10 cm + 3
cm/m x kedalaman lubang tembak), kira-kira berkisar 20 cm (lihat gambar
2.1 dan gambar 2.2). (Nando, L. 2013 dan Kramadibrata, S. 2008)
4
2.2 Bentuk-Bentuk Cut Pada Peledakan Bawah Tanah
Berbagai macam bentuk cut yang digunakan untuk membuat
terowongan diantaranya adalah:
1. ‘V’ cut
Lubang tembak pada pola ini diatur sedemikian rupa sehingga
tiap dua lubang membentuk ‘V’. Sebuah ‘Cut’ dapat terdiri dari dua
atau tiga pasang ‘V’, masing-masing pada posisi horizontal. Lubang–
lubang tembak pada ‘Cut’ biasanya dibuat membentuk sudut 600
terhadap permukaan terowongan. Dengan demikian, panjang
kemajuan tergantung pada lebar dari terowongan, karena panjang
batang bor terbatas pada lebar tersebut. Satu atau dua lubang tembak
yang lebih pendek (burster) dapat dibuat di tengah ‘Cut’ untuk
memperbaiki hasil pragmentasi (Kramadibrata, S. 2008 dan Permana,
I. 2016).
5
diledakan maka batuan yang ada diantara dua garis lubang ‘Cut’ akan
terbongkar. Selanjutnya lubang-lubang ‘Easer’ dan ‘Trimmer’ akan
memperbesar bukaan ‘cut’ samapai pada bentuk geometri pada
terowongan.
3. Pyramid Cut
Terdiri dari 4 buah lubang tembak yang saling bertemu pada 1
titik di tengah terowongan. Untuk batuan yang keras, banyaknya
lubang Cut dapat ditambah menjadi 6 buah.
6
lebih dari satu dengan ukuran yang lebih besar dari pada lubang cut
yang terisi.
Pengembangan dari burn cut adalah circular cut atau parallel
hole cut dimana cut hole dibuat tegak lurus terhadap permukaan
terowongan dan dibor parallel antara lubang bor yang satu dengan
yang lain. Penempatan cut dapat dilakukan di sembarang tempat,
tetapi cut mempengaruhi arah lemparan, konsumsi bahan peledak, dan
jumlah lubang dalam setiap round, oleh karena itu cut diletakkan di
tengah penampang dan agak ke bawah, cut diposisikan tinggi untuk
memudahkan pemuatan hasil peledakan, dan umumnya posisi cut
dideretan lubang tembak pertama diatas terowongan (Nando, L. 2013
dan Kramadibrata, S. 2008)
7
bor berdiameter kecil yang berisi muatan bahan peledak. Burden
antara lubang–lubang yang terisi dengan lubang kosong relatif kecil.
Selanjutnya lubang – lubang ledak diatur dalam segi empat yang
mengelilingi bukaan. Jumlah segi empat dalam ‘Cut’ dibatasi oleh
ketentuan batuan ‘Burden’ dalam segi empat terakhir tidak melebihi
‘Burden’ dari lubang Stoping.
Ukuran lubang cut mempengaruhi keberhasilan suatu peledakan
round semakin besar dan semakin dalam lubang kosong maka
kemajuan makin besar. Bila menggunakan beberapa lubang kosong,
maka dihitung terlebih dahulu lubang samarannya (fictious diameter).
D = d√n
Keterangan:
D = Diameter lubang samaran
d = Diameter lubang kosong
n = Jumlah lubang
Agar peledakan berhasil dengan baik (cleaned blast) maka jarak
antar lubang ledak dengan lubang kosong, tidak boleh lebih besar
daripada 1,5 kali diameter lubang kosong. Apabila jaraknya lebih
besar hanya akan menimbulkan kerusakan (breakage) dan apabila
jaraknya terlalu dekat ada kemungkinan lubang ledak bertemu dengan
lubang besar kosong. (Nando, L. 2013 dan Kramadibrata, S. 2008)
a = 1.5 Φ
a = 1.5 D
Keterangan :
a = Jarak antara titik pusat lingkaran lubang besar dengan lubang
tembak
Φ = Diameter lubang besar
D = Diameter samaran
8
Gambar 2.7 Bentuk Dasar Rancangan Large Hole Cut
9
W3 = 1.5 W2 √2
Bujursangkar IV
B3 = W3
C – C = 1.5W3
W4 = 1.5 W3 √2
10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
11
12
3.2 Pembahasan
13
14
15
16
Berdasarkan hasil perhitungan diatas PT. Agung Perkasa yang akan
mulai melakukan penambangan bawah tanah yang memerlukan sebuah
terowongan dengan panjang 1500 m sebagai akses utama masuk ke
penambangan bawah tanah tersebut. Bentukan terowongan yang dibuka
adalah tapal kuda dengan dimensi muka terowongan yaitu lebar terowongan
adalah 4.5 m, tinggi terowongan adalah 4.5 m, dan tinggi busur terowongan
yaitu 1.5 m, dengan densitas batuan yang harus diledakkan sebesar 2.3
ton/m3. Kedalaman pengeboran ditentukan oleh diameter lubang kosong.
Waktu kerja yang diperlukan untuk pembuatan terowongan per round
dengan 1 kali peledakan adalah 1 hari/round yang meliputi aktifitas
pengeboran, peledakan, ventilasi, mucking, dan aktifitas lainnya. Maka
diperlukan diperlukan waktu 466 hari untuk membuat terowongan
sepanjang 1400 m tersebut. Adapun diperoleh blasting summary sebagai
berikut;
TABEL 3.1 Blasting Summary
Bagian dari round Jumlah lubang Jenis bahan peledak
CUT
Segiempat 1 4 Dynamite 25 mm
2 4 Dynamite 32 mm
3 4 Dynamite 38 mm
4 4 Dynamite 38 mm
Lubang Lantai [lifter] 5 Dynamite 38 mm
Lubang dinding [wall] 6 Dynamite 38 mm
Lubanga atap [roof] 10 Dynamite 25 mm
Stoping
Keatas 3 Dynamite 32 mm
Horizontal 6 Dynamite 32 mm
Kebawah 3 Dynamite 32 mm
Total lubang 49
Kedalaman lubang 3,2183 m
17
Sistem penyalaan menggunakan detonator waktu tunda MS-caps dan
HS-caps di dalam lubang, dimana MS-caps berarti msec caps (4 angka =
100msec) dan HS-caps berarti half-sec caps (1 angka = 0.5sec). Sebagai
trunkline dipakai sumbu ledak (detonating cord) dan pemicunya detonator
listrik dilengkapi electric blasting machine. Untuk membuat free face kedua
diterapkan sistem burn cut dengan diameter lubang kecil berisi bahan
peledak 45 mm dan sebuah lubang kosong berdiameter 102 mm. Lubang
ledak dibor menggunakan alat bor drifter berpenyangga (Jackdrill) dengan
diameter bit 45 mm. Adapun sketsa potongan melintang terowongan dapat
dilihat pada gambar berikut.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bentuk cut yang digunakan dalam peledakan terowongan pada contoh
kasus diatas menggunakan burn cut dengan satu lubang kosong yang tidak
diisi bahan peledak. Bentukan terowongan yang dibuka adalah tapal kuda
dengan dimensi muka terowongan yaitu lebar terowongan adalah 4.5 m,
tinggi terowongan adalah 4.5 m, dan tinggi busur terowongan yaitu 1.5 m,
dengan densitas batuan yang harus diledakkan sebesar 2.3 ton/m3.
Kedalaman pengeboran ditentukan oleh diameter lubang kosong. Waktu
kerja yang diperlukan untuk pembuatan terowongan per round dengan 1 kali
peledakan adalah 1 hari/round dengan 49 lubang ledak yang meliputi
aktifitas pengeboran, peledakan, ventilasi, mucking, dan aktifitas lainnya.
Maka diperlukan diperlukan waktu 466 hari untuk membuat terowongan
sepanjang 1400 m tersebut.
4.2 Saran.
Praktikan berharap agar kedepannya perlengkapan untuk kegiatan
praktikum dilengkapi, agar dalam melakukan kegiatan praktikum praktikan
benar-benar mengetahui cara menggunakan alat dan data yang di dapatkan
betul-betul data lapangan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20