PENDAHULUAN
1.1. latar belakang
1
produksi batubaranya dalam bentuk dokumen RKAB (Rencana Kerja dan
Anggaran Biaya). Setiap tahun, pemerintah akan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan DMO ini, dan akan memberikan sanksi berupa
sanksi adminstratif (teguran tertulis) hingga pemotongan produksi sebesar
50% bagi pihak yang tidak dapat memenuhi kuota pemenuhan batubara
dalam negeri. KebijakanDMO batubara tersebut telah diterapkan mulai
dari tahun 2010. Adapun jumlah produksi batubara nasional, keberjalanan
kebijakan DMO beserta realisasi nya pada rentang waktu 2010 hingga
2014 dapat dilihat pada Tabel I.1berikut.
2
Target produksi batubara nasional selama lima tahun tersebut
diproyeksikan menurun yaitu sebesar 425 juta ton pada tahun 2015 hingga
sebesar 400 juta ton pada tahun 2019, sementara target konsumsi batubara
domestik mengalami peningkatan yaitu sekitar 24% atau 102 juta ton pada
2015 hingga mencapai 60% atau 240 juta ton pada 2019. Penurunan target
produksi batubara nasional dan peningkatan target konsumsi batubara
domestik tersebut dimaksudkan untuk mengamankan penyediaan batubara
nasional untuk kepentingan industri dalam negeri. Adapun target konsumsi
batubara domestik menurut dokumen RPJMN 2015-2019 tersebut akan
dijadikan acuan target konsumsi batubara domestik yang diatur dalam
Keputusan Menteri ESDM yang mengatur kebijakan DMO tiap tahunnya.
Kementerian ESDM melalui Keputusan Menteri ESDM No. 2805
K/30/MEM/2015 tentang Penetapan Kebutuhan dan Persentase Minimal
Penjualan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri tahun 2015,
mengatur target jumlah konsumsi batubara domestik tahun 2015 yaitu
92,31 juta ton. Target konsumsi batubara domestik tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan target menurut RPJMN 2015-2019, yaitu sebesar
102 juta ton. Adapun realisasi produksi batubara nasional pada 2015
adalah 392 juta ton dengan total konsumsi domestik sebesar 22% atau 87
juta ton. Realisasi konsumsi batubara domestik tersebut tidak dapat
mencapai target DMO menurut Kepmen ESDM tersebut, yaitu
pencapaiannya sebesar 94%. Apabila diukur berdasarkan target DMO
menurut RPJMN 2015-2019, maka pencapaiannya hanya sebesar 85%.
Sedangkan menurut dokumen Laporan Akhir KajianKetercapaian Target
DMO Batubara Sebesar 60% Produksi Nasional pada Tahun 2019 13
tersebut, target DMO batubara diproyeksikan terus meningkat tiap
tahunnya, dengan puncaknya yaitu sebesar 60% produksi batubara
nasional atau sejumlah 240 juta ton pada 2019. Dengan demikian,
diperlukan suatu kajian untuk dapat menjawab permasalahan apakah target
DMO batubara menurut RPJMN di tahun 2019 sebesar 60% tersebut dapat
terpenuhi atau tidak.
3
Kajian ini untuk dapat menjawab permasalahan pemerintah untuk
dapat mengetahui pemenuhan kebutuhan batubara dari sektor
pembangkit listrik dan sektor industri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah pustaka
4
Salah satu cara penyusunan proposal ini, berusaha melakukan penelitian
lebih awal terhadap pustaka yang ada berupa karya-karya skripsi maupun jurnal
terdahulu yang memiliki relevansi terhadap topik yang diteliti oleh penulis.
Tujuan dari telaah pustaka ini adalah untuk memaparkan perbedaan antara
penelitian satu dengan penelitian lainnya, agar kebenaran penelitian dapat
dipertanggung jawabkan serta terhindar dari unsur plagiasi. Hasil penelusuran
penyusun selama ini, ditemukan beberapa karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi
maupun jurnal yang berkaitan dengan topik yang dibahas oleh penyusun
5
menurut Amir MS (2003:100), ekspor adalah mengeluarkan barang dari
peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan
pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing.
Thiessen (1974) Batubara adalah suatu benda padat yang kompleks, terdiri
dari bermacam-macam unsur kimia atau merupakan benda padat organik
yang sangat rumit.
2.3. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Deskripsih Wilayah
6
Dilihat dari wilayah, maka hampir seluruh cadangan batubara Indonesia
terdapat di Sumatera (50,06%) dan Kalimantan (49,56%), sedangkan sebagian
kecil terdapat di Jawa, Sulawesi, dan Papua. Batubaranya pun hampir semuanya
berjenis batubara uap, dengan karakteristik kadar abu dan sulfur yang rendah. Dari
cadangan yang ada, diketahui bahwa jumlah untuk tipe bituminus dan sub-
bituminus sebesar kurang lebih 40%, sedangkan sebagian besar sisanya adalah
lignit (dalam tabel 4 merujuk ke sebagian batubara berkualitas sedang dan
rendah). Antrasit juga diproduksi meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit. Di
Kalimantan bagian tengah juga diketahui terdapat batubara kokas sehingga
pembangunan tambang di sana berlangsung dengan pesat dalam beberapa tahun
belakangan ini.
Objek penelitian ini adalah cadangan dan produksi batu bara indonesia
untuk keperluan domestik. dengan Studi Kasus pada Kebutuhan Pembangkit
Listrik Dan Sektor Industri
7
Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan
perhitungan dan penggambaran, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel,
grafik, atau perhitungan penyelesaian.
Alat dan bahan yang akan digunakan selama kegiatan penelitian ini yaitu
dengan metode pengumpulan data pendukung yang terkait diantarnya adalah
skripsi,proposal,dan data ESDM
8
Rencana pelaksanaan kerja proposal adalah mulai tanggal 01 mei 2019
sampai dengan 19 mei 2019 dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut