Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. latar belakang

Indonesia memiliki potensi sumberdaya dan cadangan batubara


yang tersebar sebagian besar di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera,
serta sebagian kecil sisanya tersebar di beberapa lokasi di Pulau Jawa,
Sulawesi dan Papua. Menurut Badan Geologi (2015), total sumberdaya
yang dimiliki Indonesia yaitu sejumlah 106,845 milyar ton dan cadangan
batubara sejumlah 32,263 milyar ton. Kualitas sumberdaya batubara
Indonesia cukup bervariasi baik dalam parameter kalori, kandungan abu,
kandungan sulfur, total lengas, dan parameter lainnya. Sebagian besar
batubara yang dimiliki Indonesia yaitu sekitar 60% merupakan batubara
berkalori sedang atau sekitar 5100-6100 kcal/kg ADB (medium rank)
sedangkan 30% sisanya batubara dengan kategori low rank (nilai kalori
7100kcal/kg ADB). Produksi batubara Indonesia mengalami peningkatan
yang cukup pesat dari tahun 2000 sebesar 77 juta ton, menjadi 256 juta ton
pada tahun 2009

Sebagian besar dari produksi batubara nasional tersebut, diekspor


ke luar negeri dengan tujuan China, India, Jepang, Korea, Taiwan,
Hongkong, Taiwan, Filipina, Thailand, Spanyol dan lainnya. Rata-rata
persentase batubara yang diekspor selama tahun 2000-2009 adalah 74,3%
produksi nasional. Besarnya persentase ekspor batubara ini di satu sisi
mendatangkan manfaat ekonomi berupa tambahan pemasukan negara,
namun di sisi lain juga menimbulkan kekhawatiran akan berkurangnya
stok batubara nasional, terutama dalam hal keamanan pasokan batubara
untuk kepentingan dalam negeri. Berdasarkan hal tersebut, pada tahun
2009 pemerintah menerbitkan kebijakan pengutamaan pasokan batubara
untuk dalam negeri (Domestic Market Obligation) yang tertuang dalam
Peraturan Menteri ESDM No. 34 tahun 2009 tentang Pengutamaan
Pemasokan Kebutuhan Mineral dan Batubara untuk Kepentingan Dalam
Negeri. Dalam peraturan tersebut, diatur nominal jumlah batubara yang
wajib dialokasikan untuk kepentingan dalam negeri, antara lain untuk
konsumsi bahan bakar sektor pembangkit listrik (PLTU), serta konsumsi
bahan bakar sektor industri (semen, tekstil, pupuk, pulp dan metalurgi/besi
baja). Selain itu, juga diatur mengenai persentase dari produksi sejumlah
perusahaan tambang (PKP2B, BUMN dan IUP) yang diwajibkan untuk
dialokasikan untuk konsumsi dalam negeri. Setiap tahunnya, konsumen
batubara domestik akan melaporkan kebutuhan batubaranya dan setiap
perusahaan tambang yang diwajibkan, akan melaporkan juga rencana

1
produksi batubaranya dalam bentuk dokumen RKAB (Rencana Kerja dan
Anggaran Biaya). Setiap tahun, pemerintah akan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan DMO ini, dan akan memberikan sanksi berupa
sanksi adminstratif (teguran tertulis) hingga pemotongan produksi sebesar
50% bagi pihak yang tidak dapat memenuhi kuota pemenuhan batubara
dalam negeri. KebijakanDMO batubara tersebut telah diterapkan mulai
dari tahun 2010. Adapun jumlah produksi batubara nasional, keberjalanan
kebijakan DMO beserta realisasi nya pada rentang waktu 2010 hingga
2014 dapat dilihat pada Tabel I.1berikut.

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat tren


kenaikan produksi batubara nasional sejak tahun 2010 sejumlah 275 juta
ton menjadi 435 juta ton pada 2014. Kenaikan produksi nasional tersebut
yang cukup signifikan tersebut disebabkan adanya kenaikan harga
batubara pada rentang 2010-2011, sebagai akibat dari meningkatnya
permintaan batubara dari China dan India. Walaupun terjadi penurunan
harga batubara sejak 2012, produksi batubara nasional tetap mengalami
peningkatan hingga tahun 2014 yang diiringi dengan peningkatan volume
ekspor batubara. Selama tahun 2010 hingga 2014, mayoritas dari produksi
batubara nasional diekspor ke luar negeri dengan persentase rata-rata 81%.
Kenaikan produksi batubara nasional sebenarnya direspon juga oleh
pemerintah dengan peningkatan target konsumsi batubara domestik (target
DMO) tiap tahunnya. Namun, target DMO tersebut hanya dapat tercapai
pada tahun 2010 dengan realisasi konsumsi domestik sebesar 65 juta ton,
sedangkan target DMO di tahun 2011 hingga 2014 tidak tercapai. Rata-
rata persentase penyerapan konsumsi batubara domestik selama 2010-
2014 pun cukup rendah, yaitu 18,7%. Jika kondisi ini tetap dibiarkan,
maka untuk selanjutnya dikhawatirkan batubara Indonesia akan habis
karena diekspor, tanpa sempat dioptimalkan penggunaannya untuk industri
dalam negeri. Hal ini menyebabkan perlu adanya kebijakan lain yang
dapat mendukung kebijakan DMO dalam rangka meningkatkan
penyerapan konsumsi batubara dalam negeri. Pada 2015, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional(Bappenas) menerbitkan buku
RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2015-2019
sebagai tindak lanjut dari dokumen RPJPN (Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional) 2005-2025. Dalam dokumen RPJMN 2015-
2019 tersebut, terdapat target produksi batubara nasional serta target
konsumsi batubara domestik yang termasuk dalam Sasaran Utama
Penguatan Ketahanan Energi yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-
2019, sesuai Tabel

2
Target produksi batubara nasional selama lima tahun tersebut
diproyeksikan menurun yaitu sebesar 425 juta ton pada tahun 2015 hingga
sebesar 400 juta ton pada tahun 2019, sementara target konsumsi batubara
domestik mengalami peningkatan yaitu sekitar 24% atau 102 juta ton pada
2015 hingga mencapai 60% atau 240 juta ton pada 2019. Penurunan target
produksi batubara nasional dan peningkatan target konsumsi batubara
domestik tersebut dimaksudkan untuk mengamankan penyediaan batubara
nasional untuk kepentingan industri dalam negeri. Adapun target konsumsi
batubara domestik menurut dokumen RPJMN 2015-2019 tersebut akan
dijadikan acuan target konsumsi batubara domestik yang diatur dalam
Keputusan Menteri ESDM yang mengatur kebijakan DMO tiap tahunnya.
Kementerian ESDM melalui Keputusan Menteri ESDM No. 2805
K/30/MEM/2015 tentang Penetapan Kebutuhan dan Persentase Minimal
Penjualan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri tahun 2015,
mengatur target jumlah konsumsi batubara domestik tahun 2015 yaitu
92,31 juta ton. Target konsumsi batubara domestik tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan target menurut RPJMN 2015-2019, yaitu sebesar
102 juta ton. Adapun realisasi produksi batubara nasional pada 2015
adalah 392 juta ton dengan total konsumsi domestik sebesar 22% atau 87
juta ton. Realisasi konsumsi batubara domestik tersebut tidak dapat
mencapai target DMO menurut Kepmen ESDM tersebut, yaitu
pencapaiannya sebesar 94%. Apabila diukur berdasarkan target DMO
menurut RPJMN 2015-2019, maka pencapaiannya hanya sebesar 85%.
Sedangkan menurut dokumen Laporan Akhir KajianKetercapaian Target
DMO Batubara Sebesar 60% Produksi Nasional pada Tahun 2019 13
tersebut, target DMO batubara diproyeksikan terus meningkat tiap
tahunnya, dengan puncaknya yaitu sebesar 60% produksi batubara
nasional atau sejumlah 240 juta ton pada 2019. Dengan demikian,
diperlukan suatu kajian untuk dapat menjawab permasalahan apakah target
DMO batubara menurut RPJMN di tahun 2019 sebesar 60% tersebut dapat
terpenuhi atau tidak.

1.2. Rumusan Masalah

 perlu dilakukan kajian terhadap kebutuhan batubara dari sektor


pembangkit listrik dan sektor industri lainnya dalam memenuhi
kebutuhan domestik

1.3. Batasan masalah

3
Kajian ini untuk dapat menjawab permasalahan pemerintah untuk
dapat mengetahui pemenuhan kebutuhan batubara dari sektor
pembangkit listrik dan sektor industri.

1.4. Tujuan penelitian

 Untuk mengetahui optimalnya pemanfaatan produksi batubara


Indonesia untuk kebutuhan domestik (pembangkit listrik dan
sektor industri ).

1.5. Manfaat penelitian

1.5.1. Bagi penulis


Sebagai salah satu prasyarat untuk mendapatkan gelar
sarjana tehnik pertambangan dan juga untuk menunjang
pengetahuan sesuai dengan besic yang sedang digeluti.
1.5.2. Bagi dunia ilmu pengetahuan
Penelitian ini dapat pula dijadikan sebagai referensi atau
rujukan bagi mahasiswa atau pihak lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis.

1.6. Keaslian penelitian


Keaslian penelitian ini berdasarkan pada laporan akhir
kementrian BPN dan BAPPENAS tahun 2019 dan beberapa
penelitian terdahulu yang mempunyai karekteristik yang relatif
sama dalam hal tema. Penelitian yang akan dilakuakan mengenai
analysis terhadap jumlah cadangan dan produksi batu bara
indonesia dalam pemenuhan ekspor maupun pemakaian domestik
dalam negeri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah pustaka

4
Salah satu cara penyusunan proposal ini, berusaha melakukan penelitian
lebih awal terhadap pustaka yang ada berupa karya-karya skripsi maupun jurnal
terdahulu yang memiliki relevansi terhadap topik yang diteliti oleh penulis.
Tujuan dari telaah pustaka ini adalah untuk memaparkan perbedaan antara
penelitian satu dengan penelitian lainnya, agar kebenaran penelitian dapat
dipertanggung jawabkan serta terhindar dari unsur plagiasi. Hasil penelusuran
penyusun selama ini, ditemukan beberapa karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi
maupun jurnal yang berkaitan dengan topik yang dibahas oleh penyusun

2.2. Landasan teori

Analisis Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer karangan Peter


Salim dan Yenni Salim (2002) menjabarkan pengertian analisis sebagai berikut :

a. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan,


karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal
usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya).
b. Analisis adalah penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian,
penelaahan bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk
mendapatkan pengertian yang tepat dengan pemahaman secara
keseluruhan.
c. Analisis adalah penjabaran (pembentangan) sesuatu hal, dan
sebagainya setelah ditelaah secara seksama.
d. Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan
hipotesis (dugaan, dan sebagainya) sampai terbukti kebenarannya
melalui beberapa kepastian (pengamatan, percobaan, dan sebagainya).
e. Analisis adalah proses pemecahan masalah (melalui akal) ke dalam
bagianbagiannya berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai
pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Suharso dan Ana


Retnoningsih (2005), analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional


(2005) menjelaskan bahwa analisis adalah penyelidikan terhadap suatu
peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya

Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003:77), produksi adalah hasil akhir


dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan
atau input. Sedangkan pengertian proses

5
menurut Amir MS (2003:100), ekspor adalah mengeluarkan barang dari
peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan
pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing.

(Muharami & Novianti, 2018) bahwa harga ekspor menggambarkan mutu


dan kualitas suatu komoditas. Dengan adanya peningkatan harga ekspor maka
akan mendorong nilai ekspor dan volume ekspor agar meningkat di pasar
internasional

Menurut Yunita (2000), Batubara adalah substansi heterogen yang dapat


terbakar dan terbentuk dari banyak komponen yang mempunyai sifat saling
berbeda.

Menurut Spackman (1958) Batubara adalah suatu benda padat karbonan


berkomposisi maseral tertentu.

Thiessen (1974) Batubara adalah suatu benda padat yang kompleks, terdiri
dari bermacam-macam unsur kimia atau merupakan benda padat organik
yang sangat rumit.

Menurut Achmad Prijono, dkk. (1992) Batubara adalah bahan bakar


hydro-karbon padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam lingkungan
bebas oksigen dan terkena pengaruh temperatur serta tekanan yang
berlangsung sangat lama.

2.3. Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara Cadangan Dan Produksi Batu Bara


Indonesia dalam memenuhi kebutuhan Pembangkit Listrik Dan
Sektor Industri.

H1 : Ada hubungan antara Cadangan Dan Produksi Batu Bara Indonesia


dalam memenuhi kebutuhan Pembangkit Listrik Dan Sektor Industri.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Deskripsih Wilayah

6
Dilihat dari wilayah, maka hampir seluruh cadangan batubara Indonesia
terdapat di Sumatera (50,06%) dan Kalimantan (49,56%), sedangkan sebagian
kecil terdapat di Jawa, Sulawesi, dan Papua. Batubaranya pun hampir semuanya
berjenis batubara uap, dengan karakteristik kadar abu dan sulfur yang rendah. Dari
cadangan yang ada, diketahui bahwa jumlah untuk tipe bituminus dan sub-
bituminus sebesar kurang lebih 40%, sedangkan sebagian besar sisanya adalah
lignit (dalam tabel 4 merujuk ke sebagian batubara berkualitas sedang dan
rendah). Antrasit juga diproduksi meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit. Di
Kalimantan bagian tengah juga diketahui terdapat batubara kokas sehingga
pembangunan tambang di sana berlangsung dengan pesat dalam beberapa tahun
belakangan ini.

3.2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah cadangan dan produksi batu bara indonesia
untuk keperluan domestik. dengan Studi Kasus pada Kebutuhan Pembangkit
Listrik Dan Sektor Industri

3.3. Rancangan penelitian

Metodologi penelitian yang diimplementasikan pada Tugas Akhir ini


meliputi:
3.3.1. Pengambilan data
a. Data Primer, yaitu data peledakan, data geometri peledakan, data
batasan indikasi kerusakan batuan dengan pengukuran seismik refraksi
dan Ground Penetration Radar (GPR), melakukan pengukuran getaran
sebelum dan sesudah peledakan. Selain itu dilakukan pula pengukuran
getaran pada saat peledakan, dan pengambilan data sekunder.
b. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan literatur dan
referensi, meliputi data curah hujan, data geologi, data geoteknik dan
data lain yang akan diperlukan.
c. Pengolahan data

7
Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan
perhitungan dan penggambaran, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel,
grafik, atau perhitungan penyelesaian.

3.3.2. Analisa data


Pemecahan masalah dilakukan berdasarkan pada analisa pada data
yang diperoleh dilapangan yang didasari oleh literatur-literatur yang
berhubungan dengan masalah tersebut.

3.4. Alat dan bahan penelitian

Alat dan bahan yang akan digunakan selama kegiatan penelitian ini yaitu
dengan metode pengumpulan data pendukung yang terkait diantarnya adalah
skripsi,proposal,dan data ESDM

3.5. Tahapan penelitian


Tahap Penelitian yang digunakan adalah dilakukan dengan Penelitian
Kepustakaan (Library Research) Penelitian Kepustakaan yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mendapatkan data yang bersifat teoritis, dengan mempelajari
sumbersumber bacaan yang erat hubunganya dengan permasalahan dalam
penelitian proposal ini. Penelitian kepustakaan ini disebut data sekunder, yang
terdiri dari :

3.5.1. Bahan-bahan hukum primer, yaitu data objektif yang berkaitan


dengan objek penelitian, diantaranya:

3.5.2. Bahan-bahan hukum sekunder yaitu bahan yang menjelaskan bahan


hukum primer berupa hasil penelitian dalam bentuk buku-buku
yang ditulis oleh para ahli, artikel, karya ilmiah maupun pendapat
para pakar hukum.

3.5.3. Bahan-bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan lain yang ada


relevansinya dengan pokok permasalahan yang menjelaskan serta
memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, yang berasal dari situs internet, artikel, dan surat
kabar.

3.6. Jadwal Penelitian

8
Rencana pelaksanaan kerja proposal adalah mulai tanggal 01 mei 2019
sampai dengan 19 mei 2019 dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut

Anda mungkin juga menyukai