BAB I
PENDAHULUAN
pembelajarannya bagi para guru dan siswa. Selalu saja ada hal-hal yang menjadi
didapati nilai-nilai yang dicapai menjadi tidak sesuai dengan harapan guru dan
keinginan para siswa, maka ada kecenderungan tindakan guru adalah akan
Namun jika soal-soal itu dimodifikasi dengan varian yang bentuk fisiknya
jarang atau tidak dikenal siswa walau substansinya masih sama, maka hasil
bentuk, alat, jenis, materi, tingkat kesukaran ataupun tipe dan varian tes yang
padahal itu sudah dirancang sesuai dengan kisi-kisi dan tuntutan kurikulum serta
aturan negara yang berlaku. Ada sisi lain yang sebenarnya banyak atau sengaja
dilupakan oleh para guru yaitu bagaimana proses pembelajaran dirancang dan
diterapkan, dan bagaimana pula kondisi perilaku belajar siswa saat mengikuti
2
dan lain-lain.
manusia agar lebih dapat memberi manfaat lebih dan maksimal dan mencapai
kematangannya secara utuh, maka jelas setiap mata pelajaran ini bukanlah tujuan.
Jika mata pelajaran itu menjadi tujuan, maka jelas setiap pembelajaran yang
dilakukan secara disadari atau tidak akan cenderung selalu berorientasi pada
hasil. Contoh, ketika siswa mampu menghitung volum suatu gambar tabung
dengan rumus yang telah dihafalkannya serta mendapat nilai 100, maka dia akan
dalam bentuk drum dalam satuan liter, dengan cara meminjam literan kepada
menemukan jumlah keseluruhan ayam dalam 4 kandang yang tiap kandang berisi
50 ekor ayam dengan jawaban 200 ekor ayam, namun dengan kalimat matematika
Hal seperti inilah yang juga semestinya disadari oleh para guru dalam
ketiganya. Bukan berapakah nilai akhir tes atau ulangan yang diperoleh siswa.
3
Kekeliruan seperti ini terjadi di kelas peneliti sendiri yaitu ketika diketahui
bahwa rata-rata siswa yakni 15 (75%) dari 20 siswa kelas 5 SDN Tanjung
2014 tidak mampu mendapatkan nilai akhir yang baik dalam menyelesaikan soal
Memperhatikan hal ini, peneliti kembali pada waktu lain memberikan soal-soal
baru yang lebih rendah tingkat kesukarannya namun dengan struktur fisik soal
yang cenderung sama dan sudah dikenal, maka hasil capaian mereka membaik
yaitu 12 dari 20 siswa. Anehnya hampir semua siswa salah dalam butir soal
dengan variasi asing yang disisipkan dalam paket tes perbaikan itu. Padahal soal
tersebut masih dalam kerangka materi yang pernah diberikan. Hal ini akhirnya
memberi kepastian kepada peneliti sendiri bahwa para siswa masih sangat lemah
Kekeliruan ini ternyata tanpa disadari sangat kongruen dengan apa yang
telah ditulis oleh Sutarto Hadi yang mengutip pendapat Zamroni (dalam Supinah,
bercirikan seperti masih kentalnya fakta bahwa ada kecenderungan peserta didik
ketika mengetahui pula bahwa walau sudah memakai KTSP, namun cara
4
secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika dengan cara yang
nyaman dan efektif bahkan bila perlu dengan menggunakan teknologi seperti
pengalamannya sendiri ternyata harus segera disadari para guru dan segera
diterapkan. Orientasi pada proses yang dimaksud sebenarnya secara global dapat
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
yang telah dilaksanakan peneliti sangat perlu untuk segera dilaksanakan. Namun
semua tindakan yang akan diambil harus betul-betul dibingkai dan dilandasi
Realistik (PMRI), sepertinya saat sekarang sudah menjadi pilihan paling mutakhir
dalam rangka membingkai dan melandasi para guru yang mengajar matematika
memiliki ciri tersendiri yang membedakannya dengan pendekatan lain. Ciri itu
menetapkan judul dari penelitian ini adalah “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada dua hal saja yaitu :
kuantitatif tertentu.
C. Rumusan Masalah
mengalami peningkatan ?
2. Apakah capaian hasil belajar siswa kelas 5 SDN Tanjung Sungkai Kabupetan
meningkat ?
7
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan
informasi tentang :
1. Teoritis
2. Praktis
penerapannya.
F. Definisi Operasional
bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan semua perilaku relevan dalam kegiatan
2. Hasil Belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2003) adalah tingkat capaian
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
9
belajar. Hal ini menjadi tolok ukur untuk menentukan seberapa besar tingkat
3. Kesebangunan adalah bila dua bangun datar yang bentuknya sama dengan
ukuran sisi-sisi salah satu bangun itu lebih pendek atau lebih panjang
4. Kongruensi adalah bila dua buah bangun datar sebangun dan sama besarnya
yakni dengan syarat dua sisi dan sudut yang diapitnya sama dan jika sebuah
sisi dan dua sudut yang berada di sisi itu sama. (Negoro & Harahap, 1998 :
164)
siswa selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara