Lampiran ........................................................................................... 53
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pada
dasarnya kesehatan merupakan kebutuhan mendasar manusia dalam menjalani kehidupannya
guna mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor, baik endogen yang berkaitan dengan diri sendiri seperti pola hidup sehat dan bersih,
daya tahan tubuh, genetik, dan lain sebagainya, kemudian faktor eksogen seperti asupan
nutrisi, ketersediaan sarana dan prasarana air bersih, tempat tinggal yang layak sesuai rumah
sehat, kebersihan lingkungan, dan lain sebagainya.
Hingga saat ini peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PSN belum optimal, masih
banyak masyarakat yang belum melakukan PSN secara rutin. Banyak faktor yang menjadi
penyebab rendahnya peran masyarakat dalam PSN, di antaranya adalah terbatasnya biaya
kampanye PSN.
3
pelajar SD, yang akan digunakan sebagai dasar pemikiran dan perilakunya dimasa yang akan
datang.
DBD masih menjadi ancaman kesehatan di Kelurahan Cakung barat. Setiap tahun
selalu ada kasus DBD di kelurahan akung barat. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
penulis ingin melakukan suatu usaha untuk mengatasi masalah tersebut dalam bentuk mini
project. Diharapkan dengan adanya program dari puskesmas cakung barat dengan
mengoptimalkan siswa SD yang terdapat dikelurahan cakung barat, dapat menurunkan angka
kesakitan DBD.
Dari data yang ada, dapat dirumuskan masalah pada mini project ini adalah :
1.2 Tujuan
Umum
Meningkatkan peran serta anak sekolah terutama pelajar SD dalam memutus mata
rantai penyebaran DBD di lingkungan sekolah dan lingkungan rumah dengan berperan
sebagai Jumantik dalam pelaksanaan PSN disekolah.
Khusus
4
Terciptanya peran serta anak sekolah sebagai Jumantik dalam pelaksanaan PSN
secara berkesinambungan.
Meningkatkan kesadaran siswa terhadap pemeberantasan DBD tidak hanya di
sekolah namun juga di lingkungan rumah.
Terbentuknya program PSN sekolah yang aktif dan berjalan continue disekolah
dengan penuh pengawasan dari puskesmas
Terbentuknya jumantik pelajar yang edukatif dan persuasif bagi warga sekolah dan
lingkungan sekitar.
Mendukung upaya penurunan kasus DBD di sekolah, lingkungan tempat tinggal
dan di Indonesia.
1.3 Manfaat
Penulis
Puskesmas
5
Sekolah
Meningkatkan kesadaran warga sekolah, baik siswa, guru, ataupun warga sekolah
lainya tentang perilaku dan gaya hidup sehat, serta pentingnya menciptakan suatu
kondisi yang sehat dan bebas jentik nyamuk.
Jumantik anak sekolah berperan dalam kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS)
dalam rangka menciptakan “Sekolah Bebas Jentik”.
Menurunkan angka kejadian DBD di lingkungan sekolah
Meningkatkan produktifitas siswa dalam belajar
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti1, yang ditandai dengan demam
mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu
hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie, purpura, echymosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran
menurun atau renjatan.1,2,3
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup B
Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae, yang
terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.2 Masing masing saling
berkaitan sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini
telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling
sering ditemui selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN
3 juga merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan
penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita banyak yang
meninggal.1,2,3,
7
2.2. PENULARAN VIRUS DENGUE
Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia.
Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk.
Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne diseases. Virus
dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh
manusia dan nyamuk1,3. Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi
dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara.3 Virus dengue masuk ke dalam tubuh
nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, kemudian virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang infeksius. Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue
(infektif) merupakan sumber penular DBD. 1,2,3
Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam
(masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam
darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan
berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar
saliva. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik),
nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam
tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah
menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi
karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap darah akan
mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak
membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. 2,3
Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk
betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang. Kebiasaan
menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00.
Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari
satu individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari
manusia yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif
bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai
8
kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD
menjadi lebih mudah terjadi.1,2,3
Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk
penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah :
2.3.1 Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus
berlangsung 2-7 hari, kemudian turun secara cepat. 5
2.3.2 Tanda-tanda perdarahan
Perdarahan ini disebabkan oleh trombositopeni dan gangguan fungsi
trombosit. Perdarahan ini terjadi di semua organ. Perdarahan ini dapat berupa uji
9
tourniquet (Rumple leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi
perdarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan konjungtiva,
Epistaksis, Perdarahan gusi, Hematemesis, Melena dan Hematuri. 5
Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini
dapat muncul pada hari-hari pertama demam. Petekie sering sulit dibedakan
dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya, maka regangkan kulit, jika
hilang maka bukan petekie. Epistaksis atau perdarahan gusi lebih jarang
ditemukan, sedangkan perdarahan gastrointestinal biasanya menyertai renjatan.
Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan konjungtiva serta hematuri. 5
Uji tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai
presumptive test (dugaan keras) oleh karena uji tourniquet positif pada hari-hari
pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Uji tourniquet
dinyatakan positif jika terdapat 10 atau lebih petekie seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5
cm) di lengan bawah bagian depan dekat lipat siku. Namun uji tourniquet positif dapat
juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak, demam, chikungunya), infeksi
bakteri (thypus abdominalis) dan lain-lain. 5
2.3.3 Hepatomegali (pembesaran hati)
Pembesaran hati berkaitan dengan strain serotipe virus Dengue. Sifat
pembesaran hati:
1) Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit
2) Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
3) Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa disertai dengan ikterus.
2.3.4 Renjatan (shock)
Renjatan disebabkan karena perdarahan atau kebocoran plasma ke daerah
ekstra vaskuler melalui kapiler darah yang rusak. Tanda-tanda renjatan adalah:
1) Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
2) Penderita menjadi gelisah
3) Sianosis di sekitar mulut
4) Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
5) Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang)
6) Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun hingga 80 mmHg atau kurang)5
10
2.3.5 Trombositopeni
Jumlah trombosit di bawah 150.000/mm3 biasanya ditemukan diantara hari
ketiga sampai ketujuh sakit. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai kita yakin
trombosit dalam batas-batas normal atau menyokong ke arah penyakit DBD.
Pemeriksaan dilakukan minimal 2 kali. Pertama pada waktu pasien masuk dan apabila
normal diulangi pada hari kelima sakit. Bila perlu diulangi lagi pada hari ke 6-7 sakit.5
2.3.6 Hemokonsentrasi
Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) merupakan indikator yang peka
terhadap akan terjadinya renjatan sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berulang
secara periodik. 5
2.3.7 Gejala klinik lain
1) Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita penyakit DBD adalah
anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi dan kejang
2) Pada beberapa kasus terjadinya kejang disertai hiperpireksia dan penurunan
kesadaran sehingga sering diduga sebagai ensepalitis.
3) Keluhan sakit yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan
gastrointestinal dan renjatan. 5
11
Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes
Telur
Telur diletakkan satu persatu di atas permukaan air, biasanya pada dinding
bagian dalam kontainer di permukaan air. Jumlah telur nyamuk untuk sekali bertelur
dapat mencapai 300 butir dengan ukuran ± 5 mm. Telurnya berbentuk elips berwarna
hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Pada kondisi yang buruk (dalam kondisi
musim kering yang lama), telur dapat bertahan hingga lebih dari satu tahun. Telur
akan menetas menjadi jentik setelah 1-3 hari terendam air.4
12
Gambar 2.2. Telur Nyamuk Aedes
Jentik
Setelah telur terendam 2-3 hari, selanjutnya menetas menjadi jentik. Jentik mengalami
4 tingkatan atau stadium yang disebut instar, yaitu instar I, II, III dan IV. Waktu
pertumbuhan dari masing-masing stadium adalah jentik instar I selama 1 hari, jentik
instar II selama 1-2 hari, jentik instar III selama 2 hari, jentik instar IV selama 2-3
hari. Jentik Aedes di dalam air dapat dikenali dengan ciri–ciri berukuran 0,5–1 cm dan
selalu bergerak aktif dalam air. Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus
dengan permukaan air untuk bernapas (mendapatkan oksigen). Selanjutnya jentik
berkembang menjadi kepompong.2,4
13
Gambar 2.3. Jentik Nyamuk Aedes
Kepompong
Kepompong adalah periode puasa, membutuhkan waktu 1-2 hari. Kepompong
berbentuk
seperti koma dan lebih pendek dibandingkan jentik, aktif bergerak dalam air terutama
bila terganggu. Pada tingkat kepompong ini tidak memerlukan makan, tetapi perlu
udara. Dalam waktu 1-2 hari perkembangan kepompong sudah sempurna, maka kulit
kepompong pecah dan nyamuk dewasa muda segera keluar dan terbang. Pada
umumnya nyamuk jantan menetas lebih dahulu dari nyamuk betina.4
14
Gambar 2.4. Kepompong Aedes
Periode Dewasa
Secara umum nyamuk Aedes terdiri tiga bagian, yaitu kepala, thorax dan
abdomen, mempunyai dua pasang sayap dan tiga pasang kaki. Nyamuk Aedes dewasa
memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam bercak putih. Tubuh dan
tungkainya ditutupi sisik dengan bercak putih. Ae.aegypti di bagian punggung
tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan berwarna
putih, sedangkan Ae.albopictus di bagian punggung tubuhnya tampak satu garis lurus
tebal berwarna putih. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter
maksimal 100 meter, namun secara pasif karena faktor angin atau terbawa kendaraan
dapat berpindah lebih jauh. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak sampai
ketinggian daerah sekitar 1.000 meter dari permukaan laut, di atas ketinggian 1.000
meter dengan suhu udara terlalu rendah nyamuk tidak dapat berkembang biak,
sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk.2,4
15
2.4.3. Tempat Perkembangbiakan Jentik Aedes
Buatan
Tempat perkembangbiakan jentik buatan adalah segala sesuatu yang dibuat oleh
manusia dapat berfungsi menampung air dan jernih, yang kemudian digunakan oleh
nyamuk Aedes untuk tempat berkembangbiak, seperti bak mandi, ember, dispenser,
kulkas, ban bekas, pot/vas bunga, kaleng, plastik, dan lain-lain. Tempat penampungan
air tersebut berada di sekitar pemukiman penduduk. Tempat nyamuk berkembangbiak
yang dibuat/disediakan oleh manusia, seperti tempat penampungan air bersih (bak
mandi, ember, dispenser, kulkas, dan lain-lain), maupun tempat-tempat penampungan
air lainnya yang ada disekitar pemukiman penduduk.4
16
Gambar 2.7. Tempat perkembangbiakan alamiah
Perilaku istirahat
Nyamuk Aedes setelah mengisap darah akan beristirahat untuk proses pematangan
telur, setelah bertelur nyamuk beristirahat untuk kemudian menghisap darah kembali.
Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembab,
17
tempat tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk kolong tempat tidur,
kloset, kamar mandi dan dapur. Selain itu juga bersembunyi pada benda-benda yang
digantungkan seperti baju, tirai dan dinding. Walaupun jarang, bisa ditemukan di luar
rumah, di tanaman atau tempat terlindung lainnya. Sedangkan nyamuk Aedes
albopictus jarang ditemukan beristirahat di dalam rumah. Kebiasaan istirahat nyamuk
Aedes albopictus beristirahat dirumah seperti di tanaman kering, rerumputan dan lain
lain.4
2.5.1 Struktur
Jumantik Anak Sekolah adalah anak sekolah dari berbagai jenjang pendidikan
dasar dan menengah yang telah dibina dan dilatih sebagai juru pemantau jentik
(Jumantik) di sekolahnya. Pembentukan dan pelaksanaan Jumantik-PSN Anak
Sekolah dimaksudkan untuk ikut serta mendukung program pemerintah dalam upaya
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) penular demam berdarah dengue dan
chikungunya serta sebagai salah satu upaya pembinaan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) sejak usia dini. Mekanisme pembentukan, pembinaan, pelaksanaan dan
pengawasan kegiatannya menjadi hak dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota
dengan mempertimbangkan kebijakan, peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. 4
18
Gambar 2.8.Bagan Struktur Pembina Jumantik/ PSN Anak Sekolah Tingkat Kabupaten/ Kota
Peran dan tanggungjawab Pokja Jumantik-PSN Anak Sekolah antara lain yaitu:
a. Tata kerja PSN/Jumantik anak sekolah mengacu pada petunjuk teknis PSN-
Jumantik Anak Sekolah dan ketentuan-ketentuan lainnya yang berlaku di wilayah
setempat.
b. Jumantik anak sekolah berperan dalam kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS)
dalam rangka menciptakan “Sekolah Bebas Jentik”.
c. Puskesmas berkewajiban melaksanakan pembinaan/ penyuluhan teknis kepada
para guru dan para kader jumantik anak sekolah secara berkala.
d. Kepala sekolah bersama dengan para guru dan petugas puskesmas memantau dan
menilai pelaksanaan PSN di sekolahnya.
e. Kepala sekolah melalui guru penanggungjawab PSN sekolah memberikan laporan
rutin perbulan kepada puskesmas berdasarkan hasil rekap pelaksanaan
PSN/Jumantik Anak sekolah setiap minggunya.
20
2.5.3 Kriteria Dan Perekrutan Jumantik Anak Sekolah dan Guru Penanggung
Jawab PSN
21
b) Melakukan kegiatan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan tempat
tinggalnya secara rutin seminggu sekali.
c) Membuat catatan/laporan hasil pemantauan jentik dan PSN di sekolah dan
tempat tinggalnya.
d) Melaporkan hasil pemantauan jentik kepada Guru Penanggung Jawab
Jumantik-PSN sekolah seminggu sekali menggunakan Formulir Hasil
Pemantauan Jentik Mingguan di Rumah/Tempat Tinggal dan Formulir Hasil
Pemantauan Jentik Mingguan di Sekolah
e) Melakukan sosialisasi PSN 3M dan pengenalan DBD kepada rekan-rekan
siswa-siswi lainnya.
f) Berperan sebagai penggerak dan motivator siswa-siswi lainnya agar mau
melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama di lingkungan sekolah
dan tempat tinggalnya.
g) Berperan sebagai penggerak dan motivator bagi keluarga dan masyarakat agar
mau melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama di lingkungan
tempat tinggalnya.
2. Guru Penanggung Jawab PSN anak sekolah
a) Membuat rekapitulasi laporan mingguan hasil Jumantik-PSN di masing-
masing rumah siswa dan sekolahnya yang telah disahkan/ ditandatangani oleh
kepala sekolah untuk diserahkan kepada kepala puskesmas setempat selaku
pembina UKS wilayahnya.
b) Memeriksa dan mengarahkan kegiatan Jumantik anak sekolah.
c) Mengawasi/memberikan bimbingan teknis kepada Jumantik anak sekolah.
3. Kepala Puskesmas
a) Membina dan memantau pelaksanaan kegiatan PSN anak sekolah serta
melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat (Pokja PSN
Anak Sekolah).
b) Memberikan pembinaan teknis kepada guru-guru dan Jumantik anak sekolah.
c) Menganalisa laporan hasil pemantauan jentik oleh Jumantik anak sekolah.
d) Melaporkan rekapitulasi hasil pemantauan jentik oleh Jumantik anak sekolah
di wilayah kerjanya kepada Pokja PSN Anak Sekolah melalui kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota.
22
4. Pokjanal DBD tingkat Provinsi
a) Melalui instansi atau SKPD terkait melakukan pembinaan dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan PSN Anak Sekolah di masing-masing kabupaten/kota di
wilayahnya.
b) Menganalisa dan membuat laporan rekapitulasi hasil kegiatan PSN anak
sekolah dari wilayah kabupaten/kota kepada Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL), Kementerian
Kesehatan RI.
c) Memberikan dukungan operasional kepada Pokja tingkat Kabupaten/Kota.
2.5.6 Dukungan Operasional
Agar Jumantik-PSN Anak Sekolah dapat bertugas dan berfungsi sebagaimana
yang diharapkan maka diperlukan dukungan biaya operasional. Dukungan dana
tersebut dapat berasal dari beberapa sumber misalnya APBD, Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK), dan lain sebagainya. Adapun komponen pembiayaan yang
diperlukan antara lain adalah:
a Transport/insentif bagi petugas pembina teknis di lapangan.
b Penyediaan PSN kit berupa topi, rompi, tas kerja, formulir hasil pemeriksaan
jentik, alat tulis, senter, pipet dan plastik tempat jentik dan larvasida.
24
- Dinas Kesehatan/ Pokja PSN anak sekolah melalui Puskesmas setempat
melakukan pembinaan ke sekolah dalam rangka keberlangsungan kegiatan
Jumantik-PSN anak sekolah.
2. Pemantauan Jentik
Pengamatan jentik dapat dilakukan sebagai berikut :
- Mencari semua tempat perkembangbiakan jentik nyamuk yang ada di dalam
maupun di lingkungan rumah.
- Setelah didapatkan, maka dilakukan penyenteran untuk mengetahui ada
tidaknya jentik
- Mencatat ada tidaknya jentik dan jenis kontainer yang diperiksa pada Formulir
Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Rumah/Tempat Tinggal dan Formulir
Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Sekolah
25
Gambar 2.11. Tempat-tempat potensial perkembangbiakan nyamuk di dalam rumah
27
untuk meningkatkan kegiatan PSN 3M, serta diharapkan dapat melaporkan ke
Puskesmas setempat untuk mendapatkan pengendalian lebih lanjut.
- Guru Penanggung jawab merekap hasil pemantauan siswa di rumah dan di
sekolah ke dalam form Rekapitulasi Laporan Mingguan Jumantik-PSN Anak
Sekolah kepada kepala puskesmas setempat selaku pembina UKS wilayahnya.
28
- Ketika memeriksa jentik di tempat yang agak gelap atau airnya keruh, maka
digunakan senter.
Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti
adalah:
Angka Bebas Jentik (ABJ)
ABJ = x 100%
29
2.8 KERANGKA TEORI
-
Pemberantasan DBD
-
Nyamuk Dewasa Jentik
-
Fisik Kimia Biologi
Dengan Insektisida
Penggerakkan Jumantik
-
-
Surveilans: Preventif: Promotif:
-
Identifikasi- sarang Pemberantasan Mengajarkan kepada
nyamuk Sarang Nyamuk murid tentang Perilaku
-
Menghitung (PSN) dengan 3 M Hidup Bersih dan
- Plus Sehat (PHBS)
kepadatan jentik
dengan rumus ABJ
30
BAB III
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
sebagai perangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari ( Sugiyono, 2007). Dalam hal ini yang
menjadi sampel adalah 20 siswa ataupu siswi dari populasi masing masing SD di 3 sekolah
meliputi SDN 08 Pagi, SDN 04 pagi, MI Nurul Huda.
Kriteria :
- Siswa yang dipilih berdasarkan gurunya
- Siswa yang mempunyai sehat jasmani
- Masuk dalam peringkat 10 besar dikelas
31
3.4 Tempat intervensi
Penulisan dilaksanakan dari 13 April 2015 sampai 15 Mei 2015. Proses penulisan,
dimulai dari sosialisasi pelatihan jumantik sekolah, intervensi pelatihan sampai penyusunan
laporan penulisan berlangsung selama 1 bulan.
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penulis
dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah.
Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan sarana yang
dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti lembar check list, buku catatan, proyektor,
materi power point, pedoman observasi, kamera foto dan sebagainya.
32
WAKTU KEGIATAN
selasa, 14 april 2015 Sosialisasi Jumantik Sekolah kepada Kepala
Sekolah dan guru UKS di SDN 08 Pagi, SDN 04
pagi, MI Nurul Huda
33
BAB IV
HASIL
4.1.1 Geografi
Luas wilayah kelurahan Cakung Barat + 612,43 Ha, terdiri dari 10 RW dan 100 RT.
34
Bagian Timur : Outer ring road Cakung kel. Cakung Timur
4.2 Demografi
35
4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
36
4.3 VISI DAN MISI
4.3.1 VISI
4.3.2 MISI
MISI:
37
Jumlah tenaga dan jenis ketenagaan di Puskesmas Kelurahan Cakung Barat
adalah sebagai berikut :
1. Dokter Spesialis 0
2. Dokter Umum 1
3. Dokter Gigi 1
4. Perawat 3
5. Bidan Puskesmas 3
6. Administrasi 2
7. Keamanan 1
8. Cleaning Service 2
Jumlah 13
Pada tahun 2013 angka kejadian DBD sebanyak 89 kasus. Kasus terbnayak terjadi di bulan
mei yaitu sebanyak 20 kasus, dan yang paling sedikit terjadi di bulan November dan Desember
sebanyak 0 kasus.
38
No Bulan Jumlah
1 Januari 7
2 Febuari 6
3 Maret 17
4 April 13
5 Mai 20
6 Juni 7
7 Juli 5
8 Agustus 8
9 September 4
10 Oktober 2
11 November 0
12 Desember 0
Total 89
Tabel 4.4.1 distribusi kasus DBD tahun 2013 (dikutip darilaporan tahunan Puskesmas cakung barat)
39
Pada tahun 2014 angka kejadian DBD sebanyak 28 kasus. Kasus terbnayak terjadi di bulan
februari yaitu sebanyak 8 kasus, dan yang paling sedikit terjadi di bulan Agustus,
September,Oktober, dan November sebanyak 0 kasus.
No Bulan Jumlah
1 Januari 4
2 Febuari 8
3 Maret 2
4 April 5
5 Mai 5
6 Juni 2
7 Juli 1
8 Agustus 0
9 September 0
10 Oktober 0
11 November 0
12 Desember 1
Total 28
Tabel 4.4.1 distribusi kasus DBD tahun 2014 (dikutip darilaporan tahunan Puskesmas cakung barat)
di tahun 2015 hingga hingga bulan mei didapatkan kasus sebanyak 16 kasus, dengan angka
tertingg di bulan februari.
No Bulan Jumlah
1 Januari 1
2 Febuari 10
3 Maret 3
4 April 5
5 Mai 13
6 Juni -
40
BAB V
DISKUSI
Mini project ini dilakukan di 3 sekolah dasar yang berada di Kelurahan cakung barat.
Pelaksanaan mini project mulai tanggal 14 April sampai dengan 16 Mei 2015.
5.1 Pemantauan Jentik
Pemantauan jentik merupakan kegiatan pemeriksaan tempat-tempat
perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan oleh jumantik dan penulis
dengan menggunakan alat senter sebagai alat penerangan dan hasil pemantauannya
dicatat ke dalam formulir JPJ-1, JPJ-2 dan kartu jentik rumah/bangunan. Pada
minggu pertama pemeriksaan jentik dilakukan oleh jumantik dan penulis, pada
minggu kedua dan selanjutnya hanya dilakukan oleh jumantik. Pemantauan jentik
dilakukan setiap seminggu sekali selama 4 minggu. dapat dilihat pada tabel 5.1
sebagai berikut:
Minggu pemantauan jentik
No Sekolah
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
1 SDN 04 Pagi 24 April 30 April 8 Mei 2015 15 Mei
2015 2015 2015
2 SDN 08 Pagi 24 April 30 April 8 Mei 2015 15 Mei
2015 2015 2015
3 MI Nurul Huda 24 April 30 April 8 Mei 2015 15 Mei
2015 2015 2015
Tabel 5.1 Waktu Pelaksanaan Pemantauan Jentik
Hasil pemeriksaan jentik akan dihitung ABJ DBD pada akhir minggu oleh penulis.
Pada minggu kedua pemeriksaan jentik hanya dilakukan oleh jumantik. Apabila
masih ditemukan jentik maka jumantik memberikan abate dan penyuluhan
PSN DBD. Setelah didapatkan data ABJ pada minggu ke I, II, III, dan IV maka
hasilnya dilaporkan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat program yang
melibatkan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.
41
5.2 Karakteristik Sampel mini project
Responden dalam mini project ini adalah siswa-siswi kelas 4 dan 5 dari tiga
sekolah dasar, SDN 04 pagi, SDN 08 pagi, MI Nurul Huda. Karakteristik responden
dapat dilihat pada tabel distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada sampel
mini project yang dijelaskan pada tabel 5.2 sebagai berikut:
Jumlah
NO Jenis kelamin
%
1 Laki – Laki 16 26,6%
2 Perempuan 44 73,4%
Jumlah 60 100%
Tabel 5.2 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 60 responden, jenis
kelamin responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 44 responden (73,4 %)
dan responden paling sedikit adalah berjenis kelamin laki laki sebanyak 16 responden
(26,6%).
5.3 Penyajian Hasil intervensi
Dari hasil intervensi ini disajikan dengan menampilkan dalam bentuk tabel
dan penjelasaanya berikut ini penjelasannya lebih rinci sebagai berikut:
42
Pemeriksaan Jentik
Jumlah
NO RUMAH Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
Siswa
% % % %
1 SDN 04 Pagi 20 4 20 0 0 0 0 0 0
2 SDN 08 Pagi 20 1 5 1 5 0 0 0 0
3 MI Nurul 20 1 5 0 0 0 0 0 0
Huda
Tabel 5.4 Distribusi Status Keberadaan Jentik di Rumah
43
5.3.1.2 Status Keberadaan Jentik di Sekolah
Pemeriksaan Jentik
NO Sekolah Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
% % % %
1 SDN 04 Pagi 2 20 3 30 2 20 0 0
2 SDN 08 Pagi 4 40 2 20 2 20 0 0
3 MI Nurul Huda 0 0 1 20 0 0 0 0
Tabel 5.5 Distribusi Keberadaan Jentik di sekolah SD Kelurahan Cakung barat pada
Pemeriksaan Minggu I, II, III dan IV
- kurang = <50%
- cukup = <51% - 75%
- Baik = >76%
44
Tabel distribusi pretest jumantik sekolah
Sebelum
Intervensi
No Pengetahuan
N %
1. Yang mengetahui vektor penular demam berdarah 50 83,3
2. Yang mengetahu jenis kelamin nyamuk penular DBD 9 15
3. Yang mengetahui waktu aktif nyamuk penular DBD 29 48,3
4. Yang mengetahui ciri nyamuk aedes aegypti 48 80
5. Yang mengetahui tempat perkembangbiakan jentik 13 21,6
nyamuk
6. Yang mengetahui tujuan dilaksanakannya jumantik 55 91,6
sekolah
7. Yang mengetahui tempat dilaksanakannya PSN selain 57 95
disekolah
8. Yang mengetahui perlengkapan yang diperlukan 55 91,6
jumantik sekolah dalam kegiatan PSN
9. Yang mengetahui waktu pelaksanaan PSN 3M 27 45
10. Yang mengetahui pengertian 3M dalam kegiatan PSN 18 30
Dari pretest yang dilakukan didapatkan bahwa pengetahuan siswa siswi calon kader
jumantik kurang pada soal nomer 2,3,5,dan 9
45
Tabel distribusi peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi
Sebelum Setelah
Kenaikan
No Pengetahuan Intervensi Intervensi
N % N % %
1. Yang mengetahui vektor penular
50 83,3 60 100 16,7
demam berdarah
2. Yang mengetahu jenis kelamin
9 15 57 95 80
nyamuk penular DBD
3. Yang mengetahui waktu aktif
29 48,3 56 93,3 45
nyamuk penular DBD
4. Yang mengetahui ciri nyamuk
48 80 57 95 15
aedes aegypti
5. Yang mengetahui tempat
13 21,6 60 100 78,4
perkembangbiakan jentik nyamuk
6. Yang mengetahui tujuan
55 91,6 55 91,6 0
dilaksanakannya jumantik sekolah
7. Yang mengetahui tempat
dilaksanakannya PSN selain 57 95 59 98,3 3,3
disekolah
8. Yang mengetahui perlengkapan
yang diperlukan jumantik sekolah 55 91,6 59 98,3 6,7
dalam kegiatan PSN
9. Yang mengetahui waktu
27 45 60 100 55
pelaksanaan PSN 3M
10. Yang mengetahui pengertian 3M
18 30 60 100 70
dalam kegiatan PSN
Setelah dilakukannya intervensi berupa pemberian materi kepada calon jumantik
didapatkan bahwa tingkat pengetahuan kader jumantik sekolah terhadap DBD an peran
jumantik sekolah meningkat tajam untuk beberapa point yang sebelumnya masuk kriteria
kurang sekarang semua soal masuk dalam kriteria bagus. Peningkatan tertinggi didapat dari
soal nomer 2 sebanyak 80% meningkat dari pretest.
46
BAB VI
6.1 SIMPULAN
dari hasil intervensi dan pelatihan dapat disimpulkan bahwa pembentukan dan
pelatihan siswa pemantau jentik sekolah dapat meningkatkan pengetahuan siswa
mengenai penyakit DBD dan kegiatan PSN disekolah oleh jumantik sekolah memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan temuan jentik di sekolah masing
masing namun penurunan angka kasus di Kelurahan cakung barat pada bulan april dan
mei dalam 3 tahun terakhir belum tercapai optimal. Perlu dilakukan kajian yang lebih
menyeluruh terhadap faktor penentu lainnya.
6.2 SARAN
6.2.1 Untuk Sekolah
Segera melakukan PSN DBD secara rutin minimal seminggu sekali agar
terhindar dari penyakit DBD.
Aktif mengikuti penyuluhan dan kegiatan-kegiatan Pencegahan Penyakit DBD
lainnya untuk meningkatkan pengetahuan tentang DBD.
Jumantik terus melaksanakan pemantauan jentik secara rutin, memberikan
penyuluhan dan mengajak masyarakat secara keseluruhan untuk melakukan PSN.
Optimalisasi peran wali kelas, guru UKS dalam pelaksanaan jumantik di sekolah
maupun di rumah.
47
6.2.3 Untuk Petugas Puskesmas Kelurahan Cakung barat
a. Diharapkan pembinaan UKS tetap berkesinambungan.
b. Meningkatkan pelatihan jumantik di seluruh sekolah SD Kelurahan Cakung barat.
c. Merekrut siswa pemantau jentik baru di kelurahan-kelurahan yang belum memiliki
siswa jumantik agar dapat menurunkan kasus DBD di kelurahan Cakung barat.
48
Daftar Pustaka
1. Abdoerachman, M.H. Alatas, H. Et,all. Dengue in buku ajar Ilmu Kesehatan Anak 2.
Balai penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia.jakarta: 2005. Pg :607
2. Suroso,T. Umar, A.I. Epidemiologi dan penanggulangan penyakit DBD di indonesia
saat ini. In Naskah lengkap demam berdarah dengue. Balai penerbit fakultas
kedokteran universitas indonesia.jakarta: 2005. Pg :14-31
3. Supriatna, M. Setiati,T. Istanti, Y. Patogenesis demamberdarah dengue in update
demam berdarah dengue pada anak. Balai penerbit bagian ilmu kesehatan anak RSUP
dr. Karyadi. Semarang: 2010. Pg :7-25
4. Suwito. Tandy,G. Simanjuntak,R. Et all. Petunjuk teknis jumantik-PSN anak sekolah
Kementerian kesehatan republik Indonesia: 2014. [citied 2015 january 30] Available
from URL:
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Microsoft%20Word%20%20Juknis%20Ju
mantik-PSN%20Anak%20Sekolah_Online.doc.pdf
5. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, 1995, Menggerakkan Masyarakat dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN- DBD), Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 1992, Petunjuk Teknis Penemuan,
Pertolongan dan Pelaporan Penderita Penyakit Demam Berdarah Dengue,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
6. Mubarak, WI dan Nurul Chayatin, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan
Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta.
7. Nasry, NN, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Rineka Cipta, Jakarta.
8. Notoatmodjo, S, 2002, Metodologi Penulisan Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, 2007,
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.
9. Yatim, F, 2007, Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya. Jilid 2,
Pustaka Obor Populer, Jakarta, 2008, Epidemiologi, Jakarta: Rineka Cipta.
10. Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya, Erlangga, Jakarta.
11. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, 1995, Menggerakkan Masyarakat dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN- DBD), Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
49
Lampiran
50
51
Formulir pengisian laporan hasil kegiatan PSN di rumah tempat tinggal
Formulir pengisian laporan hasil kegiatan dan formulir rekapitulasi PSN di sekolah
52
Dokumentasi kegiatan di puskesmas cakung barat
53
Posyandu balita Penyuluhan siswa sekolah dasar
54